Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

OLEH :
KELOMPOK 1

GEDE WAHYA DHIYATMIKA 1607532025 (02)


NI KADEK ELMA KARDIYANTI 1607532028 (05)
ADE SURYA INDRAWAN 1607532031 (07)
NI PUTU AYU ISTHA SATIARY 1607532034 (08)
CLARA YUNNEKE TANADI 1607532037 (10)
DICKY WAHYUDI RUMADAY 1607532040 (12)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

Akuntansi keuangan sektor publik sangat erat kaitannya dengan fungsi


akuntansisebagai penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi. Disektor
public, kebutuhan akan infprmasi akuntansi semakin tinggi seiring dengan semakin
meningkatnya akuntabilitas publik dan transparansi oleh lembaga lembaga publik.
Laporan keuangan sektor publik menjadi instrument utama untuk menciptakan
akuntabilitas publik. Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publikyang relevan
dan handal, maka diperlukan standar akuntansi keuangan sektor publikdan system
akuntansi sector publik. Pengembangan standar akuntansi keuangan sector publik merupakan
suatu yang sangat krusial, karena kualitas srndar akuntansi secaralangsung akan
mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Dengan demikian pada bahan ajar ini perlu dikembangkan
sistem akuntansi yang mampu menghasilkan sebuah laporan keuangan yang dapat dupertanggung
jawabkan.
Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan baik
yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dalam organisasi. Karena itu setiap
organisasi publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi
dalam menghadapi isu dan permasalahan yang dihadapinya.
Semua proses yang terangkai mulai dari perencnaan, penganggaran, realisasi,
anggaran, pengadaan barang, dan jasa. Pelaporan keuangan dan audit perlu adanya
regulasi. Sehingga organisasi publik pun menggunakan regulasi publik sebagai alat
untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi sektor publik agar tujuan organisasi dapat
tercapai.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam


standar akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar
tersebut. Kerangka konseptual yang dibahas akan terkait dengan proses perencanaan,
penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta
pertanggungjawaban.

1. Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merumuskan konsep yang


mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sektor publik. Konsep ini
meliputi perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan
jasa, pelaporan, audit, serta pertanggungjawaban organisasi sector public seperti
pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, lembaga swadaya
masyarakat, dan lembaga peribadatan.

Kerangka konseptual ini merupakan acuan dalam pengembangan standar


akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut.
Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi,
ketentuan standar akuntansi itu diuji menurut unsur kerangka konseptual yang
terkait. Dalam jangka panjang, konflik semacam itu diharapkan dapat diselesaikan
sejalan dengan pengembangan standar akuntansi di masa depan
(https://feriyanto16.wordpress.com/2013/10/30/kerangka-konseptual-akuntansi-
sektor-publik/)

2. Tujuan dan Peranan Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan,


yaitu acuan bagi :

a) Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya,


termasuk tim penyusun standar akuntansi pemerintahan;
b) Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut
prinsip akuntansi yang secara umum dan standar akuntansi keuangan sektor
publik;
c) Auditor, seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum; dan
d) Para pemakai laporan keuangan sector public untuk menafsirkan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai standar
akuntansi keuangan yang berlaku disektor publik.

Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector


publik. Ketika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar
akuntansi keuangan sector public, ketentuan standar akuntansi keuangan sector
public akan diuji menurut unsur kerangka konseptual yang relevan. Meskipun
demikian, penggunaan kerangka konseptual ini sebagai acuan bagi komite
penyusun standar akuntansi keuangan sector public dalam pengembangan standar
akuntansi keuangan sector public dimasa depan, dan dalam peninjauan kembali
terhadap standar akuntansi keuangan sector public yang berlaku, akan mengurangi
konflik tersebut.

Revisi kerangka konseptual bisa dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan
pengalaman komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam
penggunaan kerangka konseptual tersebut (Indra Bastian, 2006:95).

3. Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Sebagai sebuah siklus, akuntansi sector public terangkai dari proses


perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran,
pelaporan, audit serta pertanggungjawaban. Dengan demikian, pembahasan
tentang kerangka konseptual akuntansi sektor publik ini akan meliputi:

1) Perencanaan publik;
2) Penganggaran publik;
3) Realisasi anggaran publik;
4) Pengadaan barang dan jasa publik;
5) Pelaporan sektor publik;
6) Audit sektor publik; dan
7) Pertanggungjawaban publik.

Kerangka konseptual ini membahas bagaimana perencanaan publik disusun dan


dilaksanakan. Perencanaan merupakan proses pertama dan sangat menentukan
keberhasilan proses selanjutnya. Sistem penganggaran adalah tatanan logis,
sistematis dan baku yang terdiri dari tata kerja, pedoman kerja dan prosedur kerja
penyusunan anggaran yang saling berkaitan. Jadi, proses penganggaran yang baik
dan berkualitas sangat menentukan keberhasilan serta akuntabilitas program.
Pembahasan selanjutnya adalah menyangkut realisasi anggaran. Sebagai tahap
pelaksanaan dari hasil proses sebelumnya, dibutuhkan mekanisme bagaimana agar
proses realisasi anggaran dilaksanakan dengan baik dan berkualitas. Pelaksanaan
realisasi anggaran diwujudkan dalam bentuk pengadaan barang dan jasa public,
sehingga proses ini merupakan pembahasan dalam kerangka konseptual. Proses
pengadaan barang dan jasa yang baik akan berdampak terhadap pencapaian
efektifitas dan efisiensi program.
Kerangka konseptual ini selanjutnya akan membahas pelaporan keuangan sector
public, yang terdiri dari pelaporan keuangan sector public, termasuk pelaporan
keuangan konsolidasi dan pelaporan kinerja. Laporan keuangan dan laporan kinerja
organisasi sector publik disusun serta disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali
untuk memenuhi kepentingan sejumlah besar pemakai.
Laporan keuangan sektor publik dihasilkan dari proses pelaporan keuangan
dalam organisasi-organisasi sektor publik. Kerangka konseptual juga akan
membahas jalannya proses dan pelaksanaan audit sector publik yang berkualitas.
Audit yang berkualitas adalah proses pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar
yang berlaku. Pertanggungjawaban merupakan proses terakhir dalam siklus
akuntansi sektor publik dan juga tahap terakhir dari penentuan ketercapaian atau
ketidak tercapaian kualitas program secara keseluruhan.
Berikut ini merupakan lingkup kerangka konseptual akuntansi sektor publik pada
organisasi sektor publik :
1) Pemerintah Pusat
a. Perencanaan publik: musyawaroh perencanaan
pembangunan(musrenbang) jangka panjang nasional, musrenbang
jangka menegah nasional, musrenbang penyusunan rencana kerja
pemerintah.
b. Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan
anggaran, penetaan anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
d. Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
e. Audit sektor publik : mekanisme audit.
f. Pertangung jawaban publik : penyampaina LPJ dan
pertanggungjawabanya.

2) Pemerintah Daerah
a. Perencanaan publik : musyawaroh perencanaan
pembangunan(musrenbang) jangka panjang daerah, musrenbang
jangka menegah daerah, musrenbang penyusunan rencana kerja
pemerintah, musrenbang provinsi, musrenbang
kabupaten,musrenbang kecamatan, usrenbang Desa.
b. Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan
anggaran, penetaan anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
d. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan
jasa.
e. Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan
f. Audit sektor publik : mekanisme audit.
g. Pertangung jawaan publik : penyampaina LPJ dan
pertanggungjawabanya.

3) Partai Politik
a. Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah
kerja wilayah, musyawarah kerja derah, musyawarah kerja cabang,
musyawarah kerja ranting.
b. Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan
anggaran, penetaan anggaran.
c. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan
jasa.
d. Penganggaran publik : penyusunan anggaran, pembahasan
anggaran, penetapan anggaran.
e. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggran.
f. Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
g. Audit sektor publik : mekanisme audit.
h. Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan
pertanggungjawabanya.

4) LSM
a. Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan LSM.
b. Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan
anggaran, penetapan anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.
d. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan
jasa.
e. Pelporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
f. Audit sektor publik : mekanisme audit.
g. Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan
pertanggungjawabanya

5) Yayasan atau Tempat Peribadatan


a. Perencanaan Publik : rapat kerja untuk menyusun perencanaan
yayasan/organisasi tempat peribadatan.
b. Penganggaran Publik : penyusunan anggaran, pembahasan
anggaran, penetapan anggaran.
c. Realisaasi anggaran publik : pelaksanaan anggaran.
d. Pengadaan barang dan jasa publik : proses pengadaan barang dan
jasa.
e. Pelaporan keuangan sektor publik : proses pelaporan keuangan.
f. Audit sektor publik : mekanisme audit.
g. Pertangung jawaban publik : penyampaian LPJ dan
pertanggungjawabanya.

4. Asumsi Akuntansi Sektor Publik


1) Kebutuhan Masyarakat
Berdasarkan kodratnya, manusia mempunyai keinginan yang kuat untuk
dapat memenuhi segala harapan dalam hidupnya. Karena manusia disebut juga
sebagai makhluk ekonomi dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Kenyataan inilah yang mendorong manusia hidup berkelompok dan mendirikan
sebuah Negara atau organisasi publik.

Kondisi masyarakat yang semakin kritis dalam era reformasi ini sekarang
menuntut Pemerintah dan organisai sektor publik lainnya untuk mengelola
pelayanan publik secara lebih transparan serta partisipatif agar pelayanan
menjadi lebih efektif dan akuntabel.

Kebutuhan masyarakat ini menjadi asumsi dasar bagi proses perencanaan,


yang merupakan pintu utama dari serangkaian proses dalam siklus akuntansi
sektor publik. Berdasarkan kebutuhan masyarakat ini, perencanaan disusun oleh
organisasi publik.

2) Alokasi Sumber Daya

Perencanaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hanya akan tercapai


jika ada sumber daya yang mendukungnya. Sumber daya yang dialokasikan
akan menjadi bahan baku bagi berjalannya perencanaan yang telah disusun.

Alokasi sumber daya dilakukan dengan mekanisme penganggaran.


Pengalokasian sumber daya dapat berupa sumber dana, sumber daya manusia,
dan sumber daya alam. Sumber dana organisasi sector public dapat diperoleh
dari hasil pajak, retribusi, hibah dari donor, sumbangan dari para donator, atau
iuran warga (swadaya masyarakat). Sedangkan sumber daya manusia adalah
para pegawai, pengurus organisasi, sukarelawan, atau pekerja sosial.
Sedangkan yang termasuk sumber daya alam adalah hasil tambang, sungai,
hasil pertanian, serta apapun yang dihasilkan oleh bumi, dimana organisasi
sector public ini berada.

Penggunaan sumber daya alam ini dapat dilakukan secara maksimal oleh
organisasi pemerintah. Sementara itu organisasi sektor publik lainnya hanya
terbatas pada sumber daya alam yang menjadi milik organisasinya saja.
3) Ketaatan Hukum atau Peraturan

Sumber daya memerlukan sebuah mekanisme pengelolaan agar apa yang


ada didalam perencanaan dan penganggaran dapat berjalan. Mekanisme
pengelolaan yang dimaksud adalah perangkat aturan yang menjadi pedoman
dan mengarahkan pengelolaan sumber daya pada tujuan serta sasarannya.

Perangkat atau dasar hukum ini ditetapkan dalam rangka mengukur


kebutuhan publik dan alokasi sumber daya yang hendak dilakukan. Dengan kata
lain, proses pengukuran kebutuhan dan alokasi sumber daya ini akan berjalan
lancar serta efektif jika didukung oleh regulasi yang memadai sehingga
mendorong berlakunya praktek yang baik, tertib, dan akuntabel. Dengan
demikian proses perencanaan, penganggaran, pengadaan, barang dan jasa,
realisasi anggaran, pelaporan keuangan, audit, serta pertanggung jawaban
publik yang baik akan didukung dengan dasar hukum yang baik pula.

4) Dasar Akrual

Dasar akrual merupakan basis pelaporan keuangan sector public dimana


pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat terjadinya (dan bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) serta dicatat dalam catatan
akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan periode bersangkutan.

Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan
dengan mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik, sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai.

