KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Leukemi adalah keganasan Hematologi akibat neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkat
sel induk hemopoitik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok
(cloni) sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.(Bakta, 2015)
Leukimia dapat bersifat akut maupun kronis. French American
British Group (FAB) mengklasifikasikan leukemia akut menjadi dua
bagian yaitu: Akut Lymphoblastic Leukemia (ALL) dan akut mielositik
Leukemia (LMA)atau Acut nonlymphoblastic Leukemia (ANLL)
Leukemia Mielositik Akut (LMA) merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel
progenitor dari sel mieloid: monosit, granulosit(mis.. netrofil, basofil,
eosinofil), eritrosit dan trombosit(Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2014; Smeltzer, 2014)
B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, etiologi LMA tidak diketahui. Namun
beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya LMA diantaranya yaitu
benzena, riwayat radiasi ionik, riwayat kemoterapi sitotoksik, merokok,
riwayat penyakit darah sebelumnya seperti sindrom mielodisplasia
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014)
C. KLASIFIKASI LEUKEMIA
1. klasifikasi morfologik yang umun dipakai ialah klasifikasi dari FAB:
a. M0: Akut myeloid leukemia without differentiation
b. M1: Akut myeloid leukemia without matturation
c. M2: Akut myeloid leukemia withmatturation
d. M3: Akut promyelocytic leukemia
e. M4: Akut myelomonocytic leukemia
f. M5:Akut monocytic leukemia
i. Sub Tipe M5a : tanpa maturasi
ii. Sub Tipe M5b : dengan maturasi
g. M6 : Erytholeukemia
h. M7 : Megakaryicytic leukemia
2. Klasifikasi histologik AML menurut WHO:
a. Acute Myeloid Leukemia with recurent Genetic Abnormalities
i. AML with t (18;21), (q22;q22), (AML1/ETO)
ii. AML with abnormal bone marrow eosinophils inv(16);
(p13;q22);(CBF/MYH1)
iii. Akut promyelocytic leukemia (AML with t (15;17);
(q22;q12); (PML/ RAR) and varians
iv. AML with 11q23 (MLL) abnormalitas
b. Acute Myeloid Leukemia with multilineage dysplasia
i. Following myelodysplastic syndrome or myelodysplastic
syndrome/ myeloproliferative disorder
ii. without anticedent myelodysplastic syndrome
c. Acute Myeloid Leukemia and myelodisplastic syndrome therapy
realted:
i. Alkylating agent-realted
ii. Topoisomerase tipe II inhibitor related (some may be
lymphoid)
iii. others type
d. Acute Myeloid Leukemia not otherwise categorised (kategori FAB)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sindrom keganasan sumsum tulang meliputi: rasa lelah ( kerena
anemia), perdarahan (karena trombositopenia), dan infeksi (karena
leukopenia). perdarahan biasanya ditemukan sebagai petekie atau
perpura pada ekstermitas bawah, epistaksis, perdarahan gusi dan
retina.
2. Infeksi sering terjasdi di tenggorokan, paru-paru, kulit dan daerah
perirekatal.
3. Leukositosis hanya terjadi pada sekitar 50% kasus LMA. Gumpalan
leukosit yang menyumbat aliran pembuluh darah dapat terjadi pada
pasien dengan leukosit yang menyumbat aliran pembuluh darah dapat
terjadi pada pasien dengan leukosit lebih dari 100.000/mm3
4. Gangguan kesadaran, sesak napas dan nyeri dada priapismus
5. gangguan metabolisme seperti hiperurisemia dan hipoglikemia..
6. Infiltrasi sel blastke kulit akan menimbulkan leukemia kutis berupa
benjolan tidak berpigmen tanpa rsa sakit, ke jaringan lunak akan
menyebabkan nodul di bawah kulit (kloroma). ke tulang akan
menyebabkan nyeri tulang dan ke gusi akan menyebabkan
pembengkakan gusi.
