Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TRANSFORMATOR TENAGA

2.1 Pengertian

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip

induksi elektromanetik. Pada penyaluran tenaga listrik terjadi kerugian energi

sebesar I2R watt. Kerugian ini banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan.

Dengan demikian maka saluran-saluran transmisi tenaga senantiasa

mempergunakan tegangan tinggi.

Tegangan transmisi yang tertinggi di Indonesia pada saat ini adalah

500kV. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi

pada saluran. Dengan menaikkan tegangan output generator di pusat listrik,

kemudian diturunkan diujung akhir saluran ke tegangan yang lebih rendah,

dilakukan dengan transformator.

Transformator dapat dibagi menurut fungsi/pemakaian, sebagai berikut:

Transformator Tenaga (pembangkit)

Transformator gardu induk

Transformator distribusi

5
Penggunaan transformator pada sistem penyaluran tenaga listrik dapat dibagi:

a. Transformator penaik tegangan (Step up) atau disebut tranasformator daya

atau tenaga, untuk menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan

transmisi.

b. Transformator penurun tegangan (Step down), dapat disebut transformator

distribusi, untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi.

c. Transformator instrument, untuk pengukuran yang terdiri dari transformator

tegangan (PT) dan transformator arus (CT), berfungsi menurunkan tegangan

dan arus agar dapat masuk ke meter-meter pengukuran.

Seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 yang menunjukan kontruksi sederhana

sebuah transformator:

Gambar 2.1 Konstruksi dari transformator

a. Bagian utama

Inti besi

Kumparan transformator

Sedangkan rangkaian dasar transformator ditunjukkan pada Gambar 2.2

I1 I2

B
e
AC U1 Np Ns U2 b
a
n

Gambar 2.2 Bagan rangkaian transformator

6
Keterangan:

U1= tegangan sumber

U2= tegangan beban

Np= jumlah lilitan kumparan primer

Ns= jumlah lilitan kumparan sekunder

I1= arus primer

I2= arus sekunder

ep= GGL induksi pada kumparan primer

es= GGL induksi pada kumparan sekunder.

b. Peralatan Bantu

Pendingin

Tap changer

Alat pernapasan (dehydrating breather)

Indikator-indikator : Thermometer, permukaan minyak

c. Peralatan Proteksi

Rele Bucholz

Pengaman tekanan lebih (explosive membrane)

Rele tekanan lebih (sudden pressure relay)

Rele pengaman tangki

Rele differensial (differential relay)

Rele arus lebih (over current relay)

Rele hubung tanah (ground fault relay)

Rele thermis (thermal relay)

Arrester

7
2.2 Tranformator Tenaga

Tranformator tenaga atau daya adalah suatu peralatan listrik yang

berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari generator bertegangan menengah ke

transmisi bertegangan tinggi dan untuk menyalurkan daya dari transmisi

bertegangan tinggi ke jaringan distribusi bertegangan rendah. Konstruksi umum

dari transformator daya ditunjukkan pada Gambar 2.3

(a) (b)

Gambar 2.3 Konstruksi Transformator Tenaga


(a) Transformator Kumparan Piring
(b) Transformator Kumparan Silinder

Keterangan :

1) Kumparan tegangan tinggi

2) Kumparan tegangan rendah

3) Inti besi

4) Minyak isolasi

5) Tanki baja

6) Bushing tegangan tinggi

7) Bushing tegangan rendah

8
Pada Gambar 2.3 bagian utama dari transformator adalah inti, dua set

kumparan atau lebih dan isolasi. Inti transformator yang terbuat dari lembaran-

lembaran baja silikon yang satu dengan lainnya diisolasi dengan pernis.

Kumparan terbuat dari bahan tembaga yang dihubungkan dengan sumber energi

disebut kumparan primer, sedang yang dihubungkan dengan beban disebut

kumparan sekunder.

2.3 Bagian Utama Transformator Tenaga

Transformator tenaga terdiri atas beberapa bagian utama yang memliki

fungsi penting. Berikut merupakan bagian utama dari transformator tenaga beserta

fungsinya masing-masing:

1. Inti Besi

Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik

yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang

berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan

oleh Eddy Current.

Gambar 2.4 Inti Besi Transformator Tenaga

9
Inti transformator dibentuk dari lapisan lembaran pelat besi silikon yang

memiliki lapisan isolasi sangat tipis pada salah satu sisinya, yang tahan

terhadap panas tinggi serta mempunyai koefisien penyebaran panas yang

rendah, dengan ketebalan yang sangat tipis untuk dapat menekan rugi-rugi inti

yang semakin kecil. Disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu

luasan inti magnetis yang kokoh serta efisien. Inti besi pada transformator

tenaga dapat dilihat pada Gambar 2.4

2. Kumparan Transformator

Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan.

Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang

diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan

isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai

alat transformasi tegangan dan arus. Kumparan transformator dapat dilihat

pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Kumparan Transformator Tenaga

3. Minyak Transformator

Sebagian besar kumparan-kumparan dan inti transformator tenaga direndam

dalam minyak transformator, terutama transformator tenaga yang berkapasitas

10
besar, karena minyak transformator mempunyai sifat sebagai isolasi dan

media pemindah panas, sehingga minyak transformator tersebut berfungsi

sebagai media pendingin dan isolasi.

Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen yang secara aktif

menghasilkan energi panas, yaitu besi (inti) dan tembaga (kumparan). Bila

energi panas tidak disalurkan melalui suatu sistem pendinginan akan

mengakibatkan besi maupun tembaga akan mencapai suhu yang tinggi, yang

akan merusak nilai isolasinya. Sebagai maksud untuk pendinginan, kumparan

dan inti dimasukkan ke dalam suatu jenis minyak, yang dinamakan minyak

transformator. Minyak tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu pendinginan

dan isolasi. Perlu dikemukakan bahwa minyak transformator harus memiliki

mutu yang tinggi dan senantiasa berada dalam keadaan bersih. Disebabkan

energi panas yang dibangkitkan dari inti maupun kumparan, maka suhu

minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan-

perubahan pada minyak transformator. Dalam jangka waktu yang lama akan

terbentuk berbagai pengotoran yang akan menurunkan mutu minyak

transformator. Hal-hal ini dapat mengakibatkan kemampuan pendinginan

maupun isolasi minyak akan menurun. Selanjutnya dapat pula terjadi bahwa

suhu yang lembab sebagaimana halnya terjadi di daerah tropis, mengakibatkan

masuknya air didalam minyak transformator.

Bila suhu minyak transformator yang sedang dioperasikan diukur, akan

tampak bahwa suhu minyak itu akan tergantung pada tinggi pengukuran pada

bak. Suhu tertinggi akan ditemukan pada sekitar 70-80% tinggi bejana.

11
Minyak transformator sebagai bahan isolasi sekaligus sebagai media

penghantar panas memiliki karakteristik sebagai berikut:

Berat jenis (specific grafitty) 0,85 sampai 0,90 pada suhu 13,5 C

Kekentalan (viscocity) cukup rendah untuk memperlancar sirkulasi

dari bagian yang panas ke bagian yang dingin, yaitu 100 sampai

110 Saybolts second pada 40 C

Titik didih tidak kurang dari 135 C

Titik beku tidak lebih dari -45 C

Tegangan tembus tidak kurang dari 30 kV per 2,5 mm atau 120 kV/1 cm.

Koefisien muai 0,00065 per 1 C

Titik api (flash point) 180 C sampai 190 C

Titik nyala (burning point) 205 C

Kelembaban terhadap uap air (moisture) nihil

4. Bushing

Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar melalui sebuah

bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Gambar 2.6

merupakan bentuk bushing transformator tenaga

Gambar 2.6 Bushing Transformator Tenaga

12
Bushing berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki

transformator.

5. Tangki Konservator

Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak

transformator berada dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak

transformator, tangki dilengkapi dengan konservator. Konstruksi dari tangki

konservator dapat dilihat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Tangki Konservator dan Level Indikator

2.4 Peralatan Bantu Transformator Tenaga

Peralatan bantu pada transformator tenaga berfungsi untuk mendukung

kerja dari peralatan utama sehingga dalam beroperasi transformator dapat

maksimal, berikut perlatan bantu yang digunakan di transformator tenaga:

1. Pendingin

Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi

dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan

temperatur yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam transformator.

Maka untuk mengurangi kenaikan temperatur transformator yang berlebihan

13
perlu dilengkapi dengan alat/sistem pendingin untuk menyalurkan panas

keluar transformator.

a. Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa:

b. Udara/gas

c. Minyak

d. Air

e. Dan lain sebagainya

Sedangkan pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara:

a. Alamiah (natural)

b. Tekanan/paksaan

Pada proses alamiah (natural), pengaliran media sebagai akibat adanya

perbedaan suhu media dan untuk mempercepat perpindahan panas dari media

tersebut ke udara luar diperlukan bidang perpindahan panas yang lebih luas

antara media (minyak, udara dan gas), dengan cara melengkapi transformator

dengan sirip-sirip (radiator).

Tabel 2.1 Jenis Sistem Pendingin Transformator

14
Jika diinginkan penyaluran panas yang lebih cepat, cara natural/alamiah

tersebut dapat dilengkapi dengan peralatan untuk mempercepat sirkulasi

media pendingin dengan pompa-pompa sirkulasi minyak, udara dan air, cara

ini disebut pendingin paksa (forced).

Sistem pendingin transformator berdasarkan media dan cara pengalirannya

dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 2.1.

2. Perubah Tap (Tap Changer)

Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk

mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari

tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer yang hanya bisa

beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan

transformator tidak berbeban disebut off load tap changer dan hanya dapat

dioperasikan manual.

Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap transformator,

dalam keadaan transformator berbeban disebut on load tap changer dan

dapat dioperasikan secara manual atau otomatis.

Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen,

tegangan keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah sesuai

keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau pada

kedua sisi belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah

perbandingan transformasi (rasio) transformator.

15
Ada dua cara kerja tap changer:

1. Mengubah tap dalam keadaan transformator tanpa beban

2. Mengubah tap dalam keadaan transformator berbeban (On Load Tap Changer

/ OLTC)

Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan

tap changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan transformator berbeban

dan dipasang di sisi primer. Sedangkan transformator penaik tegangan di

pembangkit atau pada transformator dengan kapasitas kecil, umumnya

menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat transformator

tenaga tanpa beban.

On Load Tap Changer/OLTC terdiri dari :

1. Selector switch,

2. Diverter switch, dan

3. Transisi resistor.

Untuk mengisolasi dari bodi transformator (tanah) dan meredam panas pada

saat proses perpindahan tap, maka OLTC direndam di dalam minyak isolasi

yang biasanya terpisah dengan minyak isolasi utama transformator (ada

beberapa transformator yang ruangannya menjadi satu dengan main tank).

Karena pada proses perpindahan hubungan tap di dalam minyak terjadi

fenomena elektris, mekanis, kimia dan panas, maka minyak isolasi OLTC

kualitasnya akan cepat menurun. tergantung dari jumlah kerjanya dan adanya

kelainan di dalam OLTC.

16
3. Alat Pernapasan (Silicagel)

Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun temperatur udara

luar, maka temperatur minyak pun akan berubah-ubah mengikuti keadaan

tersebut. Jika suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara

di atas permukaan minyak keluar dari tangki, sebaliknya apabila temperatur

minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam

tangki. Kedua proses tersebut dinamakan pernapasan transformator.

Gambar 2.8 Alat Pernapasan (Silicagel) Transformator

Akibat pernapasan transformator tersebut maka permukaan minyak akan

selalu bersinggungan dengan udara luar. Udara luar yang lembab akan

menurunkan nilai tegangan tembus minyak transformator, maka untuk

mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi

dengan alat pernapasan, berupa tabung berisi kristal zat hygroskopis. Gambar

2.8 merupakan alat pernapasan (silicagel) pada transformator tenaga.

17
4. Indikator

Untuk mengamati kondisi transformator selama beroperasi, maka diperlukan

indikator kerja pada transformator, sebagai berikut:

Indikator suhu minyak

Indikator permukaan minyak

Indikator suhu belitan

Indikator kedudukan tap, dan sebagainya

2.5 Peralatan Proteksi

Peralatan proteksi atau pengaman pada transformator tenaga berperan

penting untuk melindungi transformator dari gangguan yang timbul dari dalam

sistem transformator atau gangguan yang timbul dari luar transformator. Berikut

peralatan proteksi yang digunakan pada transformator tenaga:

1. Rele Buchloz

Rele Bucholz adalah alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap

gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul

diakibatkan oleh:

Hubung singkat antar lilitan (dalam fasa)

Hubung singkat antar fasa

Hubung singkat antar fasa ke tanah

Busur api listrik antar laminasi

Busur api listrik karena kontak yang kurang baik

18
2. Pengaman Tekanan Lebih (Explosive Membrane)

Alat ini berupa membrane yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup

berpegas, berfungsi sebagai pengaman tangki transformator terhadap kenaikan

tekanan gas yang timbul di dalam tangki (yang akan pecah pada tekanan

tertentu) dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator.

3. Rele Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)

Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni pengaman terhadap

gangguan di dalam transformator. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh

kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung menjatuhkan PMT.

4. Rele Pengaman Tangki

Berfungsi untuk mengamankan transformator bila ada hubung singkat antara

bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada

transformator.

5. Rele Differensial (Differential Relay)

Berfungsi mengamankan transformator dari gangguan di dalam transformator

antara lain, flash over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan

dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda

kumparan.

6. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

Berfungsi mengamankan transformator dari arus yang melebihi dari arus yang

telah diperkenankan lewat dari transformator tersebut dan arus lebih ini dapat

terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.

19
7. Rele Hubung Tanah (Ground Fault Relay)

Berfungsi untuk mengamankan transformator bila terjadi gangguan satu fasa

ke tanah.

8. Rele Thermis (Thermal Relay)

Berfungsi untuk mencegah/mengamankan transformator dari kerusakan isolasi

kumparan, akibat ada panas lebih yang ditimbulkan akibat arus lebih.

Besarnya yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan temperatur.

9. Arrester

Fungsi arrester sebagai pengaman surja petir yaitu dengan mengalirkan surja

petir ketanah. Dalam keadaan normal arrester bersifat sebagai isolator dan

padasaat timbul tegangan lebih yang melebihi nominl arrester maka akan

berubah menjadi konduktor dalam waktu singkat sehingga arus kilat mengalir

ke tanah.

2.6 Pengertian Daya

Daya dalam tegangan AC pada setiap saat sama dengan perkalian dari

harga arus dan tegangan pada saat itu. Jika arus dan tegangan bolak-balik satu

fasa, maka daya dalam satu periode sama dengan perkalian dari arus dan

tegangan efektif. Tapi jika ada reaktansi dalam rangkaian arus dan tegangan

tidak satu fasa sehingga selama siklusnya bisa terjadi arus negatif dan

tegangan positif. Secara teoritis daya terdiri dari tiga yaitu daya efektif, daya

reaktif dan daya semu yang pengertiannya adalah sebagai berikut :

1. Daya efektif (P) adalah daya yang diubah menjadi energi, persatuan

waktu atau dengan kata lain daya aktif adalah daya yang benar-benar

20
dipakai yang dihasilkan oleh komponen resistif, satuannya adalah Watt (W).

2. Daya reaktif (Q) adalah daya yang ditimbulkan oleh komponen daya

reaktif yang ditentukan dari reaktansi yang menimbulkannya daya

berupa reaktansi induktif (XL) atau reaktansi kapasitif (XC), satuannya

adalah Volt Ampere Reaktif (VAR).

3. Daya semu (S) adalah jumlah secara vektoris daya aktif dan daya

reaktif yang memiliki satuan Volt Ampere (VA).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sistem segitiga daya berikut ini:

Gambar 2.9 Sistem Segitiga Daya

Untuk daya 3 phasa didapat :

P = 3.V.I cos ............................................... (2.1)

S = 3.V.I ............................................... (2.2)

Q = 3.V.I sin ............................................... (2.3)

Dimana :

P = Daya nyata (Watt)

S = Daya semu (VA)

Q = Daya reaktif (VAR)

21
2.7 Prinsip Kerja Transformator

Transformator terdiri dari duah buah kumparan (primer dan sekunder)

yang bersifat induktif, yang terpisah secara elektris namun berhubungan

secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.

Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak

balik, maka fluks bolak balik akan muncul di dalam inti (core) yang di

laminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup, maka

mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer, maka di

kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di

kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer (mutual

induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder,

serta arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik

dapat ditransfer secara keseluruhan.

Gambar 2.10 skema prinsip transformator dengan kumparan-kumparan primer

dan sekunder serta rangkaian magnetic

22
2.7.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber

tegangan V1 yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer Io yang juga

sinusoid dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni , Io akan tinggal

90o dari V1 (gambar 2.11b). Arus Primer Io menimbulkan fluks yang sephasa

dan juga berbentuk sinusoid.

= maks sin t ......................................... (2.4)

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (Hukum

Farraday)

(a) (b)

Gambar 2.11 (a) Keadaan transformator tanpa beban

(b) Arah fluks transformator tanpa beban

e1 = -N1 d ....................................... (2.5)


dt

e1 = -N1 d ( maks sin wt)


dt

= -N1wmaks cos wt

23
Harga efektifnya

12
E1 = = 4.44 N1f maks ...................................... (2.6)
2

Pada rangkaian sekunder, fluks () bersama tadi menimbulkan :

e2= -N2

e2= -N2 w maks cos wt

E2 = 4.44N2fmaks ............................................... (2.7)

Sehingga

1 1
= ............................................... (2.8)
2 2

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,

1 1 1
= = =a ......................................... (2.9)
2 2 2

a = perbandingan transformasi

Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi

berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.

24
2.7.2 Keadaan Transformator berbeban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z L , I 2

mengalir pada kumparan sekunder, dimana I2 = V2/ZL dengan 2 = Faktor

kerja beban.

Gambar 2.12 Keadaan transformator berbeban

Arus beban I2 ini menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang

cenderung menentang fluks () bersama yang telah ada akibat arus

pemagnetan IM. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan

primer harus mengalir arus I2, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh

arus beban I2,

sehingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:

I1 = Io + I2 ............................................... (2.10)

Bila rugi diabaikan (Ic diabaikan) maka Io=IM

I1= IM + I2 ............................................... (2.11)

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang

dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :

N1 IM= N1 I1 - N2 I2 ............................................... (2.12)

N1IM= N1(IM+I2) N2I2

25
Hingga

N1I2 = N2I2 ............................................... (2.13)

Karena nilai IM dianggap kecil maka I2 = I1

Jadi ,

N1I1 = N2I2 atau I1/I2 = N2/N1 ............................................... (2.14)

2.8 Rangkaian Ekivalen Transformator

Untuk memudahkan perhitungan dari suatu transformator salah satu

bagian disesuaikan dengan bagian lainnya. Bagian primer disesuaikan dengan

bagian sekunder atau sebaliknya bagian sekunder disesuaikan dengan bagian

primer, dengan demikian rangkaian primer dan rangkaian sekunder dapat

digambarkan menjadi suatu rangkaian yang dinamakan ekivalen (pengganti).

Tidak seluruh fluks () yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM

merupakan fluks bersamaan (M), sebagian daripadanya hanya mencakup

kumparan primer (1) atau kumparan sekunder saja (2). Dalam model

rangkaian (rangkaian ekivalen ) yang dipakai untuk menganalisa kerja suatu

transformator, adanya fluks bocor 1 dan 2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1

dan X2. Sedangkan rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2. dengan

demikian model rangkaian dapat gambar seperti berikut:

26
Gambar 2.13 rangkaian ekivalen transformator

Dari rangkaian di atas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai berikut:

Gambar 2.14 diagram vektor rangkaian ekivalen transformator

Dari model rangkaian diatas dapat juga diketahui hubungan

penjumlahan Vektor:

V1 = E1 + I1R1 + I1X1 ............................................... (2.15)

E2 = V2 + I1R1 + I2X2 ............................................... (2.16)

E1/E2 = N1/N2 = a atau E1 = aE2

Hingga :

E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2 )

Karena

I'2/I2 = N2/N1 = 1/a atau I2 = aI'2

27
Maka :

E1 = a2 I2ZL + a2 I2R2 + a2 I2X2

Dan,

V1 = a2 I2ZL + a2 I2R2 + a2 I2X2 + I1R1 + I1X1 ........................(2.17)

Persamaan terakhir mengandung pengertian, apabila parameter rangkaian

sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer harganya perlu dikalikan

dengan factor a2. Sekarang model rangkaian menjadi sebagai terlihat pada

gambar 2.8

Gambar 2.15 rangkaian ekivalen transformator

Untuk memudahkan analisis (perhitungan), model rangkaian tersebut dapat

diubah menjadi rangkaian seperti berikut :

Gambar 2.16 Rangkaian ekivalen transformator

28
Gambar 2.17 Diagram vektor rangkaian ekivalen transformator

2.9 Rugi Rugi Transformator

Rugi-rugi daya transformator berupa rugi inti atau rugi besi dan rugi

tembaga yang terdapat pada kumparan primer maupun kumparan sekunder.

Untuk mengurangi rugi-rugi besi haruslah diambil inti besi yang

penampangnya cukup besar agar fluks magnit mudah mengalir didalamnya.

Untuk memperkecil rugi-rugi tembaga, harus diambil kawat tembaga yang

penampangnya cukup besar untuk mengalirkan arus listrik yang diperlukan.

Rugi inti terdiri dari rugi arus eddy dan rugi histerisis. Rugi arus eddy timbul

akibat adanya arus pusar pada inti yang dapat menghasilkan panas. Adapun

arus pusar inti ditentukan oleh tegangan induksi pada inti yang menghasilkan

perubahan-perubahan fluks magnit.

29
2.9.1 Rugi Rugi Tanpa Beban

Rugi Rugi tanpa beban mengangkut baik rugi-rugi histerisis dan rugi-

rugi arus pusar. Karena fluks di dalam inti praktis dan konstan untuk keadaan

semua beban. Rugi rugi ini dapat dikurangi dengan mempergunakan

besi magnetic dengan kadar silicon yang tinggi dan memakai laminasi-

laminasi yang tipis.

2.9.1.1 Rugi Histeris

Rugi histerisis terjadi apabila inti besi mendapat fluksi bolak-balik, Rugi

histerisis per sycle berbanding dengan luas histerisis loop. Rugi histerisis

dinyatakan dalam

Ph = Kh.f.bmaks ............................................... (2.18)

Dimana :

Bmaks = rapat fluksi maksimum (tesla) Kh = konstanta histerisis

2.9.1.2 Rugi arus pusar ( eddy current )

Rugi arus pusar disebabkan adanya arus yang terinduksi di inti. Pada

dasarya induksi tegangan di inti besi ini sama seperti transformator (dapat

dianggap bahwa setiap lempengan inti besi adalah sekunder yang terhubung

singkat) Impedansi yang dialiri arus listrik dapat dianggap konstan untuk

laminasi yang tipis dan tak tergantung dari frekuensi, untuk frekuensi rendah

atau power frekuensi, jadi rugi arus pusar dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pe = K2e.f2.Bmaks ............................................... (2.19)

30
dimana :

Ke = konstanta eddy current

Dari persamaan rugi-rugi transformator tanpa beban dapat diketahui besarnya

total rugi inti (besi).

Pinti total = Ph+Pe

= ( Kh.f.Bm2)+ Ke.f2.Bm2 .................................. (2.20)

2.9.2 Rugi Rugi dalam keadaan berbeban

Rugi-rugi yang terjadi pada transformator berbeban dasarnya selalu

berubah-ubah, hal ini tergantung pada arus beban yang mengalir pada

tahanan transformator. Sehingga rugi transformator dalam keadaan

berbeban merupakan perkalian kwadrat arus dengan tahanan transformator,

Yang dikenal sebagai rugi tembaga (Pcu), Rugi tembaga kumparan primer dan

kumparan sekunder berturut- turut adalah :

Pcu = I12R1 ............................................... (2.21)

Pcu = I22R2 ............................................... (2.22)

Dengan demikian rugi tembaga total :

Pcu = Pcu1+ Pcu2

= I12R1 + I22R2 ............................................... (2.23)

Karena I2 = a I1, maka persamaan dapat juga ditulis dengan

Pcu = I12R1 +(aI1)2 R2

= I12(R1 + a2R2)

= I12 Rek1

31
atau dapat ditulis

Pcu = I22 Rek2 ............................................... (2.24)

Jumlah total rugi-rugi pada transformator adalah :

Prugi total = Rugi-rugi Cu + Rugi inti ............................................... (2.25)

Karena arus berubah ubah, maka rugi tembaga tidak konstan

tergantung pada beban. Besarnya rugi-rugi tembaga pada setiap perubahan

beban dapat ditentukan dengan persamaan :


2
Pt2 = (1)2 x Pt1 ............................................... (2.26)

Keterangan :

Pt2 = Rugi-rugi tembaga pada saat pembebanan tertentu.

Pt1 = Rugi-rugi tembaga beban penuh.

S2 = Beban yang dioperasikan

S1 = Nilai pengenal transformator

2.10 Effisiensi Transformator

Efisiensi transformator adalah perbandingan antara daya output dengan

daya input. Secara sistematis dapat ditulis:



= x 100 % ............................................... (2.27)

Pin = Pout + rugi-rugi .................................................(2.28)


= + rugirugi x 100 % ................................................(2.29)

32
2.10.1 Perubahan Efisiensi terhadap Beban

Perubahan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :

2
=
2 cos + 2 2+
2

agar maksimum, maka


(22 + )=0
2 2

jadi,

R2ek = Pi/I22R2ek = Pcu

Artinya untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjadi ketika rugi tembaga =

rugi inti. Untuk menentukan besarnya beban yang di operasikan pada saat

efisiensi maksimum, berlaku rumus :


Wefmaks = x Beban Penuh ...........(2.30)

Gambar 2.18 Karakteristik Efisiensi Pembebanan Trafo

Dari karakteristik diatas terlihat bahwa transformator akan mempunyai efisiensi

tertinggi pada saat terjadi pembebanan 80% dari pembebanan nominalnya.

33

Anda mungkin juga menyukai