Anda di halaman 1dari 21

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Leukemi adalah keganasan Hematologi akibat neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkat
sel induk hemopoitik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok
(cloni) sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.(Bakta, 2015)
Leukimia dapat bersifat akut maupun kronis. French American
British Group (FAB) mengklasifikasikan leukemia akut menjadi dua
bagian yaitu: Akut Lymphoblastic Leukemia (ALL) dan akut mielositik
Leukemia (LMA)atau Acut nonlymphoblastic Leukemia (ANLL)
Leukemia Mielositik Akut (LMA) merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel
progenitor dari sel mieloid: monosit, granulosit(mis.. netrofil, basofil,
eosinofil), eritrosit dan trombosit(Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2014; Smeltzer, 2014)

B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, etiologi LMA tidak diketahui. Namun
beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya LMA diantaranya yaitu
benzena, riwayat radiasi ionik, riwayat kemoterapi sitotoksik, merokok,
riwayat penyakit darah sebelumnya seperti sindrom mielodisplasia
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014)

C. KLASIFIKASI LEUKEMIA
1. klasifikasi morfologik yang umun dipakai ialah klasifikasi dari FAB:
a. M0: Akut myeloid leukemia without differentiation
b. M1: Akut myeloid leukemia without matturation
c. M2: Akut myeloid leukemia withmatturation
d. M3: Akut promyelocytic leukemia
e. M4: Akut myelomonocytic leukemia
f. M5:Akut monocytic leukemia
i. Sub Tipe M5a : tanpa maturasi
ii. Sub Tipe M5b : dengan maturasi
g. M6 : Erytholeukemia
h. M7 : Megakaryicytic leukemia
2. Klasifikasi histologik AML menurut WHO:
a. Acute Myeloid Leukemia with recurent Genetic Abnormalities
i. AML with t (18;21), (q22;q22), (AML1/ETO)
ii. AML with abnormal bone marrow eosinophils inv(16);
(p13;q22);(CBF/MYH1)
iii. Akut promyelocytic leukemia (AML with t (15;17);
(q22;q12); (PML/ RAR) and varians
iv. AML with 11q23 (MLL) abnormalitas
b. Acute Myeloid Leukemia with multilineage dysplasia
i. Following myelodysplastic syndrome or myelodysplastic
syndrome/ myeloproliferative disorder
ii. without anticedent myelodysplastic syndrome
c. Acute Myeloid Leukemia and myelodisplastic syndrome therapy
realted:
i. Alkylating agent-realted
ii. Topoisomerase tipe II inhibitor related (some may be
lymphoid)
iii. others type
d. Acute Myeloid Leukemia not otherwise categorised (kategori FAB)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sindrom keganasan sumsum tulang meliputi: rasa lelah ( kerena
anemia), perdarahan (karena trombositopenia), dan infeksi (karena
leukopenia). perdarahan biasanya ditemukan sebagai petekie atau
perpura pada ekstermitas bawah, epistaksis, perdarahan gusi dan
retina.
2. Infeksi sering terjasdi di tenggorokan, paru-paru, kulit dan daerah
perirekatal.
3. Leukositosis hanya terjadi pada sekitar 50% kasus LMA. Gumpalan
leukosit yang menyumbat aliran pembuluh darah dapat terjadi pada
pasien dengan leukosit yang menyumbat aliran pembuluh darah dapat
terjadi pada pasien dengan leukosit lebih dari 100.000/mm3
4. Gangguan kesadaran, sesak napas dan nyeri dada priapismus
5. gangguan metabolisme seperti hiperurisemia dan hipoglikemia..
6. Infiltrasi sel blastke kulit akan menimbulkan leukemia kutis berupa
benjolan tidak berpigmen tanpa rsa sakit, ke jaringan lunak akan
menyebabkan nodul di bawah kulit (kloroma). ke tulang akan
menyebabkan nyeri tulang dan ke gusi akan menyebabkan
pembengkakan gusi.
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014)

