Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT LEUKEMIA

Oleh :

MADE SINTIA MEILINA DEWI ( P07120215062 )

IDA AYU KADEK DWI MAHARIANI (P07120215063)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIV

2016
LEUKEMIA

A. Definisi
Leukemia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang laindari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan kematian.(NANDA International. 2012)
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel
yaitu : (Price & Wilson. 2006)
1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnosrmal ( blastosit ) yang disertai
dengan penyebaran ke organ organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis
yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata rata dalam 4 6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut ( LLA ) merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya poliferasi dan akumulasi sel sel patologis dari sistem
limfopoetik yang mengakibatkan organomegali ( pembesaran organ dalam ) dan
kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak anak puncaknya pada
umur 3 7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak anak akan hidup 2 3 bulan
setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut ( LMA ) merupakan leukemia yang mengenai sel
sistem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA
merupakan leukemia nonlinfositik yang paling sering terjadi. Lebih sering
ditemukan pada orang dewasa ( 85% ) dibandingkan anak anak ( 15% ).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 3 bulan dengan durasi
gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LMA fatal dalam 3 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai poliferasi neoplastik dari
salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis ( LLK ) adalah suatu keganasan klonal limfosit B (
jarang pada limfosit T ). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur
panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang
individu yang berusia 50 70 tahun dengan perbandingan 2 : 1 untuk laki laki.
b. Leukemia Granulositik / Mielositik Kronik ( LGK / LMK ) adalah gangguan
mieloproliferasi yang ditandai dengan produksi berlebihan sel myeloid ( seri
granulosit ) yang relative matang. LGK / LMK mencakup 20% leukemia dan
paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan ( 40 50 tahun ).
Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90
95% penderita LGK / LMK. Sebagian besar penderita LGK / LMK akan
meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu
produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas / promielosit
disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.
B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala leukemia limfositik akut (ALL) menyerupai AML.Tanda utama yaitu
infeksi, perdarahan, dan anemia.Gejala yang tampak seperti malaise, demam, letargi, kehilangan
berat badan karena nafsu makan berkurang, anoreksia, keringat pada malam hari, nyeri tulang
dan artralgia (nyeri pada suatu sendi), dan pucat.Selain itu, terdapat lesi infeksi pada mulut dan
tenggoroka, timbul perdarahan pada kulit (peteki, purpura, memar), gusi, atau visera.Ditemukan
pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran organ hati dan limpa atau hepatosplenomegali pada
anak yang mengalami leukemia (Price & Wilson, 2006; Yatim, 2003; Betz & Sowden, 2009).
Patologi dan manifestasi klinis yang terkait leukemia adalah sebagai berikut :
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah Tepi
Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC).Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik, jumlah
leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak
sembarang umur.
- Hemoglobin : kurang dari 10 gr/100ml
- Retikulosit : jumlah biasanya rendah
- Trombosit : <50.000/mm
- SDP : >50.000/cm dengan peningkatan SDP immatur
b. PTT : memanjang
c. Asam urat serum : mungkin meningkat
d. Copper serum : meningkat
e. Zink serum : menurun
(Doengoes, 1999)
2. Sum sum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak ( apabila
sekunder). ( Ilmu Kesehatan Anak :145)
3. Pemeriksaan lain

Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat, foto thoraks untuk
mendeteksi keterlibatan mediastinum, aspirasi sumsum tulang.ditemukannya 25% sel
blast memperkuat diagnosis, pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji
keterlibatan tulang, pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik,
jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan. (Betz, 2002).

E. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase
yang digunakan untuk semua orang.
b. Kemoterapi pada penderita LMA
- Fase induksi : fase induksi adalah regimen kemotrapi yang intensif, bertujuan
untuk mengeradikasi sel sel leukemi secara maksimal sehingga tercapai
remisi komplit.
- Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindakan lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari
dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan pengobatan modern, angka
remisi 50 75%, tetapi angka rata rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat
hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi terapi
dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai :
- Stadium 0 : limfositosis darah tepid an usmsum tulang
- Stadium I : limfositosis dan limfadenopati
- Stadium II : limfositosis dan splenomegali/hepatomegali
- Stadium III : limfositosis dan anemia ( Hb < 11 gr/dl )
- Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia < 100.000/mm3
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, twrutama untuk mengendalikan gejala.Pengobatan tidak diberikan
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup.Pada stadium I
atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa.Pada stadium III
atau IV diberikan kemoterapi intensif.Angka ketahanan hidup rata rata sekita 6
tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun.Pasien dengan stadium 0
atau I dapat bertahan hidup rata rata 10 tahun.Sedangakn pada pasien dengan
stadium III atau IV rata rata dapat bertahan kurang dari 2 tahun.
d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
- Fase Kronik : busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase
kronik LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum
tulang.
- Fase Akselerasi : sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respon sangat
rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel sel
leukemia.

3. Transplantasi Sumsum Tulang


Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak karena dosis tinggi kemnoterapi atau terapi radiasi.Selain itu, transplantasi
sumsum tulang berguna untuk mengganti sel sel darah yang rusak karena kanker.
4. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat akibat yang ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya tranfusi darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfuse trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotic untuk mengatasi infeksi.
F. Pengkajian Keperawatan
Menurut pola fungsi Gordon (1982)dalam Potter, P. A., 1996, terdapat 11 pengkajian
pola fungsi kesehatan :
1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pada umumnya klien yang mengidap penyakit leukimia dikarenakan faktor
genetik.Pada umumnya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam,
pucat, lesu, anorexia, nyeri pada tulang dan persendian, nyeri abdomen,
hepatomegali, dan splenomegali.
2. Nutrisi dan Metabolik
Pada umunya klien mengalami penurunan nafsu makan, sering muntahsehingga
berat badan menurun dan terdapat bintik-bintik merah pada kulit klien.
3. Eliminasi
Pada umunya klien mengalami diare dan penurunan haluaran urine, kadang
adanya darah pada urine akibat perdarahan.Jika ada perdarahan di lambung maka
fesesnya berwarna hitam.
4. Aktifitas dan Latihan
Pada umunya aktifitas klien terganggu karena klien dengan penyakit leukimia
pada umumnya sering merasa cepat lelah dan klien tampak pucatserta mengalami
nyeri pada persendian dan nyeri abdomen.Nyeri tulang akibat penumpukan sel di
sumsum tulang, yang menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak
seperti nyeri yang semakin meningkat, nyeri tulang berhubungan dengan
leukemia biasanya bersifat progresif.
5. Tidur dan Istirahat
Pada umunya klien mengalami sulit tidur karena nyeri yang dirasakan, Klien
gelisah dan tidur klien kurang nyenyak karena merasa sesak napas.
6. Kognitif Persepsi
Pada umunya klien mengalami masalah pada penglihatan dan sering mengalami
nyeri.
7. Persepsi diri Konsep diri
Pada umumnya klien dengan penyakit leukimia merasa tidak berdaya terhadap
dirinya, sering merasa cemas, dan sering merasa takut.

8. Peran Hubungan
Pada umunya peran dan hubungan klien dengan keluarga tidak terganggu, klien
umumnya pendiam dan malas berkomunikasi dengan orang disekitarnya karena
perasaan takut dan cemas dengan penyakit yang dideritanya.
9. Seksualitas dan Reproduksi
Pada umumnya terganggu.
10. Koping Toleransi stres
Pada umunya klien tidak bisa berkonsentrasi dalam melakukan aktifitas. Klien
merasa cemas dan takut dengan penyakit yang dideritanya
11. Keyakinan Nilai
Pada umunya klien dan keluarga klien menyerahkan semuanya kepada Tuhan
untuk kesembuhannya.Terkadang pasien merasa Tuhan tidak adil dengannya
akibat penyakit yang diderita (hubungan spiritualnya kurang baik).

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Takikardia, bradipneu, suhu kadang meningkat, demam,
menggigil
Kepala dan Rambut : Biasanya kulit kepala terkelupas dan merah, rambut banyak
yang rontok akibat kemoterapi
Leher : Biasanya adanya pembesaran pada kelenjar limfe
Mata : Biasanya konjungtiva pucat biasanya pada leukemia dengan
tanda dan gejala anemia, perdarahan retina, gangguan
penglihatan
Hidung : Biasanya ada epitaksis
Mulut : Biasanya sering sariawan, mukosa bibir kering/pucat, ada
perdarahan pada gusi
Thoraks : Biasanya pasien menderita CLL, ditemukan efusi pleura,
suara nafas ronkhi, frekuensi napas meningkat, dispneu
Abdomen : Biasanya ada hepatomegali, pembesaran kelenjar limpa, nyeri
ulu hati jika ada perdarahan
Ekstremitas : Biasanya ada nyeri pada tulang dan sendi
Integumen : Biasanya akral dingin, pucat, ada petekie, ekimosis, purpura,
hematoma
Neurologi : Biasanya pasien pusing, sakit kepala, gelisah, kesadaran turun
Anus : Ada perdarahan

G. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.

Batasan karakteristik :
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
Diare

Faktor faktor yang berhubungan :


Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan untuk menelan makanan
Faktor psikologis

2. Resiko perdarahan
Definisi : beresiko mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu
kesehatan.
Faktor resiko :
Aneurisme
Riwayat jatuh
Trauma
Efek samping terkait terapi (mis, pembedahan,pemberian obat, pemberian
produk darah defisiensi trobosit, kemoterapi)

3. Resiko infeksi
Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.

Faktor faktor resiko :


Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
- Gangguan peristalsis
- Kerusakan integritas kulit ( pemasangan kateter intravena, prosedur
invansif )
- Perubahan sekresi pH
- Penurunan kerja siliaris
- Pecah ketuban dini
- Merokok
- Statis cairan tubuh
- Trauma jaringan (mis, trauma destruksi jaringan)
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder :
- Penurunan hemoglobin
- Imunosuoresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutukal
termasuk imunosupresan, imunomodulator)
- Supresi respon inflamasi

4. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibbat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa ( International Association for the study of Pain ) : awitan
yang tiba tiba atau lambat drai intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Batasan karakteristik :
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Laporan nyeri isyarat
Diaphoresis
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :


Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, patologis)

5. Hambatan mobilitas fisik


Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah.

Batasan karakteristik :
Perubahan cara berjalan
Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
Tremor akibat pergerakan
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak terkoodinasi

Faktor yang berhubungan :


Intoleransi aktivitas
Perubahan metabolism selular
Ansietas
Gangguan kognitif
Fisik tidak bugar
Penurunan masa otot
Gangguan sensori perceptual

H. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil ( NOC ) ( NIC )
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition Nutrition
nutrisi kurang dari asuhan keperawtan management management
kebutuhan tubuh selama..x24jam 1. Kaji adanya 1. Untuk
diharapkan kebutuhan alergi menghindari
nutrisi klien seimbang makanan alergi klien
dengan criteria hasil : 2. Berikan 2. Agar
1. Adanya informasi kebutuhan
peningkatan tentang nutrisi klien
berat badan kebutuhan dapat terpenuhi
sesuai dengan nutrisi klien
tujuan. 3. Anjurkan 3. Agar daya
2. Berat badan pasien untuk tahan dan
ideal sesuai meningkatka nutrisi protein
dengan tinggi n protein dan klien terpenuhi
badan. vitamin C
3. Mampu 4. Berikan 4. Agar klien
mengidentifikasi makanan mengonsumsi
kebutuhan nutrisi yang terpilih makanan yang
4. Tidak ada tanda- (sudah sesuai dengan
tanda malnutrisi dikonsultasik kebutuhan klien
5. Menunjukkan an dengan
peningkatan ahli gizi )
fungsi 5. Kolaborasi 5.Melaksanakan
pengecapan dari dengan ahli kolaborasi
menelan gizi untuk untuk
6. Tidak terjadi menentukan pemenuhan
penurunan berat jumlah kalori nutrisi klien
badan yang dan nutrisi
berarti yang
dibutuhkan
pasien. Nutrition
Nutrition monitoring monitoring
1. BB pasien 1. Agar berat
dalam bats badan klien
normal tetap stabil
2. Monitor tipe 2. Untuk
dan jumlah mengimbangi
aktivitas aktifitas dengan
yang biasa asupan
dilakukan makanannya.
3. Monitor 3.Agar mampu
mual dan mengontrol
muntah Intake dan
4. Monitor output
pertumbuhan 4. Agar klien
dan bisa
perkembanga mengimbangi
n pertumbuhan
dan
perkembangan
dengan asupan
yang
dibutuhkan
2. Resiko perdarahan Setelah dilakukan 1. Monitor ketat 1. Agar tidak
asuhan keperawatan tanda tanda terjadinya
selama ..x24 jam perdarahan kekurangan
diharapkan klien tidak 2. Catat nilai darah
mengalami resiko Hb dan HT 2. Agar Hb dan
perdarah dengan criteria sebelum dan Ht terpantau
hasil : sesudah dalam batas
1. Kehilangan terjadi stabil.
darah yang perdarahan 3. Agar
terlihat 3. Monitor TTV mengetahui
2. Tekanan darah 4. Anjurkan kondisi klien
dalam batas pasien untuk 4. Untuk
normal sistol dan meningkatka membantuk
diastole n intake menghentikan
3. Tidak ada makanan darah ketika
perdarahan yang banyak perdarahan
pervagina mengandung 5. Agar klien
4. Tidak ada vitamin K tidak kelelahan
distensi 5. Instruksikan 6. Kolaborasi
abdominal pasien untuk dan
5. Hemoglobin dan membatasi melaksanakan
hematokrit aktivitas tugas delegative
dalam batas 6. Kolaborasi dengan dokter
normal dalam
pemberian
produk darah
(platelet atau
fresh frozen
plasma)
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan 1. Menghindari
asuhan keperawatan lingkungan resiko tertular
selama ..x24 jam setelah dari
diharapkan resiko dipakai bakteri/kuman.
infeksi pada klien pasien lain 2. Untuk
berkurang dengan 2. Batasi menghindari
criteria hasil : pengunjung penyakit/infeksi
1. Klien bebas dari bila perlu yang terbawa
tanda dan gejala 3. Instruksikan dari pengunjung
infeksi pada 3.
2. Mendeskripsikan pengunjung Meminimalisir
proses penularan untuk bakteri yang
penyakit, faktor mencuci mudah tercemar
yang tangan saat melalui
mempengaruhi berkunjung sentuhan tangan
penularan serta dan setelah
penatalaksanaan berkunjung
nya meninggsalk
3. Menunjukkan an pasien
kemampuan 4. Gunakan 4. Menghi
untuk mencegah baju, sarung ndari
timbulnya tangan, tercemar
infeksi masker nya
4. Jumlah leukosit sebagai alat infeksi
dalam batas pelindung
normal diri
5. Menunjukkan 5. Gunakan 5. Untuk
perilaku hidup sabun menghilangkan/
sehat antimikroba meminimalkan
untuk cuci bakteri.
tangan. 6. Agar
6. Informasikan keluarga/klien
kepada mampu
pasien dan menghindari
keluarga hal-hal yang
tanda dan menyebabkan
gejala infeksi infeksi.
7. Ajarkan cara 7.Agar klien
menghindari mampu
infeksi menghindari
resiko infeksi
5. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Untuk
asuhan keperawatan pengkajian mengontrol
selama ..x24 jam nyeri secara nyeri klien
diharapakan nyeri pada komprehensi 2. Agar mampu
klien berkurang dengan f termasuk melakukan
criteria hasil : lokasi, intervensi
1. Mampu karakteristik, terhadap nyeri
mengontrol nyeri frekuensi, klien
(tahu penyebab kualitas dan 3. Untuk
nyeri, mampu faktor mengetahui
menggunakan presipitasi keadaan klien
tehnik 2. Kaji tipe dan 4. Agar klien
nonfarmakologi sumber nyeri mampu
untuk untuk mengelola nyeri
mengurangi menentukan dengan teknik
nyeri,mencari intervensi nonfarmakologi
bantuan) 3. Observasi 5. Untuk
2. Melaporkan reaksi membantu
bahwa nyeri nonverbal menghilangkan
berkurang dari rasa nyeri
dengan ketidaknyam 6. Melakukan
menggunakan anan kolaborasi dan
manajemen nyeri 4. Ajarkan tindakan
3. Mampu tentang delegative
mengenali nyeri tehnik non dengan dokter
(skala, intensitas, farmakologi 7. Agar
frekuensi dan 5. Berikan mengetahui
tanda nyeri) analgetik bagaimana klien
4. Menyatakan rasa untuk dalam
nyaman setelah mengurangi menerima/meng
nyeri berkurang nyeri ontrol nyeri
6. Kolaborasika
n dengan
dokter jika
ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil
7. Monitor
penerimaan
pasien
tentang
manajemen
nyeri
6. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Agar vital
fisik asuhan keperawatan vital sign sign klien
selama x24 jam sebelum/sesu terkontrol
diharapkan mobilitas dah latihan 2. Agar klien
fisik klien tidak dan lihat mampu
terhambat dengan respon pasien melakukan
criteria hasil : saat latihan aktifitas
1. Klien meningkat 2. Bantu klien walaupun tidak
dalam aktivitas untuk optimal
fisik menggunaka 3. Agar mampu
2. Mengerti tujuan n tongkat melakukan
dari peningkatan saat berjalan tindakan
mobilitas dan cegah ambulasi secara
3. Memverbalisasik terhadap mandiri maupun
an perasaan cedera dibantu
dalam 3. Ajarkan 4. Untuk
meningkatkan pasien atau mengontrol
kekuatan dan tenaga mobilisasi pada
kemampuan kesehatan klien secara
berpindah lain tentang bertahap
4. Memperagakan teknik 5. Agar klien
menggunakan ambulasi mampu
alat 4. Kaji melakukan
5. Bantu untuk kemampuan aktivitas secara
mobilisasi ( pasien dalam mandiri setelah
walker ) mobilisasi imobilisasi
5. Latih pasien
dalam 6. Agar
pemenuhan klien
ADLs secara terjaga
mandiri dalam
sesuai mmmm
kemampuan melakuk
6. Damping dan an
bantu pasien latihan
saat adls
mobilisasi
dan bantu Melakukan
penuhi adls.
kebutuhan
ADLs pasien
7. Ajarkan 7. Agar tidak
pasien mengalami
bagaimana gangguan pada
merubah muskuluskeletal
posisi dan ,skeletal,
berikan respirasi,vertigo
bantuan jika
diperlukan

I. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi

J. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang segera dilaksanakan setiap kali selesai
melakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah melakukan tindakan
keperawatan selama yang ditetapkan pada criteria hasil untuk mengetahui
keberhasilan suatu tindakan yang kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Price & Wilson, 2006.Patofisiologi KonsepKlinis Proses proses Penyakit, Ed. 6,

volume 1&2. Jakarta ; EGC

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014.Jakarta: EGC

Wong, D. L. (2008).Wongs essentials of pediatric nursing, 6th Ed. (Penerjemah:


Andri Hartono, Sari Kurnianingsih, & Setiawan). Jakarta: EGC (Sumber
asli terbit 2001).

Yatim, F. (2003).Talasemia, leukemia, dan anemia. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Betz, C.L. & Sowden, L.A. (2009).Mosbys pediatric nursing reference 5thed.
(Penerjemah: Eny Meiliya). Jakarta: EGC (Sumber asli terbit 2004).

Doenges Marlyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), (Alih Bahasa 1 Made
Kriase), Jakarta: EGC.

Betz, Cecily. L, 2002.Buku Saku Keperawatan Pediatrik,edisi 3; EGC

Whaley dan Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai