Anda di halaman 1dari 7

PEMODELAN PROSES KIMIA UNTUK SIMULATOR

BIOGAS SAMPAH ORGANIK (SBSO)

Disusun oleh :
1. Dian Arif (11.14.001)
2. Zullio Leonardi P.H (11.14.002)
3. Noranda Jelfano (11.14.025)
4. Drajat Dzilfikri (11.14.034)
5. Syamsul Arif (11.14.035)

INTSTITUT TEKNOLOGI NASONAL MALANG


TEKNIK KIMIA
1. PENDAHULUAN
Melalui biokonversi, limbah organik seperti tinja, sampah domestik dan limbah pertanian
dapat dikonversi menjadi bioenergi. Bioenergi merupakan gas kompleks yang terdiri dari
Metana, karbondioksida, Asam sulfida, dan gas-gas lainnya. Biokonversi limbah organik ini
melibatkan proses fermentasi. Proses biokonversi seperti ini dikenal pula sebagai proses
Pencernaan Anaerob.Proses biokonversi secara alami terjadi pula di alam, yakni dalam
pembentukan gas rawa atau sebagai produk samping dari pencernaan hewan, khususnya
hewan-hewan pemamah biak. Gas rawa sebenarnya merupakan gas metan yang terbentuk
dari bahan-bahan organik tanaman melalui proses dekomposisi tanaman oleh bakteri.
Selanjutnya, gas ini dikeluarkan dari rawa dan dalam kondisi tertentu dapat terbakar secara
spontan. Gas ini secara ekonomi merupakan bahan bakar penting yang dapat digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak, tetapi karena tumbuhan yang didekomposisi secara
alami jumlahnya terbatas, maka perlu dicari bahan baku dan teknologi penggantinya.
Pembentukan gas pada hewan pemamah biak terjadi di dalam lambung dan
berlangsung bersamaan dengan proses pencernaan makanan. Di dalam lambung, bahan-bahan
berselulosa dari rumput-rumputan atau bahan lain yang menjadi makanan hewan pemamah
biak dengan penambahan air diubah menjadi asam organik. Asam organik ini selanjutnya
diurai secara anaerob menjadi gas metan dan karbondioksida. Diperkirakan sekitar 75 jutan
ton gas metan dikeluarkan oleh hewan pemamah biak setiap tahunnya.

2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. ANALISIS PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS
Proses pembentukan biogas dari sampah organik terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:
1. tahapan hidrolisis, materi organik seperti karbohidrat, lemak dan protein
dihidrolisis oleh enzim ekstra seluler seperti selobiase, amilase dan lipase menjadi
monomer gula, gliserol dan asam lemak;
2. tahapan asidogenesis, monomer hasil hidrolisis diubah menjadi asam organik
rantai C pendek (seperti asam butirat, propionat, asam asetat), alkohol, hidrogen dan
karbon dioksida oleh bakteri anaerob;
3. tahapan asetogenesis, produk yang dihasilkan dari tahapan asodogenesis
digunakan sebagai subtrat oleh bakteri asetogenesis menjadi asam asetat, karbon
dioksida dan hidrogen;
4. tahapan metanogenesis, dengan bantuan bakteri metanogenesis asam asetat,
gas hidrogen dan karbon dioksida diubah menjadi gas metana dan karbon dioksida.
Secara umum tahapan proses penguraian senyawa organik menjadi biogas di gambarkan
dalam Gambar 3.1.

Biogas from Waste and Renewable Resources An introduction(Angelika, 2008)


Gambar 3.1 Diagram penguraian anaerob senyawa organik menjadi biogas.
Proses pembentukan biogas sangat sensitif terhadap faktor lingkungan. Faktor lingkungan
yang mempengaruhi proses degradasi biologi oleh bakteri yaitu kehadiran oksigen,
kandungan air atau kelembaban, densitas, suhu, asiditas, alkalinitas, asam volatil, nutrisi, dan
materi toksik, rasio C/N, kandungan padatan subtrat dan pengadukan.
Proses pembentukan ini terjadi melalui tahapan reaksi seperti berikut :
4 C6H5COOH + 24 H2O 12 CH3COOH + 4 HCOOH + 8 H2
12 CH3COOH 12 CH4 + 12 CO2
4 COOH 4 CO2 + H2
3 CO2 + 12 H2 3 CH4 + 6 H2O
Secara singkat reaksi keseluruhan di atas dapat disederhanakan menjadi:
4 C6H5COOH + 18 H2O 15 CH4 + CO2

Persamaan laju reaksi dalam proses penguraian senyawa organik secara anaerob
merupakan laju reaksi orde satu. dapat ditentukan berdasarkan persamaan reaksi berikut :
(CH2O)n 0,5n CH4 + 0,5n CO2
V reaksi = -A Reaktan/waktu= +A Produk/waktu
dR/dt = k R
dR= k R dt
V merupakan laju reaksi, R merupakan jumlah (konsentrasi) reaktan, dR perubahan
konsentrasi reaktan, dt perubahan waktu, dan k adalah konstanta kecepatan reaksi.
Proses pembentukan biogas dipengaruhi oleh kerja bakteri sehingga faktor lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan bakteri perlu diperhatikan. Salah satu faktor lingkungan
yang perlu diperhatikan adalah pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri karena bakteri
bekerja spesifik terhadap suhu. Pertumbuhan bakteri pada umumnya bertambah dua kali lipat
setiap kenaikan suhu sebesar 100C untuk spesies bakteri mesofilik yang tumbuh dalam
rentang suhu 10 350C. Kecepatan pertumbuhan bakteri tidak berubah antara suhu 35-400C
dan untuk suhu di atas 500C bakteri akan terdenaturasi.
Pengaruh suhu terhadap perubahan kecepatan reaksi dinyatakan dalam persamaan
Arrhenius.

...(3.4)

k merupakan konstanta kecepatan reaksi, Ea energi aktivasi untuk reaksi (cal/gmol), R


kontanta gas ideal (1,987 cal/gmol K) dan T merupakan suhu (K). Jika persamaan Arrhenius
di atas diintegrasikan dengan rentang suhu antara T1 dan T2, maka diperoleh persamaan.
...(3.5)

karena rasio Ea/R merupakan konstanta, maka persamaannya dapat disederhanakan


menjadi :
...(3.6)

Pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan bakteri yang terjadi dalam proses
pembentukan gas metana dinyatakan dalam persamaan (3.6).
....
(3.7)

Sehingga diperoleh harga (kecepatan pertumbuhan bakteri) terhadap suhu seperti


dalam Gambar 3.2. .

Gambar 3.2 Grafik kecepatan pertumbuhan bakteri terhadap suhu.


Dinamika konsentrasi dalam pembentukan biogas dari senyawa organik berdasarkan
diagram yang dikemukakan oleh Guhjer dan Zhender (1983) dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (3.3) dan asumsi harga k sama dengan pada suhu optimal seperti
dapat dilihat di tabel 3.1, maka diperoleh hasil seperti terlihat di Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Tahapan hidrolisis di suhu 35 oC.

Tahapan hidrolisis merupakan tahapan pengubahan senyawa komplek menjadi senyawa


sederhana, yaitu dari karbohidrat menjadi gula(glukosa), protein menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak, tahapan ini mulai terjadi di hari pertama.
Dinamika konsentrasi di tahap asidifiksi saat suhu 35 0C, dapat dilihat dalam Gambar 3.4.
Tahapan asidifikasi merupakan gabungan tahapan pengubahan asidogenesis dan asetogenesis
yaitu tahapan pengubahan hasil hidrolisis menjadi asam organik rantai C pendek seperti asam
amino, gula, asam lemak asam asetat, H2 serta CO2. Proses asidifikasi terjadi ketika sudah
diperoleh hasil hidrolisis.

Gambar 3.4 Dinamika konsentrasi tahapan asidifikasi di suhu 35 0C.


Dinamika konsentrasi di tahapan metanogenesis pada Suhu 35 0C dapat dilihat dalam
Gambar 3.5 dengan hasil akhir berupa metana(70%), CO2(30%) serta asetat dan H2 dalam
jumlah yang sedikit. .

Gambar 3.5 Dinamika konsentrasi tahapan metanogenesis di suhu 35 0C.


Gabungan dari semua tahapan reaksi pembentukan biogas berikut dapat dilihat dalam
Gambar 3. 6.
Gambar 3.6 Grafik penggabungan semua tahapan reaksi
pembentukan biogas.

3.2. PEMODELAN PROSES KIMIA SBSO


Pemodelan proses kimia SBSO dilakukan berdasarkan asumsi:
1. tahapan reaksi yang berlangsung hanya satu tahapan reaksi yaitu reaktan
langsung menjadi hasil akhir tanpa melibatkan reaksi antara tapi tetap memenuhi
Hukum Kekekalan Energi;
2. input yang digunakan merupakan satu jenis sampah organik yang memiliki
rumus kimia (CH2O)n diencerkan oleh air dengan perbandingan 1:1 serta bakteri yang
berasal dari kotoran sapi;
3. output yang dihasilkan adalah biogas (20%) yang terdiri dari gas metana(70%)
dan CO2(30%) serta sisa penguraian anaerob (residu (80%));
4. reaksi pembentukan biogas berlangsung dalam reaktor Batch;
5. reaksi berlangsung dalam kondisi lingkungan anaerob, pH netral (6,8-8), tanpa
inhibitor, dengan ketersediaan nutrisi mencukupi, dan rasio C/N 30;
6. reaksi berlangsung berdasarkan kinetika reaksi orde satu [8] dan faktor suhu
yang mempengaruhi kinetika reaksi;
7. reaksi berlangsung dalam rentang suhu 150C sampai 500C;
8. Harga konstanta kecepatan reaksi (k) diasumsikan sama dengan harga
koefisien pertumbuhan bakteri (it) sebesar 0,306 di suhu 350C.
Perkiraan dinamika konsentrasi input dan output berdasarkan persamaan 3.3 dan
berlangsung di suhu 350C diperlihatkan dalam Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Dinamika konsentrasi input dan output di suhu 35 0 C.


Pengaruh suhu terhadap kinetika reaksi diperlihatkan oleh persamaan 3.8, yaitu kinetika
reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap kenaikan suhu 100C.

Anda mungkin juga menyukai