Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

ANALISIS

4.1 Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak


Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT PLN (Persero)
Area Garut

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pelaksanaan perhitungan,


pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa
Teknik pada PT.PLN (Persero) Area Garut, terlebih dahulu penulis memaparkan
mengenai hasil pengumpulan data tentang pemotongan, penyetoran dan pelaporan
PPh Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT. PLN (Persero) Area Garut.
Tabel 4.1
Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero)
Area Garut Periode Tahun 2010
Jumlah Penghasilan
No Jenis Penghasilan PPh Pasal 23
Bruto
1 Dividen - -
2 Bunga *) - -
Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh
3 - -
Koperasi
4 Bunga/ Diskonto Obligasi - -
5 Royalti - -
6 Hadiah dan Penghargaan - -
Sewa dan Penghasilan Lain sehubungan
7 Rp 1,625,749,500 Rp 109,000,610
dengan penggunaan harta**)
Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa
8 Rp 6,962,553,475 Rp 298,006,110
Kontruksi kecuali Konsultan Konstruksi
Jasa Lain ex SK Dirjen Pajak No. KEP-
9 Rp 315,271,850 Rp 8,111,412
305/PJ/2001 : ***)
Sumber: PT. PLN Bagian Keungan diolah kembali
Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada periode tahun 2010 pajak
penghasilan (PPh) Pasal 23 yang dipotong oleh PT. PLN (Persero) Area Garut yang
paling besar yaitu terhadap jasa teknik, jasa manajemen dan jasa konsultasi. Pajak

55
56

Penghasilan yang dipotong terhadap rekanan PT. PLN (Persero) Area Garut pada
tahun tersebut terhadap jasa tersebut yaitu sebesar Rp. 298.006.110,-. Oleh karena itu
penulis akan membahas lebih lanjut dalam bab ini tentang pelaksanaan perhitungan,
pemotongan, penyetoran dan pelaporan serta penerapan akuntansi Pajak Penghasilan
Pasal 23 terhadap rekanan PT. PLN (Persero) dalam bidang Jasa Teknik. Jasa Teknik
yang dimanfaatkan pada PT. PLN (Persero) diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan Jaringan
Merupakan pembangunan hantaran udara yang meliputi tegangan rendah,
tegangan menengah, dan jaringan di bawah tanah (kabel TR dan TM).
b. Pembangunan gardu-gardu Distribusi
Pembangunan gardu yang mendistribusikan Kwh atau menyalurkan tenaga
aliran listrik kepada pelanggan melalui jaringan tegangan rendah atau TR,
termasuk perlengkapan Kwh.
c. Pembangunan Tiang
d. Pemeliharaan gardu jaringan, sambungan rumah dan memelihara gedung
e. Penyambungan baru
Mengadakan kegiatan pemasangan atau penyambungan listrik rumah-rumah
konsumen baru.
Adapun yang menjadi syarat prokuremen agar dapat menjadi rekanan yang
ditetapkan oleh PT. PLN (Persero) pusat adalah sebagai berikut :

1. Memiliki Data Perusahaan (Nama, Status, Alamat, dll).


2. Memiliki Ijin Usaha dan NPWP.
3. Memiliki Landasan Hukum Pendirian Perusahaan.
4. Memiliki Pengurus Perusahaan.
5. Memiliki Data Keuangan
6. Bersedia mentaati peraturan tentang Pedoman Pengadaan Barang/ Jasa di
Lingkungan PT PLN (Persero) dan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pengadaan.
57

Berdasarkan sistem pemungutan pajak yang berlaku yaitu Self Assesment


System, PT. PLN (Persero) Area Garut bersifat aktif yaitu mendapatkan kewenangan
untuk menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terhutang ke kantor Pelayan Pajak (KPP) setempat, dimana PT. PLN (Persero) Area
Garut terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut. PT. PLN (Persero) terdaftar
sebagai Wajib Pajak serta dikukuhkan dengan Pengusaha Kena Pajak Nomor Pokok
Wajib Pajak 01.001.629.3-433.001 (lampiran 7).

