Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis
baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah.
b. Minum banyak
d. Antibiotika
Indikasi rawat penderita pneumonia adalah penderita sangat muda atau tua, keadaan klinis berat
(misalnya sesak napas, kesadaran menurun. gambaran kelainan foto toraks cukup luas), ada
penyakit lain yang mendasari (seperti bronkiektasis, bronkitis kronik), ada komplikasi dan tidak
ada respons terhadap pengobatan yang diberikan atau sesuai sistim skor yang dapat dilihat paa
tabel 2. Pada penderita yang dirawat penatalaksanaan dibagi atas : penatalaksanaan umum dan
pengobatan kausal.
a. Penatalaksanaan umum
- pemberian oksigen
- obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi atau
terjadi kelainan jantung
2. kuman patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab sakit, oleh karena
itu diputuskan pemberian antibiotika secara empirik. Pewarnaan gram sebaiknya dilakukan pada
semua sediaan yang dicurigai sebagai sumber infeksi dan sebagai petunjuk pilihan pada
pengobatan pendahuluan
Faktor demografi
Perawatan di rumah + 10
Penyakit penyerta
Keganasan + 30
Penyakit hati + 20
Penyakit cerebrovaskular + 10
Penyakit ginjal + 10
Pemeriksaan fisik
Hasil laboratorium/Radiologik
Efusi pleura + 10
Pneumonia komuniti yang berat dapat diartikan sebagai pneumonia yang perlu perawatan
di ICU, karena pneumonia berat dapat mengancam kehidupan. Berdasarkan modifikasi kriteria
pneumonia berat menurut ATS dibagi menjadi :17
b. Kriteria mayor (data yang ditemukan pada waktu masuk atau pada pengamatan
selanjutnya)
4. Serum kreatin > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dl, pada penderita riwayat
penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis
Penderita yang memerlukan perawatan ICU adalah penderita yang mempunyai paling sedikit
2 dari 3 gejala minor atau 1dari 2 gejala mayor.
Pada pengobatan pneumonia perlu ditentukan apakah penderita perlu dirawat atau berobat
jalan. Jika perlu dirawat maka masa perawatan dipersingkat dengan perubahan obat suntik ke
oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk megurangi biaya perawatan, mencegah
infeksi nosokomial. Pada waktu perubahan obat suntik ke oral harus diperhatikan
kemanjurannya, keamanan, waktu yang tepat dan biaya. Terdapat berbagai pendapat mengenai
lama pemberian obat suntik yaitu 2-3 hari. Paling aman 3 hari, kemudian setelah hari ke 4
penderita dapat berobat jalan.
Kriteria untuk perubahan obat suntik ke oral pada pneumonia komuniti :18
3. Obat yang berbeda kelasnya tetapi potensinya berkurang (sefotaksim suntik ke sefiksim
oral)
4. Obat yang berbeda kelas dan tanpa kehilangan potensinya (seftazidim suntik ke
siprofloksasin oral)
Perubahan obat suntikan ke oral untuk pneumonia komuniti yang direkomendasi ATS dan
BTS lihat gambar
Gambar. Rekomendasi ATS dan BTS untuk perubahan obat suntikan ke oral pada pneumonia
komuniti.18
Keterangan :
DTHT : Dundee Teaching Hospitals Trust
Pada tabel 5 dapat dilihat pemilihan antibiotika untuk alih terapi pada pneumonia kominiti.
Cefprozil > 90
Cefadroxil 74 92
Amoxicillin/clavulanate > 88
2G or 3G > 90
fluoroquinolone
Ceftriaxone Cefuroxime 37 52 > 88
TMP/SMZ
Cefotaxime 40 - 50
3G fluoroquinolone
50
Cefixime
70 90
Cefpodoxime
Ceftazidime,
Ceftibuten
imipenem, or
piperacillin/
4G fluoroquinolone
Macrolides
Macrolide > 88
Lincomycin 3G fluoroquinolone
Metronidazol + - > 88
lactam
Sulfonamide
4G fluoroquinolone
TMP/SMZ TMP/SMZ 70 100
variable
-lactam
> 88
2G fluoroquinolone
Kuman penyebab pneumonia komuniti sulit ditemukan maka pengobatan awal yang diberikan
adalah antibiotika secara empiris. Untuk hal tersebut maka antibiotika golongan betalaktam
sering digunakan. Akhir-akhir ini antibiotika golongan betalaktam banyak yang resisten terhadap
sebagian besar kuman patogen, maka diperlukan antibiotika yang dapat mengatasi hal tersebut.
Kesepakatan dari infectious diseases society of America (IDSA) merekomendasikan makrolid
baru atau fluorokuinolon baru untuk dipakai mengatasi infeksi saluran napas bawah. Pada tabel 6
dapat dilihat klasifikasi dari fluorokuinolon baru.
Tabel 6. Classification of the new fluoroquinolones
Ciprofloxacin,pefloxacin,norfloxacin,
Second Enhanced,but mainly against gram-
ofloxacin, lomefloxacin
negative bacteria; limited against
gram-positive bacteria
Pemilihan antibiotika secara empiris untuk pneumonia komuniti dari berbagai rekomendasi
antara lain ATS 2001, IDSA 2000 & Canada 2000 dapat dilihat pada tabel 7. ATS 2001
membagi penderita pneumonia komuniti adanya penyakit jantung dan paru misalnya gagal
jantung atau PPOK dan faktor-faktor lain, misalnya :
- respiratory fluoroquinolone
- lactam : high dose
amoxicillin,
-
Amoxicillin/clavulanate + amoxicillin/clavulanat or
paranteral ceftriaxome +
macrolide
macrolide or doxycycline or
resp.fluroquinolone alone
General ward General ward General ward
3G Respiratory fluoroquinolone or With cardiopulmonary disease or
cephalosporin 2G,3G or 4G cephalosporin + modifying faktors :
+ Macrolide or macrolide
q
lactam iv + macrolide
lactam/Betalac
iv or doxycycline or
tam inhibitor
macrolide or
q
fluoro
iv fluoroquinolone
quinolone
alone alone (anti pneumococcol)
Without cardiopulmonary
diseases or modifying faktors :
q
iv azithromycin alone if
allergic : doxycycline, lactam
or fluoro-quinolone alone (anti
pneumococcol)
ICU ICU ICU
3G or 4G No risk for pseudomonas No risk for pseudomonas
cephalosporin
q iv respiratory fluoroquino- q
or lactam
lone + cefotoxime, ceftriaxone iv lactam +
inhibitor +
or lactam inhibitor
fluoro
q
quinolone or
Risk for pseudomonas iv macrolide
macrolide
azithromycin or iv
q
fluoroquinolone
Anti pseudomonasl
fluoro-quinolone + anti pseudo-
monal lactam or amino-
Risk for pseudomonas
glycoside
Gambar 2. Patients fall to respond or their condition deteriorate after initial therapy
Secara umum antibiotika yang dapat diberikan pada pneumonia komuniti kalau berdasarkan
kuman penyebab :
Pseudomonas aeruginosa :
q Aminoglikosida
q Fluorokuinolon : siprofloksasin
q Sefalosporin
q Cerbapeneme : meropenem
imipenem
Penicillin resistan S.pneumoniae (PRSP)
q Dosis penisilin ditingkatkan
q Makrolid baru
q respiratory quinolone
MRSA
q Vancomycin
q Teicoplanin
Kelompok I :
Kuman penyebab : Enterobacter spp, E coli, Klebsiella spp, Proteus spp,
S.marcescens,H.Influenzae, S.pneumoniae, S.aureus (hati-hati kemungkinan ada MRSA) Obat
pilihan : sefalosporin II atau III non pseudomonas, betalaktam + inhibitor betalaktamase. Jika
alergi penisilin dapat diberikan fluorokuinolon atau klindamisin + aztreonom
Kelompok II :
Kuman penyebab utama : Enterobacter spp, E.coli,Klebsiella spp, Proteus spp, S.marcescens,
H.Influenzae, S.pneumoniae, S.aureus (Hati-hati kemungkinan ada MRSA)
Kuman penyebab tambahan : anaerob, MRSA, legionella spp, P.aeruginosa
Obat pilihan : sefalosporin II atau III non pseudomonas, batalaktam + Inhibitor betalaktamase.
Jika alergi penisilin dapat diberikan fluorokuinolon atau klindamisin + aztreonam. Jika anaerob
diberikan klindamisin atau metronidazol atau betalaktam + inhibitor betalaktamase
Legionella spp : makroli atau fluoro kuinolon
MRSA diberikan : vancomycin P.aerugiona diberikan sesuai dengan kelompok II
Kelompok III :
Kuman penyebab utama : Enterobacter spp, E coli, Klebsiella spp, Proteus spp,
S.marcescens,H.Influenzae, S.pneumoniae, S.aureus (hati-hati kemungkinan ada MRSA)
Kuman penyebab tambahan : P.aeruginosa, acinetobacter Spp, S.maltophilia, MRSA
Obat pilihan : amino glukosida dikombinasi dengan salah satu dibawah ini :
penisilin anti pseudomonas
piperacillin + tazoba actam
ceftazidime atau cefoperazone
imipenem
meropenem
cefepime
Lama pengobatan
Dalam penelitian prospektif tidak ada catatan mengenai lamanya pemberian antibiotika
pada penderita pneumonia nosokomial. Lama pemberian antibiotika sangat individual yaitu
tergantung beratnya penyakit, cepat atau lambatnya respons pengobatan dan adanya kuman
penyebab yang patogen. Jika disebabkan P.aeruginosa atau acinetobacter spp kemungkinan
terjadinya gagal pengobatan, relaps dan kematian akan tinggi. Terdapat gambaran foto toraks
yang multilobar, kavitas, penyakit berat dan adanya nekroting kuman gram negatif pneumonia,
maka respons pengobatan akan lambat dan penyembuhannya tidak sempurna. Pada suatu
penelitian dilaporkan bahwa angka kesembuhan pneumonia nosokomial 95% bila disebabkan
metisilin sensitif Staphyloccocus aureus atau H.influenzae, untuk kuman-kuman tersebut
dibutuhkan pengobatan antibiotika 7-10 hari. 22
Penderita yang mengalami perburukan dengan cepat atau tidak responss pada
pengobatan awal, mungkin perlu antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur.
Evaluasi secara agresif diperlukan tergantung individu, dimulai dengan diagnosis banding dan
mengulang kultur serta resistensi dari bahan sekresi saluran napas bawah. Jika hasil kultur
resisten atau terdapat kuman patogen yang tidak umum maka pengobatan dapat dimodifikasi.
Jika hasil kultur sensitif dan kuman tidak patogen, harus dipikirkan adanya proses non infeksi
atau terjadi komplikasi. Pemeriksaan radiologik khusus kadang-kadang diperlukan untuk
melihat komplikasi atau diagnosis banding misalnya lateral dekubitus, CT Scan, USG, dll. 22
Pencegahan :
a. Nonfarmakologi
1. Cuci tangan menggunakan sarung tangan
2. Posisi setengah duduk untuk mencegah aspirasi
3. Mencegah isi lambung yang berlebihan
4. Perubahan posisi untuk memperbaiki drainage sekresi paru
b. Farmakologi
1. Pemilihan obat pencegah stress ulkus yang tepat
2. Mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu
3. Profilactic treatment pada penderita neutropenia
4. Vaksinas
Referensi : http://www.klikpdpi.com/konsensus/Xsip/konsensus-pneumonia/pneumonia.htm
3. Pennington J. Respiratory Infections : Diagnosis and Management, 2nd edition, New York :
Raven Press, 1989 : 1-49
16. Kirby JG, New House MT. Bronchiectasis dalam Cherniak RM ed. Current Therapy of
Respiratory disease-2, Toronto, Philadelphia : BC Decker Inc, 1986 : 139-42
18. Nathwani D. Sequential switch therapy for lower respiratory tract infections. Chest 1998;
113:211s-218s