E. KOMPLIKASI
1. Sindrom lisis tumor: sindrom yang ditandai dengan kombinasi dengan
kombinasi antara hiperurisemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia,
asidosis laktat, dan hipokalsemia akibat kerusakan sejumlah besar sel
neoplasma yang sedang berproliferasi secara cepat
2. Infeksi, sepsis.
3. Leukostasis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan morfologi sel dan pewarnaan sitokemia,
mengklasifikasikan LMA menjadi 8 subtipe
2. Pewarnaan sitokimia: Sudan blac B (SBB) dan mieloperosidase (MPO)
memberikan hasil positif pada LMA tipe M1,M2,M3,M4, dan M6.
3. Pada pemerikassan mikroskopis didapatkan adanya Auer rods (kristal
granul yang bersatu)
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dapat berupa kemoterapi dosis tinggi dengan
dukungan cangkok sumsum tulang serta terapi suportif, seperti pemberian
antibiotik dan transfusi komponen darah bila diperlukan.
Regimen kemoterapi untuk AML:
1. Induksi remisi:
a. Three plis seven regimen: Daunorobicin: 60mg/M2/hari,iv hari 1-
3 Ara-C: 200mg/m2/hari,iv. continu selama 7 hari.
b. Ada juga yang memakai regimen DAT (daunorubicin, ARA-C dan
6 Thioguanin= 6TG)
c. Sekarang dipakai juga mitosantrone atau etoposide pada kasus
dengan cadangan jantung yang compromised
d. Pilihan lain adalah high dose AraC =HIDAC. Ara-C diberikan
1-3 gr/m2setiap 12-24 jam sampai dengan 12 dosis. HIDAC dapat
juga diberikan setelah regimen 7:3, yaitu 8hari sampai10 hari,
disebut sebagai regimen 3+7+3
e. Untuk induksi remisi untuk kasus AML-M3 (leukemia
promielositik akut) daunorubisin digabungkan dengan ATRA (all-
transretinoid acid). Untuk kasusu yang relap diberikan arsenic
trioxide
2. Terapi posttremisi terdiri atas:
a. Konsolidasi/intensifikasi: 2-6 siklus Ara-C, dan 6 TG, dengan atau
tanpa DNR. dapat juga diberikan Ara-C dosis tinggi ataupun
amsacrine
b. Terapi Pemeliharaan: umumnya dengan terapi peroral jangka
panjang meskipun manfaatnya masih diperdebatkan sehingga
sebagian besar terapi pemeliharaan tidak diberikan pada AML.
c. Immunoterapi: dapat diberikan misalnya dengan BCG, meskipun
manfaatnya masih belum terbukti.
3. Transplantasi sumsum tulang (bone marrow tranplantation) terdiri
atas:
a. Merupakan terapi postremisi yang memberi harapan penyembuhan.
b. Efek samping dapat berupa pneumonia interstitial (cytomegalo
virus) graft versus host disease, dan graft rejection
c. Hasil baik jika mur penderita < 40 tahun
d. Sekarang lebih sering diberikan dalam bentuk transplantasi sel
induk dari darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Terapi suportif:
1. Terapi untuk mengatasi anemia: transfusi PRC untuk mempertahankan
hemoglobin sekitar 9-10 gr/dl. Untuk calon transplantasi sumsum
tulang, transfusi darah sebaiknya dihindari.
2. Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia aplstik
terdiri atas:
a. Antibiotika adekuat
b. Transfusi konsentrat granulosit
c. Perawatan khusus (isolasi)
d. Hemopoietic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
3. Terapi untuk mengatasi perdarahan:
a. Transfusi konsentrat trombosit untuk mempertahankan trombosit
minimal 10x106/ml, iealnya diatas 20x06/ml.
b. Pada M3, diberikan heparin untuk mengatasi DIC
4. Terapi untuk mengatasi hal-hal lain:
a. Pengelolaan Leukostasis: dilakukan dengan hidrasi intravenous dan
leukapheresis. segera lakukan induksi remisi untuk menurunkan
jumlah leukosit.
b. Pengelolaan sindrom lisis tumor: dengan hidrasi yang cukup,
pemberian alopurinol dan alkalinisasi urine.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATN
1. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas
biasanya
Tanda : Kelelahan otot; peningkatan kebutuhan tidur; somnolen
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda :Takikardi; Murmur Jantung; Kulit membran mukosa
pucat; Defisit saraf cranial, dan atau tanda perdarahan
serebral
3. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, nyeri; Darah merah terang
pada tisu, feses hitam; Darah pada urin, penurunan
haluaran urin
4. Intgritas Ego
Gejala : Perasaan tak berdaya atau tak ada harapan
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang; perubahan alam perasaan kacau.

5. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, anoreksia, muntah; Perubahan
rasa atau penyimpangan rasa; Penurunan berat badan,
faringitis, disfagia
Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus;
splenomegali, hepatomegali, ikterik; stomatitis, ulkus
mulut; hipertrofi gusi (infiltrasi gudi mengindikasikan
leukemia monositik akut)
6. Neurosensori
Gejala : Kurang/ penurunan koordinasi; Perubahan alam
perasaan, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi; pusing,
kebas, kesemutan, parestesia
Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri
tekan sternal, karam otott.
Tanda : Perilaku berhatihati, distraksi, gelisah, fokus pada diri
sendiri.
8. pernapasan
Gejala : Napas pendek dengan kerja minimal
Tanda : Dispnea, takipnea; batuk, Gamericik, ronkhi, penurunan
bunyi napas.
9. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi saat ini atau dahulu, jatuh; gangguan
penglihatan/kerusakan; perdarahan spontan tak terkontrol
dengan trauma minimal
Tanda : Demam, infeksi; Kemerahan, purpura, perdarahan
retinal, perdsrshsn gusi, atau epistaksis; Pembesaran nodus
limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi
jaringan); Papiledem dan eksoftalmus; Infiltrat leukemik
pada dermis.
10. Seksualitas
Gejala :Perubahan libido; Perubahan aliran menstruasi,
menoragia; Impoten.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat terpajan pada kimiawi, mis., benzene,
fenilbutazon, dan kloramfenikol; kadar ionisasi radiasi
berlebihan; pengobatan; pengobatan kemoterapi
sebelumnya, khususnya agen pengkelat; Gangguan
kromosom contoh sindrom down atau anemia Franconi
aplastic
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(NANDA International, 2015)
1. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplay
darah ke perifer (Anemia)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
proliferative gastrointerstinal dan efek toksik obat kemoterapi
3. Resiko perdarahan b.d penurunan jumlah trombosit
4. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
5. Nyeri akut b.d infiltrasi leukosit jaringan sistemik
6. Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur
tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang)
7. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
8. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang
mungkin muncul dan perubahan gaya hidup

C. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Intervensi keperawatan
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013;Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

1 Perfusi jaringan tidak efektif b/d NOC : NIC :


menurunnya suplai darah ke perifer
(anemia) v Circulation status Peripheral Sensation
Management (Manajemen
v Tissue Prefusion : sensasi perifer)
cerebral
Batasan karakteristik : 1. Monitor adanya daerah
Kriteria Hasil : tertentu yang hanya peka
Renal terhadap
a. mendemonstrasikan
panas/dingin/tajam/tumpul
1. Perubahan tekanan darah di luar batas status sirkulasi yang
2. Monitor adanya paretese
parameter ditandai dengan :
2. Hematuria 1. Tekanan systole 3. Instruksikan keluarga untuk
3. Oliguri/anuria dandiastole mengobservasi kulit jika ada
4. Elevasi/penurunan BUN/rasio kreatinin dalam rentang lsi atau laserasi
Gastro Intestinal yang diharapkan 4. Gunakan sarun tangan untuk
2. Tidak ada proteksi
1.Secara usus hipoaktif atau tidak ada ortostatikhiperte 5. Batasi gerakan pada kepala,
2.Nausea nsi leher dan punggung
3.Distensi abdomen 3. Tidak ada tanda 6. Monitor kemampuan BAB
4.Nyeri abdomen atau tidak terasa lunak tanda 7. Kolaborasi pemberian
(tenderness) peningkatan analgetik
Peripheral tekanan 8. Monitor adanya tromboplebitis
intrakranial 9. Diskusikan menganai
1. Edema
(tidak lebih dari penyebab perubahan sensasi
2. Tanda Homan positif
15 mmHg)
3. Perubahan karakteristik kulit (rambut,
b. Mendemonstrasikan
kuku, air/kelembaban)
kemampuan
4. Denyut nadi lemah atau tidak ada
kognitif yang
5. Diskolorisasi kulit
ditandai dengan:
6. Perubahan suhu kulit
1. berkomunikasi
7. Perubahan sensasi
dengan jelas
8. Kebiru-biruan
dan sesuai
9. Perubahan tekanan darah di
dengan
ekstremitas
kemampuan
10. Bruit
2. menunjukkan
11. Terlambat sembuh
perhatian,
12. Pulsasi arterial berkurang
konsentrasi dan
13. Warna kulit pucat pada elevasi,
orientasi
warna tidak kembali pada penurunan
3. memproses
kaki
informasi
Cerebral
4. membuat
1. Abnormalitas bicara keputusan
2. Kelemahan ekstremitas atau paralis dengan benar
3. Perubahan status mental c. Menunjukkan fungsi
4. Perubahan pada respon motorik sensori motori
5. Perubahan reaksi pupil cranial yang utuh :
6. Kesulitan untuk menelan tingkat kesadaran
7. Perubahan kebiasaan mambaik, tidak ada
Kardiopulmonar gerakan gerakan
involunter
1. Perubahan frekuensi respirasi di luar
batas parameter
2. Penggunaan otot pernafasan tambahan
3. Balikkan kapiler > 3 detik (Capillary
refill)
4. Abnormal gas darah arteri
5. Perasaan Impending Doom (Takdir
terancam)
6. Bronkospasme
7. Dyspnea
8. Aritmia
9. Hidung kemerahan
10. Retraksi dada
11. Nyeri dada
Faktor-faktor yang berhubungan :
1. Hipovolemia
2. Hipervolemia
3. Aliran arteri terputus
4. Exchange problems
5. Aliran vena terputus
6. Hipoventilasi
7. Reduksi mekanik pada vena dan atau
aliran darah arteri
8. Kerusakan transport oksigen melalui
alveolar dan atau membran kapiler
9. Tidak sebanding antara ventilasi
dengan aliran darah
10. Keracunan enzim
11. Perubahan afinitas/ikatan O2 dengan
Hb
12. Penurunan konsentrasi Hb dalam
darah
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh 1. Kaji adanya alergi makanan
Kriteria hasil 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Batasan karakteristik untuk menentukan jumlah
1. Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
1. Kram abdomen berat badan sesuai dibutuhkan pasien
2. Nyeri abdomen dengan tujuan 3. Yakinkan diet yang dimakan
3. Menghindari makanan 2. Berat badan ideal mengandung tinggi serat untuk
4. BB 20% atau lebih dibawah berate sesuai dengan mencegah konstipasi
badan ideal tinggi badan 4. Ajarkan pasien bagaimana
5. Bising usus hiperaktif 3. Mampu membuat catatan makanan
6. Membrane mukosa pucat mengidentifikasi harian.
kebutuhan nutrisi 5. Monitor adanya penurunan BB
Kelemahan ototuntuk menelan 4. Tidak ada tanda- dan gula darah
tanda malnutrisi 6. Monitor lingkungan selama
makan
7. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

3 Resiko perdarahan NOC


Faktor resiko Kriteria hasil: NIC
1. Tidak terjadi 1. Memonitor pasien secara ketat
1. Aneurisma kehilangan darah
yang terlihat untuk perdarahan
2. Sirkumsisi
2. Tekanan darah 2. Catatan tingkat hemoglobin
3. Kurang pengetahuan dalam batas normal
3. Tidak ada distensi / hematokrit sebelum dan
4. Koagulopati intravascular
abdomen sesudah kehilangan
5. Riwayat jatuh 4. HB, plasma dan
hematocrit dalam darah, seperti yang ditunjukkan
6. Gangguan gastrointestinal (contoh:
batas normal
3. Memantau tanda-tanda dan
penyakit gastric ulcer, polip, varises)
gejala perdarahan yang
7. Gangguan fungsi hati (contoh: sirosis
persisten (misalnya
dan depatitis)
memeriksa semua sekresi atau
8. Koagulopati yang melekat (contoh:
darah okultisme)
trombositopenia)
4. Memonitor nilai lab
9. Komplikasi postpartum (contoh:
koagulasi, termasuk waktu
atoni postpartum, plasenta yang
prothombin (PT), waktu
tertahan)
tromboplastin parsial (PTT),
10. Komplikasi kehamilan (contoh:
fibrinogen, degradasi / split
plasenta previa, kehamilan,
fibrin produk, dan jumlah
kehamilan molar, robeknya plasenta)
trombosit, jika diperlukan
11. Trauma
5. Memantau tanda-tanda vital
12. Efek samping pengobatan
ortostatik, termasuk tekanan
(pembedahan, pengobatan,
darah
pemberian platelet karena
6. Kolaborasi dalam
kekurangan produksi darah,
pemberian produk darah
kemoterapi)
(platelet atau fresh selama
perdarahan aktif
7. Melindungi pasien dari
trauma, yang
dapat menyebabkan
perdarahan
8. Menginstruksikan pasien
untuk meningkatkan
asupan makanan yang kaya
vitamin K
9. Menghindari
mengambil suhu rectal
10. Hindari pemberian aspirin
atau antikoagulan lainnya
Pertahankan patensi IV line