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014)
E. KOMPLIKASI
1. Sindrom lisis tumor: sindrom yang ditandai dengan kombinasi dengan
kombinasi antara hiperurisemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia,
asidosis laktat, dan hipokalsemia akibat kerusakan sejumlah besar sel
neoplasma yang sedang berproliferasi secara cepat
2. Infeksi, sepsis.
3. Leukostasis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan morfologi sel dan pewarnaan sitokemia,
mengklasifikasikan LMA menjadi 8 subtipe
2. Pewarnaan sitokimia: Sudan blac B (SBB) dan mieloperosidase (MPO)
memberikan hasil positif pada LMA tipe M1,M2,M3,M4, dan M6.
3. Pada pemerikassan mikroskopis didapatkan adanya Auer rods (kristal
granul yang bersatu)
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dapat berupa kemoterapi dosis tinggi dengan
dukungan cangkok sumsum tulang serta terapi suportif, seperti pemberian
antibiotik dan transfusi komponen darah bila diperlukan.
Regimen kemoterapi untuk AML:
1. Induksi remisi:
a. Three plis seven regimen: Daunorobicin: 60mg/M2/hari,iv hari 1-
3 Ara-C: 200mg/m2/hari,iv. continu selama 7 hari.
b. Ada juga yang memakai regimen DAT (daunorubicin, ARA-C dan
6 Thioguanin= 6TG)
c. Sekarang dipakai juga mitosantrone atau etoposide pada kasus
dengan cadangan jantung yang compromised
d. Pilihan lain adalah high dose AraC =HIDAC. Ara-C diberikan
1-3 gr/m2setiap 12-24 jam sampai dengan 12 dosis. HIDAC dapat
juga diberikan setelah regimen 7:3, yaitu 8hari sampai10 hari,
disebut sebagai regimen 3+7+3
e. Untuk induksi remisi untuk kasus AML-M3 (leukemia
promielositik akut) daunorubisin digabungkan dengan ATRA (all-
transretinoid acid). Untuk kasusu yang relap diberikan arsenic
trioxide
2. Terapi posttremisi terdiri atas:
a. Konsolidasi/intensifikasi: 2-6 siklus Ara-C, dan 6 TG, dengan atau
tanpa DNR. dapat juga diberikan Ara-C dosis tinggi ataupun
amsacrine
b. Terapi Pemeliharaan: umumnya dengan terapi peroral jangka
panjang meskipun manfaatnya masih diperdebatkan sehingga
sebagian besar terapi pemeliharaan tidak diberikan pada AML.
c. Immunoterapi: dapat diberikan misalnya dengan BCG, meskipun
manfaatnya masih belum terbukti.
3. Transplantasi sumsum tulang (bone marrow tranplantation) terdiri
atas:
a. Merupakan terapi postremisi yang memberi harapan penyembuhan.
b. Efek samping dapat berupa pneumonia interstitial (cytomegalo
virus) graft versus host disease, dan graft rejection
c. Hasil baik jika mur penderita < 40 tahun
d. Sekarang lebih sering diberikan dalam bentuk transplantasi sel
induk dari darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Terapi suportif:
1. Terapi untuk mengatasi anemia: transfusi PRC untuk mempertahankan
hemoglobin sekitar 9-10 gr/dl. Untuk calon transplantasi sumsum
tulang, transfusi darah sebaiknya dihindari.
2. Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia aplstik
terdiri atas:
a. Antibiotika adekuat
b. Transfusi konsentrat granulosit
c. Perawatan khusus (isolasi)
d. Hemopoietic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
3. Terapi untuk mengatasi perdarahan:
a. Transfusi konsentrat trombosit untuk mempertahankan trombosit
minimal 10x106/ml, iealnya diatas 20x06/ml.
b. Pada M3, diberikan heparin untuk mengatasi DIC
4. Terapi untuk mengatasi hal-hal lain:
a. Pengelolaan Leukostasis: dilakukan dengan hidrasi intravenous dan
leukapheresis. segera lakukan induksi remisi untuk menurunkan
jumlah leukosit.
b. Pengelolaan sindrom lisis tumor: dengan hidrasi yang cukup,
pemberian alopurinol dan alkalinisasi urine.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATN
1. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas
biasanya
Tanda : Kelelahan otot; peningkatan kebutuhan tidur; somnolen
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda :Takikardi; Murmur Jantung; Kulit membran mukosa
pucat; Defisit saraf cranial, dan atau tanda perdarahan
serebral
3. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, nyeri; Darah merah terang
pada tisu, feses hitam; Darah pada urin, penurunan
haluaran urin
4. Intgritas Ego
Gejala : Perasaan tak berdaya atau tak ada harapan
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang; perubahan alam perasaan kacau.
5. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, anoreksia, muntah; Perubahan
rasa atau penyimpangan rasa; Penurunan berat badan,
faringitis, disfagia
Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus;
splenomegali, hepatomegali, ikterik; stomatitis, ulkus
mulut; hipertrofi gusi (infiltrasi gudi mengindikasikan
leukemia monositik akut)
6. Neurosensori
Gejala : Kurang/ penurunan koordinasi; Perubahan alam
perasaan, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi; pusing,
kebas, kesemutan, parestesia
Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri
tekan sternal, karam otott.
Tanda : Perilaku berhatihati, distraksi, gelisah, fokus pada diri
sendiri.
8. pernapasan
Gejala : Napas pendek dengan kerja minimal
Tanda : Dispnea, takipnea; batuk, Gamericik, ronkhi, penurunan
bunyi napas.
9. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi saat ini atau dahulu, jatuh; gangguan
penglihatan/kerusakan; perdarahan spontan tak terkontrol
dengan trauma minimal
Tanda : Demam, infeksi; Kemerahan, purpura, perdarahan
retinal, perdsrshsn gusi, atau epistaksis; Pembesaran nodus
limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi
jaringan); Papiledem dan eksoftalmus; Infiltrat leukemik
pada dermis.
10. Seksualitas
Gejala :Perubahan libido; Perubahan aliran menstruasi,
menoragia; Impoten.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat terpajan pada kimiawi, mis., benzene,
fenilbutazon, dan kloramfenikol; kadar ionisasi radiasi
berlebihan; pengobatan; pengobatan kemoterapi
sebelumnya, khususnya agen pengkelat; Gangguan
kromosom contoh sindrom down atau anemia Franconi
aplastic
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(NANDA International, 2015)
1. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplay
darah ke perifer (Anemia)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
proliferative gastrointerstinal dan efek toksik obat kemoterapi
3. Resiko perdarahan b.d penurunan jumlah trombosit
4. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
5. Nyeri akut b.d infiltrasi leukosit jaringan sistemik
6. Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur
tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang)
7. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
8. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang
mungkin muncul dan perubahan gaya hidup
C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Intervensi keperawatan
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013;Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013)
Tingkat 3 dan 4
Perawatan di rumahuntukpasien
:
Kaji lingkungan rumah
terhadap kendala dalam
mobilitas (mis. Anak tangga,
lantai tidak rata, dll.)
Rujuk untuk dapatkan layanan
kesehatan di rumah
Rujuk ke layanan fisioterapi
untuk memperoleh latihan
kekuatan, keseimbangan dan
cara berjalan.
Rujuk ke layanan okupasi
untuk alat bantu
Anjurkan untuk berlatih
bersama anggota keluarga atau
teman
Untuk Lansia:
Pantaukomplikasiimobilitas
(mis. Ulkus, pneumonia) yang
terjadipada individu lansia
Evaluasiadanyadepresi dan
gangguankognisi
Pantauhipotensiortostatik ;
saatmembantuklienbangun dari
tempattidur.
7 Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian NOC : NIC :
atau kecacatan, perubahan peran dalam
lingkungan social atau ketidakmampuan 1. Anxiety control Anxiety Reduction
2. Coping (penurunan kecemasan)
yang permanen.
3. Impulse control 1. Gunakan pendekatan yang
Definisi : Kriteria Hasil : menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas
Perasaan gelisah yang tak jelas dari 1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
ketidaknyamanan atau ketakutan yang mengidentifikasi pasien
disertai respon autonom (sumner tidak dan 3. Jelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan apa yang dirasakan selama
spesifik atau tidak diketahui oleh
gejala cemas prosedur
individu); perasaan keprihatinan
2. Mengidentifikasi, 4. Pahamiprespektifpasienterhda
disebabkan dari antisipasi terhadap mengungkapkan psituasistres
bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan dan menunjukkan 5. Temani pasien untuk
adanya ancaman yang akan datang dan tehnik untuk memberikan keamanan dan
memungkinkan individu untuk mengontol cemas mengurangi takut
mengambil langkah untuk menyetujui 3. Vital sign dalam 6. Berikan informasi faktual
terhadap tindakan batas normal mengenai diagnosis, tindakan
4. Postur tubuh, prognosis
Ditandai dengan ekspresi wajah, 7. Dorong keluarga untuk
bahasa tubuh dan menemani anak
1. Gelisah tingkat aktivitas
2. Insomnia 8. Lakukan back / neck rub
menunjukkan 9. Dengarkan dengan penuh
3. Resah berkurangnya
4. Ketakutan perhatian
kecemasan 10. Identifikasi tingkat
5. Sedih
6. Fokus pada diri kecemasan
7. Kekhawatiran 11. Bantu pasien mengenal
8. Cemas situasi yang menimbulkan
kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
14. Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
8 Kurang pengetahuan b/d keterbatasan NOC : NIC :
pengetahuan penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang diberikan, 1. Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
process
komplikasi yang mungkin muncul dan 1. Berikan penilaian tentang
2. Kowledge : health
perubahan gaya hidup tingkat pengetahuan pasien
Behavior
Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
Definisi :
yang spesifik
Tidak adanya atau kurangnya informasi 1.Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
kognitif sehubungan dengan topic menyatakan penyakit dan bagaimana hal
pemahaman tentang ini berhubungan dengan
spesifik.
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
Batasan karakteristik : memverbalisasikan prognosis dan dengan cara yang tepat.
adanya masalah, ketidakakuratan program pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala
mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai. 2.Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang
Faktor yang berhubungan : keterbatasan prosedur yang tepat
kognitif, interpretasi terhadap informasi dijelaskan secara 4. Gambarkan proses penyakit,
yang salah, kurangnya keinginan untuk benar dengan cara yang tepat
mencari informasi, tidak mengetahui 3.Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan
mampu menjelaskan penyebab, dengna cara yang
sumber-sumber informasi.
kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada
kesehatan lainnya. pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberiperawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
Daftar Pustaka
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Clasification. (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Eds.) Oxford:
Elsevier.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2014). Kapita Selekta kedokteran (4 ed., Vol.
2). (C. Tanto, F. Liwang, S. Hanifati, & E. A. Pradipta, Eds.) Jakarta: Media
Aesculapius.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification. (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Eds.) Oxford: Elsevier.
Smeltzer, S. C. (2014). Keperawatan medikal bedah (Handbook for Brunner & Suddarth's
Text book of medical surgical nursing) (12 ed.). (E. A. Mardela , Ed., D. Yulianti, &
A. Kimin, Trans.) Jakarta: EGC.
BAB III WOC
Faktor prncetus: Genetik; Radias; obat-obatan; kelainan Sel Neoplasma berproliferasi di dalam
kromosom; Infeksi virus; paparan bahan kimia sumsum tulang