4.1.1 Pelaksanaan Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)


Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT.PLN (Persero) Area Garut

Pelaksanaan perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23


dilakukan oleh pihak PT. PLN (Persero)Area Garut bagian keuangan khususnya
bagian akuntansi terhadap vendor atau disebut dengan rekanan atas jasa yang
diberikan. Sebelumnya PT. PLN (Persero) Area Garut melakukan kerja sama dalam
bentuk perjanjian kerja terlebih dahulu dengan pihak rekanan. Dalam perjanjian kerja
tersebut dibuat beberapa syarat dan ketentuan mengenai tanggal kontrak, lama
kontrak, harga kontrak, mekanisme pembayaran dan sebagaimya yang dimuat dalam
Surat Perjanjian Kerja yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Adapun cara perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 yaitu


dengan mengalikan tarif sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 23 dengan penghasilan bruto atas Jasa Teknik sebelum
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Contoh Kasus :
Pada tanggal 5 Oktober 2010 PT. PLN (Persero) melakukan kerja sama dengan
rekanan CV. Rijalul Azmi yang bergerak di bidang Instalatur Biro Bangunan NPWP
02.165.912.3-425.000 dengan No. SPK : 056.SPK/140/UPJGK/201. Nilai kontrak
yang disetujui sebelumnya adalah Rp. 32.977.010,00. Namun pada akhir kontrak
ternyata terdapat pekerjaan tambahan sehingga nilainya menjadi Rp. 35.879.410,00
sebelum PPN dengan rincian sebagai berikut :
58

Perhitungan PPh Pasal 23:

Nilai kontrak sebelum PPN dijadikan sebagai penghasilan Bruto CV. Rijalul
Azmi, karena adanya tambahan pekerjaan maka nilai kontrak yang dijadikan
dasar pengenaan pajak yaitu setelah ditambahkan dengan kekurangan yang
yang harus dibayar oleh PT. PLN (Persero) sebesar Rp. 35.879.410,00
dibulatkan menjadi Rp. 35.879.400,00.
CV Rjialul Azmi merupakan perusahaan yang memberikan jasa teknik
terhadap PT. PLN (Persero) Area Garut maka tarif yang digunakan sesuai
dengan Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 ayat (1) angka 2
adalah sebesar 2%. Berikut ini adalah perhitungannya :
PPh Pasal 23 = 2 % x Rp. 35.879.400,00
= Rp. 717.588,00`
Jadi besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang dipotong oleh PT. PLN
( Persero ) Area Garut atas Jasa Teknik CV Rijalul Azmi adalah sebesar Rp.
717.588,00.

Di bawah ini adalah pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal


23 yang dilakukan oleh PT. PLN ( Persero ) Area Garut :
1. Pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dilakukan oleh bagian
keuangan atau akuntansi (accounting) sehubungan dengan jasa teknik dilakukan
pada saat akhir bulan masa kontrak atau pada saat PT. PLN (Persero) area Garut
melakukan pembayaran terhadap pihak rekanan. Dalam hal ini PT.PLN (Persero)
menerima faktur pajak dari pihak rekanan.
2. Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 diberlakukannya tarif terbaru
sesuai dengan perubahan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan Pasal 23 ayat (1) dengan dasar pengenaan pajak berupa penghasilan
bruto sebelum dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3. Dokumen atau administrasi yang disiapkan oleh PT.PLN (Persero) Area Garut
pada saat pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) 23 yaitu lembaran Bukti
Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 (lampiran 8)yang didalamnya
59

terdapat besar pajak yang terutang yang kemudian bukti potong tersebut
diserahkan kepada pihak rekanan. Berikut ini daftar lampiran bukti Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 23:
a. Lampiran ke-1 untuk : Wajib Pajak
b. Lampiran ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
c. Lampiran ke-3 untuk : Pemotong Pajak
4. Kemudian PT. PLN (Persero) menyimpan bukti prmotongan ini sebagai arsip dan
untuk diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Massa.
5. Langkah terakhir yang dilakukan oleh bagian keungan PT. PLN (Persero) Area
Garut yaitu membuat Daftar Pemotongan PPh Pasal 23 (dapat dilihat pada tabel
4.2 dan lampiran 8) sebagai bukti dan arsip PT. PLN (Persero) Area Garut.

Tabel 4.2
Daftar Pemotongan PPh Pasal 23 atas Penggunaan Jasa Teknik di PT.PLN
(Persero) Area Garut Periode tahun 2010 (dalam Rupiah)
TANGGAL NILAI PPh PASAL
NO BULAN REKANAN NPWP
POTONG KONTRAK 23
1 Januari CV. WISMAR 14 JANUARI 01.243.381.9-433.000 21.400.000 428.000
2 Februari CV. UTAMA TEKNIK 10 FEBRUARI 01.552.750.0-443.000 11.856.800 237.136
3 Februari CV. RIJALUL AZMI 20 FEBRUARI 02.165.912.3-433.000 20.094.000 401.880
4 Februari CV. RAHARJA 27 FEBRUARI 01.671.410.7-422.000 1.550.000 31.000
5 Februari CV. WISMAR 27 FEBRUARI 01.243.381.9-433.000 20.500.000 410.000
6 Februari PT. DANICO BANGUN PERDANA 27 FEBRUARI 01.634.565.4-443.000 10.640.000 212.800
7 Maret CV. RIJALUL AZMI 29 MARET 02.165.912.3-433.000 20.090.000 401.800
8 Maret CV. RAHARJA 29 MARET 01.671.410.7-422.000 2.700.000 54.000
9 Maret CV. RAHARJA 29 MARET 01.671.410.7-422.000 4.025.000 80.500
10 Maret CV. WISMAR 29 MARET 01.243.381.9-433.000 15.000.000 300.000
11 Maret PT. DANICO BANGUN PERDANA 29 MARET 01.634.565.4-443.000 20.520.000 410.400
12 April CV. UTAMA TEKNIK 30 APRIL 01.552.750.0-443.000 9.206.800 184.136
13 April CV. RIJALUL AZMI 30 APRIL 02.165.912.3-433.000 20.094.000 401.880
14 April PT. HARIF POWER SERVICES 30 APRIL 02.519.152.0-940.300 55.088.000 1.101.760
15 April CV. RAHARJA 30 APRIL 01.671.410.7-422.000 1.775.000 35.500
16 April CV. RAHARJA 30 APRIL 01.671.410.7-422.000 750.000 15.000
17 April CV. WISMAR 30 APRIL 01.243.381.9-433.000 15.350.000 307.000
18 April CV. ARIES ELEKTRIKAL 30 APRIL 21.029.438.4-443.000 16.450.000 329.000
19 April PT. DANICO BANGUN PERDANA 30 APRIL 01.634.565.4-443.000 10.640.000 212.800
20 Mei CV. WISMAR 25 MEI 01.243.381.9-433.000 15.100.000 302.000
21 Mei PT. DANICO BANGUN PERDANA 25 MEI 01.634.565.4-443.000 10.640.000 212.800
22 Mei CV. UTAMA TEKNIK 30 MEI 01.552.750.0-443.000 10.049.000 200.980
23 Mei CV. RIJALUL AZMI 30 MEI 02.165.912.3-433.000 20.094.000 401.880
24 Juni PT. DANICO BANGUN PERDANA 25 JUNI 01.634.565.4-443.000 10.640.000 212.800
25 Juni CV. WISMAR 25 JUNI 01.243.381.9-433.000 16.400.000 328.000
26 Juni CV. ARIES ELECTRICAL 26 JUNI 21.029.438.4-443.000 6.545.000 130.900
60