4 Resiko infeksi NOC NIC


1. Batasi pengunjung bila perlu
Faktor resiko Tidak terjadi infeksi 2. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
1. Prosedur Invasif kriteria hasil:
keperawatan
2. Kerusakan jaringan dan peningkatan 3. Gunakan baju, sarung tangan
paparan lingkungan 1. Klien bebas dari
tanda dan gejala sebagai alat pelindung
3. Malnutrisi 4. Ganti letak IV perifer dan
4. Peningkatan paparan lingkungan infeksi
2. Menunjukkan dressing sesuai dengan
patogen petunjuk umum
5. Penekanan sistem imun kemampuan untuk
mencegah 5. Gunakan kateter intermiten
6. Ketidakadekuatan imunitas dapatan untuk menurunkan infeksi
7. Pengetahuan yang kurang untuk timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit kandung kencing
menghindari pajanan patogen 6. Berikan terapi antibiotik
8. Pecah ketuban dalam batas normal
4. Menunjukkan 7. Monitor tanda dan gejala
9. Trauma infeksi sistemik dan lokal
10. Tidak adekuat pertahanan sekunder perilaku hidup
sehat 8. Inspeksi kulit dan membran
(penurunan Hb, Leukopenia, mukosa terhadap kemerahan,
penekanan respon inflamasi) panas, drainase
11. Penyakit kronik 9. Monitor adanya luka
12. Agens farmasi (misalnya obat 10. Dorong masukan cairan
Imunosupresi) 11. Kaji suhu badan pada pasien
13. Pertahan primer tidak adekuat neutropenia setiap 4 jam
(kerusakan kulit, trauma jaringan,
gangguan peristaltik).

5 Nyeri Akut NOC NIC


Faktor yang berhubungan : Pain Level,
Pain Management
Agen cedera (biologi, kimia, fisik, Pain control,
psikologis),kerusakan jaringan Comfort level 1. Lakukan pengkajian nyeri
Batasan karakteristik
Kriteria Hasil : secara komprehensif termasuk
1. Posisi untuk menahan nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol
2. Tingkah laku berhati-hati frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu
3. Gangguan tidur (mata sayu, tampak presipitasi
penyebab nyeri,
capek, sulit atau gerakan kacau, 2. Observasi reaksi nonverbal
mampu
menyeringai) dari ketidaknyamanan
menggunakan
4. Terfokus pada diri sendiri 3. Gunakan teknik komunikasi
tehnik
5. Fokus menyempit (penurunan terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi
persepsi waktu, kerusakan proses pengalaman nyeri pasien
berpikir, penurunan interaksi dengan untuk mengurangi 4. Kaji kultur yang
orang dan lingkungan) nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
6. Tingkah laku distraksi, contoh : bantuan) 5. Evaluasi pengalaman nyeri
jalan-jalan, menemui orang lain 2. Melaporkan bahwa masa lampau
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang- nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama pasien dan
ulang) dengan tim kesehatan lain tentang
7. Respon autonom (seperti diaphoresis, menggunakan ketidakefektifan kontrol nyeri
perubahan tekanan darah, perubahan manajemen nyeri masa lampau
nafas, nadi dan dilatasi pupil) 3. Mampu mengenali 7. Bantu pasien dan keluarga
8. Perubahan autonomic dalam tonus nyeri (skala, untuk mencari dan
otot (mungkin dalam rentang dari intensitas, frekuensi menemukan dukungan
lemah ke kaku) dan tanda nyeri) 8. Kontrol lingkungan yang dapat
9. Tingkah laku ekspresif (contoh : 4. Menyatakan rasa mempengaruhi nyeri seperti
gelisah, merintih, menangis, nyaman setelah suhu ruangan, pencahayaan
waspada, iritabel, nafas nyeri berkurang dan kebisingan
panjang/berkeluh kesah) 5. Tanda vital dalam 9. Kurangi faktor presipitasi
10. Perubahan dalam nafsu makan dan rentang normal. nyeri
minum 10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri dan tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
16. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration

12. Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
13. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
14. Cek riwayat alergi
15. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
16. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
17. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optima
18. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
19. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
20. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
21. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)

6 Hambatan Mobilitas Fisik Setelah diberikan AktivitasKeperawatan :


intervensi keperawatan Tingkat 1
Batasan Karakteristik : selama
klien akan Kaji kebutuhan pelayanan
Penurunan waktu reaksi kesehatan di rumah dan
Kesulitan membolak-balikkan badan menunjukan mobilitas,
kebutuhan terhadap peralatan
Dispnea saat beraktivitas dibuktikan dengan
dan pengobatan yang tahan
Perubahan cara berjalan indikator (sebutkan lama
Pergerakkan menyentak nilainya 1-5 dengan 1 Ajarkan pasien tentang
Keterbatasab kemapuan untuk ekstrem, 2 berat, 3 penggunaan alat bantu
melakukan aktivitas motorik halus sedang, 4 ringan, 5 tidak mobilitas
Keterbatasan dalam melakukan mengalami gangguan) : Ajarkan dan bantu pasien
aktivitas motorik kasar dalam proses berpindah
Keterbatasan rentang pergerakan Keseimbangan Rujuk ke ahli terapi fisik untuk
sendi Koordinasi program latihan
Tremor Performa posisi Berikan pengutan positif
Melambatnya pergerakkan tubuh selama beraktivitas
Gerakan tidak teratur dan tidak Pergerakan sendi Bantu pasien dalam
terkoordinasi dan otot penggunaan alas kaki antislip
Lain-lain............................ Berjalan yang mendukung untuk
........................ Bergerak dengan berjalan
mudah Ajarkan pasien bagaimana
menggunakan postur dan
Faktoryang Berhubungan: mekanika tubuh yang benar
Setelah diberikan
selam beraktivitas
Perubahan metabolisme sel intervensi keperawatan
Pantau ketepatan pemasangan
IMT diatas persentil ke-75 sesuai selama traksi
usia klien akan:
Gangguan kognitif
Kepercayaan budaya terkait aktivitas Memprlihatkan Tingkat 2
sesuai dengan usia penggunaan alat
Penurunan kekuatan, kendali dan bantu secara benar Kaji kebutuhan belajar pasien
massa otot
dalam pengawasan Kaji kebutuhan terhadap
Meminta bantuan bantuan pelayanan kesehatan
Perasaan depresi dan ansietas
untuk aktifitas dari lembaga kesehatan di
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan mobilisasi, jika rumah dan alat kesehatan
Intoleran aktivitas diperlukan. yang tahan lama
Kaku sendi atau kontraktur Melakukan aktivitas Ajarkan dan dukung pasien
Defisiensi pengetahuan tentang nilai sehari-hari secara dalam ROM aktif atau pasif
aktivitas fisik mandiri dengan alat Instruksikan dan dukung
Kurang dukungan lingkungan fisik bantu pasien untuk menggunakan
dan sosial Berjalan dengan trapeze untuk meningkatkan
Keterbatasan ketahann menggunakan dan mempertahankan
kardiovaskuler langkah-langkah kekuatan extremitas atas
Medikasi yang benar Ajarkan teknik ambulansi
Hilangnya integritas stuktur tulang sejauh.......... Instruksikan pasien untuk
(sebutkan jarak). menyangga berat badannya
Gangguan muskuluskeletal
Berpindah dari dan Instruksikan pasien untuk
Ganguuan neuromuskular
ke kursi atau ke memerhatikan kesejaran tubuh
Nyeri
kursi roda yang benar
Program pembatasan pergerakan
Menggunakan kursi Gunakan ahli terapi fisik dan
Gaya hidupyang kurang gerak atau
roda secara efektif okupasi
disuse atau melemah.
Berikan penguatan positif
Keengganan untuk memulai
selama aktivitas
pergerakan
Awasi seluruh mobilitas
Malnutrisi
Gangguan persepsi sensori pasien, jika diperlukan.
Gunakan sabuk penyokong
dalam memberikan bantuan
ambulansi

