Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN

ANAK TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


AISYIYAH KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ARIYA SETIA ANUGRAH

J210080051

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2 2
3

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN ANAK


TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK AISYIYAH KATEGUHAN SAWIT
BOYOLALI

Ariya Setia Anugrah*


Siti Arifah, S.Kp., M.Kes**
Endang Zulaicha S.Kp **
Abstrak

Mengkonsumsi makan jajanan yang tidak diatur dapat mengakibatkan


gangguan kesehatan pada gigi. Anak TK yang mempunyai kegemaran jajan
makanan baik dengan rasa manis atau masam dapat berpeluang mengakibatkan
terjadikan karies gigi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara
frekuensi makanan jajanan anak terhadap kejadian karies gigi di TK Aisyiyah
Kateguhan Sawit Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode
kuantitatif, dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian adalah ibu
dan siswa di TK Aisyiyah Kateguhan, Sawit, Kabupaten Boyolali sebanyak 59
orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling.
Instrument penelitian diperoleh dari kuesioner mengenai frekuensi makanan
jajanan anak dan lembar observasi untuk mengetahuai kejadian karies gigi anak.
Data penelitian kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan alat
statistic uji Chi Square. Hasil penelitian diperoleh 28 anak (47,5%) mempunyai
frekuensi tinggi dalam jajanan makan, 31 anak (52,5%) dengan frekuensi
rendah. Data karies gigi menunjukkan 41 anak (69,5%) mengalami karies gigi,
dan 18 anak (30,5%) tidak mengalami karies gigi. Hasil uji statistic diperoleh
nilai Chi Square X2 = 6.371p = 0,022, sehingga disimpulkan tedapat hubungan
antara frekuensi konsumsi makanan jajanan anak terhadap kejadian karies gigi di
TK Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

Kata kunci : Konsumsi Makanan Jajanan, Karies Gigi , anak


4

RELATIONSHIP BETWEEN FREQUENCY OF FOOD CONSUMPTION WITH


DENTAL CARIES OF CHILDREN AT TK AISYIYAH KATEGUHAN SAWIT OF
BOYOLALI

Abstract
Eat unreggulated snacking can lead to health problemns of the dental.
Children who have a hobby to consume sweet or sour snack are potentially suffer
dental caries. The purpose of this research is to determine the relationship
between the frequencies of snack consumsion by children on the incidence of
dental caries at TK Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali. This research is a
quantitative research, with cross sectionalapproach. Research sample is mother
and students of TK Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali as many as 59 people,by
using total sampling. Instrument of research were obtained from questionnaires of
childrens snack and the observation sheet to know the incidence of childrens
dental caries. Research data or verified by hipotesis using a test statistic by Chi
Square. The result showed 28 children (47,5%) had a high frequency of eating
snacks,, 31 children (52,5%) with a low frequency. The data of dental caries
showed 41 children (69.5%) had dental caries, and 18 children (30.5%) had not
dental caries. The results of statistic test Chi Square is obtained values X 2 =
6.371 p = 0.022. So can be concluded that there is a relationship between
freduency of Food Consumption with dental caries of children at TK Aisyiyah
Kateguhan Sawit of Boyolali

Keywords: Food Consumption, Dental Caries, children.