27 Juni PT. HARIF POWER SERVICES 30 JUNI 02.519.152.0-940.300 36.306.000 726.120


28 Juni CV. RAHARJA 30 JUNI 01.671.410.7-422.000 4.800.000 96.000
29 Juni CV. UTAMA TEKNIK 30 JUNI 01.552.750.0-443.000 10.440.000 208.800
30 Juni CV. RIJALUL AZMI 30 JUNI 02.165.912.3-433.000 20.094.000 401.880
31 Juni CV. RIJALUL AZMI 30 JUNI 02.165.912.3-433.000 19.875.000 397.500
32 Juni CV. MAHKOTA 30 JUNI 01.148.800.4-443.000 12.650.000 253.000
33 Juni CV. MAHKOTA 30 JUNI 01.148.800.4-443.000 3.165.000 63.300
34 Juli CV. MAHKOTA 30 JULI 01.148.800.4-443.000 27.400.000 548.000
35 Juli CV. WISMAR 30 JULI 01.243.381.9-433.000 21.900.000 438.000
36 Juli CV. ARIES ELECTRICAL 30 JULI 21.029.438.4-443.000 6.500.000 130.000
37 Juli CV. RAHARJA 30 JULI 01.671.410.7-422.000 750.000 15.000
38 Juli CV. UTAMA TEKNIK 30 JULI 01.552.750.0-443.000 9.724.000 194.480
39 Agustus CV. ARIES ELEKTRIKA 26 AGUSTUS 21.029.438.4-443.000 11.930.000 238.600
40 Agustus PT. HARIF POWER SERVICES 24 AGUSTUS 02.519.152.0-940.300 24.627.750 492.555
41 Agustus CV. MAHKOTA 27 AGUSTUS 01.148.800.4-443.000 27.950.000 559.000
42 September CV. MAHKOTA 30 SEPTEMBER 01.148.800.4-443.000 16.600.000 332.000
43 September CV. RAHARJA 30 SPETEMBER 01.671.410.7-422.000 500.000 10.000
44 September CV. UTAMA TEKNIK 30 SEPTEMBER 01.552.750.0-443.000 11.146.800 222.936
45 Oktober CV. RAHARJA 14 OKTOBER 01.671.410.7-422.000 7.025.000 140.500
46 Oktober PT. HARIF POWER SERVICES 29 OKTOBER 02.519.152.0-940.300 86.260.000 1.725.200
47 Oktober CV. UTAMA TEKNIK 29 OKTOBER 01.552.750.0-443.000 12.615.000 252.300
48 November CV. WISMAR 8 NOVEMBER 01.243.381.9-433.000 110.454.500 2.209.090
49 November CV. WISMAR 8 NOVEMBER 01.243.381.9-433.000 16.261.250 325.225
50 November CV. UTAMA TEKNIK 10 NOVEMBER 01.552.750.0-443.000 12.633.250 252.665
51 November CV. RIJALUL AZMI 11 NOVEMBER 02.165.912.3-433.000 4.723.300 94.466
52 Desember CV. WISMAR 6 DESEMBER 01.243.381.9-433.000 110.454.500 2.209.090
53 Desember CV. WISMAR 6 DESEMBER 01.243.381.9-433.000 110.454.500 2.209.090
54 Desember CV. RIJALUL AZMI 31 DESEMBER 02.165.912.3-433.000 25.933.750 518.675
55 Desember CV. RIJALUL AZMI 31 DESEMBER 02.165.912.3-433.000 31.700.000 634.000
56 Desember CV. RAHARJA 31 DESEMBER 01.671.410.7-422.000 250.000 5.000
57 Desember CV. ARIES ELEKTRIKA 31 DESEMBER 21.029.438.4-443.000 8.800.000 176.000
58 Desember CV. MAHKOTA 31 DESEMBER 01.148.800.4-443.000 8.400.000 168.000
TOTAL 1.179.521.200 23.590.424
Sumber : PT. PLN Area Garut Bagian Administrasi dan Keuangan

4.1.2 Pelaksanaan Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa


Teknik pada PT. PLN (Persero) Area Garut

Setelah melakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang disertai


dengan bukti pemotongan terhadap rekanan, kewajiban selanjutnya yang harus
dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area Garut adalah melakukan penyetoran atau
pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 23 yang terutang ke kas negara. Penyetoran ini
bisa dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. PLN (Persero) terdaftar
sebagai Wajib Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut.

PT. PLN (Persero) melakukan penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23


ini melalui Bank Persepsi yang ditunjuk yaitu Bank BNI Cabang Garut. Penyetoran
dilakukan setiap tanggal 10 bulan takwim setelah pemotongan dengan dokumen
61

sebagai alat aadministrasi yang diperlukan yaitu Surat Setoran Pajak (SSP) (lampiran
9) dan Bukti Pemotongan Pajak yang terdiri dari :
Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Lembar ke-3 untuk Pemotong pajak
Dokumen tersebut disimpan sebagai bukti untuk melakukan pelaporan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 23.Apabila batas penyetoran bertepatan dengan hari libur
kerja, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Berikut ini penulis sajikan data mengenai tanggal penyetoran Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 23 periode tahun 2010 dalam bentuk tabel. Data yang diambil merupakan
data sampling dari setiap bulan dengan 1 (satu) sample rekanan PT. PLN (Persero)
Area Garut yang sehubungan dengan jasa teknik.