Tingkat 3 dan 4

Tentukan tingkat motivasi


pasien untuk mempertahankan
atau mengembalikan mobilitas
sendi dan otot
Gunakan ahli terapi fisik dan
okupasi
Dukung pasien dan keluarga
untuk memandang
keterbatasan dengan realistis
Berikan penguatan positif
selama aktivitas
Berikan analgetik sebelum
dan sesudah memulai aktivitas
Susun rencana yang spesifik,
seperti ; tipe alat bantu, posisi
pasien ditempat tidur atau
kursi, cara memindahkan
pasien dan mengubah posisi
pasien, jumlah personel untuk
ambulansi pasien, peralatan
eliminasi yang diperlukan
seperti pispot, urinal, jadwal
aktivitas)
Pengaturan posisi (NIC):
Pantau pemasangan alat
traksi yang benar
Letakan matras atau
tempat tidur terapeutik
dengan benar
Atur posisi pasien dengan
kesejajaran tubuh yang
benar
Letakan pada posisi
terapeutik (misalnya
hindari penempatan
puntung amputasi pada
posisi fkelsi, tinggikan
bagian tubuh yang terkena,
jika diperlukan imobilisasi
atau sangga bagian tubuh
yang terkena)
Ubah posisi pasien yang
imobilisasi minimal setiap
2 jam berdasarkan jadwal
spesifik
Letakan tombol pengubah
posisi tempat tidur dan
lampu pemanggil dalam
jangkauan pasien
Dukung latihan ROM aktif
atau pasif jika diperlukan.

Perawatan di rumahuntukpasien
:
Kaji lingkungan rumah
terhadap kendala dalam
mobilitas (mis. Anak tangga,
lantai tidak rata, dll.)
Rujuk untuk dapatkan layanan
kesehatan di rumah
Rujuk ke layanan fisioterapi
untuk memperoleh latihan
kekuatan, keseimbangan dan
cara berjalan.
Rujuk ke layanan okupasi
untuk alat bantu
Anjurkan untuk berlatih
bersama anggota keluarga atau
teman

Untuk Lansia:

Pantaukomplikasiimobilitas
(mis. Ulkus, pneumonia) yang
terjadipada individu lansia
Evaluasiadanyadepresi dan
gangguankognisi
Pantauhipotensiortostatik ;
saatmembantuklienbangun dari
tempattidur.
7 Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian NOC : NIC :
atau kecacatan, perubahan peran dalam
lingkungan social atau ketidakmampuan 1. Anxiety control Anxiety Reduction
2. Coping (penurunan kecemasan)
yang permanen.
3. Impulse control 1. Gunakan pendekatan yang
Definisi : Kriteria Hasil : menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas
Perasaan gelisah yang tak jelas dari 1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
ketidaknyamanan atau ketakutan yang mengidentifikasi pasien
disertai respon autonom (sumner tidak dan 3. Jelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan apa yang dirasakan selama
spesifik atau tidak diketahui oleh
gejala cemas prosedur
individu); perasaan keprihatinan
2. Mengidentifikasi, 4. Pahamiprespektifpasienterhda
disebabkan dari antisipasi terhadap mengungkapkan psituasistres
bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan dan menunjukkan 5. Temani pasien untuk
adanya ancaman yang akan datang dan tehnik untuk memberikan keamanan dan
memungkinkan individu untuk mengontol cemas mengurangi takut
mengambil langkah untuk menyetujui 3. Vital sign dalam 6. Berikan informasi faktual
terhadap tindakan batas normal mengenai diagnosis, tindakan
4. Postur tubuh, prognosis
Ditandai dengan ekspresi wajah, 7. Dorong keluarga untuk
bahasa tubuh dan menemani anak
1. Gelisah tingkat aktivitas
2. Insomnia 8. Lakukan back / neck rub
menunjukkan 9. Dengarkan dengan penuh
3. Resah berkurangnya
4. Ketakutan perhatian
kecemasan 10. Identifikasi tingkat
5. Sedih
6. Fokus pada diri kecemasan
7. Kekhawatiran 11. Bantu pasien mengenal
8. Cemas situasi yang menimbulkan
kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
14. Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
8 Kurang pengetahuan b/d keterbatasan NOC : NIC :
pengetahuan penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang diberikan, 1. Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
process
komplikasi yang mungkin muncul dan 1. Berikan penilaian tentang
2. Kowledge : health
perubahan gaya hidup tingkat pengetahuan pasien
Behavior
Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
Definisi :
yang spesifik
Tidak adanya atau kurangnya informasi 1.Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
kognitif sehubungan dengan topic menyatakan penyakit dan bagaimana hal
pemahaman tentang ini berhubungan dengan
spesifik.
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
Batasan karakteristik : memverbalisasikan prognosis dan dengan cara yang tepat.
adanya masalah, ketidakakuratan program pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala
mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai. 2.Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang
Faktor yang berhubungan : keterbatasan prosedur yang tepat
kognitif, interpretasi terhadap informasi dijelaskan secara 4. Gambarkan proses penyakit,
yang salah, kurangnya keinginan untuk benar dengan cara yang tepat
mencari informasi, tidak mengetahui 3.Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan
mampu menjelaskan penyebab, dengna cara yang
sumber-sumber informasi.
kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada
kesehatan lainnya. pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberiperawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
Daftar Pustaka

Bakta, I. M. (2015). Hematologi klinik ringkas. Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Clasification. (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Eds.) Oxford:
Elsevier.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2014). Kapita Selekta kedokteran (4 ed., Vol.
2). (C. Tanto, F. Liwang, S. Hanifati, & E. A. Pradipta, Eds.) Jakarta: Media
Aesculapius.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification. (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Eds.) Oxford: Elsevier.

NANDA International. (2015). Diagnosis keperawatan. JAkarta: EGC.

Smeltzer, S. C. (2014). Keperawatan medikal bedah (Handbook for Brunner & Suddarth's
Text book of medical surgical nursing) (12 ed.). (E. A. Mardela , Ed., D. Yulianti, &
A. Kimin, Trans.) Jakarta: EGC.
BAB III WOC

Faktor prncetus: Genetik; Radias; obat-obatan; kelainan Sel Neoplasma berproliferasi di dalam
kromosom; Infeksi virus; paparan bahan kimia sumsum tulang

Infiltrat sumsum tulang


Penyebaran ekstra medular Sel onkogen

Melalui sistem limfatik Pertumbuhan berlebih


Melalui sirkulasi darah

Pembesaran hati dan limpa Nodus limfe


Kebutuhan nutrisi meningkat
(hepatosplenomegali
Limfadenopati
Penekanan ruang abdomen Hipermetabolisme

Peningkatan tekanan intra abdomen


MK : Ketidakseimbangan
Sell normal digantikan oleh sel kanker Nutrisi < Keb. Tubuh
MK : Gangguan rasa nyaman
Nyeri
Depresi produksi sumsum
tulang
MK : Ketidakseimbangan perfusi
Suplai oksigen ke jaringan jaringan perifer
inadekuat

Penurunan eritrosit Anemia


MK : Risiko
Kecenderungan perdarahan
Penurunan trombosit Trombositopenia perdarahan

Penurunan fungsi daya tahan tubuh menurun MK : Risiko Infeksi


leukosit

Infiltrasi periosteal Kelemahan tulang

Stimulasi saraf C (nociceptor)


Tulang lunak dan lemah

Fraktur fisiologis MK : Gangguan rasa nyaman


nyeri

Mk : hambatan mobilitas Fisik

Anda mungkin juga menyukai