KAJIAN TEORI
percaya bahwa Tuhan mengontrol segala sesuatunya dan setia pada janji-janji dan nubuatan
dalam Firman-Nya. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Yesus Kristus datang ke dunia ini
banyak nubuat mengenai Mesias dalam kelahiran, hidup, pelayanan, kematian dan
kebangkitan-Nya. Namun ada beberapa nubuat mengenai Mesias yang Yesus belum genapi.
Kedatangan Kristus kedua kali akan merupakan kembalinya Kristus untuk memenuhi
semua nubuat yang masih tersisa ini. Pada kedatangan-Nya yang pertama kali, Yesus
datang dalam keadaan yang sangat sederhana. Pada kedatangan-Nya yang kedua kalinya,
Yesus akan datang penuh kemuliaan yang diiringi oleh bala tentara Sorga.
Para nabi Perjanjian Lama tidak membedakan kedua kedatangan ini. Hal ini
dapat dilihat pada ayat-ayat seperti Yesaya 7:14; 9:6-7 dan Zakharia 14:4. Akibat dari
nubuat yang sepertinya berbicara mengenai dua individu banyak sarjana Yahudi yang
percaya bahwa akan ada Mesias yang menderita dan Mesias yang menang. Apa yang tidak
pahami adalah bahwa Mesias yang sama akan memenuhi kedua peranan ini. Yesus
menggenapi peran dari hamba yang menderita (Yesaya 53) pada kedatangan-Nya yang
pertama. Yesus akan menggenapi peran sebagai Pembebas dan Raja Israel pada
20
kedatangan-Nya yang kedua. Zakharia 12:10 dan Wahyu 1:7 menggambarkan Kedatangan
yang kedua kali, mengenang kembali saat Yesus ditikam. Israel, dan seluruh dunia, akan
meratap karena tidak menerima Mesias saat datang untuk pertama kalinya. Setelah Yesus
naik ke Sorga, para malaikat memberitahukan para rasul, Hai orang-orang Galilea,
mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga
meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia
naik ke sorga (Kisah 1:11). Zakharia 14:4 mengidentifikasikan tempat kedatangan yang
kedua kalinya sebagai Bukit Zaitun. Matius 24:30 menyatakan, Pada waktu itu akan
tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka
akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala
Mengenai kedatangan Kristus kedua kali untuk menjemput gereja dan orang
percaya ternyata mengundang perhatian banyak orang. Bahkan hal ini menjadi topik atau
tema penting dalam sepanjang zaman. Mengenai tema ini, para rasul dan generasi
sesudahnya serta generasi masa kini, tetap menyakini bahwa Kedatangan Kristus Kedua
Kali merupakan suatu peristiwa yang pasti akan terjadi. 1 Selain menarik perhatian banyak
orang, peristiwa yang pasti akan terjadi ini juga mengundang banyak pandangan yang
1
Chris Marantika, Masa Depan Dunia Ditinjau Dari Sudut Alkitab (Eskatologi) (Yogyakarta: Iman
Press, 2004), 105.
21
dengan Postmillenialisme dan Premillenialisme. Dari perbedaan interpretasi ini ternyata
kedatangan Kristus kedua kali ini benar-benar misteri, karena tidak ada yang tahu pasti
kapan Kristus datang kembali; termasuk Yesus sendiri dan para malaikat-malaikat kecuali
Bapa (Mat.24:36). Menanggapi tentang pandangan yang kontroversi ini, Chris Marantika
atas pengajaran.2 Pemahaman terhadap suatu doktrin harus tetap diajarkan dengan jelas,
termasuk doktrin tentang kematian dan kebangkitan manusia. Sebaiknya pengajaran tentang
suatu doktrin harus dijelaskan berdasarkan yang Alkitabiah (Injili). Karena hanya
demikianlah pemahaman atas pengajaran (doktrin) tidak akan disesatkan. Selain itu, suatu
penulis alangkah baiknya jika topik ini dibahas dengan menyoroti teks secara khusus.
Sesuai dengan judul dan teks yang penulis sudah tentukan dalam penelitian ini, berikut
2
Marantika, Masa Depan Dunia Ditinjau Dari Sudut Alkitab (Eskatologi), 105.
