Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
Jumlah barang/jasa yang diproduksi dan dijual
Harga jual barang bersangkutan
Upaya meraih laba yang direncanakan perusahaan dipengaruhi oleh
kegiatan unsur tersebut, sehingga pihak manajemen perusahaan harus berusaha
mengendalikan ketiga hal tersebut. Hal yang perlu diupayakan adalah agar seluruh
barang yang diproduksi dapat dijual. Dalam rangka menentukan penghasilan,
diasumsikan bahwa barang yang diproduksi habis terjual seluruhnya.
Pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba, upaya pihak
manajemen dapat melakukan penekanan terhadap biaya ke tingkat biaya yang
paling minimum. Di lain pihak volume penjualan barang/jasa dapat ditingkatkan
ke tingkat yang paling maksimum, sehingga barang yang diproduksi habis terjual.
Adapun penentuan harga jual ditetapkan dengan meraih tingkat keuntungan per-
unit yang memadai, sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat-
konsumen.
Usaha pihak manajemen perusahaan dalam upaya mencari keuntungan
tersebut harus didasarkan pada berapa jumlah barang yang harus diproduksi lalu
dijual. Pada tahap perencanaan produksi, manajemen perusahaan harus
menentukan lebih dahulu tingkat produksi yang paling minimum agar perusahaan
tidak rugi. Dengan kata lain pada tahap awal perencanaan produksi harus di
dasarkan kepada upaya jangan rugi atau minimal impas. Maksud dari impas
adalah total penghasilan (total revenue) perusahaan sama dengan total biaya yang
dikeluarkan ( TR = TC ).
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan
tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh
apabila diproduksi secara penuh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti
analisis BEP adalah suatu keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi
tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya
dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan agar memperoleh keuntungan, baik dalam volume penjualan
dalam unit maupun rupiah.
4
c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi/penjualan. ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-
ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diprodusir lebih
dan satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-
masing produk atau sales mix-nya adalah tetap konstan.
5
2.4.1 Rumus Kuantitas titik impas
Rumus ini merupakan persamaan dasar yang menunjukan hubungan antara
penjualan, biaya (biaya variabel dan biaya tetap), dan laba sebelum bunga daan
pajak (EBIT). Jika EBIT = 0 (kondisi titik impas), jadi :
S (VC + FC ) = EBIT
S = penjualan
VC = biaya variabel
FC = biaya tetap
EBIT = laba sebelum bunga dan pajak
S VC = FC
p. Q v. Q = FC
BEP =
()
6
2.4.2 Rumus penjualan titik impas
Rumus kuantitas titik impas di modifikasi menjadi :
(1 ) =
.
(1 ) =
.
SBEP =
(1 )
(1 ) = rasio marjin kontribusi
Gambar 2.4.3
Gambar Titik Impas
7
2.5 Titik Impas Kas
Di dalam biaya tetap (FC), ada sejumlah beban yang sebenarnya tidak
merupakan pengeluaran kas. Salah satu beban yang dimaksud adalah beban
penyusutan. Oleh karena itu , jika hendak menghitung titik impas kas, baik untuk
kuantitas maupun penjualan, beban penyusutan dan beban nonkas yang lain harus
dikeluarkan dulu dari biaya tetap.
Rumus kuantitas dna penjualan titik impas menjadi:
=
()
=
( 1 )
8
BAB III
ANALISIS KOMPARATIF
9
suatu pencapaian yang sangat membanggakan bagi Ultrajaya. Sampai sekarang
Project Oracle menjadi acuan untuk implementasi di anak-anak perusahaan
Ultrajaya yang lain.
= 0,32 atau 32 %
Berdasarkan perhitungan CM rasio maka produk yang diproduksi oleh
perusahaan mampu memberikan kontribusi margin terhadap laba sebesar 32%
terhadap perusahaan.
10
Analisis Break even point dengan Menggunakan Rumus Matematik
Langkah berikutnya setelah menghitung contribution margin ratio adalah
menghitung break even point. Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan batas
standar minimal suatu penjualan dan produksi yang diperkenankan pada
perusahaan.
() =
1
507.513.355.334
= 1.898.214.816.608
1 2.809.851.307.439
= Rp. 1.566.399.244.858
11
Tabel 3.2.2 Perencanaan Penjualan PT. Ultrajaya Milk Industri &
Trading Company, Tbk periode 2013
Tahun Volume penjualan (y) X X2 XY
2010 1.880.411.473.916 -1 1 (1.880.411.473.916)
2011 2.102.383.741.532 0 0 0
2012 2.809.851.307.439 1 1 2.809.851.307.439
TOTAL 6.792.676.522.887 0 2 929.439.833.523
Sumber : PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company, Tbk (data diolah)
Sumber: PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company,Tbk (data diolah)
12
Tabel 4.14. Perencanaan Penjualan PT. Ultrajaya Milk Industri &
Trading Company Tbk periode 2015
Sumber : PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk (data diolah)
13
2.809.851.307.4391.566.399.244.858
2012 = x 100
2.809.81.307.439
= 44%
Berdasarkaan perhitungan diatas dapat disimpulkan perusahaan bahwa
perusahaan beroperasi dengan tingkat keamanan yang tinggi yaitu sebesar 44%
menunjukkan bahwa jumlah penjualan yang nyata berkurang atau menyimpang
lebih besar dari 44% ( dari penjualan yang direncanakan) perusahaan akan
menderita rugi. Menentukan Penjualan Minimal Besarnya keuntungan yang
diinginkan telah ditetapkan, maka perlu ditentukan besarnya penjualan minimal
untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan. laba yang diinginkan yaitu
sebesar 32%. Berikut perhitungan yang dilakukan:
Laba operasi tahun 2012 = 429.341.499.878 Kenaikan laba yang
diinginkan = (1+0,32) x 429.341.499.878 = 1,32 x 429.341.499.878 =
566.730.779.839 Setelah mengetahui laba yang diinginkan kemudian dapat
digunkan untuk menentukan penjualan minimum yang harus dilakukan oleh
perusahaan.
507.513.355.334 + 566.730.779.839
=
1.898.214.816.608
1
2.809.851.307.439
= 3.315.568.318.435
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa apabila ingin
memperoleh laba sebesar Rp 566.730.779.839 maka perusahaan harus mampu
menjual produknya sebesar 3.315.568.318.435 pada tahun 2013.
3.3 Kasus
14
= 600.000
200 - 80
= 5.000 unit
atau
P- V = contribution margin = 200 80 = 120
BEP (Q) = FC
Contribution margin
= 600.000
120
= 5.000 unit
Income
Income = H x N
= 200 x 5000 = 1.000.000
Profit
P = ( H VC ) N - F
= ( 200 80 ) 5000 600.000
= ( 120 ) 5000 600.000
= 600.000 600.000
= 0
15
BEP (Q) = BEP (Rp)
P
= 1.000.000
200
= 5.000
2. Suatu pabrik membuat produk dengan harga Rp. 3000. Biaya tetap yang
diperlukan mesin Rp. 14 .000.000 selama 8 tahun umur ekonomisnya. Biaya
produksi Rp. 1.100 perunit produk, biaya bahan baku Rp. 950/unit dengan
suku bunga 8 %.
Biaya tetap Biaya Variabel
(Tahunan) (per-unit)
Biaya mesin
14.000.000 (A/P,8,8) 2.436.000
Asuransi dan pajak 344.000
Maintenance 220.000 50
Bahan 950
Variabel Cost 1.100
Total 3.000.000 2.100
16
FC = 3.000.000
TC = 3.000.000 + 2.100 N
Inc = 3.000 N
Bila F, TC dan I digambarkan dengan N yang berubah-ubah dari 0 6.000 maka
dapat digambarkan..
17
BAB IV
4.1 Simpulan
Break even point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan
dan tidak menderita kerugian. Tujuan dari analisis break even point yaitu
untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah
suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
Analisis Break even point secara umum dapat memberikan informasi
kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan,
cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level
penjualan tertentu.
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even
dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat
dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena
naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
4.2 Saran
Kelemahan dari BEP adalah harga jual per unit maupun variabel operating
cost per unit tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan.
Kelemahan kedua dari analisis break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya biaya semi variabel. Pemisahan
biaya semi variabel memerlukan adanya ketelitian dan pemahaman tentang
biaya-biaya yang ada dan sifat dari biaya tersebut apakah termasuk dalam
biaya tetap atau variabel. Agar penjualan yang dapat sesuai dengan
perencanaan yang telah dilakukan maka perusahaan harus memperhatikan
batas keselamatan dan penjualan minimal yang harus dipertahankan oleh
perusahaan.
18
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk
maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain
(sales mix) haruslah tetap. Karena keadaan ini dapat dipertahankan apabila
biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual
dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada
volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan
mencapai laba tertentu.
19