Tabel 4.3
Data Sampling Rekanan
Daftar Penyetoran PPh Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT. PLN (Persero)
Area Garut Periode Tahun 2010

TANGGAL TANGGAL
NO BULAN REKANAN KETERANGAN
POTONG SETOR
1 JANUARI CV. WISMAR 30 JANUARI 10 FEBRUARI TW
2 FEBRUARI CV. WISMAR 27 FEBRUARI 9 MARET TW
3 MARET CV. WISMAR 31 MARET 9 APRIL TW
4 APRIL CV. WISMAR 30 APRIL 10 MEI TW
5 MEI CV. WISMAR 25 MEI 9 JUNI TW
6 JUNI CV. WISMAR 25 JUNI 9 JULI TW
7 JULI CV. WISMAR 30 JULI 10 AGUSTUS TW
8 AGUSTUS CV. MAHKOTA 30 AGUSTUS 17 SEPTEMBER TTW
9 SEPTEMBER CV. MAHKOTA 30 SEPTEMBER 8 OKTOBER TW
10 OKTOBER CV. TEKNIK UTAMA 29 OKTOBER 10 NOVEMBER TW
11 NOVEMBER CV. RIJALUL AZMI 29 NOVEMBER 10 DESEMBER TW
10 JANUARI
12 DESEMBER CV. RIJALUL AZMI 31 DESEMBER 2011 TW
Keterangan : TW=Tepat Waktu ; TTW=Tidak Tepat Waktu
Sumber : Bagian Keuangan dan Administrasi
62

Berdasarkan tabel 4.3secara keseluruhan dalam periode tahun 2010 PT. PLN
(Persero) Area Garut telah melakukan penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23
tepat pada waktunya yaitu kurang dari tanggal 10 bulan takwim. Akan tetapi hanya
ada 1 (satu) bulan yaitu pada bulan Agustus PT. PLN (Persero) Area Garut dalam
pelaksanaan penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 tidak tepat pada waktunya,
yakni melewati batas penyetoran yang telah ditentukan dalam Undang-undang Nomor
36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 23. Oleh karena itu PT. PLN
(Persero) pada saat itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) perbulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan sesuai
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) Pasal 9 ayat (2a).

4.1.3 Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa


Teknik pada PT. PLN (Persero) Area Garut

Setelah kewajiban peyetoran atau pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal


23 yang terutang atas jasa teknik selesai dilakukan, selanjutnya kewajiban PT. PLN
(Persero) Area Garut adalah melakukan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23.
Dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 23 yaitu Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan atau
Pasal 26. Blanko Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ini diperoleh langsung dari Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Garut.

Batas penyerahan atau pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PT. PLN
(Persero) Area Garut ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Garut paling lambat
20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir. Adapun contoh Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa Pasal 23 dan atau Pasal 26 (dapat dilihat pada lampiran 10).

Dalam pelaksanaan pelaporan SPT Masa, PT. PLN (Persero) Area Garut
masih dilakukan secara manual, belum menggunakan aplikasi e-SPT yang dapat
63

mempermudah pekerjaan mereka. Berikut contoh yang penulis sajikan mengenai


pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang dilaksanakan oleh PT. PLN
(Persero) Area Garut atas Jasa Teknik.Data yang disajikan merupakan data sampling
dari satu rekanan PLN (Persero) Area Garut.

Tabel 4.4

Daftar Pelaksanaan Pelaporan Pajak PPh Pasal 23 atas Jasa Teknik pada
PT.PLN (Persero) Periode Tahun 2010

TANGGAL TANGGAL TANGGAL


NO BULAN KETERANGAN
POTONG SETOR LAPOR
1 JANUARI 30 JANUARI 10 FEBRUARI 17 FEBRUARI TW
2 FEBRUARI 27 FEBRUARI 9 MARET 17 MARET TW
3 MARET 31 MARET 9 APRIL 20 APRIL TW
4 APRIL 30 APRIL 10 MEI 20 MEI TW
5 MEI 25 MEI 9 JUNI 21 JUNI TTW
6 JUNI 25 JUNI 9 JULI 19 JULI TW
7 JULI 30 JULI 10 AGUSTUS 20 AGUSTUS TW
8 AGUSTUS 30 AGUSTUS 17 SEPTEMBER 20 SEPTEMBER TW
9 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 8 OKTOBER 20 OKTOBER TW
10 OKTOBER 29 OKTOBER 10 NOVEMBER 19 NOVEMBER TW
11 NOVEMBER 29 NOVEMBER 10 DESEMBER 20 DESEMBER TW
10 JANUARI 20 JANUARI
12 DESEMBER 31 DESEMBER TW
2011 2011
Keterangan : TW = Tepat Waktu ; TTW= Tidak Tepat Waktu
Sumber :PT. PLN Area Garut Bagian Keuangan & Administrasi
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat selama 1 (satu) periode tahun 2010,
pelaporan atau penyerahan SPT hanya ada 1 (satu) bulan pada bulan Mei 2012 PT.
PLN (Persero) Area Garut melewati batas waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
Undang-undang Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yaitu 20 hari setelah Masa Pajak Berakhir. Oleh karena itu, PT.
PLN (Persero) Area Garut dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
64

Namun secara keseluruhan PT. PLN (Persero) Area Garut ini patuh terhadap
ketentuan yang dimuat dalam Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.Dari data di atas PT. PLN (Persero) Area Garut tepat waktu dalam
melakukan pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23.

4.2 Penerapan Akuntansi Pajak sesuai PSAK No.46 terhadap Pemotongan


Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT. PLN
(Persero) Area Garut

Perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dilakukan di


bagian akuntansi, maka dari itu perlu adanya penerapan akuntansi di dalamnya yaitu
berupa jurnal transaksi yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area Garut yang akan
dilanjutkan ke proses akuntansi selanjutnya dan akhirnya akan disajikan ke dalam
bentuk laporan keuangan untuk dipertanggungjawabkan oleh PT. PLN (Persero) Area
Garut kepada pihak yang berkepentingan. Oleh karena laporan keuangan tersebut
sangat penting bagi pihak eksternal maka perhitungan serta penyajiannya pun harus
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) Nomor 46 tentang Pajak
Penghasilan.

Berikut ini siklus akuntansi dalam gambar 4.1 yang dilakukan oleh PT. PLN
(Persero) yang dimulai dari transaksi, jurnal, buku besar, neraca saldo dan terakhir
laporan keuangan.Aktivitas pencatatan jurnal hingga pembuatan laporan keuangan
secara komputerisasi atau menggunakan software yang dibuat oleh PLN pusat.

Dalam penerapan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 23 PT. PLN (Persero)


Area Garut telah sesuai dengan PSAK No. 46 tentang Pajak Penghasilan, yaitu
dengan membuat laporan pajak yang sesuai. Mengingat pentingnya PSAK No.46
sebagai pedoman dalam penerapan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 23 maupun
Pajak Penghasilan lainnya, semua staff bagian akuntansi dan keuangan harus mampu
menyesuaikan dengan perkembangan Standar yang berlaku.
65

Gambar 4.1
Siklus Akuntansi

Data Transaksi dapat berupa faktur pajak dari pihak


Data/Transaksi rekanan

pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 23 harus


Jurnal dicantumkan dalam jurnal

Posting ke buku besar dengan nama akun pajak


Buku Besar penghasilan terutang dan Pajak Penghasilan Pasal 23

Saldo tersebut dimasukan ke neraca saldo sesuai saldo


Neraca Saldo normal dalam akuntansi

tambahan informasi mengenai Pajak Penghasilan Pasal


Penyesuaian 23 yang perlu disesuaikan

Neraca Saldo yang telah saldo Pajak Penghasilan Pasal 23 atau Pajak Penghasilan
disesuaikan terutang yang telah disesuaikan

Pajak Penghasilan yang terutang disajikan di dalam


Laporan Keuangan laporan posisi keuangan sebagai kewajiban

Sumber: PT. PLN (Persero) Area Garut diolah kembali

Langkah pertama adalah pencatatan jurnal sesuai dengan contoh kasus rekanan
CV Rijalul Azmi sebelumnya pada pembahasan 4.1.1:
1. Jurnal yang dicatat oleh pemotong PT. PLN (Persero) Area Garut

