Anda di halaman 1dari 15

Apendiksitis

Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang
ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).
Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.
Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung
kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim,
Apendisitis, 2007)
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial
(organ yang tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.
Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum,
bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga
taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak
pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias
kanan dengan pusat.
Ukuran dan isi apendiks.
Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat
basa mengandung amilase dan musin.
Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di
dinding abdomen. Pelvis minor.
Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya
obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit),
hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh,
cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi
lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)
Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam
terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus.
Manifestasi Klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut
kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri
tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam
bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.
Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini
nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa
menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
Pemeriksaan diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah:
Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian
menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena
kuman yang menetap di dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling
terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga
terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor
di titik Mc. Burney.
Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi.
Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada
keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi
pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk
menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang
kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada
keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik
dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan
setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat
apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi
abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang
sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien
perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu
diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan
diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk
digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien
merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan
anastesi.
Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan
keperawatan harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Pengkajian
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang.
Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.
Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa
mual dan muntah, panas. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan
dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien
tampak sakit ringan/sedang/berat.
Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare
kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan
atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Keamanan Demam, biasanya rendah.
Data psikologis Klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan
yang tidak tenang.
Diagnosa keperawatan
Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan
muntah.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh.
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
informasi kurang.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
Intervensi keperawatan .
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah
keperawatan.
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan
muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang.
Nafsu makan berkurang. Ada rasa mual dan muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan
kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.
Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan
peningkatan cairan.
Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh, ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan
meningkat. Distensi abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco >
10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-
tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas, kemerahan).
Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin
ada melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan
mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari
pertumbuhan mikro organisme.
Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat
lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga
dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro
organisme.
HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan
tindakan.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal,
ditandai dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah
epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit
pada perut bagian kanan bawah.
Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi
normal.
Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor
secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga
otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf
yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke
hypothalamus.
Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila
sudah mengetahui gejala pasti).
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
informasi kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang
penyakitnya. Klien mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan
pengobatannya.
Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan
setelah operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat
melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi
optimal alat-alat tubuh.
Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat
setelah operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan
mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat
mempercepat proses penyembuhan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan
menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual
muntah
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki
rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku
nampak kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan
sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan
meningkatkan kesehatan.
Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal
hygiene.
Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan
Bimbing keluarga / istri klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah
terjadinya infeksi.
Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil
yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara
umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai
oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan
dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan
maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang
dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
Evaluasi.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut : Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam
tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya infeksi?. Apakah rasa nyeri akan
dapat teratasi?. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan
pengobatannya.
Sumber :
1.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
2.Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica,
Jakarta.
3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakar
Diposkan oleh Ari boy di 08:33 0 komentar Link ke posting ini
VOMITUS / MUNTAH
1. Defenisi.
Muntah :
Didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung dengan kekuatan bagaikan
menyemprot melalui mulut. Hal ini dapat terjadi sebagai reflek protektif untuk
mengeluarkan bahan toksik dari dalam tubuh atau untuk mengurangi tekanan
dalam organ intestinal yang dibawahnya didapatkan obstruksi, kejadian ini
biasanya didahului nausea dan retching.
Nausea :
Suatu perasaan yang tidak nyaman didaerah epigastrik, cukup sukar untuk
membuat definisi yang sempurna. Kejadian ini biasanya disertai dengan
menurunnya tonus otot lambung, kontraksi, sekresi, meningkatnya aliran darah ke
mukosa intestinal, hipersalivasi, keringat dingin, detak jantung meningkat dan
perubahan pada rithme pernafasan. Refluk duodenogastrik dapat terjadi selama
periode nausea yang disertai peristaltik retrograde dari duodenum kearah anthrum
lambung atau secara bersamaan terjadi kontraksi anthrum dan duodenum.
Retching :
Adalah upaya yang kuat dan involunter untuk mutah, tampak sebagai upaya
persiapan untuk mutah. Upaya ini terdiri dari kontraksi spamodik otot diafragma
baik (costal dan crural) dan dinding perut serta dalam waktu yang sama terjadi
relaksasi LES (lower eosopheal sphingter). LES juga tertarik keatas oleh kontraksi
otot bergaris longitudinal dari bagian natas esofagus. Selama retching isi lambung
didorong masuk esofagus oleh tekanan intraabdominal dan adanya peningkatan
tekanan negatif dari intratorakal, bahan mutahan yang ada diesofagus akan
kembali lagi kelambung oleh karena adanya peristaltik eosofagus. Mutah berbeda
dengan retching bahan mutahan dikeluarkan dari mulut. Pertama ekspulsi bahan
mutahan kedalam esofagus dilakukan oleh retching, yang kemudian diikuti oleh
relaksasi diafragma crura dan kembalinya tekanan intratorakal dari negatif
menjadi positif. UES (upper eosophageal sphingter) juga relaksasi sebagai respons
terhadap meningkatnya tekanan intraluminal eosofagus.
Spitting / regurgitasi :
Yang membedakan dengan vomiting adalah keluarnya isi lambung kedalam mulut
tanpa adanya tekanan dan tidak terjadi nausea dan retching dan tidak ada
kontraksi diafragma maupun dinding perut. Regurgitasi adalah bentuk dari
gastroeosophageal reflux. Apakah fisiologi regurgitasi berbeda dengan vomiting
masih belum diketahui secara pasti, tetapi motorik mempunyai kesamaan dengan
vomiting. Bila regurgitasi isi lambung menyebabkan aspirasi, batuk gagging, jejas
peptik maka reflek mutah akan terjadi dengan kekuatan untuk mengeluarkan isi
lambung (forceful expulsion) mungkin dimediasi melalui aferen dari faring dan
esofagus. Diduga bahwa relaksasi spontan dari LES adalah mekanisme utama
terjadinya GER dengan atau tanpa regurgitasi. Apakah reflek aktivitas motor yang
lain yang melibatkan otot abdomen dan lambung yang diperlukan untuk
regurgitasi selama refluk tak diketahui dengan jelas. Tak diketahui pula mengapa
regurgitasi hanya pada bayi tidak pada anak besar dan dewasa.
2. Mekanisme Muntah/ Neuronatomi Vomiting.
Mutah sebenarnya merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia
mutah terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching, pengeluaran isi
lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol mutah, 1)
chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan central vomiting centre (CVC). CTZ yang
terletak di area postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV diluar blood brain
barrier (sawar otak). Reseptor didaerah ini diaktivasi oleh bahan-bahan proemetik
didalam sirkulasi darah atau di cairan cerebrospinal (CSF). Eferen dari CTZ
dikirim ke CVC selanjutnya terjadi serangkaian kejadian yang dimulai melalui
vagal eferen splanchnic. CVC terletak dinukleus tractus solitarius dan disekitar
formatio retikularis medulla tepat dibawah CTZ. CTZ mengandung reseptor
reseptor untuk bermacam-macam senya neuroaktif yang dapat menyebabkan
mutah. Reseptor untuk, dopamine ( titik tangkap kerja dari apomorphine ),
acethylcholine, vasopressine, enkephalin, angiotensin, insulin serotonin,
endhorphin, substance P, dan mediator-mediator yang lain. Mediator adenosine
cyclic monophosphate (cyclic AMP) mungkin terlibat dalam respon eksitasi untuk
semua peptide stimulator oleh karena theophylline dapat menghambat aktivitas
proemetik dari bahan neuropeptic tersebut2,3,4.
Emesis sebagai respons terhadap gastrointestinal iritan misalnya copper, radiasi
abdomen, dilatasi gastrointestinal adalah sebagai akibat dari signal aferen vagal ke
central pattern generator yang dipicu oleh pelepasan lokal mediator inflamasi, dari
mukosa yang rusak, dengan pelepasan sekunder neurotransmitters eksitasi yang
paling penting adalah serotonin dari sel entrochromaffin mukosa. Pada mabuk
(motion sickness), signal aferen ke central pattern generator berasal dari organ
vestibular, visual cortex, dan cortical centre yang lebih tinggi sebagai sensory
input yang terintegrasi lebih penting dari pada aferen dari gastrointestinal.
Rangsangan mutah berasal dari, gastrointestinal, vestibulo ocular, aferen cortical
yang lebih tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dimulai nausea, retching,
ekpulsi isi lambung. Gejala gastrointestinal meliputi peristaltik, salivasi,
takhipnea, tachikardia.
Respons stereotipik vomiting dimediasi oleh eferen neural pada vagus, phrenic,
dan syaraf spinal. Input untuk syaraf ini berasal dari brain stem vomiting
centre. Centre ini tampaknya bukan merupakan struktur anatomi tunggal, tetapi
merupakan jalur akhir bersama dari reflex yang diprogram secara sentral melalui
interneuron medular di nukleus soliter dan berbagai-macam tempat disekitar
formatio retikularis. Interneuron tersebut menerima input dari cortical, vagal,
vestibular, dan input lain terutama dari area postrema. Area postrema adalah
chemorceptor trigger zone yang terletak didasar ventrikel IV diluar sawar otak dan
diidentifikasi sebagai sumber yang crucial untuk input yang menyebabkan
vomiting, terutama respons terhadap obat atau toksin.
3. Deferensial Diagnosis Muntah.
Pada dasarnya penyebab muntah sangat banyak. Klasifikasi muntah biasanya
didasarkan pada 1) lokus anatomi, 2) umur penderita, 3) adanya gejala dan tanda
asosiasi yang lain.
Lokus anatomik untuk stimulus.
Stimulus untuk pusat mutah datang dari kortek, nucleus vestibularis, atau
cerebellum, chemoeceptor triger zone di brain stem, semua organ perifer dapat
menyebabkan respons stereotipik mutah. Perlu dimengerti bahwa gejala
gastrointestinal dapat disebabkan oleh penyakit non gastrointestinal 3.
Faktor umur.
Dokter dalam mengobati mutah dapat mempertimbangkan faktor umur sebagai
diagnosa banding. Kelainan kongenital yang berat atau penyakit metabolik terjadi
pada periode neonatus. Kelainan pertumbuhan atau kelainan bawaan yang tidak
terlalu berat menjadi manifest pada periode akhir bayi. Intoleransi makanan yang
tampak pada periode bayi timbul setelah bayi diperkenalkan dengan makanan
(offending food), hal ini dapat terjadi oleh karena imaturitas mukosa usus
(temporarily damage) dimana usus lebih permiable terhadap antigen yang intak
dibandingkan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat juga muncul
nonpathogenic regurgitant reflux. Selama periode anak dan akhil baliq,
bermacam-macam kelainan termasuk malformasi bawaan menjadi manifest.
Faktor gejala dan tanda asosiasi.
Gejala dan tanda asosoiasi yang menyertai mutah dapat membantu mengarahkan
penyebab mutah (Tabel 1).
Sindroma mutah
Beberapa sindroma mutah yang spesifik seringkali sukar dibuat diagnosanya atau
terapinya.
Mutah siklik (Cyclic vomiting)
Dimana mutah-mutah yang hebat terjadi diantara kondisi yang sehat,
penyebabnya tidak diketahui, diagnosa dengan cara eklusi, pengobatan biasanya
simptomatik, dan prognosa tidak jelas. Mungkin merupakan diagnosa keranjang
sampah (wastebasket), mungkin termasuk anak dengan migrain, epileptogenic,
dan mutah psikogenik. Hal yang perlu dicermati adalah adanya kelainan organik
yang didiagnosa sebagai mutah siklik, misalnya intususepsi intermiten, volvulus,
duplikasi intestinal, divertukulum, malrotasi, tekanan intrakranial yang
meningkat, penyakit metabolik dan toksik.
Mutah psikogenik
Penyebab kelainan organik tak ditemukan, sindroma ini menekankan pengaruh
yang kuat dari kortek, faktor psikologi yang merangsang mual (nausea) dan
mutah. Ciri-ciri mutah psikogenik adalah berjalan kronis, terkait dengan stres atau
makan, tidak ada nausea dan anoreksia, mutah dapat dipicu oleh dirinya sendiri
dengan memaksakan mutah atau memasukan tangannya kedalam mulut. Mutah
sembuh setelah dirawat di rumah sakit.
Ruminasi
Kejadian yang secara sadar dan menyenangkan memutahkan makanan dari
lambung, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali. Anak besar atau dewasa
meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedang pada bayi
melogok kedalam mulutnya dengan jari dalam upaya untuk menimbulkan
regurgitasi.
Faktor psikologis memainkan peranan penting pada kejadian tersebut, tetapi
perilaku tersebut berhenti dengan mengobati esofagitisnya. Hal tersebut diduga
untuk menimbulkan gag reflek adalah sebagai respons terhadap nyeri
tenggorokannya. Dikatakan bahwa ruminasi sebagai manifestasi dari GER,
sehingga diagnosis dan pengobatannya perlu mempertimbangkan faktor
psikologis dan esofagitisnya. Terdapat 2 bentuk ruminasi psikogenik dan self
stimulating. Psikogenik biasanya terjadi pada anak normal dengan ganguan
hubungan orang tua anak, sedangkan self stimulating sering terjadi pada anak
dengan keterlambatan mental.
Abdominal migraine
Suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik. Nyeri epigastrik atau
periumbilical disertai nause, mutah, diare, panas dan menggigil, vertigo, iritabel
serta poliuria. Bilamana gejala abdominal disertai sakit kepala yang terjadi pada
30-40% patien dengan migraine kepala diagnosis akan mudah dibuat, tetapi bila
kejadian tersebut tersendiri isolated abdominal migraine yang biasanya pada 3%
penderita, diagnosis jadi lebih sukar belakangan memang dapat timbul migraine.
Isolated abdominal pain serangan biasanya mendadak berakhir dalam jam sampai
hari, dan ciri-cirinya selalu sama pada setiap serangan tampak normal diluar
serangan. Biasanya terdapat famili dengan riwayat migraine.
Diagnosis penyakit yang mendasari mutah
Mengingat bahwa mutah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka
evaluasi diagnosis mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat
berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain.
Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit metabolik lebih sering
terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai
penyebab mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya umur. Intoleransi
makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering merupakan
gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan
neuromotor.
Seorang dokter harus sadar adanya deferensial diagnosis mutah yang banyak dan
tidak semua mutah adalah GER. Penyakit yang serius pada bayi akan luput dari
diagnosis bila pendekatan hanya pada GER.
Evaluasi laboratorium pada bayi dan anak dengan mutah berulang atau
berkepanjangan meliputi, darah lengkap, serum elektrolit, BUN, serum creatinin,
urine lengkap, urine kultur, feses lengkap, darah samar, parasite. Adanya indikasi
khusus yang dapat ditangkap dari anamnesa dan pemeriksaan fisik misalnya,
upper GI series, USG, CT scan dan MRI kepala, LFT, serum amylase, test
kehamilan, serum amonia, organic acid urine, cathecolamine urine, EEG.
Endoskopi dan manometri esofagus, lambung, duodenum kadang perlu dilakukan
untuk melihat kelainan motorik intestinal.
Tabel 1: Diagnosa banding mutah berdasar stimulus pada lokus anatomi.
Stimulasi reseptor Supramedular
- Mutah psikogenik
- Tekanan intrakranial meningkat (efusi subdural, hematoma, edema serebri,
tumor, hidrosefalus, meningoencephalitis, Reye syndrome
- Vaskuler (migrain, hipertensi)
- Kejang
- Penyakit vestibuler, motion sickness
Stimulasi Chemoreceptor trigger zone
- Obat : opiate, digoxin, antikonvulsan
- Toksin
- Produk metabolik : acidemia, ketonemia
- Aminoacidemia
- Organic acidemia
- Hyperamonemia
- Uremia
- Lain-lain : hereditary fructose intolerance, galactocemia, dll
Tabel 2: Diagnosis banding mutah menurut umur.
Periode Neonatus
- Obstruksi congenital GI tract, malformasi
- Atresia atau web esofagus dan usus
- Meconium ileus atau plug, hirschsprung
- Inborn error of metabolism
Periode Bayi
- Lesi obstruktif ringan atau didapat : HPS, malrotasi, volvulus, intussusepsi
- Penyakit metabolik : inborn error of metabolisme ringan
- Intoleransi
- Gangguan fungsi : GER
- Kelainan psikososial : ruminasi, trauma pada child abuse
Periode anak : lihat tabel 1
Periode akhil baliq :
- Penyebab seperti pada periode anak ditambah kehamilan, penyalah gunaan obat,
kelainan makan
Tabel 3: Diagnosa banding mutah berdasar tanda dan gejala.
Isi bahan mutahan
- Tak tercerna : achalasia
- Darah atau warna kopi (coffe grounds) : gastritis /erosi, ulkus, esofagitis,
varices,
- Mallory Weiss sindrome
- Bile : obstruksi post ampula
- Berbau busuk feculent : stasis dengan bakteri tumbuh lampau, fistula
gastrocolic,
jejas iskhemia pada GI tract
Mutah dengan tekanan
- Projectile : HPS, obstruksi gaster yang lain, GER, penyakit metabolik
- Foerceless regurgitation : GER
Keterkaitan mutah dengan waktu atau waktu makan
- Pagi hari : tekanan intrakranial meningkat, gag oleh karena sinusitis
- Waktu makan : ulkus, psikogenik
Keterkaitan mutah dengan makanan
- Susu sapi, soya, gluten : intoleransi protein
- Lain-lain : enteropati alergi, eosinofilik gastroenteropathy
- Penyakit metabolik : heriditary fructose intolerance
Mutah periodik
- Paroksismal, siklik : carcinoid, pheochromositoma, epilepsi
Gejala dan tanda gastrointestinal yang lain
- Nausea, tanpa adanya gejala nausea, kemungkinan tekanan intrakranial yang
meningkat, obstruksi GI tract
- Nyeri esofagus : esofagitis dapat sekunder oleh karena mutah
- Dysphagia : penyakit esofagus
- Diare : infeksi usus, toksin
- Konstipasi atau distensi : obstruksi, hiperkalsemia
- Delayed vomiting : gastric outlet obstruction, stasis
- Terlihat peristaltik : HPS, obstruksi lumen usus
- Suara usus : obstruksi, ileus paralitik
- Nyeri perut : penyakit organ lokal
- Tumor abdomen : obstruksi lumen atau vaskuler
- Keradangan atau lesi neoplastik
- Malformasi kongenital
- Scar abdominal : perlekatan pasca operasi
- Ikterus : hepatitis, malformasi hepatobilier
- ISK pada bayi
Gejala dan tanda neurologi, metabolik, toksik, penyakit CNS
- Sakit kepala : vertigo, perubahan visus
- Perubahan tonus otot
- Tanda tekanan intrakranial
Gejala dan tanda sistem organ yang lain
- Cardiac : hipotensi, hipertensi
- Urogenital : pyelonephritis, hidronefrosis,
- Respiratory : pneumonia, OMP, aspirasi oleh karena mutah
Derajat kesehatan
- Baik : GER, stimulasi reflek gag, ruminasi
- Sakit akut : disertai dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, Kegawatan
bedah,Gastroenteritis, hepatitis, pancreatitis, sepsis, meningitis, Panas badan,
nyeri perut.
- Sakit kronis : disertai malnutrisi, Penyakit metabolik
- Obstruksi partial, intermiten
Informasi epidemiologik
- Epidemi : gastroenteritis, paparan toksik
- Riwayat keluarga : migrain, ulcus
4. Komplikasi Muntah.
Komplikasi metabolik
Dehidrasi, alkalosis, kekacauan elektrolit, deplesi kalium, natrium. Dehidrasi
terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan lewat mutah atau masukan yang
kurang oleh karena selalu mutah.
Alkalosis sebagai akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh
masuknya ion hydrogen kedalam sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya
natrium ekstraseluler.
Kalium dapat hilang bersama bahan mutahan dan keluarnya lewat ginjal. Karena
alkalosis kalium bersama-sama bikarbonat keluar lewat ginjal. Demikian juga
natrium dapat hilang lewat mutah dan urine. Dalamkeadaan alkalosis yang berat
PH urine dapat 7 atau 8 kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi
deplesi Natrium dan Kalium.
Komplikasi nutrisi
Penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan sebagai akibat dari mutah
kronik, hal ini perlu diperhatikan pada saat melakukan terapi.
Mallory Weiss syndrome
Adalah laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan lambung. Hal ini
biasanya terjadi mutah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan endoskopi akan
ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian bawah daerah LES. Dalam
waktusingkat akan sembuh. Bila anemia terjadi oleh karena perdarahan yang
hebat perlu dilakukan transfusi darah.

Peptic esophagitis
Akibat refluk yang berkepanjangan pada mutah kronik menyebabkan iritasi
mujkosa esofagus oleh asam lambung, antasida atau histamin receptor blocker
dapat menyembuhkan.
5. Pengobatan.
Pengobatan mutah ditujukan pada penyebab spesifik mutah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis gastrointestinal tract yang
merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS),
appendiciyis, batu ginjal, obstruksi usus, tekanan intrakranial yang meningkat.
Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif,
misalnya pada mabuk (motion sickness), nausea dan mutah pasca operasi,
khemoterapi kanker, cyclic vomiting, gastroparesis, dan gangguan motilitas
gastrointestinal.
Obata-obatan antiemetik termasuk prokinetik, metoklopramide, domperidome,
cisapride, dan bethanechol. Metoklopramide cukup efektif, cisapride sebagai
prokinetik memberikan hasil yang baik, sebenarnya komplikasi jarang terjadi.
ASKEP TEORITIS
Diagnosa : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteriahasil : Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab,
balan cairan seimbang.
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital.
- Observasi tanda-tanda dehidrasi.
- Ukur infut dan output cairan (balanc ccairan).
- Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang
lebih 2000 2500 cc per hari.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan, pemeriksaan lab
elektrolit.
- Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa
mual dan muntah
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan.
Kriteria Hasil : Klien tidak mual dan muntah.
Intervensi :
- Monitortanda-tandavital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
- Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan
kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan
peningkatan cairan.
- Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
- Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh, ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan
meningkat.
Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
menurun. Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak
dihabiskan Ada rasa mual muntah.
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi :
- Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
- Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan
sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
- Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
- Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
- Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
- Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
- Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki
rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
- Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
Diposkan oleh Ari boy di 08:25 0 komentar Link ke posting ini

Anda mungkin juga menyukai