Anda di halaman 1dari 53

9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir setiap individu dan masyarakat dunia mengetahui bahwa rokok

memiliki kandungan zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan serta dapat

menjadi pemicu kematian. Namun demikian, hal tersebut bukanlah suatu

penghalang yang dapat mencegah seseorang untuk tidak merokok. Dewasa ini,

rokok menjadi salah satu bagian dalam kehidupan seorang perokok, baik rokok

filter/kretek, cerutu, pipa/cangklong dan shisha (rokok arab) mulai dari yang muda

sampai yang tua (Kemenkes, 2013), saat ini telah hadir produk rokok terbaru yaitu

rokok elektrik (Quamila, 2017). Adapun rokok yang sering di konsumsi

masyarakat umum yaitu rokok filter/kretek. Dengan berbagai alasan seseorang

untuk tetap merokok, mulai dari rokok sebagai pelarian, meniru orang tua, ikut

ikutan dan sekedar hanya sebagai gaya (Bustan, 2007). Berdasarkan data dari The

ASEAN Tobacco Control Report 2007 melaporkan bahwa perokok di ASEAN

mencapai hingga 124.691 juta orang, adapun Indonesia menyumbang 57.563 juta

orang atau sekitar 46,16% dari 100% (Nururrahmah, 2014).

Berdasarkan fakta bahwa rokok semakin diminati, saat ini perusahaan rokok

semakin gencar dalam mempromosikan produk rokok dengan gaya yang menarik.

Rokok ditampilkan sebagai sesuatu yang nikmat, macho, kreatif serta penuh

kebanggaan (Bustan, 2007). Di negara berkembang, angka perokok perempuan

masih cukup rendah dibanding laki-laki, namun orang yang ada di sekelilingnya
10

adalah perempuan dan anak-anak (Pradono dan Kristanti, 2003). Akibat dari

kondisi ini semakin membuat khawatir penduduk yang tidak merokok. Karena

setiap orang menyadari bahwa asap rokok yang dihisap baik oleh si perokok

maupun orang lain yang menghirup asap rokok sama-sama mendapat dampak

negative bagi kesehatan. Di Indonesia, persentase pada anak-anak dan wanita yang

terpapar asap rokok mencapai 63%, di Kuba 69% dan di India sekitar 34%.

Meningkatnya masalah passive smoking, baik di lingkungan kerja maupun di

rumah yang semakin tertutup akan mengakibatkan udara semakin tercemar

sehingga orang yang tidak merokok di sekitar ruangan tersebut menghirup udara

yang tidak sehat (Bustan, 2007).

Menurut Kemenkes (2013), di dalam sebatang rokok mengandung lebih dari

4000 jenis senyawa kimia, 400 zat yang berbahaya dan 43 zat penyebab kanker.

Bayangkan saja, bagaimana keadaan sistem tubuh apabila zat seperti Ammonia

(pembersih lantai), Carbon Monoxide (gas dari knalpot), Vinyl Chlorida (bahan

plastic PVC), dan lain-lain dikonsumsi oleh perokok pasif maupun perokok aktif

(Kemenkes, 2013). Berdasarkan penelitian di Skotlandia, asap rokok benar-benar

mengarah pada kualitas udara yang buruk dan memiliki konsentrasi partikel yang

halus. Adapun partikel udara asap rokok yaitu berdiameter 2,5 mikron atau dikenal

dengan PM 2,5. Partikel dengan ukuran 2,5 mikron dapat menembus jauh ke paru-

paru, bahkan masuk ke dalam darah sehingga dapat menyebabkan penyakit

jantung, stroke dan kanker. Rata-rata, dengan tingkat PM 2,5 di rumah yang

terdapat perokok adalah 31 mikrogram dengan hitungan seperempat dalam sehari.

Artinya, jika seseorang merokok selama rata-rata 24 jam maka hasilnya adalah 124
11

mikrogram (Kamil, 2014), sehingga termasuk dalam kategori udara tidak sehat

(101-200 g/m3).

Terdapat dua macam asap rokok yaitu asap utama dan asap sampingan. Asap

utama adalah asap yang dihisap oleh perokok, sedangkan asap sampingan adalah

pembakaran dari ujung rokok yang kemudian menyebar ke udara. Asap sampingan

ini memiliki resiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan karena asap

sampingan ini tidak melalui tahap penyaringan yang cukup (Basha, 2004:12;

dikutip Talumewo, dkk, 2012). Adapun penyakit yang berhubungan dengan rokok

maupun asap rokok seperti penyakit jantung koroner, thrombosis koroner,

bronkitis dan kanker (Nururrahmah, 2014). Pada penelitian lain ditemukan

penyakit akibat terpaparnya asap rokok seperti kanker paru-paru, sakit jantung,

penyakit pernapasan, infeksi telinga tengah yang terjadi pada anak dan berisiko

mengalami kanker payudara (Stoppler, 2011). Risiko kanker payudara pada

perokok aktif tidak diketahui meningkat, namun beberapa studi menemukan

bahwa terdapat hubungan antara terjadinya kanker payudara pada orang yang

terpapar asap rokok terutama pada wanita yang suaminya perokok (Stoppler,

2011). Di dalam rokok mengandung tiga zat paling berbahaya terutama dalam hal

kanker yaitu tar, nikotin dan karbon monoksida (CO) (Bustan, 2007).

Penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh manusia,

karena panyakit kanker dapat menyerang semua usia mulai dari usia <1 tahun

hingga >75 tahun dan juga merupakan salah satu faktor terbesar penyebab

kematian. Berdasarkan data WHO (2013), kanker payudara merupakan penyakit

dengan angka tertinggi di Indonesia setelah kanker serviks yaitu 0,8% pada kanker
12

serviks dan 0,5 % pada kanker payudara. Kanker payudara sering dijumpai oleh

kaum perempuan. Diperkirakan kasus baru tidak kurang dari 1.050.346 per tahun.

Berdasarkan perkiraan International Agency for Research on Cancer, tahun 2020

akan ada 1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan 411.000 kematian.

Sebanyak 70% kasus baru dan 55% diprediksi terjadi di negara berkembang

(Rasjidi, 2010).

Di Rumah Sakit Kanker Dharmis jumlah kasus baru yang terus meningkat,

yaitu tahun 2003 terdadpat 221 kasus, sedangkan pada tahun 2008 sudah tiga kali

lipatnya menjadi 657 kasus (Rasjidi, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Fitoni (2012), salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara di RSUD dr.

Soedarso Pontianak yaitu adanya riwayat merokok, dari 70 subjek penelitian

diantaranya 38 orang tidak ada riwayat merokok, 13 orang perokok aktif dan 19

orang perokok pasif. Akan tetapi (Stoppler, 2011), mengatakan laporan US

Surgeon General menyimpulkan bahwa pada saat ini hubungan paparan asap

rokok dengan risiko kanker payudara ada sugestif namun tidak cukup bukti

adanya hubungan. Penyebab penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan

secara jelas, akan tetapi beberapa penelitian menemukan beberapa faktor yang

dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Menurut Rasjidi (2009), ketika

wanita dengan usia muda (usia subur) terkena kanker payudara, maka

kecenderungan perkembangan kanker akan lebih agresif dibandingkan dengan

wanita yang lebih tua. Wanita Usia Subur adalah wanita yang beusia antara 15-45

tahun (Romauli dan Vindari, 2009; dikutip Sitorus, 2013).


13

Pada studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara, terdapat 9 orang

perokok pasif yaitu wanita usia subur yang tinggal satu rumah dengan seseorang

yang merupakan perokok aktif. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan,

tepatnya di RT 38 Kelurahan Tangga Takat Palembang diketahui bahwa

dilingkungan tersebut lebih terpapar asap rokok sampingan, yaitu asap rokok yang

dihembuskan ke udara oleh suami dan saudara laki-laki (anggota keluarga

serumah) yang merokok sehingga asap rokok dapat terhirup oleh seseorang yang

tidak merokok dalam setiap harinya. Responden mengatakan bahwa ketika suami

sedang merokok, maka responden pun menghirup asap rokok juga karena

responden berada pada ruangan yang sama dan responden merasa terganggu

dengan asap rokok tersebut.

Responden yang merupakan perokok pasif yang menghirup asap rokok dari

suami perokok aktif, dalam satu hari rata-rata suaminya menghabiskan 1 hingga 2

kotak rokok (1 kotak berisi 16 batang rokok). Berdasarkan pengakuan responden

bahwa suami seringkali merokok di dalam rumah, baik setelah bangun tidur,

setelah makan bahkan ketika BAB di toilet. Anggota keluarga yang tinggal satu

rumah terdapat lebih dari 2-3 orang perokok. Pada waktu sore hari peneliti melihat

terdapat beberapa laki-laki yang sedang berkumpul sembari menghisap rokok,

sedangkan di tempat tersebut terdapat pula wanita dan anak-anak. Salah satu

warga di Kelurahan Tangga Takat Palembang mengatakan bahwa di lingkungan

tersebut pernah ada yang mengalami kanker payudara yaitu sebanyak 3 orang,

namun 2 orang telah meninggal beberapa tahun yang lalu pada usia 45 tahun dan
14

55 tahun. Sedangkan 1 orang lainnya yang terkena kanker payudara yaitu usia 45

tahun masih melakukan pengobatan rawat jalan hingga sekarang.

B. Rumusan Masalah

Semakin meningkatnya perokok aktif dalam setiap harinya, maka meningkat

pula perokok pasif yang terpapar asap rokok, terutama dalam kalangan wanita dan

anak-anak. Hal tersebut dapat menjadikan dampak negatif dalam hal kesehatan

baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Dampak negatif yang dapat timbul

bagi seseorang yang terpapar asap rokok terutama pada wanita usia subur

sangatlah menakutkan, seperti resiko kanker payudara. Sedangkan wanita usia

subur tersebut menginginkan untuk menjalani kehidupannya dengan aman, damai,

sehat, terhindar dari berbagai penyakit mematikan. Semakin sering seseorang

terpapar asap rokok maka semakin banyak pula zat karsinogenik yang masuk ke

dalam tubuh. Oleh sebab itulah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Hubungan keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker payudara pada

wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang.

C. Tujuan Peneltian

A. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterpaparan asap rokok

dengan risiko kanker payudara pada wanita usia subur di Kelurahan Tangga

Takat Palembang.

B. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi usia wanita usia subur di Kelurahan

Tangga Takat Palembang.


15

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi keterpaparan asap rokok di Kelurahan

Tangga Takat Palembang.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi risiko kanker payudara pada wanita

usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang.

4. Untuk mengetahui hubungan keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker

payudara pada wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menambah wawasan baru,

informasi, pemahaman serta dapat digunakan sebagai penunjang referensi pada

keilmuan keperawatan dalam proses belajar mengajar terutama tentang

hubungan keterpaparan asap rokok dengan kanker payudara pada wanita usia

subur.

2. Secara Praktis

a. Bagi institusi keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi

institusi untuk mengembangkan pendidikan kesehatan dan memberi motivasi

serta memberi inovasi baru dalam rangka mengurangi angka konsumsi rokok

dalam lingkungan bermasyarakat.

b. Bagi wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi serta

motivasi kepada setiap wanita di Kelurahan Tangga Takat Palembang untuk

perduli akan kesehatan dengan memodifikasi lingkungan terutama terdapat


16

keluarga yang perokok. Akhirnya, besar kemungkinan dapat menjadi

seorang wanita yang unggul, cerdas, sehat dan dapat memberi keturunan

yang sehat pula. Selain itu, diharapkan wanita yang berpartisipasi dalam

penelitian ini mampu memotivasi anggota keluarga yang terdapat perokok

aktif untuk mengurangi konsumsi rokok hingga akhirnya dapat menjadi

mantan perokok.

c. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

referensi serta acuan dalam pengembagan penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berusaha menemukan kaitan hubungan keterpaparan asap

rokok dengan risiko kanker payudara pada wanita usia subur di Kelurahan Tangga

Takat Palembang. Sampel dalam penelitian ini yaitu wanita usia subur di

Kelurahan Tangga Takat Palembang yaitu sebanyak 55 orang. Penelitian ini

direncanakan dilaksanakan mulai bulan Mei 2107. Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional yaitu mempelajari hubungan antara faktor risiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Menurut Budiman (2011), studi cross

sectional merupakan suatu rancangan observasional yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen, dimana

pengukurannya dilakukan pada satu saat.


17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterpaparan Asap Rokok

1. Definisi Rokok

Rokok adalah hasil olahan yang menggunakan bahan tembakau, termasuk

cerutu ataupun bentuk lainnya (Kemenkes, 2013). Menurut Wikipedia (2017),

rokok adalah silinder dari kertas yang berisi dedaunan tembakau yang telah

dicacah. Salah satu ujung rokok dibakar dan dibiarkan membara agar asapnya

dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lainnya.

Sitopeo (2000), menjelaskan bahwa merokok adalah membakar tembakau

yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun

menggunakan pipa. Rokok merupakan salah satu produk dari sebuah industri,

dimana didalam sebatang rokok mengandung sekitar 3000 bahan kimia. Dari

sekian banyak bahan kimia yang terkandung dalam rokok, ada 3 bahan yang

paling berbahaya khususnya dalam hal kanker, yaitu tar, nikotin dan karbon

monoksida (Bustan, 2007).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rokok

merupakan suatu produk hasil olahan yang berisi dedaunan tembakau yang

dapat dibakar pada salah satu ujungnya dan dihisap pada ujung yang lain,

dimana ketika rokok dibakar dapat menghasilkan asap rokok yang disebarkan

ke udara baik dari rokok itu sendiri maupun dari orang yang menghisapnya,

akibatnya asap rokok tersebut dapat terhirup oleh seseorang yang merokok
18

maupun yang tidak merokok. Seseorang yang terpapar asap rokok artinya

seseorang terkena asap rokok yang terurai di udara dalam waktu lama atau

terus-menerus (Hooliganisa, 2017).

2. Jenis Asap Rokok

Rokok yang diisap mengeluarkan asap yang mengandung berbagai jenis zat

berbahaya. Menurut Jaya (2004; dikutip Windarti 2014), terdapat dua jenis asap

rokok yaitu :

a. Mainstream smoke (asap utama) yaitu asap rokok yang dihisap langsung

melalui mulut.

b. Sidestream smoke (asap sampingan) yaitu asap rokok yang dihembuskan ke

udara bebas sehingga dapat terhirup oleh orang lain yang tidak merokok.

3. Kandungan Asap Rokok

Di dalam satu batang rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia, 400

diantaranya zat berbahaya dan 43 zat yang dapat menyebabkan kanker

(karsinogenik) (Kemenkes, 2013). Dari sekian banyak zat berbahaya yang

terkandung dalam rokok, ada tiga zat yang paling berbahaya terutama dalam hal

kanker, yaitu tar, nikotin dan karbonmonoksida (Bustan, 2007).

a. Tar

Tar merupakan zat berbahaya penyebab kanker (Kemenkes, 2013:5). Tar

biasa digunakan sebagai bahan untuk melapisi jalan atau aspal. Tar yang

terdapat pada rokok merupakan partikel yang dapat menyebabkan

tumbuhnya sel kanker (Wulansari, 2015).


19

b. Nikotin

Nikotin merupakan zat berbahaya yang dapat menyebabkan seseorang

menjadi kecanduan (Kemenkes, 2013: 5). Nikotin bersifat toksis bagi

jaringan syaraf. Nikotin terus-menerus menstimulasi otak untuk menambah

jumlah nikotin yang dibutuhkan, akhirnya lama-kelamaan nikotin dapat

melumpuhkan otak dan meningkatkan kinerja jantung. Artinya, jantung

membutuhkan oksigen lebih banyak agar dapat tetap bekerja (Wulansari,

2015).

c. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) merupakan salah satu zat berbahaya yang

terkandung dalam gas dari knalpot (Kemenkes, 2013: 5). Karbon monoksida

dapat merusak lapisan pembuluh darah dan meningkatkan kadar lemak

dalam darah sehingga dapat mengakibatkan penyumbatan. Akibatnya, darah

yang seharusnya membawa suplai oksigen menuju jantung menjadi

terhalang (Wulansari, 2015).

4. Dampak Rokok

Menurut Kemenkes (2013), asap rokok yang dihisap baik oleh si perokok

maupun orang lain yang menghirup asap rokok berdamapak pada timbulnya

berbagai masalah kesehatan, seperti katarak, kanker rahim, penyakit jantung,

kanker paru, kanker payudara yang banyak diderita oleh wanita yang suaminya

adalah perokok. Menurut Nururrahmah (2014), penyakit yang berhubungan

dengan asap rokok antara lain :


20

a. Penyakit jantung koroner. Asap rokok dapat mempengaruhi jantung dengan

berbagai cara, seperti zat yang terkandung dalam asap rokok dapat

menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung semakin lama

terpapar asap roko maka dapat menyebabkan dinding pembuluh darah

menebal secara bertahap yang menyulitkan jantung untuk memompa darah.

b. Trombosois koroner atau serangan jantung. Zat yang terkandung dalam asap

rokok dapat membuat darah menjadi lebih kental dan mudah membeku.

Nikotin yang terkandung dalam asap rokok dapat mengganggu irama jantung

yang normal dan teratur, sehingga kematian secara tiba-tiba akibat serangan

jantung dapat dengan mudah terjadi.

c. Kanker. Kanker merupakan pertumbuhan sel abnormal yang tumbuh

mengganda terus-menerus dan tidak berhenti. Pertumbuhan ini dapat terjadi

karena terangsang oleh substansi tertentu dalam jangka waktu lama,

contohnya seperti zat yang terkandung dalam asap rokok yang terpapar

dalam waktu lama.

d. Resiko kanker payudara. Pernyataan bahwa asap rokok dikaitkan dengan

peningkatan risiko kanker payudara saat ini masih membutuhkan penelitian

yang lebih mendalam. Pada beberapa studi telah menemukan bahwa terdapat

hubungan yang mungkin antara terpapar asap rokok dengan risiko kanker

payudara (Stoppler, 2011).


21

5. Identifikasi Keberadaan Rokok

Upaya mengetahui apakah seseorang terpapar rokok, maka dapat dilakukan

beberapa cara, antara lain :

a. Dengan wawancara, yaitu bertanya secara langsung pada orang yang

bersangkutan, apakah orang tersebut merokok ataupun hal-hal yang

berhubungan dengan rokok.

b. Dengan bertanya pada orang atau keluarga yang bersangkutan.

c. Dengan pemeriksaan komponen rokok pada urin, seperti nikotin (Bustan,

2007).

6. Identifikasi Keterpaparan Rokok

Menurut Bustan (2007), rokok-merokok memiliki variasi yang cukup luas

kaitannya dengan dampak yang ditimbulkan. Oleh karena itu, keterpaparan

rokok harus diidentifikasi dari berbagai sisi, antara lain :

a. Status perokok : perokok aktif atau perokok pasif

Perokok aktif adalah seseorang yang merokok secara langsung melalui

mulut.

Perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok, namun terhisap asap

rokok dari seseorang yang merokok baik di dalam rumah maupun

lingkungan.
22

b. Jumlah rokok yang dihisap : dalam satu hari, berapa batang rokok yang

dihabiskan.

Perokok ringan, jika rokok yang dihisap dalam satu hari kurang dari 10

batang.

Perokok sedang, jika rokok yang dihisap dalam satu hari sebanyak 10-20

batang.

Perokok berat, jika rokok yang dihisap dalam satu hari lebih dari 20

batang.

c. Jenis rokok yang dihisap : rokok filter/kretek, cerutu, pipa/cangklong, shisha

(rokok arab) dan rokok elektrik.

d. Cara menghisap rokok : menghisap dangkal atau hisap dalam.

e. Alasan merokok : ingin terlihat hebat, ikut-ikutan orang tua, sebagai gaya

atau karena pelarian.

f. Usia mulai merokok : sejak usia 10 tahun atau lebih. Semakin awal atau

muda seseorang merokok atau terpapar asap rokok, maka akan semakin

besar pengaruhnya.

7. Keterkaitan Asap Rokok dan Risiko Kanker Payudara

Pada seseorang yang merupakan perokok aktif maupun perokok pasif

memiliki risiko terkena kanker payudara karena didalam asap rokok

mengandung bahan yang bersifat karsinogenik. Semakin sering dan lama

seseorang terpapar asap rokok maka semakin tinggi resikonya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fitoni (2012), di RSUD Soedarso Pontianak


23

salah satu faktor risiko kanker payudara yaitu riwayat terpapar asap rokok, baik

perokok aktif maupun perokok pasif. Begitu pula penelitian yang dilakukan

oleh Oktaviana (2011), menyebutkan bahwa salah satu faktor risiko kanker

payudara pada pasien kanker payudara wanita di RS. Kanker Dharmais Jakarta

ialah perokok pasif. Pada dasarnya, sebelum terjadinya kanker payudara,

terlebih dahulu terdapat beberapa perubahan-perubahan pada payudara seperti

benjolan pada payudara. Apabila perubahan pada payudara tidak segera

terdeteksi dan tidak diberi penanganan secara lanjut maka lama-kelamaan dapat

berkembang menjadi kanker payudara. Berdasarkan penelitian tersebut dapat

diartikan bahwa seseorang yang terpapar asap rokok baik perokok aktif maupun

perokok pasif memiliki resiko kanker payudara.

Menurut Rasjidi (2010), seorang wanita usia muda (WUS) yang menderita

kanker payudara, maka perjalanan kanker cenderung lebih cepat untuk

berkembang. Apabila gejala-gejala kanker payudara tidak diketahui dari sejak

awal, maka kemungkinan untuk sembuh sangatlah kecil. Semakin hari usia

seseorang semakin bertambah, seiring pertambahan usia maka sistem imun atau

sistem kekebalan tubuh akan semakin berkurang, sedangkan perjalanan kanker

terus berjalan.

B. Risiko Kanker Payudara

1. Pengertian dan Fungsi Payudara

Dalam bahasa latin, payudara dikenal dengan nama mammae. Payudara

merupakan organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin

betina, termasuk perempuan dari golongan manusia. Organ tubuh ini digunakan
24

untuk menyakurkan air susu (ASI) pada bayi mamalia atau manusia yang baru

lahir. Selain itu juaga, keberadaannya yang menonjol di bagian atas, membuat

bentuk tubuh perempuan terlihat lebih indah dan menarik (Putra, 2015).

Payudara juga merupakan salah satu organ reproduksi perempuan serta

berfungsi mengeluarkan air susu (ASI). Payudara yang memproduksi ASI

tersebut terdiri dari lobulus-lobulus , yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI dan

tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar hingga puting susu

(nipple) (Putra, 2015).

2. Pengertian Kanker Payudara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel kehilangan kontrol dalam

mengendalikan mekanismenya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak

normal, cepat dan tidak terkendali. Peningkatan jumlah sel yang tidak normal

ini membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker (Tjahjadi, 2008; dalam

Yuni, 2014). Sedangkan kanker payudara yaitu sekelompok sel yang tidak

normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda yang pada akhirnya sel-

sel ini membentuk benjolan pada payudara (Putra, 2015).

Istilah kanker payudara merujuk pada suatu tumor ganas yang berkembang

dari sel-sel payudara. Kanker payudara dimulai dari sel di tubulus, yaitu

kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus yaitu saluran yang

menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh dan

berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan atau pembuluh

darah (Putra, 2015). Menurut Putra (2015), terdapat beberapa faktor risiko

penyebab kanker payudara, salah satunya yaitu perokok berat. Rokok


25

merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara. Selama beberapa tahun

terakhir, para ilmuwan membuktikan bahwa zat kimia yang terkandung dalam

asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang yang tidak merokok disekitarnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2011), tentang faktor-

faktor risiko kanker payudara pada pasien kanker payudara wanita di RS

Kanker Dharmais Jakarta salah satunya yaitu adanya riwayat perokok pasif. Hal

ini menandakan bahwa seseorang yang terpapar asap rokok memiliki risiko

terjadinya kanker payudara. Apabila seorang wanita memiliki risiko kanker

payudara, bukan berarti bahwa wanita tersebut pasti akan menderita kanker

payudara, akan tetapi akan meningkatkan kemungkinan untuk menderita kanker

payudara.

3. Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Putra (2015) menyebutkan bahwa gejala klinik kanker payudara secara

garis besar terbagi menjadi dua, yaitu benjolan pada payudara dan erosi pada

puting susu. Adapun gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut:

a. Benjolan pada payudara. Umumnya, benjolan pada payudara tidak terdapat

rasa nyeri. Benjolan pada awalnya kecil, namun makin lama benjolan

semakin membesar lalu melekat pada kulit sehingga menimbulkan

perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

b. Erosi pada puting susu. Kulit atau puting susu tertarik ke dalam (retraksi),

berwarna merah muda atau kecoklatan hingga menjadi oedema, akibatnya

kulit terlihat seperti kulit jeruk, mengkerut bahkan timbul borok pada

payudara.
26

Menurut Rasjidi (2010), dalam mencegah terjadinya kanker payudara

maka dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

yang dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi. Menurut

Kemenkes (2016), terdapat enam langkah untuk melakukan pemriksaan

SADARI. Adapaun langkakh-langkah SADARI adalah sebagai berikut :

1. Berdiri di depan cermin dengan kedua lengan berada disamping tubuh,

perhatikan bentuk dan ukuran payudara Anda.

Gambar 2.1 Lengan di samping tubuh

Lihatlah perubahan bentuk dan besarnya payudara (apakah simetris),

perubahan arah puting susu (apakah tertarik ke dalam), serta kulit payudara

(apakah terdapat cekungan atau kerutan).

2. Perhatikan payudara dengan posisi tangan berada diatas kepala, kemudian

kedua tangan di pinggang.

Gambar 2.2 Tangan di atas kepala Gambar 2.3 Tangan di pinggang


27

Lihatlah perubahan bentuk dan besarnya payudara (apakah simetris),

perubahan arah puting susu (apakah tertarik ke dalam), serta kulit payudara

(apakah terdapat cekungan atau kerutan).

3. Tekan setiap puting dengan kedua tangan, perhatikan apakah ada cairan yang

keluar.

Gambar 2.4 Tekan puting dengan kedua tangan

Perhatikan apabila keluar cairan atau darah dari puting susu.

4. Dengan posisi berbaring, letakkan tangan kanan di bawah kepala.

Gambar 2.5 Tangan kanan dibawah kepala

5. Gunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis sebelah kiri yang saling

dirapatkan untuk menekan seluruh bagian bayudara.

Gambar 2.6 Gunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis

6. Periksa daerah payudara dan ketiak serta payudara dan tulang dada dengan

gerakan melingkar dari sisi luar payudara serta gerakakn vertikal strip dari

sisi dalam payudara.


28

Gambar 2.7 Periksa dengan Gambar 2.8 Periksa dengan

gerakan melingkar gerakan vertikal strip

Pastikan seluruh bagian payudara telah diperiksa. Perhatikan apabila merasa

ada benjolan abnormal.

Berdasarkan langkah-langkah pemeriksaan SADARI tersebut menurut

Kemenkes (2016), apabila terdapat minimal satu tanda yang ditemukan pada

saat pemeriksaan maka dapat berisiko terjadinya kanker payudara, sebaliknya

apabila dengan pemeriksaan SADARI tidak didapatkan satu tanda-pun maka

dapat dikatakan seseorang tidak berisiko terjadi kanker payudara. Adapun

tanda-tandanya antara lain:

a. Adanya penarikan/ retraksi pada puting susu.

b. Terdapat cekungan/ kerutan pada payudara.

c. Payudara tidak simetris.

d. Keluar cairan abnormal dari puting susu.

e. Terdapat benjolan abnormal pada payudara maupun ketiak.

4. Stadium Kanker Payudara

Menurut Yuni (2014), kanker payudara terdiri dari empat stadium

(staging). Adapun staging kanker payudara adalah sebagai berikut:

a. Stage I : tumor yang berdiameter kurang dari 2 cm tanpa keterlibatan

limfonodus (LN) dan belum ada penyebaran jauh (tumor terbatas pada

payudara).
29

b. Stage IIa : tumor yang berdiameter kurang dari 2 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter

kurang dari 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran

jauh.

c. Stage IIb : tumor yang berdiameter kurang dari 5 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter

lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran

jauh.

d. Stage IIIa : tumor yang berdiameter lebih dari 5 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.

e. Stage IIIb : tumor yang berdiameter lebih dari 5 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke

supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau

menyebar ke kulit atau dinding toraks. Tumor telah menyebar ke dinding

dada atau menyebabkan pembengkakan, bisa juga berupa luka bernanah di

payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer.

f. Stage IV : Tumor yang telah mengalami metastasis jauh, yaitu tulang, paru-

paru, liver atau tulang rusuk.

C. Wanita Usia Subur

Wanita usia subur adalah wanita yang berusia 15-49 tahun, baik wanita

tersebut belum menikah maupun telah menikah ataupun janda (BKKBN, 2011).

Wanita usia subur (WUS) adalah semua wanita yang berusia 15-49 tahun tanpa

memperhitungkan status perkawinannya, yaitu wanita yang sudah menikah


30

ataupun belum menikah apabila usia 15-49 tahun maka tetap dikatakan wanita usia

subur (Susilowati, 2013). Menurut Suparyanto (2011; dikutip Susilowati, 2013),

untuk mengetahui tanda-tanda wanita usia subur antara lain terjadinya menstruasi,

pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya organ tubuh seperti buah dada. Pada

wanita usia subur apabila terkena kanker payudara, maka perkembangan

pertumbuhan kanker akan lebih cepat (Rasjidi, 2010).

D. Penelitian Terkait

1. Rifki YS, Ermawati dan Irvan Medison (Rifki, dkk, 2016)

Judul penelitian Hubungan Paparan Asap Rokok Lingkungan dengan Kejadian

Dismenorea Primer. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional,

yaitu menentukan hubungan antara paparan asap rokok lingkungan dengan

kejadian dismenorea primer pada mahasiswi pendidikan dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas. Jumlah sampel sebanyak 95 mahasiswi yang

dipilih dengan teknik propotional random sampling. Data pengisian kuisioner

oleh responden dianalisis dengan uji chi-square. Hasil uji menunjukkan bahwa

paparan asap rokok lingkungan (p=0.020) memiliki hubungan dengan kejadian

disminorea primer (Rifki, 2016).

2. Hendri Fitoni (Fitoni, 2012)

Judul penelitian Faktor Risiko Kanker Payudara di RSUD Dr. Soedarso

Pontianak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

retrospektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko pada

wanita penderita kanker payudara di RSUD dr. Sodarso Pontianak. Didapatkan

70 sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara. Hasil penelitian


31

didapatkan bahwa dari beberapa faktor penyebab terjadinya kanker payudara di

RSUD dr. Soedarso Pontianak salah satunya yaitu riwayat merokok. Dari 70

sampel penelitian, terdapat 31 sampel yang memiliki riwayat kebiasaan

merokok (13 orang perokok aktif dan 19 orang perokok pasif) (Fitoni, 2012).

3. Prayogi Agil (Agil, 2012)

Judul penelitian Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dan Frekuensi

Terjadinya Eksaserbasi Asma pada Pasien Asma yang Berobat ke RSU DR

Soedarso. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara paparan

asap rokok dan frekuensi eksaserbasi asma pada pasien asma yang berobat ke

RSU dr. Soedarso. Sampel yang digunakan sebanyak 40 orang yaitu orang yang

berobat di poli paru dan ruang rawat inap bagian paru RSU dr. Soedarso dan

telah didiagnosis menderita asma. Data yang dikumpulkan berupa data primer

yang diperoleh dari pengisian kuesioner secara terpimpin. Uji hipotesis yang

digunakan yaitu uji Chi-Square, bila tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji

Kolmogorov-smirnov. Dari 40 sampel, didapatkan hasil sebanyak 29 orang

terpapar sedang dan 11 orang terpapar tinggi dengan nilai kemaknaan p= 0,031.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semakin lama pasien terpapar asap rokok

dan semakin tinggi frekuensi eksaserbasi asma pada pasien asma yang berobat

ke RSU dr. Soedarso.

4. Intan Syahriana Hasibuan (Syahriana, 2014)

Judul penelitian Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Berat Badan Bayi

yang Dilahirkan di Rsud Dr.Pirngadi Medan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan ibu hamil perokok pasif dengan berat badan bayi yang
32

dilahirkan di RSUD Dr. Pringadi Medan. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif. Responden sebanyak 12

orang ibu perokok pasif dikumpulkan menggunakan accidental sampling

dengan kuesioner. Data dianalisis dengan metode univariat dan bivariat uji

spearman pearson dengan nilai 0,000 yang menunjukkan korelasi antara

perokok pasif dengan berat badan bayi bermakna. Nilai korelasi pearson dalam

penelitian ini sebesar 0,40 dan menunjukkan korelasi positif (korelasinya

sedang).
26

E. Tinjauan Teori

Mainstream
Aktif
CV Smoke
Terpapar asap
rokok
Pasif Sidestream
Smoke Penyakit jantung

Trombosis koro

Kandungan Kanker
asap rokok :
1. Tar Resiko kanker
2. Nikotin
3. Karbonmon
oksida (CO) Wanita Usia Su

Sumber : BKKBN, 2011; Kemenkes, 2013; Kemenkes, 2016; Modifikasi Bustan,

2007; Nururrahmah, 2014; Putra, 2015; Rasjidi, 2009; Rasjidi, 2010; Stoppler, 2011;

Susilowati, 2013; Windarti, 2014 dikutip Jaya, 2004; Wulansari, 2015; Yuni, 2014
27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan hubungan antar konsep

yang ingin diamati atau diteliti melalui suatu penelitian. Adapun kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterpaparan Asap Risiko Kanker


Rokok Payudara

Keterangan

: Diteliti

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan studi analitik

yang menggunakan pendekatan cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2012),

cross sectional merupakan suatu rancangan penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dimana penelitian

dilakukan bersama dalam satu saat. Dalam penelitian ini keterpaparan asap rokok

merupakan variabel independen (faktor penyebab), sedangkan risiko kanker

payudara merupakan variabel dependen (akibat) (Budiman, 2011).


28

C. Hipotesa Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian.

Adapun jawaban sementara tersebut akan dibuktikan melalui suatu penelitian.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada hubungan keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker

payudara pada wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang.

H1 : Ada hubungan keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker payudara

pada wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang.


29

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.2 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Keterpaparan Asap rokok yang Responden Kuesioner 0. Tidak terpapar, Ordinal
asap rokok dihisap oleh mengisi lembar jika 0 jam/hari
responden saat di kuesioner 1. Sedang, jika
dalam rumah namun 3 jam/hari
bukan sebagai (Syahriana, 2014) 2. Tinggi, jika >
perokok dalam 3 jam/hari
hitungan per hari
2 Risiko kanker Beberapa tanda/ Pemeriksaan Lembar 1. Berisiko, jika Nominal
payudara gejalapada payudara payudara sendiri pemeriksaan terdapat
yang dapat (SADARI) SADARI minimal satu
menunjukkan tanda berikut:
penyakit kanker (Kemenkes, 2016) kedua
payudara payudara
simetris,
puting susu
lurus keluar,
tidak terdapat
cekungan dan
kerutan, tidak
keluar cairan
30

atau darah dari


puting susu,
tidak terdapat
benjolan.
2. Tidak berisiko,
jika tidak
terdapat
minimal satu
tanda berikut:
kedua
payudara tidak
simetris,
puting susu
tertarik ke
dalam,
terdapat
cekungan dan
kerutan pada
kulit, keluar
cairan dan
darah dari
puting susu
dan terdapat
benjolan

(Kemenkes,
2016)
31

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Notoadmodjo (2012), populasi merupakan keseluruhan objek

penelitian yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu terdapat 100 wanita

usia subur yang terpapar asap rokok di RT 38 Kelurahan Tangga Takat

Palembang.

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Non Probability

Sampling dengan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

yang ditentukan oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri-ciri atau sifat dari

populasi yang telah diketahui sebelumnya dan sesuai dengan topik penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan (Nursalam, 2009):


=
1 + ( 2 )

Keterangan :

n= jumlah sampel

N= jumlah populasi

d = tingkat ketepatan (presisi) yaitu 10%.

100 100
= = = 50
1 + 100(0,12 ) 2
32

Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapatkan sampel sebanyak 50

orang. Untuk menghindari kurangnya jumlah sampel maka dari perhitungan

tersebut ditambah 10% dari jumlah sampel, sehingga sampel dalam penelitian

ini sebanyak 55 wanita usia subur yang terpapar asap rokok.

Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan peneliti dalam pengambilan sampel

antara lain:

1. Wanita berusia 15-49 tahun.

2. Bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian.

Sebanyak 33 responden didapatkan pada saat peneliti melakukan studi

pendahuluan dan sebanyak 22 responden didapatkan pada waktu sebelum

penelitian berlangsung dengan cara mengunjungi dari rumah ke rumah (door to

door).

F. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tangga Takat Palembang, tepatnya di

RT 38 Kelurahan Tangga Takat Palembang.

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2017 yang diawali dengan studi

pendahuluan dan penyusunan proposal. Penelitian ini direncanakan dimulai pada

bulan April 2017.

H. Etika Penelitian

Seseorang yang melakukan suatu penelitian hendaknya berpegang teguh pada

etika penelitian. Menurut Milton (1999; dalam Notoatmodjo, 2012), terdapat


33

empat prinsip yang harus dipegang teguh dalam melaksanakan suatu penelitian,

antara lain :

1. Menghormati harkat serta martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti harus menjunjung tinggi hak-hak responden agar peneliti mendapatkan

informasi berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian

serta prosedur penelitian. Peneliti membebaskan kepada responden untuk

berpartisipasi dalam proses penelitian atau tidak. Peneliti memberikan formulir

persetujuan (informed concent) kepada responden usia 15-49 tahun yang

bersedaia mengikuti penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan responden (respect for privacy and

confidentiality)

Dalam menjaga privasi dan kerahasiaan responden, peneliti merahasiakan

setiap data responden dan anonimity (nama responden tidak ditampilkan secara

lengkap, namun hanya memberi kode nomor responden). Dalam melakukan

pemeriksaan SADARI, peneliti mempersiapkan dua ruang tertutup (salah satu

rumah warga bernama Ny.Nz) agar privasi responden tetap terjaga. Setiap

ruang telah disiapkan kaca/ cermin agar responden dapat dengan mudah melihat

keadaan payudara pada saat melakukan pemeriksaan payudara sendiri.

Informasi yang diberikan oleh responden dirahasiakan dan digunakan hanya

untuk kepentingan penelitian.


34

3. Keadilan dan keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan dan keterbukaan perlu dijaga dengan kehati-hatian. Dalam

penelitian ini, setiap responden diperlakukan sama yaitu tanpa membeda-

bedakan agama, status ekonomi dan status sosial.

4. Memperhitungkan manfaat serta kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits)

Dalam penelitian ini dapat memberi manfaat terutama responden yang

berpartisipasi dalam penelitian maupun masyarakat sekitar. Dimana responden

yang terpapar asap rokok dapat memproteksi diri dalam pencegahan kanker

payudara dengan melakukan pemeriksaan SADARI dan diharapkan responden

berbagi informasi kepada suami, anggota keluarga serta masyarakat akan

dampak terpaparnya asap rokok.

I. Alat Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah nama, usia dan pekerjaan yang

diisi secara langsung oleh responden pada saat peneliti membagikan kuesioner.

Data primer ini juga didapatkan dari responden yang mengisi daftar pertanyaan

kuesioner, serta data dari lembar pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang

telah diisi responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari kepala Kelurahan

Tangga Takat Palembang, yaitu kepala lurah merekomendasikan RT 38

Kelurahan Tangga Takat Palembang sebagai tempat penelitian karena terdapat


35

wanita usia 15-49 yang tinggal serumah dengan perokok aktif lebih dari satu

orang. Oleh karena direkomendasikan di RT 38 maka data sekunder ini juga

mendapatkan data dari kepala RT 38 Kelurahan Tangga Takat Palembang yaitu

jumlah wanita usia subur yang terpapar asap rokok (terdapat 100 orang wanita

usia subur). Untuk mengetahui apakah di wilayah tersebut pernah ada kejadian

kanker payudara, maka penelitian ini mendapatkan data dari salah satu warga

penduduk asli RT 38 mengenai data jumlah wanita yang pernah mengalami

kanker payudara sebanyak 3 orang.

Dalam mendeteksi keterpaparan asap rokok dan risiko kanker payudara,

peneliti membagikan kuesioner yang telah valid. Untuk mengetahui

keterpaparan asap rokok, peneliti meggunakan kuesioner yang telah divalidasi

oleh Syahriana (2014) yang berjudul Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif

dengan Berat Badan Bayi yang Dilahirkan di RSUD Dr. Pringadi Medan, dari

13 item pertanyaan, peneliti memilih item pertanyaan nomor 4, 7 dan 12 karena

dianggap dapat mewakili variabel keterpaparan asap rokok. Sedangkan untuk

mengetahui risiko kanker payudara, peneliti menggunakan lembar pemeriksaan

payudara sendiri dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) Kemenkes RI dalam Riset penyakit tidak menular: tumor

payudara dan lesi prakanker serviks tahun 2016.

J. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua tahap

yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Adapun tahap-tahapnya adalah

sebagai berikut :
36

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan administrasi

Pada tahap ini, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya yang

ditujukan kepada Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palembang

(KESBANGPOL) untuk mendapat surat rujukan kepada Camat Seberang

Ulu II untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, surat izin

penelitian diteruskan ke Kelurahan Tangga Takat Palembang dan diteruskan

ke RT 38 untuk melakukan penelitian diwilayah tersebut.

b. Persiapan peneliti

1) Peneliti melakukan kunjungan ke rumah warga (door to door) pada saat

studi pendahuluan untuk mengidentifikasi responden yang sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Setelah mendapatkan

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian, peneliti meminta

data calon responden berupa nama, usia dan nomor telelpon.

2) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian bertanya

kepada responden apakah responden bersedia mengikuti penelitian.

3) Responden yang bersedia mengikuti penelitian sebanyak 33 orang dan

responden tersebut akan dihubungi oleh RT dan peneliti satu hari sebelum

penelitian berlangsung.

4) Peneliti mempersiapkan asisten untuk membantu penelitian. Peneliti

mempersiapkan tiga orang asisten yang bersedia membantu dalam proses

penelitian yang dibagi menjadi beberapa tim, yaitu tim registrasi 2 orang
37

(Nn. Sf dan Nn. Rs) dan tim dokumentasi 1 orang (Nn Dn). Sebelum

dilakukan penelitian, peneliti memberi pengarahan kepada tim registrasi

yaitu cara mengisi lembar registrasi yang ditulis sendiri oleh responden.

Sedangkan tim dokumentasi diarahkan untuk mengambil gambar pada

saat proses penelitian berlangsung.

5) Satu hari sebelum penelitian berlangsung, peneliti menghubungi ketua

RT 38 bahwasannya besok (13 Juni 2017) penelitian akan dilaksanakan

dan diminta untuk memberi informasi kepada warganya, peneliti juga

menghubungi beberapa calon responden dan diminta untuk memberi

informasi tersebut kepada tetangga-tetangganya bahwasannya tanggal 13

Juni 2017 akan dilaksanakan penelitian oleh mahasiswa bernama Sitta

Jannatu Aliyah.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pada hari penelitian dan sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti dan

asisten kembali mengunjungi rumah warga untuk mencari responden yang

sesuai dengan kriteria, didapatkan 22 responden yang sesuai dengan kriteria

penelitian dan bersedia dalam mengikuti penelitian.

b. Pada saat responden datang, responden diminta untuk mengisi registrasi/

pendaftaran untuk mengikuti penelitian. Responden yang datang diberi

lembar informed consent, lembar kuesioner keterpaparan asap rokok dan

lembar observasi pemeriksaan payudara sendiri.


38

c. Peneliti memperkenalkan diri dan membuka acara dalam rangka penelitian

mengenai hubungan keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker payudara

pada wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang.

d. Peneliti memperkenalkan asisten peneliti yang akan membantu dalam proses

penelitian.

e. Peneliti memberi penjelasan kembali kepada responden maksud dan tujuan

dari penelitian, responden yang tetap bersedia mengikuti penelitian diminta

untuk mengisi lembar informed consent dan menandatangani lembar

tersebut.

f. Peneliti memberi penjelasan tata cara mengisi kuesioner keterpaparan asap

rokok yang telah diberikan pada saat administrasi, selanjutnya responden

mengisi pertanyaan pada lembar kuesioner.

g. Peneliti memberi pemaparan mengenai cara pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) dan melakukan tanya jawab apabila ada yang tidak dimengerti.

h. Masing-masing responden secara bergantian melakukan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) di ruangan yang telah dipersiapkan oleh

peneliti.

i. Responden yang telah bersedia mengikuti proses penelitian dan bersedia

mengisi lembar pertanyaan yang diberikan, peneliti memberi responden

bingkisan sebagai tanda terimakasih.

j. Data yang diperoleh dari responden dikumpulkan untuk dianalisa.


39

K. Pengolahan Data dan Rencana Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), dalam pengolahan data terdapat beberapa

langkah-langkah. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Editing (Penyuntingan Data)

Proses editing dalam penelitian ini yaitu memeriksaan kembali data yang

dikumpulakan melalui kuisioner dan wawancara untuk memeriksa

kelengkapan data apakah semua pertanyaan diisi oleh responden atau tidak.

Pada kuesioner pertanyaan nomor 3 tidak dimasukkan sebagai data, karena

pertanyaan tersebut hanya sebagai penguat keterpaparan asap rokok.

b. Coding (Pengkodean)

Setelah proses editing, maka dilakukan coding di microsoft excel yaitu data

yang diisi berupa huruf dirubah menjadi bilangan atau angka, terutama pada

bagian nama responden dan nomor pertanyaan kuisioner.

Kode yang digunakan pada keterpaparan asap rokok sebagai berikut:

Tidak terpapar = 0

Terpapar sedang = 1

Terpapar tinggi = 2

Kode yang digunakan pada risiko kanker payudara yaitu:

Berisiko = 1

Tidak berisiko = 2
40

c. Data entry (Memasukkan Data)

Data yang sudah berbentuk angka, dimasukkan ke dalam program komputer.

yaitu SPSS.

d. Cleaning (Pembersihan Data)

Pemeriksaan kembali data-data yang sudah diolah melalui program

komputer untuk memeriksa kelengkapan dan meminimalisirkan

kemungkinan kesalahan, setelah itu dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Rencana Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian yaitu

sub variabel independen dan variabel dependen untuk mengetahui distribusi

frekuensi dan persentase (Notoatmodjo, 2012). Variabel independen dalam

penelitian ini keterpaparan asap rokok, sedangkan variabel depanden yaitu

risiko kanker payudara, selain itu juga peneliti ingin mengetahui distribusi

frekuensi usia wanita usia subur.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang dianggap memiliki

hubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini menggunakan skala

pengukuran kategorik, maka penelitian ini dianalisis menggunakan uji Chi

Square, yaitu peneliti ingin membuktikan bahwa terdapat hubungan

keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker payudara pada wanita usia

subur. Chi-square ini menggunakan nilai kemaknaan p-value 0,05.

Apabila nilai p value 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, jika p value >
41

0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hipotesa penelitian ini yaitu untuk

membuktikan diterima H1 terdapat hubungan keterpaparan asap rokok risiko

kanker payudara pada wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat

Palembang. Syarat uji Chi-Square yaitu sel yang memiliki nilai expected

kurang dari 5 maksimal 20%. Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi

syarat, maka dipakai uji alternatif yaitu uji Fisher exact.


42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Analisa univariat penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi usia wanita usia subur. Selain itu juga peneliti ingin mengetahui

distribusi frekuensi variabel independen yaitu keterpaparan asap rokok, serta

variabel dependen yaitu risiko kanker payudara.

a. Usia responden

Adapun jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 53 orang

wanita usia subur yang terpapar asap rokok. Adapun distribusi frekuensi usia

responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Wanita Usia Subur di Kelurahan Tangga Takat
Palembang 2017
Usia Wanita Usia Subur
Frekuensi Persentase (%)
(tahun)
15-19 8 15,1
20-29 14 26,4
30-39 13 24,5
40-49 18 34,0
Total 53 100,0

Berdasarkan tabel 4.1, menjelaskan bahwa usia responden lebih banyak

pada usia 40-49 tahun, yaitu sebanyak 18 (34,0%) responden.


43

b. Variabel Independen (Keterpaparan Asap Rokok)

Keterpaparan asap rokok dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Tidak

terpapar asap rokok, Terpapar tinggi dan Terpapar Sedang. Adapun

distribusi frekuensi keterpaparan asap rokok sebagai berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Keterpaparan Asap Rokok di Kelurahan Tangga
Takat Palembang
Keterpaparan Asap Frekuensi Presentase (%)
Rokok
Tidak Terpapar 0 0
Terpapar Tinggi 28 52,8%
Terpapar Sedang 25 30,2%
Total 53 100.0%

Berdasarkan tabel 4.2, menjelaskan bahwa responden yang terpapar asap

rokok di Kelurahan Tangga Takat Palembang lebih cenderung terpapar

tinggi (52,8%).

c. Variabel Dependen (Risiko Kanker Payudara)

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Risiko Kanker Payudara pada wanita usia subur
di Kelurahan Tangga Takat Palembang
Risiko Kanker Payudara Frekuensi Persentasi (%)
Berisiko 23 43.4
Tidak berisiko 30 56.6

Berdasarkan tabel 4.3, menjelaskan bahwa sebanyak 23 responden

(43.3%) yang berisiko terjadinya kanker payudara.


44

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan

keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker payudara pada wanita usia subur.

Tabel 4.4
Distribusi Hubungan Keterpaparan Asap Rokok dengan Risiko Kanker
Payudara pada Wanita Usia Subur
Risiko Kanker Payudara
p-value
Berisiko Tidak Berisiko
Keterpaparan Tidak 0 0% 0 0%
Asap Rokok terpapar
Terpapar 8 15,1% 20 37,7% 0.021
tinggi
Terpapar 15 28,3% 10 18,9%
sedang
Total 23 43,4% 30 56,6% 53 100.0%

Berdasarkan tabel 4.4, menjelaskan bahwa sebanyak 8 orang (15,1%) yang

terpapar asap rokok tinggi yang berisiko kanker payudara, kemudian yang tidak

berisiko sebanyak 20 (37,7%) responden. Sedangkan responden yang terpapar

asap rokok sedang yang berisiko kanker payudara sebanyak 15 orang (43,4%)

dan yang tidak berisiko sebanyak 10 orang (18,9%).

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0.021 (p-

vaue 0.05) maka dinyatakan bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima yang

artinya terdapat hubungan yang signifikan pada keterpaparan asap rokok

dengan risiko kanker payudara pada wanita usia subur di kelurahan tangga

Takat Palembang.
45

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Usia responden

Pada penelitian ini usia responden terbanyak yaitu usia 40-49 tahun

sebanyak 18 (34,0%) responden. Usia ini merupakan usia akhir dari usia

subur. Menurut Rasjidi (2009), pada wanita usia subur yang mengalami

kanker payudara maka kecenderungan perkembangan kanker akan lebih

agresif daripada wanita usia yang lebih tua.

Apabila pada saat usia muda terdapat tanda-tanda kanker payudara,

namun tidak segera terdeteksi maka penyembuhan kanker akan lebih sulit

daripada kanker yang terdeteksi lebih awal karena perkembangan kanker

sudah mengalami penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lain. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2011), usia sangat penting

sebagai faktor risiko terjadinya kanker payudara. Risiko terjadinya kanker

payudara sebanding dengan pertambahan usia (Azamtis, 2006; dalam

Oktaviana, 2011).

b. Keterpaparan asap rokok

Pengkategorian keterpaparan asap rokok dibagi menjadi 3 kategori,

yaitu tidak terpapar (0 jam/hari), terpapar tinggi (>3 jam/ hari) dan terpapar

sedang (<3jam/ hari). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa wanita

usia subur yang terpapar asap rokok sebanyak 53 orang (100%). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Devi Nur Oktaviana tahun 2011, bahwa salah

satu faktor risiko pada penderita kanker payudara di RS Dharmais Jakarta


46

yaitu adanya riwayat terpapar asap rokok. Hal ini menunjukkan bahwa

wanita usia subur di tempat penelitian ini secara keseluruhan (53 orang)

berisiko untuk mengalami kanker payudara, dikarenakan 100% wanita usia

subur terpapar asap rokok baik sedang (47,2%) maupun tinggi (52,8%).

Hasil ini tak serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asriningsih

(2014) dengan responden penderita asma di Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat yang menemukan 40,5% responden terpapar sedang, sedangkan

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang

terpapar tinggi (52,8%). Hal ini dikarenakan, secara umum pada penderita

asma lebih berusaha untuk menghindari faktor-faktor yang dapat

menimbulkan gejala asma pada dirinya, yaitu akibat terpapar asap rokok.

Distribusi frekuensi berdasarkan keterpapar asap rokok dalam penelitian

ini yaitu lebih tinggi terpapar asap rokok tinggi (lebih dari 3 jam/hari)

sebanyak 28 orang (52,8%), sedangkan yang terpapar sedang sebanyak 25

orang (47,2%). Hal ini terjadi dikarenakan bahwa secara umum responden

tinggal satu rumah dengan anggota keluarga yang memiliki kebiasaan

merokok di dalam rumah.

c. Risiko kanker payudara

Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berisiko

kanker payudara sebanyak 23 orang (43,4%), sedangkan responden yang

tidak berisiko sebanyak 30 orang (56,6%). Data ini menunjukkan bahwa

responden yang tidak berisiko kanker payudara lebih rendah dibandingkan

responden yang berisiko kanker payudara. Data ini sejalan dengan Pusat
47

Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Indonesia yaitu persentase

diagnosa kanker payudara di Sumatera Selatan masih rendah (0,2%)

dibandingkan persentase kanker serviks (0,4) dan kanker prostat (0,3%).

2. Analisa Bivariat (Hubungan Keterpaparan Asap Rokok dengan Risiko Kanker

Payudara pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

didapatkan hasil p-value = 0,021 (p< 0,05), maka data tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara keterpaparan asap

rokok dengan risiko kanker payudara pada wanita usia subur di Kelurahan

Tangga Takat Palembang. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fitoni (2012), yaitu terdapat kaitan antara riwayat merokok baik

pasif maupin aktif dengan terjadinya kanker payudara. Penelitian yang

dilakukan Fitoni (2012), sebanyak 32 orang memiliki riwayat terpapar asap

rokok, sehingga jumlah sampel tidak representatif dengan jumlah sample

penelitian dan akan berpengaruh pada nilai signifikansi. Sedangkan penelitian

dalam penelitian ini sebanyak 53 orang, sehingga memenuhi jumlah sampel

penelitian. Target usia dalam penelitian Fitoni (2012) ini dinilai kurang tepat

(usia 25-73 tahun), karena menurut Rasjidi (2009) usia yang paling rentan

berisiko kanker payudara yaitu pada usia muda (usia subur), sedangkan usia 73

tahun dalam penelitian Fitoni (2012) tidak memenuhi kriteria usia subur. Dalam

penelitian Indrati (2005; dalam Oktaviana, 2011), rokok mengandung banyak


48

zat-zat yang berpotensi merusak tubuh diantaranya menyebabkan tumor dan

mempengaruhi tahapan perkembangan kanker.

Zat yang terkandung dalam asap rokok seperti tar, nikotin dan karbon

monoksida yang sangat berperan aktif menimbulkan sel kanker. Pada saat

rokok dibakar kemudian dihisap, maka akan keluar asap rokok dari batang

rokok tersebut. Tar, zat yang biasanya digunakan untuk melapisi jalan atau

aspal; nikotin, yang bersifat toksis bagi jaringan syaraf yang akhirnya lama-

kelamaan dapat melumpuhkan otak dan meningkatkan kinerja jantung;

begitupun dengan karbon monoksida, zat berbahaya yang terkandung dalam gas

dari knalpot yang dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan kadar

lemak dalam darah sehingga dapat mengakibatkan penyumbatan darah.

Beberapa tahun terakhir juga para ilmuwan membuktikan bahwa berbagai zat

kimia yang dikandung asap rokok ini dapat mempengaruhi orang-orang yang

tidak merokok di sekitarnya, contohnya penyakit kanker payudara (Putra,

2015).

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu terdapat beberapa responden

yang kesulitan dalam menuliskan identitas responden (nama, usia, pekerjaan)

sehingga memerlukan bantuan yang lebih. Kemudian pada saat peneliti

menjelaskan tata cara melakukan pemeriksaan SADARI, terdapat responden yang

menggendong anak bayinya yang menangis sehingga responden kurang fokus

dalam mendapatkan penjelasan. Kemudian, pada saat responden melakukan


49

pemeriksaan SADARI dalalm sebuah ruangan yang telah disiapkan, peneliti tidak

mengetahui apakah responden melakukan pemeriksaan dengan tepat atau tidak.


50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan sebelunnya tentang hubungan

keterpaparan asap rokok dengan risiko kanker payudara pada wanita usia subur di

Kelurahan Tangga Takat Palembang, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jumlah responden dalam peneleitian ini berjumlah 53 orang wanita usia subur

yaitu minimal usia 15 tahun dan maksimal 49 tahun.

2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lamanya paparan asap rokok

didominasi oleh responden terpapar asap rokok tinggi yaitu 28 orang (52,8%),

sedangkan responden yang terpapar asap rokok sedang sebanyak 25 orang

(27,2%).

3. Distribusi frekuensi risiko kanker payudara lebih banyak responden yang tidak

berisiko sebanyak 30 orang (56,6%), sedangkan responden yang berisiko

sebanyak 23 orang (43,4%).

4. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan asap

rokok dengan risiko kanker payudara pada wanita usia subur di Kelurahan

Tangga Takat Palembang (p-value= 0,02).


51

B. Saran

1. Bagi institusi keperawatan

Pada proses pendidikan keperawatan supaya mahasiswa diberi tugas untuk

memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya keterpaparan asap

rokok sebagai risiko kanker payudara.

2. Bagi wanita usia subur di Kelurahan Tangga Takat Palembang

Mengatasi adanya anggota keluarga yang merokok diharapkan wanita usia

subur dapat bersama-sama memodifikasi lingkungan, serta dapat memotivasi

keluarganya untuk dapat mengurangi konsumsi rokok.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Pada penelitian selanjutnya, disarankakan untuk melaksanakan pendidikan

kesehatan seperti bahaya rokok bagi kesehatan dan lingkungan, serta dapat

meneliti faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi risiko kanker payudara

selain dari keterpaparan asap rokok, seperti riwayat keluarga,


52

DAFTAR PUSTAKA

Agil, P. (2012). Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dan Frekuensi Terjadinya

Eksaserbasi Asma Pada Pasien Asma Yang Berobat Ke RSU Dr Soedarso.

Universitas Tanjungpura.

Asriningsih, S. (2014). Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Tingkat Kontrol

Asma Pada Penderita Asma Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(Bbkpm) Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BKKBN. (2011). Batasan Dan Pengertian MDK. Diakses dari

http://Aplikasi.Bkkbn.Go.Id/Mdk/Batasanmdk.Aspx, diperoleh tanggal 22 Maret

2017.

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Jaya.

Fitoni, H. (2012a). Faktor Risiko Kanker Payudara Di RSUD Dr. Soedarso

Pontianak. Universitas Tanjungpura Pontianak.

Hooliganisa. (2017). Apa Arti Kata Terpapar. Diakses dari

https://Brainly.Co.Id/Tugas/6593922, diperoleh tanggal 18 April 2017.

Kamil, I. (2014). Asap Rokok Di Dalam Rumah Memberi Polusi Lebih Berat. Diakses

darihttps://Www.Hidayatullah.Com/Iptekes/Kesehatan/Read/2014/11/18/33437/

Asap-Rokok-Di-Dalam-Rumah-Memberi-Polusi-Lebih-Berat.Html, diperoleh

tanggal 3 April 2017.

Kemenkes. (2013). Hidup Sehat Tanpa Rokok. Jakarta: Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian


53

Penyakit Tidak Menular.

Kemenkes. (2016). Riset Penyakit Tidak Menular: Tumor Payudara Dan Lesi

Prakanker Serviks. Jakarta: Balitbangkes.

Narasiang, B.S, dkk. (2012). Rancang Bangun Alat Pengkondisi Udara Pada

Ruangan Menggunakan Sensor CO Dan Temperatur, 16.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Nursalam. (2009). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika. Edisi (2).

Nururrahmah. (2014). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan

Karakter Manusia. (1), 7884.

Oktaviana, D. N. (2011). Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara Pada Pasien

Kanker Payudara Wanita Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Institut

Pertanian Bogor.

Putra, S. R. (2015). Buku Lengkap Kanker Payudara. Yogyakarta:Laksana.

Quamila, A. (2017). Awas! Rokok Elektrik (Vape) Juga Bisa Sebabkan Kanker.

Diakses dari https://Hellosehat.Com/Rokok-Elektrik-Vape-Memicu-Kanker/,

diperoleh tanggal 27 February 2017.

Rasjidi, I. (2009). Deteksi Dini & Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: CV.

Sagung Seto.

_______. (2010). Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. Edisi (1).

Rifki, Dkk. (2016). Hubungan Paparan Asap Rokok Lingkungan Dengan Kejadian

Dismenorea Primer. (5).


54

Sitopeo, M. (2000). Kekhususan Rokok Di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.

Stoppler, M. C. (2011). Perokok Pasif: Bahaya Dan Efek-Efeknya. Manajemen

Modern Dan Kesehatan Masyarakat. 14.

Susilowati. (2013). Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Tentang Deteksi

Dini Kanker Payudara Di Dusun Macanmati Kecamatan Gesi Kabupaten

Sragen Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kusuma Husada.

Syahriana, I. (2014). Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Berat Badan Bayi

Yang Dilahirkan Di Rsud Dr.Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara.

Windarti, T. (2014). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bahaya Asap Rokok di

BPS Khoirunissa Desa Karangjati Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen

Tahun 2014. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan: Kusuma Husada Surakarta.

Wulansari, L. (2015). Pengaruh Teknik Modelling Terhadap Intensitas Merokok

Pada Remaja Awal Laki-Laki Perokok di SMP Negeri 02 Indralaya Utara.

Universitas Sriwijaya.

Yuni, N. E. dan oktami. (2014). Panduan Lengkap Posyandu Untuk Bidan dan Kader

(I). Yogyakarta: Nuha Medika.

ADA 27 REFERENSI dari tahun 2000-2017

Anda mungkin juga menyukai