22
1. Latar Belakang Injil Matius
Injil Matius ini ditulis untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah
seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus, untuk meyakinkan pembacanya bahwa
Yesus adalah Anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang sudah
lama dinantikan, dan untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan
melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Matius ingin
sekali agar pembacanya memahami bahwa hampir semua orang Yahudi menolak Yesus dan
kerajaan-Nya. Orang Yahudi tidak mau percaya karena Yesus datang sebagai Mesias yang
rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis (yang akan membebaskan orang Yahudi dari
penjajahan Romawi). Hanya pada akhir zaman, Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya
sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Injil Matius menjadi penghubung yang sangat penting antara Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Matius memulai dengan menelusuri silsilah Yesus melalui Yusuf;
kelahiran Yesus oleh perawan Maria (1:1-2:23), pembaptisan Yesus oleh Yohanes
Pembaptis, dan pencobaan terhadap Yesus oleh Iblis di padang gurun. Yesus berbicara lebih
banyak di dalam Matius dari pada di kitab Injil lain (Injil Markus, Injil Lukas dan Injil
Yohanes). Khotbah pengajaran-Nya di bukit di pasal 5-7; pengutusan duabelas orang rasul
(pasal 10); perumpamaan tentang Kerajaan Sorga (pasal 13); persekutuan dalam Kerajaan
Sorga (pasal 18) dan khotbah tentang akhir zaman yang akan datang (pasal 24-25).
tersebut terjadi pada minggu-minggu terakhir dalam kehidupan Yesus. Matius mengakhiri
23
Matius mengutip dari banyak kitab dalam Perjanjian Lama untuk memperkuat
lebih lanjut penegasan bahwa Yesus benar-benar adalah pengenapan dari Mesias yang
oleh Matius untuk memperkenalkan Kabar Baik bahwa Allah hadir dalam Yesus Kristus
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar Perjanjian
Baru dan Mesias, Anak Allah yang hidup (Matius 16:16). Walaupun nama pengarang
tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian bapa-bapa gereja yang mula-mula seperti
Papias ( tahun 100), Ireneus ( tahun 150) dan (Eusebius ( tahun 325) 3 menyatakan
bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar belakang Yahudi
dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk ketergantungannya pada penyataan, janji,
dan nubuat Perjanian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah
lama dinantikan, merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Matius 1:1-17).
Pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah Anak Daud (Matius 1:1; 9:27;
12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9,15; 22:41-45). Penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti
Kerajaan Sorga (yang searti dengan Kerajaan Allah) sebagai ungkapan rasa hormat
orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan petunjuknya
kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan
3
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, bag. II. Kitab-kitab Injil: Kisah Kehidupan Yesus, psl. 8
Injil Matius, (Malang: Gandum Mas, 1995), 183.
24
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti
amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta
dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (Matius 2:1-12; 8:11-12; 13:38; 21:43;
28:18-20). Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada
alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di
Secara tradisional, umat Kristen akan menyebutkan nama Matius atau Lewi
sebagai kandidat utama penulis Injil ini. Keraguan mungkin akan muncul akibat tiadanya
penyebutan yang jelas dalam Injil ini terhadap identitas penulisnya, bahkan cenderung
anonim. Keterangan paling jelas mengenai identitas Matius hanya terdapat dalam pasal 9:9
atau 10:3, di mana, disana pula kontroversi muncul akibat penyebutan tokoh Matius
seakan-akan sebagai orang kedua diluar penulis. Dalam ayat tersebut Matius digambarkan
sebagai seorang pemungut cukai yang bekerja untuk kekaisaran Romawi, selanjutnya orang
Lewi yang kemungkinan adalah nama lain Matius beberapa kali disebutkan
dalam Injil sinoptik lain seperti Lukas atau Markus, tetapi tidak ada keterangan yang
menyebutkan bahwa Yesus pernah mengganti nama Lewi menjadi Matius (artinya Hadiah
dari Tuhan) seperti halnya saat Yesus mengganti nama Simon menjadi Cephas. Tidak ada
alasan bagi Yesus untuk mengubah nama Yahudi murid-Nya menjadi nama Romawi. Yesus
tidak pernah mengganti nama Simon menjadi Petrus, melainkan menggantinya dengan
25
nama Cephas yang artinya batu. Orang Romawi-lah yang menyebutnya sebagai Peter
atau Petrus. Adalah suatu keganjilan melihat pilihan penulis Injil Matius untuk lebih
memilih menggunakan nama Matius alih-alih nama Lewi yang lebih familiar di
kalangan Yahudi. Penulis Injil Markus dan Lukas yang menujukan karyanya bagi orang
gentile (Romawi) bahkan lebih memilih menggunakan nama Lewi bukannya Matius
(Mark.2:14; Luk.5:27).
Lewi atau Matius dikenal sebagai salah satu dari 12 murid Yesus. Sebagai murid
Yesus, Matius tentu saja akan terbiasa atau setidaknya tidak akan sembarangan
dengan adanya keparalelan antara Injil Matius dengan Injil Markus membuat beberapa
sarjana beranggapan Matius hanya menggunakan (bahkan menjiplak) karya Markus, yang
jelas-jelas bukan seorang murid Yesus. Siapa pun patut mempertanyakan apa gunanya bagi
seorang Matius, yang juga seorang murid Yesus, saat menggunakan sumber Markus yang
tidak kompeten karena dihasilkan oleh orang di luar lingkaran kerasulan (murid-murid
Yesus)?
paling terpercaya yaitu gurunya sendiri (Yesus) sebagai referensi penulisan yang utama,
Matius sepatutnya menjadi seorang sekretaris berjalan yang senantiasa mencatat segala
perkataan maupun perbuatan gurunya tanpa perlu menggunakan sumber lain. Walau banyak
sarjana mempercayai penjiplakan Matius atas Markus, beberapa bahan yang terdapat dalam
26
Injil Matius ternyata sangat tua dan tampaknya asli, sehingga dapat mematahkan pendapat
tersebut.
Cyprus, Matius sang evangelis (penulis Injil) martir di Hierapolis, sedangkan Matius
pengganti Yudas Iskhariot menjadi martir di Ethiopia. Bukan hanya terhadap Matius,
sahabat-sahabat Yesus sangatlah kurang, seakan-akan ada suatu pihak yang sengaja
menutupinya.
Meskipun banyak berpendapat bahwa bukan Matius yang menulis Injil Matius,
namun secara umum rasul Matius disebut sebagai penulis Injil yang pertama ini. Merrill C.
Tenney menyatakan bahwa: tidak pernah dalam Injil pertama, ia disebut secara terang-
terangan sebagai penulisnya, tetapi para bapa gereja yang pertama yang membahas
kepenulisan Injil menetapkannya sebagai karya Matius. 4 Demikian juga tradisi sepakat
bahwa penulisnya adalah Matius, yang nama Yahudinya adalah Lewi, seorang pemungut
cukai yang dipanggil Yesus untuk menjadi murid-Nya (Mat.9:9-13). Pemungut cukai adalah
suatu istilah cercaan bagi pemungut pajak Roma, yang biasanya dilakukan dengan jalan
memeras, sehingga dibenci rakyat. Akan tetapi, dalam tulisannya Matius tidak malu
menyebut dirinya sebagai pemungut cukai ketika dirinya belum mengikut Yesus, sekalipun
dianggap rendah (Mat.9:9-10). Ini berarti sikapnya merendahkan diri dalam tulisannya.
4
Tenney, Survei Perjanjian Baru, 183.
27
Jack Kingsbury menyebutkan bahwa: Matius menulis suatu dokumen kuno dalam bahasa
Aram. Gereja kuno menerima pernyataan Papias itu sebagai bukti bahwa penulis Injil ini
adalah Matius.5 Matius memang orang yang tepat sekali untuk menulis sebuah buku
tentang pengajaran dan perbuatan Yesus, karena pekerjaan sebelumnya adalah pemungut
cukai. Pemungut cukai adalah orang-orang yang pandai berhitung, suka mencatat dan teliti
sampai pada bagian yang terkecil sekalipun. Ini berarti, pekerjaan sebagai pemungut cukai
Banyak ahli modern juga berpendapat bahwa penulis Injil pertama ini adalah Rasul
Matius. Salah satu alasannya adalah dalam daftar rasul pada Matius 10:3 nama
Matius ditempatkan sesudah Tomas (pada Markus 3:18 dan Lukas 6:15 nama
Matius diletakkan sebelum Tomas) dan diberi tambahan pemungut cukai. Dua
hal/perubahan yang kiranya hanya dapat dilakukan oleh pihak yang berkepentingan
Namun demikian, ada juga teolog yang menolak bahwa penulis Injil Matius
adalah rasul Matius. Salah satu alasannya adalah mustahil rasul Matius (sebagai saksi mata
kehidupan Yesus) menggunakan Injil Markus sebagai sumbernya. Akan tetapi, penulis tidak
meragukan bahwa penulis Injil Matius adalah rasul Matius, sebagaimana pernyataan bapa-
bapa gereja yang meyakini Alkitab sebagai firman Allah tanpa salah, bahwa mengenai Injil
5
Jack Kingsbury, Injil Matius, www.misigracias.com
6
28
Jadi , berdasarkan beberapa pandangan bapa-bapa gereja yang menerima Alkitab
itu Firman Allah, saksi abad-abad pertama, dan bukti-bukti di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penulis Injil Matius adalah rasul Matius, seorang murid Tuhan Yesus Kristus. Injil
Matius ditulis untuk orang percaya dari bangsa Yahudi dan menurut tradisi Injil ini ditulis
oleh Matius Lewi, seorang pemungut cukai, 7 ditulis sekitar tahun 61 sesudah Masehi. 8
penulis gereja yang pertama seperti Papias dan Ignatius sangat menyerupai ayat-
ayat dalam Injil Matius, dan ini menunjukkan bahwa Injil yang pertama ini mungkin
merupakan pilihan jemaat Siria Yahudi. Lagi pula, gereja di Antiokhia adalah gereja
pertama yang mempunyai anggota bukan Yahudi dalam jumlah lumayan yang
berbicara dalam bahasa Aram maupun Yunani. Meskipun tidak ada suatu bukti yang
pasti bahwa Injil ini ditulis di Antiokhia, tidak ada tempat lain yang lebih sesuai
dan disebarluaskan oleh mereka yang bekerja di dan dari gereja di Antiokhia.9
Jadi, berdasarkan berbagai pendapat dan analisa, maka penulis pun sangat setuju
bahwa Injil Matius ini merupakan hasil karya yang indah yang ditulis oleh Matius Lewi,
seorang pemungut cukai. Meskipun ada kontroversi, sesungguhnya seorang pengikut Yesus
7
Tenney, Survei Perjanjian Baru, 183.
8
Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen (Yogyakarta: STII,
2004), 252.
9
29
ini menuliskan menurut apa yang diketahui dan dialaminya bersama Sang Guru, Tuhan
Yesus Kristus.
Sehubungan dengan kitab Injil Matius ini ditulis untuk orang-orang Yahudi,
maka tujuan kitab Injil Matius ini pun lebih difokuskan untuk orang-orang Yahudi yang
sangat sulit untuk mempercayai Yesus adalah Mesias karena datang sebagai Mesias yang
rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis (yang akan membebaskan orang Israel dari
penjajahan Romawi. Akan tetapi, maksud dan tujuan penulisan Injil Matius adalah untuk
ilahi yang telah dimulai dalam nubuat tentang Mesias dalam Perjanjian Lama. 10 Untuk
memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan
Yesus. untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anal Allah yang dinubuatkan
oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang sudah lama dinantikan, dan untuk menunjukkan
bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Agar pembacanya memahami dan percaya serta
menerima Yesus Kristus dan kerajaan-Nya. Dan percaya bahwa pada akhir zaman, Yesus
Kristus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan
10
Tenney, Survei Perjanjian Baru, 192.
30
4. Konteks Matius 25:1-13
Sangatlah baik, jikalau mempelajari konteks dekat dan konteks jauh dari Matius
25:1-13 ini, supaya lebih jelas untuk dimengerti hubungan antara perikop sebelum dan
sesudahnya.
a. Konteks Dekat
tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat. Dalam perumpamaan ini Yesus
menekankan kepada murid-murid-Nya supaya menjadi hamba yang setia dan bijaksana,
itulah yang pertama. Setia dan bijaksana merupakan sifat yang sangat diharapkan seorang
Kedua, seorang hamba hendaknya melakukan tugasnya tepat sasaran atau sesuai
dengan kehendak tuannya yakni memberikan makanan kepada orang-orang pada waktunya
(Mat.24:45). Apabila seorang hamba itu seorang yang setia dan bijaksana, maka hamba itu
akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan tepat atau sesuai dengan keinginan tuannya.
Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka, tuannya akan senang dan akan mengangkat
hamba tersebut menjadi pengawas segala miliknya serta merta memuji hamba yang setia
dan bijaksana itu. (Mat.24:47; band. Mat.25:21,23). Akan tetapi, jikalau seorang hamba
tidak mau mengerjakan tugasnya sesuai dengan keinginan tuannya, maka hukumanlah yang
31
Ketiga, seorang hamba hendaknya mengerjakan tugas-tugasnya meskipun
hambanya saat bekerja merupakan sesuatu yang sangat wajar. Tetapi, terkadang seorang
pengawasan, dengan asumsi bahwa tuan tersebut yakin terhadap sikap para hambanya dan
apakah hambanya tersebut akan tetap bekerja dengan baik tanpa harus diawasi? Seorang
hamba yang setia dan bijaksana akan tetap bekerja dengan baik, tulus dan sungguh-sungguh
meskipun tidak diawasi oleh tuannya dan hamba itu akan berbahagia saat tuannya datang
akan mendapati dirinya bekerja dan akan memberi penghargaan, yakni mengangkat hamba
tersebut menjadi pengawas atas segala miliknya (Mat.25:46,47). Tetapi, jika hamba tersebut
tidak setia dan bijaksana maka ketika dirinya tidak diawasi kala melakukan pekerjaannya,
hamba tersebut akan melakukan hal-hal yang jahat, dengan asumsi tuannya tidak datang
lagi, memukul hamba-hamba yang lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-
pemabuk; tetapi tanpa disangka-sangka tuannya ternyata datang, maka hamba itu akan
dibunuh setelah dibuat menjadi senasib dengan orang-orang munafik untuk mengalami
betapa pentingnya seseorang hidup dengan setia dan bijaksana. Karena, dengan sifat yang
setia dan bijaksana, seseorang akan dipercaya oleh seorang tuan untuk menjadi hamba yang
bekerja bagi tuannya. Setia dan bijaksana akan memotivasi seseorang untuk mengerjakan
tugas-tugasnya dengan baik dan tepat seperti yang diinginkan oleh tuannya, sungguh-
sungguh bekerja meskipun tidak diawasi oleh tuannya, tidak ada prasangka yang
32
buruk/jahat dalam hatinya, tidak kompromi dengan tindakan yang bodoh dan yakin tuannya
pasti datang, maka seseorang yang setia dan bijaksana itu akan berbahagia akan diangkat
b. Konteks Jauh
tentang Kerajaan Sorga yang dialegorikan dengan seorang tuan yang mau bepergian ke luar
negeri dan mempercayakan hartanya kepada para hambanya (Mat.25:14). Hal ini akan
membantu gereja masa kini untuk menyingkapkan sedikit rahasia dari pribadi yang sangat
Agung ini. Oleh karena itu akan didapatlah pokok-pokok pemikiran teologis yang terdapat
Bagi Matius dan penulis Injil yang lain, Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga
adalah inti pemberitaan Yesus: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!
tn ourann), menggambarkan suatu gagasan yang sama. Istilah ini hanya ada di Injil
Matius, karena bagi orang Yahudi kata Allah sangat sakral untuk digunakan sembarangan
atau terlalu sering. Matius yang menulis kepada orang Yahudi, itulah yang menyebabkan
dirinya lebih sering memakai istilah Kerajaan Sorga (Kerajaan Langit), sedikit sekali
menggunakan istilah Kerajaan Allah. Tuhan Yesus sengaja tidak pernah mendefinisikan
secara gamblang apa yang dimaksudkan-Nya dengan Kerajaan Allah. Tetapi, ketika
dihadapan Pontius Pilatus, sebagai jawaban ketika Yesus dituduh sebagai pemberontak.
33
Tuhan Yesus menjawabnya dengan cermat menyatakan maksud-Nya bukan untuk memiliki
daerah kekuasaan yang bersifat fana di dunia ini, bunyinya: Kerajaan-Ku bukan dari dunia
ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku
jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.
(Yohanes 18:36). Kerajaan Allah dalam Alkitab pada umumnya berarti Allah yang aktif
Kerajaan Allah, adalah sama halnya seperti seseorang memasuki sebuah negara, misalnya
dalam ayat berikut ini: Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan
berkata kepada mereka: Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan
Allah (Markus 10:23). Tetapi, gagasan dibalik kata yang dipergunakan-Nya jauh lebih
berarti pemerintahan ketimbang kerajaan. Barangkali dalam Doa Bapa Kami, ada
definisi yang boleh dikatakan tepat, yaitu ketika datangnya Kerajaan Allah dipersamakan
yang sempurna, disinilah arti yang menurut Perjanjian Baru (PB), Kerajaan Allah
dinyatakan. Walaupun para penulis Perjanjian Lama (PL) tidak menggunakan istilah
Kerajaan Allah, akan tetapi dengan penuh harapan menantikan Hari yang besar itu, yakni
saat YHWH akan memperlihatkan kemuliaan-Nya secara dramatis sehingga semua orang
akan mengakui pemerintahan-Nya, seperti yang tertulis di dalam Yesaya 24:23, bunyinya:
Bulan purnama akan tersipu-sipu, dan matahari terik akan mendapat malu, sebab TUHAN
semesta alam akan memerintah di gunung Sion dan di Yerusalem, dan Ia akan
ini, baik pengharapan dalam arti luas, maupun kerinduan akan kemerdekaan negeri itu,
34
masih terus berkobar sampai pada zaman Tuhan Yesus (Yusuf dari Arimatea, menurut
Markus (15:43), adalah salah seorang yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah).
(Matius 3:2), dirinya segera dikerumuni oleh sekumpulan orang yang dengan penuh
semangat datang untuk menyaksikan kuasa Allah, yang sudah lama mereka nanti-nantikan,
memerintah dalam sejarah manusia. Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus bersama-sama
Yesus sendiri memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat pemberitaan ini
membangunkan perhatian dan mengandung arti universal. Diberitakan bahwa poros sejarah
yang lama dinanti-nantikan, yaitu campur tangan Allah untuk memulihkan segala sesuatu,
sudah dekat, bagaimanapun pengertiannya waktu itu. Jadi sangat penting meneliti isi
pemberitaan Perjanjian Baru mengenai kedatangan Kerajaan itu. Dan murid-murid Yesus
juga memberitakan hal yang sama, yakni: Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia
berpesan kepada mereka: Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk
ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari
umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat (Matius 10:5-7). Matius
juga mencatat pengajaran Tuhan Yesus semua dilandaskan, karena, dan untuk Kerajaan
Selain itu, rasul Paulus juga mempunyai pandangan teologis tentang Kerajaan
makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh
35
Kudus.11 Maksudnya ialah makanan atau minuman itu bukanlah hal yang sangat penting
melainkan bahwa kerajaan atau pemerintahan Allah merupakan suatu kenyataan yang sudah
ada sekarang. Kerajaan Allah didefinisikan sebagai cara hidup Kristen: perilaku yang benar,
damai sejahtera atau harmoni, dan sukacita. Hal ini adalah dalam lingkungan Roh Kudus
yang memberikan kemampuan kepada orang-orang percaya untuk berkenan pada Allah dan
orang-orang percaya yang ada di kota Korintus, demikian: Sebab Kerajaan Allah bukan
terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa (1 Kor.4:20). Kerajaan Allah menyatakan dirinya
dalam kuasa. Demikian, warga kerajaan itu harus memiliki lebih dari sekadar pembicaraan
ataupun berita; dan harus juga menyatakan kuasa Roh (1 Kor.2:4; Kis.1:8). Dalam PB ini
meliputi kuasa untuk menginsafkan orang akan dosa, kebenaran, dan penghakiman
Kis.26:16-18), untuk mengadakan mukjizat dan kuasa untuk menjalankan kehidupan yang
benar (Rm.14:17). Juga dalam hal ini, rasul Paulus mengingatkan orang-orang Korintus
harus mengerti bahwa Allah bukan saja berbicara untuk mengingatkan dengan perkataan
yang lemah lembut dan penuh kasih tetapi Allah juga bisa melakukan cambuk untuk
11
Roma 14:17.
36
Kerajaan Allah termasuk zaman yang akan datang, dan akan terjadi setelah
kebangkitan orang mati. Dalam I Korintus 15:50 Paulus berkata bahwa daging dan darah
tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Paulus berbicara tentang kebangkitan.
Daging dan darah tidak dapat mewarisi Kerajaan Allah. Tubuh jasmaniah harus diubah
supaya tidak lagi terdiri atas daging dan darah yang dapat binasa, tetapi terdiri atas tubuh
rohaniah yang tidak dapat binasa, penuh kemuliaan dan kekuatan (1 Kor.15:42-44).
Dengan tubuh kebangkitan yang sudah diubah ini, akan memasuki Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah akan datang setelah kebangkitan. Jadi, berita tentang Kerajaan Sorga yang
tersampaikan melalui pemberitaan Injil yang penuh kuasa merupakan harapan banyak
orang termasuk orang Yahudi dan gereja masa kini yang seharusnya untuk didengar dan
diterima.
37