5) Kelangsungan Usaha atau Organisasi

Demi kelangsungan hidupnya, organisasi menetapkan dasar-dasar hukum


atau aturan organisasi sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi
tersebut. Organisasi juga harus memenuhi tuntutan-tuntutan di dalam dasar
hukum agar proses berjalan seperti yang dikehendaki. Dengan dilaksanakannya
dasar hukum, organisasi dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai
visi dan misi organisasi publik.
6) Akuntanbilitas Kerja

Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kunci bagi terwujudnya good


governance dalam pengelolaan organisasi public. Jadi, tidak salah jika siklus
akuntansi sector public diakhiri dengan proses pertanggungjawaban. Proses
inilah yang menentukan penilaian keberhasilan sebuah organisasi publik dalam
mencapai tujuannya.

Organisasi diwajibkan secara hukum untuk memenuhi akuntabilitas


organisasinya dengna kinerja yang diperolehnya. Kinerja organisasi dapat diraih
dengan mengefektifkan dan mengefesienkan hasil dari proses organisasi yakni
perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa,
pelaporan keuangan, audit serta pertanggungjawaban publik
(https://feriyanto16.wordpress.com/2013/10/30/kerangka-konseptual-akuntansi-
sektor-publik/) .

2.2 Karakteristik Kualitatif Akuntansi Sektor Publik


Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya atau
menghasilkan informasi yang berkualitas. Dalam Statement of Financial Accounting
Concepts (SFAC) Nomor 2 Tahun 1980 tentang Qualitative Characteristics of
Accounting Information mengisyaratkan bahwa informasi akuntansi yang berkualitas
harus menunjukkan manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk
menyajikan informasi tersebut, yang mana suatu informasi akuntansi dapat dikatakan
berkualitas jika para pengguna laporan keuangan berdasarkan pemahaman dan
pengetahuan mereka masing-masing dapat mengerti dan menggunakan informasi
akuntansi yang disajikan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan.
Berkaitan dengan laporan keuangan pemerintah, prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki jika informasi yang termuat didalamnya relevan, andal, dapat dibandingkan
dan dapat dipahami.
A. Relevan

Laporan keuangan Pemerintah bisa dikatakan relevan apabila informasi yang


termuat di dalamnya sesuai kebutuhan pengguna, sehingga dapat mempengaruhi
keputusan pengguna, khususnya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu atau
masa kini, memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Informasi dapat dikatakan relevan jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), yaitu informasi tersebut


memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi
mereka di masa lalu.

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), yaitu informasi tersebut dapat


membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat waktu, yaitu jika informasi yang disajikan tersebut bertepatan pada saat
informasi tersebut dibutuhkan, sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap, yaitu informasi tersebut disajikan selengkap mungkin, sehingga


mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan, termasuk mengungkapkan dengan jelas seluruh
informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat
dalam laporan keuangan, agar kekeliruan dalam penggunaan informasi
tersebut dapat dicegah.

Agar informasi yang disajikan dapat relevan maka informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan pemerintah harus didasarkan pada kebutuhan informasi para
pengguna laporan keuangan pemerintah.

B. Andal

Informasi yang andal (dapat dipercaya) dalam laporan keuangan pemerintah


berarti bahwa bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan pemerintah mungkin saja relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan dan merugikan pengguna laporan keuangan.
Karakteristik informasi yang andal antara lain sebagai berikut:
a. Penyajian Jujur, yaitu jika informasi menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability), yaitu jika Informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan
lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan
simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas, yaitu informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

Agar informasi yang dihasilkan dapat dipercaya (andal) maka penyajian informasi
dalam laporan keuangan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan disajikan secara menyeluruh.

C. Dapat Dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang
sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya
perubahan.

Agar informasi yang disajikan dapat dibandingkan maka penyajian laporan


keuangan pemerintah minimal harus disajikan dalam 2 (dua) periode atau 2 (dua)
tahun anggaran.

D. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah dikatakan dapat


dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi-informasi yang disajikan dan
mampu menginterpretasikannya. Hal ini dapat terlihat dari manfaat informasi yang
disajikan tersebut terhadap pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian informasi
dalam laporan keuangan pemerintah harus menggunakan format/bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Pengguna harus
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan
operasi entitas pelaporan, serta memiliki kemauan untuk mempelajari informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

Dalam kenyataannya, pemerintah masih menghadapi beberapa kendala kendala


dalam menyajikan informasi yang relevan dan andal tersebut. Kendala tersebut
merupakan suatu keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal
dalam mewujudkan laporan keuangan pemerintah yang relevan dan andal akibat
keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang
menimbulkan kendala dalam penyajian laporan keuangan pemerintah tersebut,
yaitu:

a. Materialitas

Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah


hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi
dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan.

Selama seluruh informasi yang material telah disajikan dalam laporan keuangan
maka laporan keuangan pemerintah tersebut dapat dikatakan wajar. Hal inilah yang
mengakibatkan mungkin saja ada suatu informasi yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah.

b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi akuntansi seharusnya melebihi biaya


penyusunannya. Dampak dari pertimbangan biaya dan manfaat tersebut, laporan
keuangan pemerintah diperbolehkan untuk tidak menyajikan segala informasi,
apalagi jika informasi tersebut manfaatnya lebih kecil daripada biaya
penyusunannya.
Namun demikian, evaluasi atas biaya dan manfaat membutuhkan proses
pertimbangan yang matang. Biaya penyajian informasi tidak harus dipikul oleh
pengguna informasi yang menikmati manfaat, karena manfaat dari penyajian
informasi tersebut mungkin saja dinikmati oleh pengguna lain di luar mereka yang
menjadi tujuan informasi.

c. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif

Keseimbangan antar karakteristik kualitatif yang diperlukan untuk mencapai


suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Bisa saja untuk mementingkan
dipenuhinya keandalan suatu informasi, menyebabkan informasi tersebut kurang
relevan, begitupula sebaliknya jika relevansinya dipentingkan, mengakibatkan
informasi tersebut kurang andal.

Kepentingan relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus mungkin akan


berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan, adakalanya pengguna
lebih membutuhkan informasi yang andal dibandingkan informasi yang
relevan, namun bisa saja pengguna lebih mementingkan kerelavansian dari
pada keandalannya. Untuk itu, dibutuhkan suatu pertimbangan profesional
dalam penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
tersebut agar dapat menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan
pengguna.

2.3 Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP)

Diawali dengan pembentukan Kompartemen Akuntan Sektor Publik di IAI pada


tanggal 8 Mei 2000. Salah satu programnya adalah penyusunan standar akuntansi
keuangan untuk berbagai unit kerja pemerintahan. Keprihatinan akan situasi proses
pelaporan keuangan sector public dijadikan satu-satunya alas an bagia peluncuran
program pengembangan standar akuntasi. Dari proses tersebut dihasilkanlah Exposure
Draf Standar Akuntansi Sektor Publik yang dikeluarkan oleh Dewan Akuntansi Sektor
Publik Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Ada enam exposure yang dikeluarkan :

1. Penyajian Laporan Keuangan


2. Laporan Arus Kas
3. Koreksi Suplus Defisit, Kesalahan Fundamental, dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.
4. Dampak Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Luar Negeri
5. Kos Pinjaman
6. Laporan Keuangan Konsolidasi dan Entitas Kendalian

Publikasi tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah untuk segera cepat


mengeluarkan standar akuntansi pemerintahan.msampai kemudian sebelum undang-
undang tentang Keuangan Negara ditetapkan, Menteri Keuangan RI telah menetapkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 379/KMK.012/2004 Tanggal 6 Agustus 2004.

Selanjutnya, dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004,


penetapan Komite SAP dilakukan dengan Keputusan Presiden (Keppres) telah
diterbitkan Keputusan Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2004 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan pada tanggal 5 Oktober 2004 yang telah diubah dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2005 Tanggal 5 Januari 2005.

KSAP bertugas mempersiapkan penyusunan konsep rancangan peraturan


pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip-prinsip
akuntansi yang wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah.

Dalam menyusun SAP,KSAP menggunakan materi yang diterbitkan oleh :

1. International Federation of Accountant (IFAC)


2. International Accounting Standards Committee (IASC)
3. International Monetary Fund (IMF)
4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
5. Financial Accounting Standards Board (FASB)
6. Governmental Accounting Standards Board (GASB)
7. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya yang berlaku di
Republik Indonesia.
8. Organisasi professional lainnya diberbagai Negara yang membidangi pelaporan
keuangan,akuntansi, dan audit pemerintahan.

Pengembangan SAP mengacu pada praktik-praktik terbaik ditingkat internasional,


dengan tetap mempertimbangkan kondisi diindonesia , baik peraturan perundangan dan
praktik-praktik akuntansi yang berlaku maupun kondisi sumber daya manusia.
SAP diterapkan dilingkup pemerintahan baik di pemerintah pusat dan departemen-
departemennya maupun dipemerintah daerah dan dinas dinasnya . penerapan SAP
diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah
pusat dan daerah. Berikut ini adalah proses penyusunan SAP :

1) Identifikasi topik;
2) Konsultasi topic kepada komite pengarah;
3) Pembentukan kelompok kerja ;
4) Riset terbata oleh kelompok kerja;
5) Draf awal dari kelompok kerja;
6) Pembahasan draf awal dari kelompok kerja;
7) Pengambilan keputusan oleh kelompok kerja;
8) Pelaporan kepada komite Kerja;
9) Peluncuran draf publikasian;
10) Dengar pendapat public dan dengar pendapat terbatas;
11) Pembahasan tanggapan dan masukan atas draf publikasian dari dengar
pendapat;
12) Permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) (Deddi
Nordiawan, 2006:83-86)
STUDI KASUS

Seringnya pemadaman listrik yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN)


membuat geram sejumlah masyarakat. Bila dikaji secara ekonomi, apa yang telah
dilakukan PLN tersebut sedikit demi sedikit telah menyebabkan kerugian banyak pihak,
terutama sektor usaha

Menurut pakar ekonomi Deliarnov, jika PLN terus melakukan pemadaman bergilir,
maka pertumbuhan ekonomi kita pun akan terhambat. Untuk mengubah kebiasaan
buruk itu, diperlukan reformasi di tubuh PLN. Kunci utama untuk reformasi itu berada
pada pemerintah pusat.

Ia juga mengatakan Pemerintah harus berani mereformasi PLN. Pemerintah juga


mesti bertindak tegas untuk menegur PLN. Kalau bisa datangkan BPK atau KPK untuk
mengaudit apakah benar penyaluran dana di PLN tersebut, karena setiap kali ada
pemadaman alasannya ada mesin yang rusak atau daya tidak cukup karena besarnya
beban pemakaian.

Pertanyaan :

1. Apakah langkah yang seharusnya dilakukan pemerintah dalam menghadapi


kasus ini?
2. Apa penyebab utama terjadinya permasalahan tersebut?
3. Sebagai instansi milik pemerintah yang memilki tanggung jawab yang luas,
bagaimana seharusnya PLN mempertanggungjawabkan hal ini kepada
masyarakat?
BAB III

SIMPULAN

1. Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merumuskan konsep yang


mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sektor publik. Konsep ini
meliputi perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan
jasa, pelaporan, audit, serta pertanggungjawaban organisasi sector public seperti
pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, lembaga swadaya
masyarakat, dan lembaga peribadatan.

2. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang


perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya
atau menghasilkan informasi yang relevan, andal dan berkualitas.

3. SAP diterapkan dilingkup pemerintahan baik di pemerintah pusat dan


departemen-departemennya maupun dipemerintah daerah dan dinas dinasnya .
penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan
keuangan di pemerintah pusat dan daerah.
DAFTAR REFRENSI

Indra Bastian.2007.Akuntansi Sektor Publik.Jakarta:Erlangga.

Deddi Nordiawan.2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat

http://efsir.blogspot.co.id/2013/03/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html

https://feriyanto16.wordpress.com/2013/10/30/kerangka-konseptual-akuntansi-
sektor-publik/

https://andicharilfurqan.wordpress.com/2012/05/25/peranan-tujuan-dan-
karakteristik-kualitatif-laporan-keuangan-pemerintahan/

Anda mungkin juga menyukai