PENDAHULUAN Berdasarkan observasi yang


Latar Belakang dilakukan pada 59 murid TK Aisiyah
Prevalensi penyakit karies gigi Kateguhan Sawit Boyolali, didapatkan
di Indonesia cenderung meningkat. data murid yang memiliki gigi karies
Angka kesakitan gigi (rata-rata DMF- sebanyak 86% sedangkan yang tidak
T) juga cenderung meningkat pada memiliki karies gigi sebanyak 14 %.
setiap dasawarsa sekitar 70% dari Dari 30 murid yang memliki gigi karies
karies yang ditemukan merupakan mengatakan bahwa mereka sering
karies awal. Sedangkan jangkauan mengkonsumsi jajanan seperti coklat,
pelayanan belum memadai permen, dan es krim.
sehubungan dengan keadaan Tujuan Penelitian adalah
geografis Indonesia yang sangat mengetahui apakah ada hubungan
bervariasi. Prevalensi karies gigi tinggi antara frekuensi makanan jajanan dan
yaitu 97,5%; pengalaman karies kejadian karies, serta untuk
(DMF-T) mendekati 2,84% pada mengetahui penyebab-penyebab
kelompok usia 12 tahun karies pada anak.
(kebijaksanaan nasional DITKES-GI:
goal pada tahun 2000, DMF-T <3 Landasan Teori
pada kelompok usia 12 tahun); Karies Gigi
expected insidence 0,3 pertahun per Karies gigi adalah penyakit
anak Kemenkes RI, 2011). yang paling sering terjadi pada
5

manusia, setelah demam flu, karena


dapat terjadi pada siapa saja, Makanan Jajanan
walaupun umumnya sering muncul Menurut Kamus Besar Bahasa
pada usia anak atau dewasa muda. Indonesia (KBBI), jajan diartikan
Karies inilah yang merupakan sebagai membeli makanan (nasi, kue,
penyebab utama kehilangan gigi pada dsb.) di warung atau mall, sedangkan
usia muda. Karies gigi adalah lubang jajanan diartikan sebagai panganan
pada gigi yang disebabkan oleh yang dijajakan atau kudapan.
kuman (Megananda, 2005). Makanan jajanan ini dapat dimakan di
luar jam-jam makan atau di antara
Faktor Faktor Penyebab Karies jam-jam makan.
Gigi Pada anak, frekuensi makan,
1. Host waktu makan dan jenis makanan
Kejadian karies gigi berbeda dengan orang dewasa.
langsung berhubungan dengan Frekuensi makan pada anak sangat
ukuran gigi, morphology gigi, bervariasi dan mereka sangat suka
ketetapan gigi, komposisi dan makan makanan ringan diantara
jumlah saliva (Schuurs, 2003). waktu makan, hal inilah yang
2. Mikroorganisme. menyebabkan penumpukan plak
Plak gigi memegang yang banyak karena proses
peranan penting dalam demineralisasi terus terjadi sebelum
menyebabkan terjadinya karies. tubuh sempat melakukan proses
Plak adalah suatu lapisan lunak proses remineralisasi. Waktu makan
yang terdiri atas kumpulan pada anak juga sangat berpengaruh
mikroorganisme yang karena mereka suka mengkonsumsi
berkembang biak di atas suatu glukosa seperti permen, caramel,
matriks yang terbentuk dan coklat dan lainlain di selasela
melekat erat pada permukaan waktu makan, akibatnya sukrosa
gigi yang tidak dibersihkan. yang dikonsumsi akan bertumpuk
(Schuurs, 2003). dan bakteri akan menfermentasi
3. Substrat atau Makanan. karbohidrat kemudian melekat pada
Faktor substrat atau diet gigi dan mendukung pembentukan
dapat mempengaruhi plak (Judarwato, 2009).
pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan METODE PENELITIAN
dan kolonisasi mikroorganisme Penelitian ini merupakan
yang ada pada permukaan penelitian dengan metode kuantitatif,
enamel. (Artaria, 2009). Sedangkan pendekatan yang
4. Waktu. digunakan adalah Cross Sectional .
Waktu adalah kecepatan Populasi penleitian adalah semua ibu
terbentuknya karies serta lama dan siswa TK Aisyiyah Kateguhan
dan frekuensi substrat menempel Sawit Boyolali sebanyak 59 orang dan
di permukaan gigi. Secara umum, semuanya dijadikan sampel penelitian
lamanya waktu yang dibutuhkan sehingga Pengambilan sampel
karies untuk berkembang menjadi menggunakan teknik, total sampling.
suatu kavitas cukup bervariasi, Analisis Bivariat mengunakan uji Chi
diperkirakan 6-48 bulan (Ratna Square dengan tingkat kepercayaan
2008). 5% Analisis menggunakan program
SPSS 17.00 (Sugiono, 2010).
6

HASIL PENELITIAN Karies gigi


Analisis Univariate Tabel 6. Distribusi Responden
Frekuensi Jajanan Makanan Anak Berdasarkan Karies gigi
Karies gigi Persentas
Tabel 5. Distribusi Responden Frekuensi e (%)
berdasarkan Frekuensi Jajanan Makanan Karies 41 69.5
Anak
Tidak karies 18 30.5
Jajanan Total 59 100.0
makanan anak Frekuensi (%)
Tinggi 19 32.2 Tabel 6 menunjukan bahwa (69,5%)
Sedang 22 37.3 anak telah mengalami karies gigi.
Rendah 18 30.5
Analisis Bivariat
Total 59 100.0 Uji Normalitas data
Tabel7. Uji Normalitas data
Tabel 5 memperlihatkan data Variabel Z p
bahwa banyak siswa mempunyai
Frekuensi 1,635 0,010
frekuensi jajan makanan yang tinggi
konsumsi
yaitu 32,2%. makanan
Kejadian 3,374 0,000
kariesgigi

Tabel 6 memperlihatkan bahwa


data mempunyai signifikansi kurang
dari 0,05, sehingga data berdistribusi
tidak normal. Data berdistribusi tidak
normal dilanjutkan dengan uji non
parametric yaitu uji Chi Square yang
ditampilkan dalam tabel 7.
7

Tabel 8 Tabulasi Silang Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan anak terhadap


Kejadian Karies Gigi di TK Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali

Frekuensi Kejadian karies gigi Jumlah


Konsumsi
Makanan
Karies Tidak p CC
Jajanan
karies X2
anak
N % N % N %

Tinggi 9 15,3 10 16,9 19 32,2

Sedang 16 27,1 6 10,2 22 37,2


7,689 0,021 0 ,340
Rendah 16 27,1 2 3,4 18 59

Jumlah 41 69,4 18 30,5 59 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN


dari 19 anak dengan frekuensi
konsumsi makanan jajanan anak yang Makanan Jajanan Anak
tinggi, terdapat 9 anak mengalami Berdasarkan hasil penelitian
karies, sementara 10 anak tidak gigi diperoleh data bahwa mempunyai
karies. Dari 22 anak dengan frekuensi sebagian besar frekuensi jajan
konsumsi makanan jajanan anak makanan pada anak masuk dalam
sedang, menjadikan 16 responden kategori sedang (37,3%). Tingkat
mengalami gigi karies, sementara 6 sedang artinya meskipun anak telah
anak tidak mengalami gigi karies. dibekali orang tua dengan mambawa
Enambelas anak dengan frekuensi makanan dari rumah, namun anak
jajanan makanan rendah namun tetap masih meminta dibelikan jajan yang
mengalami gigi karies, sedangkan 2 ada di sekolah. Berdasarkan hasil
anak tidak mengalami gigi karies. observasi peneliti diperoleh gambaran
bahwa sebenarnya ibu sudah
Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai membawakan bekal makanan dari
X2 =7,689 dengan signifikansi p = rumah, namun pada kenyataannya
0,021 atau (p <0,05) artinya terdapat pada jam istriraha anak yang
hubungan antara frekuensi konsumsi dibawakan bekal masih
makanan jajanan anak terhadap mengkonsumsi jajanan manis. Hal ini
kejadian karies gigi di TK Aisyiyah terjadi karena teman yang jajan
Kateguhan Sawit Boyolali. Nilai makanan manis memberikan kepada
Contingency Coefficient sebesar anak yang tidak jajan, akibatknya
0,340 yang artinya kejadian karies gigi anak justru mengkomsi jajanan manis,
anak tidak hanya dipengaruhi oleh sedangkan bekal yang dibawa oleh
faktor jajanan anak, terdapat faktor orang tua justru tidak dimakan.
lain yang dapat mempengaruhi Dengan demikian tindakan ibu untuk
kejadian karies gigi. mencegah anak untuk tidak jajan
makaan manis menemui kendala.
Berdasarkan hasil observasi
peneliti di TK Aisiyah diperoleh
8

gambaran data semua makanan yang didasarkan bahwa ibu melatih anak
dijual oleh pedagang mengandung untuk tidak membiasakan diri selalu
unsur manis seperti es krim, kue jajan. Alasan lain adalah bahwa ibu
dengan rasa manis. Dari sisi anak, berusaha menghindari jajanan yang
anak akan lebih menyukai jenis manis karena kondisi gigi anak sudah
jajanan yan mengandung gula seperti mulai karies dan diharapkan gigi tidak
jajanan gulali, permen karet, ataupun semakin rusak seperti gigi berlubang.
arumanis, sedangkan jajanan yang Apabila anak suka jajan makanan
tidak mengandung unsur gula lebih yang manis, ibu mengkhawatirkan
tidak disukai oleh anak, seperti anaknya akan sakit gigi dan akhirnya
makanan gorengan. tidak dapat mengikuti kegiatan
Frekuensi jajan kategori tinggi sekolah.
pada anak 32.2% terjadi karena anak
tidak mau untuk sarapan pagi. Anak Kejadian Karies Gigi
lebih menyukai makanan yang lebih Berdasarkan data kejadian karies
praktis seperti makanan ringan seperti gigi pada responden diketahui dari 41
makanan chiki, ataupun wafer yang responden (69.5%) telah mengalami
juga mengandung rasa manis. karies gigi. Kejadian karies gigi pada
Keadaan ini sejalan dengan pendapat anak menunjukkan adanya faktor-
Susanto (2000) dalam Febry (2006) faktor penyebab terjadinya karies gigi.
mengamati mengapa anak-anak Berdasarkan informasi dari responden
sekolah senang mengkonsumsi bahwa setiap hari anak
makanan jajanan, alasan tersebut mengkonsumsi jajanan dengan
diantaranya anak sekolah tidak berbagai macam bentuk seperti
sempat makan pagi di rumah, permen, kacang manis, roti kering
keadaan ini berkaitan dengan dengan taburan gula, dan donat.
kesibukan ibu yang tidak sempat Tarigan (2005) Kejadian karies gigi
menyediakan makan pagi ataupun adalah kerusakan jaringan keras gigi
karena jarak sekolah yang jauh dari yang disebabkan oleh asam yang ada
rumah atau mereka tergesa-gesa dalam karbohidrat melalui perantara
berangkat ke sekolah, krena alasan mikroorganisme yang ada dalam
psikologis pada anak, jika anak tidak saliva. Berkembangnya
jajan di sekolah, anak ini merasa tidak mikroorganisme pada gigi akan
punya kawan dan merasa malu. semakin berkembang apabila anak
Dengan demikian tingginya frekuensi menjelang tidur tidak melakukan
jajan pada anak ini juga disebabkan gosok gigi.
ibu yang sudah menyediakan sarapan Berdasarkan hasil wawancara
pagi, namun anak tidak tertarik untuk kepada responden, bahwa anak telah
sarapan pagi di rumah dan memilih dilatih untuk selalu gosok gigi secara
jajan di sekolah. teratur, namun responden
Frekuensi jajan kategori rendah menyatakan ibu kurang mengawasi
pada anak 30,5% menunjukkan pada saat anak melakukan gosok gigi
bahwa responden mendidik anak secara benar. Responden juga kurang
dengan membekali makanan yang dalam memberikan pelatihan gosok
dibawa dari rumah. Jenis makanan gigi kepada anak sebelum tidur
yang dibawa adalah nasi dengan lauk malam. Piborg, (2004) menyatakan
telur, roti tawar dengan keju ataupun bahwa proses terjadinya karies gigi
makanan yang terbuat dari bahan dimulai dengan adanya plak di
singkong yang sedikit mengandung permukaan gigi, sukrosa (gula) dari
gula. Ibu mengambil tindakan ini sisa makanan dan bakteri berproses
9

menempel pada waktu tertentu yang pemberian frekuensi jajan anak yang
berubah menjadi asam laktat yang tinggi menjadikan anak mengalami
akan menurunkan pH mulut menjadi karies gigi. Hal tersebut
(5,5) yang menyebabkan menggambarkan bahwa tindakan
demineralisasi email berlanjut memberikan jajan anak dengan rasa
menjadi karies gigi. manis menjadikan karies gigi anak.
Schuurs (2003) menyatakan bahwa
Hubungan Antara Jenis Konsumsi akumulasi plak pada permukaan gigi
Makanan Jajanan anak terhadap utuh dalam dua sampai tiga minggu
Kejadian Karies Gigi menyebabkan terjadinya kerusakan
Berdasarkan tabulasi silang pada gigi.
tabel 8 memperlihatkan data Enam belas responden dengan
sebanyak 10 responden yang frekuensi jajan kategori rendah,
frekuensi jajan tinggi namun tidak namun tetap mengalami karies gigi
mengalami karies gigi. Kesepuluh menunjukkan bahwa faktor jajan yang
responden tersebut meskipun mengandung gula sangat
mengkonsumsi jajanan dengan rasa berpengaruh terhadap kejadian karies
manis namun oleh ibu selalu melatih gigi. Ibu sebelum membeli makanan
dan mengawasi anak untuk untuk anak tetap memilih jenis
menggosok gigi. Ibu selalu jajanan, namun usaha tersebut
mengajarkan tindakan personal ternyata tidak mengurangi kejadian
hyigiene dengan gosok gigi sebelum karies pada anak, hal tersebut karena
tidur malam. Pendidikan kesehatan jenis jajanan anak lebih banyak
yang dilakukan oleh ibu kepada anak mengandung unsur gula dengan rasa
menunjukkan bahwa ibu sebagai ibu manis. Faktor penyebab lain yang
rumah tangga dapat dinilai tanggap menguatkan data bahwa anak
terhadap kesehatan terutama mengalami karies gigi adalah
kesehatan gigi dan mulut pada anak. penggunaan sikat gigi. Selama ini
Tindakan pencegahan agar anak anak yang menggosok gigi kurang
tidak mengalami karies gigi adalah memperhatikan cara menyikat gigi
memilih jenis jajanan yang banyak serta kondisi bulu sikat gigi Ratih
mengandung rasa manis tertutama (2008)
yang mengandung sakarine. Bahan Teknik penyikatan harus
pemanis seperti sakarida yang dapat sederhana, tepat, efisien dalam waktu
menyebabkan anak menjadi sakit. serta efektif. Menyikat gigi dengan
Tindakan ibu tersebut dapat arah yang tidak benar dengan tekanan
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang terlalu keras dapat
tentang kesehatan. Ibu mendapatkan menyebabkan ausnya gigi serta
pengetahuan tentang kesehatan pada turunnya gusi (resesi gusi). Srigupta
saat ibu melakukan kunjungan ke (2004) menyatakan dalam memilih
posyandu pada saat anak berumur 1 sikat gigi hal utama yang harus
hingga 5 tahun. Informasi dari petugas diperhatikan adalah bulu sikat. Bulu
kesehatan menjadikan bahan sikat yang baik adalah tidak keras dan
pengetahuan, sikap dalam melakukan tidak terlalu lunak, ujung bulu sikat
pemilihan jenis makanan, dan perilaku membulat / tumpul. Bulu sikat yang
dalam melakukan tindakan kesehatan terlalu keras akan melukai gusi dan
bagi anak agar tidak terkena karies mengabrasi lapisan gigi. Hasil
gigi. penelitian Suyuti (2010) mengenai
Berdasarkan tabulasi silang pengaruh makanan serba manis dan
tedapat 10 responden dengan lengket terhadap kejadian karies gigi
10

pada anak usia 9-10 tahun di SD Hasil penelitian ini juga


negeri Monginsidi II Makasar memperkuat hasil penelitian yang
disimpulkan bahwa kejadian karies telah dilakukan oleh Makinen (2010)
gigi pada anak dipengaruhi faktor Sugar Alcohols, Caries Incidence, and
makanan manis dan lengket. Remineralization of Caries Lesions: A
Pengaruh dari makanan manis dan Literature Review. Hasil penelitian
lengket pada anak akibat dari gaya tersebut menyimpulkan bahwa
hidup dan pola frekuensi kebiasaan mengkonsumsi makanan
membersihkan gigi. yang mengandung gula,
Sebanyak 16 responden yang mengkonsumsi alkohol dapat
memberikan jajanan anak dengan menimbulkan kejadian karies gigi.
frekuensi rendah namun anak tetap Kebiasaan personal hygiene yang
mengalami karies gigi. Kejadian karies buruk mempercepat tumbuhnya
gigi ini dapat disebabkan karena faktor mikororganisme di gigi dan mulut yang
lingkungan. Lingkungan di sekitar menyebabkan kerusakan pada email
rumah responden adalah pedesaan gigi.
dengan kondisi air yang mengandung Simpulan
Fe (besi). Hal ini dapat dilihat bahwa 1. Sebagian besar responden
air yang mengendap dalam bak mandi penelitian (32,2%) frekuensi
yang terbuat dari keramik cepat makanan jajanan dalam kategori
berubah menjadi warna kekuningan sedang.
yang menempel pada tembok 2. Sebagian besar anak di TK
keramik. Air yang mengandung Fe Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali
(besi) dapat mempengaruhi kondisi (69,5%) mengalami karies gigi.
kesehatan gigi anak yang akhirnya 3. Terdapat hubungan frekuensi
anak menjadi karies gigi. Menurut makanan dengan kejadian karies
Suwelo (2002) menyatakan gigi anak di TK Aisyiyah
perbedaan prevalensi karies Kateguhan Sawit Boyolali dengan
ditemukan pada penduduk yang nilai signifikansi p = 0,021. Anak
geografis letak kediamannya berbeda dengan frekuensi jajan yang
seperti lamanya matahari bersinar, tinggi banyak yang tidak
suhu, cuaca, air, keadaan tanah, dan mengalami karies sementara
jarak dari laut. Kandungan flour 1 ppm frekuensi jajan yang rendah
dalam air akan berpengaruh terhadap banyak mengalamai karie gigi.
penurunan karies.
Distribusi responden yang Saran
mempuyai frekuensi jajan dengan 1. Orang tua
kategori tinggi semakin menjadikan a. Diharapkan orang tua untuk
anak mengalami karies gigi, lebih bersikap selektif
sedangkan frekuensi jajanan anak sebelum memberikan
yang kurang semakin banyak kejadian makanan jajan kepada anak
karies gigi. Kecenderungan frekuensi agar tidak mengalami karies
jajan dengan kejadian karies gigi ini gigi dengan cara mengurangi
diperkuat hasil uji hipotesis penelitian frekuensi jajan, dan mengganti
yang menunjukkan terdapat jajanan yang kurang
hubungan antara jenis konsumsi mengandung unsur gula.
makanan jajanan anak terhadap b. Orang tua untuk lebih dapat
kejadian karies gigi di TK Aisyiyah memberikan pendidikan
Kateguhan Sawit Boyolali. kesehatan yaitu membiasakan
anak menggosok gigi pada
11

anak sebelum tidur malam,


atapun sedapat mungkin Judarwanto. W. 2009. Waspadai
setelah makan. Perilaku Makanan Anak
2. Guru Sekolah.
a. Diharapkan guru dapat http://feedingchildren.blogspot.
meningkatkan upaya com. Diakses tanggal 2
pendidikan kesehatan dengan Februari 2012
melakukan pendidikan
kesehatan di sekolah melalui Kementrian kesehatan Republik
praktik menggosok gigi, Indonesia (Kemenkes RI ).
memberikan pendidikan (2011). Tidak Sehat Jika Tidak
kesehatan mengenai baik Memiliki Gigi Mulut Sehat,
buruknya mengkonsumsi http://www.depkes.go.id,
makanan yang manis Tanggal Akses : 21 Januari
dihubungkan dengan kejadian 2012.
karies gigi.
b. Diharapkan guru untuk Makinen, K.K. (2010) Sugar Alcohols,
bersedia menyeleksi jenis
Caries Incidence, and
jajanan yang dijual oleh Remineralization of Caries
pedagang di halaman TK Lesions: A Literature
dengan tujuan agar murid Review.Hindawi Publishing
terhindar dari kejadian karies Corporation International
gigi. Journal of DentistryVolume
3. Peneliti selanjutnya 2010, Article ID 981072, 23
Hasil penelitian ini hanya
pages
menghubungkan frekuensi jajan doi:10.1155/2010/981072
anak dengan kejadian karies gigi
anak. Peneliti lain dapat Megananda. H, P. (2010. Ilmu
mengembangkan penelitian ini Pencegahan Penyakit Jaringan
yang berkaitan dengan kesehatan Keras Dan Jaringan
gigi dan mulut seperti kejadian Pendukung Gigi. Jakarta :
sakit gigi dengan pretasi belajar EGC, 2010.
siswa.
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta
Artaria, M.D. (2009) Antropologi
Dental. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Fudamental Keperawatan.
Jakarta: EGC
Febry F (2006) Penentuan Kombinasi Piborg, JJ. (2004). Atlas Penyakit
Makanan Jajanan Tradisional
Harapan Untuk Memenuhi Mulut, alih bahasa drg. Kartika
Kecukupan Energi Dan Protein Angsaraharja. Ed. Ke .1
Anak Sekolah Dasar Di Kota Binarupa Akasara. Jakarta.
palembang, Thesis. Program
pascasarjana universitas Ratih. A, (2008). Beberapa cara
diponegoro Semarang. www: menjaga kebersihan gigi dan
http://eprints.undip.ac.id/17340 mulut.
/1/
12

Ratna D. (2008).Peranan Saliva Suyuti, M (2010) Pengaruh Makanan


dalam Melindungi Gigi Serba Mani Dan Lengket
Terhadap Karies. Jurnal USU Terhadap Terjadinya Karies
Library. Gigi Pada Anak Usia 9-10
Schuurs A.H.B. (2003). Patologi Gigi tahun di SD Negeri Monginsidi
Geligi. Yogyakarta: UGM Press II Makasar. Jurnal Media
kesehatan gigi. ISSN2087-
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian 0051 Edisi November.
Kuantitaif, Kualitatif dan R & G, Tarigan, R.( 2005). Karies Gigi.
Bandung : Alfabeta. Jakarta : Hipocrates.

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Ariya Setia Anugrah*: Mahasiswa


Kesehatan Ibu dan Anak. PT S-1 Keperawatan FIK UMS
Graha Ilmu: Yogyakarta.
Siti Arifah, S.Kp., M.Kes**: Staff
Suwelo S,. (2002). Karies Gigi Pada pengajar FIK UMS
Anak Dengan Berbagai Faktor
Etiologi. Jakarta: EGC Endang Zulaicha S.Kp **: Staff
pengajar FIK UMS

Anda mungkin juga menyukai