NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
J210080051
NASKAH PUBLIKASI
Abstract
Eat unreggulated snacking can lead to health problemns of the dental.
Children who have a hobby to consume sweet or sour snack are potentially suffer
dental caries. The purpose of this research is to determine the relationship
between the frequencies of snack consumsion by children on the incidence of
dental caries at TK Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali. This research is a
quantitative research, with cross sectionalapproach. Research sample is mother
and students of TK Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali as many as 59 people,by
using total sampling. Instrument of research were obtained from questionnaires of
childrens snack and the observation sheet to know the incidence of childrens
dental caries. Research data or verified by hipotesis using a test statistic by Chi
Square. The result showed 28 children (47,5%) had a high frequency of eating
snacks,, 31 children (52,5%) with a low frequency. The data of dental caries
showed 41 children (69.5%) had dental caries, and 18 children (30.5%) had not
dental caries. The results of statistic test Chi Square is obtained values X 2 =
6.371 p = 0.022. So can be concluded that there is a relationship between
freduency of Food Consumption with dental caries of children at TK Aisyiyah
Kateguhan Sawit of Boyolali
gambaran data semua makanan yang didasarkan bahwa ibu melatih anak
dijual oleh pedagang mengandung untuk tidak membiasakan diri selalu
unsur manis seperti es krim, kue jajan. Alasan lain adalah bahwa ibu
dengan rasa manis. Dari sisi anak, berusaha menghindari jajanan yang
anak akan lebih menyukai jenis manis karena kondisi gigi anak sudah
jajanan yan mengandung gula seperti mulai karies dan diharapkan gigi tidak
jajanan gulali, permen karet, ataupun semakin rusak seperti gigi berlubang.
arumanis, sedangkan jajanan yang Apabila anak suka jajan makanan
tidak mengandung unsur gula lebih yang manis, ibu mengkhawatirkan
tidak disukai oleh anak, seperti anaknya akan sakit gigi dan akhirnya
makanan gorengan. tidak dapat mengikuti kegiatan
Frekuensi jajan kategori tinggi sekolah.
pada anak 32.2% terjadi karena anak
tidak mau untuk sarapan pagi. Anak Kejadian Karies Gigi
lebih menyukai makanan yang lebih Berdasarkan data kejadian karies
praktis seperti makanan ringan seperti gigi pada responden diketahui dari 41
makanan chiki, ataupun wafer yang responden (69.5%) telah mengalami
juga mengandung rasa manis. karies gigi. Kejadian karies gigi pada
Keadaan ini sejalan dengan pendapat anak menunjukkan adanya faktor-
Susanto (2000) dalam Febry (2006) faktor penyebab terjadinya karies gigi.
mengamati mengapa anak-anak Berdasarkan informasi dari responden
sekolah senang mengkonsumsi bahwa setiap hari anak
makanan jajanan, alasan tersebut mengkonsumsi jajanan dengan
diantaranya anak sekolah tidak berbagai macam bentuk seperti
sempat makan pagi di rumah, permen, kacang manis, roti kering
keadaan ini berkaitan dengan dengan taburan gula, dan donat.
kesibukan ibu yang tidak sempat Tarigan (2005) Kejadian karies gigi
menyediakan makan pagi ataupun adalah kerusakan jaringan keras gigi
karena jarak sekolah yang jauh dari yang disebabkan oleh asam yang ada
rumah atau mereka tergesa-gesa dalam karbohidrat melalui perantara
berangkat ke sekolah, krena alasan mikroorganisme yang ada dalam
psikologis pada anak, jika anak tidak saliva. Berkembangnya
jajan di sekolah, anak ini merasa tidak mikroorganisme pada gigi akan
punya kawan dan merasa malu. semakin berkembang apabila anak
Dengan demikian tingginya frekuensi menjelang tidur tidak melakukan
jajan pada anak ini juga disebabkan gosok gigi.
ibu yang sudah menyediakan sarapan Berdasarkan hasil wawancara
pagi, namun anak tidak tertarik untuk kepada responden, bahwa anak telah
sarapan pagi di rumah dan memilih dilatih untuk selalu gosok gigi secara
jajan di sekolah. teratur, namun responden
Frekuensi jajan kategori rendah menyatakan ibu kurang mengawasi
pada anak 30,5% menunjukkan pada saat anak melakukan gosok gigi
bahwa responden mendidik anak secara benar. Responden juga kurang
dengan membekali makanan yang dalam memberikan pelatihan gosok
dibawa dari rumah. Jenis makanan gigi kepada anak sebelum tidur
yang dibawa adalah nasi dengan lauk malam. Piborg, (2004) menyatakan
telur, roti tawar dengan keju ataupun bahwa proses terjadinya karies gigi
makanan yang terbuat dari bahan dimulai dengan adanya plak di
singkong yang sedikit mengandung permukaan gigi, sukrosa (gula) dari
gula. Ibu mengambil tindakan ini sisa makanan dan bakteri berproses
9
menempel pada waktu tertentu yang pemberian frekuensi jajan anak yang
berubah menjadi asam laktat yang tinggi menjadikan anak mengalami
akan menurunkan pH mulut menjadi karies gigi. Hal tersebut
(5,5) yang menyebabkan menggambarkan bahwa tindakan
demineralisasi email berlanjut memberikan jajan anak dengan rasa
menjadi karies gigi. manis menjadikan karies gigi anak.
Schuurs (2003) menyatakan bahwa
Hubungan Antara Jenis Konsumsi akumulasi plak pada permukaan gigi
Makanan Jajanan anak terhadap utuh dalam dua sampai tiga minggu
Kejadian Karies Gigi menyebabkan terjadinya kerusakan
Berdasarkan tabulasi silang pada gigi.
tabel 8 memperlihatkan data Enam belas responden dengan
sebanyak 10 responden yang frekuensi jajan kategori rendah,
frekuensi jajan tinggi namun tidak namun tetap mengalami karies gigi
mengalami karies gigi. Kesepuluh menunjukkan bahwa faktor jajan yang
responden tersebut meskipun mengandung gula sangat
mengkonsumsi jajanan dengan rasa berpengaruh terhadap kejadian karies
manis namun oleh ibu selalu melatih gigi. Ibu sebelum membeli makanan
dan mengawasi anak untuk untuk anak tetap memilih jenis
menggosok gigi. Ibu selalu jajanan, namun usaha tersebut
mengajarkan tindakan personal ternyata tidak mengurangi kejadian
hyigiene dengan gosok gigi sebelum karies pada anak, hal tersebut karena
tidur malam. Pendidikan kesehatan jenis jajanan anak lebih banyak
yang dilakukan oleh ibu kepada anak mengandung unsur gula dengan rasa
menunjukkan bahwa ibu sebagai ibu manis. Faktor penyebab lain yang
rumah tangga dapat dinilai tanggap menguatkan data bahwa anak
terhadap kesehatan terutama mengalami karies gigi adalah
kesehatan gigi dan mulut pada anak. penggunaan sikat gigi. Selama ini
Tindakan pencegahan agar anak anak yang menggosok gigi kurang
tidak mengalami karies gigi adalah memperhatikan cara menyikat gigi
memilih jenis jajanan yang banyak serta kondisi bulu sikat gigi Ratih
mengandung rasa manis tertutama (2008)
yang mengandung sakarine. Bahan Teknik penyikatan harus
pemanis seperti sakarida yang dapat sederhana, tepat, efisien dalam waktu
menyebabkan anak menjadi sakit. serta efektif. Menyikat gigi dengan
Tindakan ibu tersebut dapat arah yang tidak benar dengan tekanan
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang terlalu keras dapat
tentang kesehatan. Ibu mendapatkan menyebabkan ausnya gigi serta
pengetahuan tentang kesehatan pada turunnya gusi (resesi gusi). Srigupta
saat ibu melakukan kunjungan ke (2004) menyatakan dalam memilih
posyandu pada saat anak berumur 1 sikat gigi hal utama yang harus
hingga 5 tahun. Informasi dari petugas diperhatikan adalah bulu sikat. Bulu
kesehatan menjadikan bahan sikat yang baik adalah tidak keras dan
pengetahuan, sikap dalam melakukan tidak terlalu lunak, ujung bulu sikat
pemilihan jenis makanan, dan perilaku membulat / tumpul. Bulu sikat yang
dalam melakukan tindakan kesehatan terlalu keras akan melukai gusi dan
bagi anak agar tidak terkena karies mengabrasi lapisan gigi. Hasil
gigi. penelitian Suyuti (2010) mengenai
Berdasarkan tabulasi silang pengaruh makanan serba manis dan
tedapat 10 responden dengan lengket terhadap kejadian karies gigi
10