Tabel 4.5
Jurnal PT. PLN (Persero) Area Garut

Keterangan Uraian Debit Kredit


Hutang-CV Rijalul
Pada Saat Azmi Rp 35.879.400
Pemotongan PPh Pasal 23 Rp 717.588
Kas / Bank Rp35.161.812

PPh Pasal 23 Rp 717.588


Pada Saat Penyetoran
Kas/ Bank Rp 717.588
Sumber : PT. PLN Bagian Keuangan diolah kembali
66

2. Jurnal yang dicatat oleh pihak Rekanan CV. Rijalul Azmi


Tabel 4.6
Jurnal CV. Rijalul Azmi

Keterangan Uraian Debit Kredit


Kas/ Bank Rp35.161.812
Pada Saat
Pemotongan PPh Pasal 23 Rp 717.588
Pendapatan Rp35.879.400

PPh Terutang Rp 717.588


Pada Saat Penyetoran
PPh Pasal 23 Rp 717.588
Sumber: PT.PLN Bagian Keuangan diolah kembali

Langkah kedua yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) yaitu posting ke
dalam buku besar (ledger) dalam akun T.
Kas atau Bank Pajak Pasal 23
Pemotongan Rp. 35.161.812 Pemotongan Rp. 717.588
Penyetoran Rp. 717.588 Rp. 717.588 Penyetoran

Hutang
Rp. 35.879.400 Pemotongan

Langkah Ketiga yang dilakukan yaitu memasukan akun tersebut ke dalam


neraca saldo sampai akhirnya membuat laporan keuangan.
Penyajian Laporan Posisi Keuangan Saat Pemotongan
Pada saat akhir bulan atau akhir tahun pajak yang belum disetorkan oleh
PT.PLN (Persero) Are Garut Pajak Penghasilan Pasal 23 tersebut
diakuisebagai hutang pajak.Berikut ini contoh penyajian hutang pajak pada
Laporan Posisi Keuangan yang disajikan di posisi hutang lancar.
67

Tabel 4.7

Laporan Posisi Keuangan


PT. PLN (Persero) Area Garut
31 Januari 2010
ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Total Aset Lancar xxx Kewajiban Lancar
Total Aset Tidak Lancar xxx Hutang Pajak Rp. 717.588
Kewajiban Tidak Lancar xxx
Total Kewajiban xxx
Total Ekuitas xxx
TOTAL KEWAJIBAN
TOTAL ASET XXX DAN EKUITAS XXX
Sumber : PT.PLN Bagian Keuangandiolah Kembali (lampiran 11)

4.3 Kendala PT. PLN (Persero) Area Garut dalam Pelaksanaan Perhitungan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa
Teknik

1. Kendala Perhitungan
Dalam melakukan perhitungan untuk pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
23, PT. PLN (Persero) Area Garut tidak mengalami kendala yang besar, akan
tetapi staff yang melakukan perhitungan harus taat pada peraturan undang-
undang perpajakan dalam hal menyesuaikan tarif yang berlaku.Staff pajak
harus dapat melakukan perhitungan yang jelas bagi pihak rekanan yang tidak
memiliki NPWP, yaitu 100% (seratus persen) lebih tinggi dari tarif normal.
2. Kendala Pemotongan
Dalam hal melakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 kendala yang
dialami oleh PT. PLN (Persero) Area Garut yaitu hanya pada saat
68

keterlambatan faktur pajak dari pihak rekanan yang mengakibatkan


penyetoran pajak menjadi terlambat.
3. Kendala Penyetoran
Pelaksanaan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 tidak begitu banyak
mengalami kendala karena PT. PLN (Persero) Area Garut melakukan
penyetoran melalui Bank Persepsi yaitu Bank BNI dan Bank tersebut
merupakan Bank operasional PT. PLN (Persero) Area Garut,
4. Kendala Pelaporan
PT. PLN (Persero) dalam melakukan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23
masih menggunakan SPT Manual.Hal ini menjadi kendala karena dalam
pelaksanaannya menjadi tidk efektif dan efisien dari segi media, waktu, dan
sumber daya serta data menjadi tidak teroganisir dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai