Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Glikogen adalah suatu glukosan. Makromolekul ini merupakan karbohidrat cadangan pada
hewan sehingga disebut zat pati hewan (animal starch). Zat pati ini terutama terdapat di dalam
hati dan otot. Glikogen juga terdapat pada tumbuh-tumbuhan tingkat rendah yang tidak
berklorofil (terutama kapang). Struktur kimia glikogen identik dengan struktur kimia
amilopektin, namun cabang-cabang glikogen lebih banyak dan lebih pendek. Jadi, glikogen
merupakan polimer -D-glukopiranosa. Ikatan glikosida pada rantai yang tidak bercabang terjadi
antara atom C1 dan atom C4, sedangkan ikatan glikosida pada cabang terjadi antara atom C1 dan
atom C6 (Sumardjo 2006).
Di dalam sel tubuh, glukosa dapat diubah menjadi glikogen dan sebaliknya glikogen
dapat diubah menjadi glukosa melalui reaksi biokimiawi yang bertahap. Perubahan glukosa
menjadi glikogen disebut glikogenesis, sedangkan perubahan glikogen menjadi glukosa disebut

glikogenolisis. Struktur glikogen hati sama dengan struktur glikogen otot, namun fungsi
keduanya berbeda. Glikogen otot berperan sebagai sumber energi, sedangkan glikogen hati
berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah (Sumardjo 2006).

Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang
berfungsi sebagai salah satu sumber energy tidak hanya bagi kerja otot namun juga merupakan
sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan otak.. Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati
merupakan dua komponen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen.
Sintesis dan pemecahan glikogen berlangsung lewat jalan yang berbeda. Tergantung pada proses
yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar namun hal ini
jarang terjadi. Apabila ada, molekul tersebut dipecah sempurna, meski pada hewan kelaparan
simpanan glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan
dari pemecahan glikogen terdapat dalam bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa
bebas (Montgomery 1983).
Glikogen sewaktu-waktu diubah jadi glukosa sebagai sumber energi. Ketika puasa lemak
tubuh dirombak jadi asam lemak dan gliserol, lalu diubah menjadi glukosa, untuk menjamin agar
kadar gula darah tetap dan sumber energi bagi metabolisme dan gerakan tubuh selalu cukup.
Puasa merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan utama
pada saat kelaparan adalah senyawa penghasil energi. Jawaban fisiologis pertama terhadap
kekurangan pangan adalah mempertahankan kadar glukosa darah. Glikogen hati hanya dapat
menyediakan glukosa selama beberapa jam, dan setelah itu terjadi proses glukoneogenesis dalam
hati yang membutuhkan substrat dari jaringan lain. Substrat ini berasal dari asam amino
glikogenik dan lemak (Montgomery1983).
Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama yang
digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan otot, glikogen akan
memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot sedangkan di dalam hati glikogen akan
memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa hati. Walaupun memiliki persentase yang
lebih kecil namun secara total jaringan otot memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar di
bandingkan dengan glikogen hati (Anna Poedjiadi 1994).

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat
dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Dalam ilmu kedokteran,
gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula
darah atau tingkat glukosa serum, diatur di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah
adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya kadar glukosa darah antara 4-8
mmol/l (70-150 mg/dl). Kadar glukosa meningkat setelah makan dan biasanya kadar glukosa
terendah pada pagi hari yaitu sebelum orang makan. Kadar glukosa pada saat berpuasa (Anna
Poedjiadi 1994). Jaringan di dalam tubuh seperti otak dan sel darah merah bergantung pada
glukosa untuk memperoleh energi. Sebagian besar jaringan juga memerlukan glukosa untuk
fungsi lain dalam jangka panjang, misalnya membentuk gugus ribosa pada nukleotida atau
bagian karbohidrat pada glikoprotein. Oleh karena itu, agar dapat bertahan hidup, manusia harus
memiliki mekanisme untuk memelihara kadar gula darah. Setelah memakan makanan yang
mengandung karbohidrat, kadar glukosa darah meningkat. Sebagian glukosa dalam makanan
disimpan dalam hati sebagai glikogen. Setelah 2 atau 3 jam berpuasa, glikogen ini mulai
diuraikan oleh proses glikogenolisis dan glukosa yang terbentuk dibebaskan ke dalam darah.
Gula (glukosa) darah merupakan kadar gula yang terdapat dalam darah baik itu berasal dari
proses metabolisme makanan yang mengandung karbohdrat maupun hasil rombakan dari zat lain
seperti glikogen (Marks 2012).
Kadar glukosa darah dipertahankan tidak saja selama puasa tetapi juga sewaktu
berolahraga saat sel otot menyerap glukosa dari darah dan mengoksidasinya untuk memperoleh
energi. Selama berolahraga, hati memasok glukosa ke dalam darah melalui proses glikogenolisis
dan glukoneogenesis. Kadar glukosa darah senantiasa dipertahankan karena glukosa darah
memiliki fungsi penting bagi tubuh salah satunya untuk menghasilkan energi untuk melakukan
aktivitas (Marks 2012).
Kadar glukosa darah normal adalah sebesar 80-110 mg/dl. Kadar glukosa tersebut bisa
bertambah tinggi pada keadaan setelah makan, yaitu 180 mg/dl dan akan kembali normal dalam
waktu 2 jam (Dalimartha 1997). Kadar glukosa darah puasa pada keadaan normal berkisar antara
70-120 mg/dl (Badan POM 2005, Marthur & Shiel 2003).
Dafpus

Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit UI-Press


Dalimartha S. 1997. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.1997. Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI
Marks DB, Allan DM dan Collen MS. 2012. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan
Klinis. Jakarta: EGC.
Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan
Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University Press
Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan
Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sumardjo D. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai