Anda di halaman 1dari 36

Nilai:

Tanda tangan:

LAPORAN KASUS

Tumor Mammae Dextra

Pembimbing:

dr. Agoes Tino, Sp.B, FICS, FINACS

Disusun Oleh:

Edy Sujono (11.2015.386)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA

PERIODE 28 Agustus s/d 4 November 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA JAKARTA

1
LEMBAR PENILAIAN

Nama Edy Sujono

NIM 112015386

Tanggal 6 Oktober 2017

Judul kasus Tumor Mammae Dextra

Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5

Pengumpulan data

Analisa masalah

Penguasaan teori

Referensi

Pengambilan keputusan
klinis

Cara penyajian

Bentuk laporan

Total

Nilai %= (Total/35)x100%

Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 =


baik (80%), dan 5 =sangat baik (100%)

Komentar penilai

Nama Penilai: dr. Agoes Tino, Sp.B, FICS, FINACS


Paraf/Stempel

2
BAB I

LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA

Hari / Tanggal Presentasi Kasus : Jumat, 6 Oktober 2017


RUMAH SAKIT : RSAU dr. Esnawan Antariksa
Nama : Edy Sujono
NIM : 11.2015.386 Tanda Tangan
Pembimbing : dr. Agoes Tino, Sp.B, FICS, FINACS
...........................

1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. R Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Tgl lahir/Umur :05-07-1981 (35 th) Pendidikan : SMA

Suku Bangsa : Betawi Alamat : Cipinang Asem


RT 008 RW 009, Jakarta Timur
Status perkawinan : Kawin
No RM : 153XXX

3
Tanggal masuk RS : 03 Oktober 2017, jam 12.30 WIB

1.2 ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 03 Oktober 2017 pukul 12.30 di
poli bedah umum.

Keluhan Utama

Benjolan di payudara sebelah kanan

Keluhan Tambahan

Tidak ada penurunan berat badan, demam, lemas, serta tidak ada nafsu makan berkurang.
BAB dan BAK pasien dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli bedah RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan terdapat
benjolan pada payudara sebelah kanan sejak 2 bulan SMRS. Benjolan dirasa bertambah besar
apabila sedang haid, benjolan Benjolan teraba di sisi kanan atas saja, terasa agak keras, dapat
digerakan dan tidak hilang timbul. Keluar cairan atau darah dari puting susu disangkal
disangkal oleh pasien. Puting susu tidak tertarik kedalam. Tidak ada perubahan warna kulit di
sekitar payudara pasien. Pada kulit payudara di atas benjolan tidak ada kemerahan, luka,
dan tidak terasa hangat namun ada bekas luka operasi. Pasien juga mengatakan jika
benjolan tersebut kadang timbul nyeri, namun nyeri tidak hebat.

Selain itu, pasien juga menyangkal adanya demam, penurunan berat badan, lemas,
dan nafsu makan berkurang. BAB dan BAK pasien dalam batas normal. Haid terakhir pasien
tanggal 28 September 2017, siklus haid teratur, 7 hari, dan tidak terdapat nyeri pada saat
haid. Pasien tidak sedang menyusui dan tidak menggunakan KB. Riwayat kebiasaan
sering mengkonsumsi makanan cepat saji disangkal. Pasien tidak merokok dan minum
alkohol.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pada bulan Oktober 2016, pasien pernah mengalami hal yang sama, dan memiliki
riwayat operasi tumor pada payudara kanan bawah. Pada hasil pemeriksaan biopsi didapatkan
hasilnya tumor jinak. Alergi obat dan makanan disangkal pasien. Tidak ada riwayat penyakit

4
hipertensi, diabetes Mellitus, keganasan, trauma, asma, tuberkulosis, alergi dan penyakit
jantung pada pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit serupa dengan pasien. Penyakit
lain disangkal pasien, seperti riwayat kanker, hipertensi, diabetes mellitus, tuberkulosis,
penyakit jantung dalam keluarga.

Riwayat Menstruasi

Haid terakhir pasien tanggal 28 September 2017. Siklus haid teratur dengan lama haid
7 hari dan ganti pembalut >5 x/hari setiap buang air kecil.

1.3 STATUS GENERALIS

Status Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Skala Nyeri :2

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 19 x/menit

Suhu : 36,4oC

Saturasi : 98 %

Tinggi Badan : 152 cm

Berat Badan : 65 kg

IMT : 28.13 (pre obese)

5
Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normosefali

Rambut : Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak alopesia

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3 mm,
reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

Telinga : Normotia, sekret (-/-), darah (-/-), pus (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)

Mulut : Sianosis (-), lidah tidak kotor, oral higiene baik

Tenggorokan : T0/T0 tenang, faring tidak hiperemis.

Leher :

- Tekanan Vena Jugularis (JVP) : tidak dilakukan


- Kelenjar tiroid : tidak membesar
- Kelenjar getah bening : tidak membesar
Thorax :

- Paru-paru depan belakang


Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, tidak
ada bagian dada yang tertinggal, tidak tampak retraksi sela iga.
Palpasi : Focal fremitus kanan kiri terasaa sama kuat, nyeri
tekan (-), benjolan (-), retraksi sela iga (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Cor
Inspeksi: ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V, linea midclavicularis sinistra
Perkusi
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra

6
Batas kiri : ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis sinistra
Batas bawah : ICS VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak membuncit, warna kulit sawo


matang, pelebaran pembuluh darah (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, defens muskular (-), nyeri tekan (-) dan nyeri
lepas (-) di sembilan kuadran, massa (-), undulasi (-),nyeri ketok CVA
dextra sinistra (-)
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen, ascites (-)
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan Normal (5555) Normal (5555)
Oedem Tidak ada Tidak ada

Tungkai & Kaki Kanan Kiri


Luka Tidak ada Tidak ada
Varises Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan Normal (5555) Normal (5555)
Edema Tidak ada Tidak ada

Refleks Kanan Kiri


Refleks tendon +2 +2

7
Biseps +2 +2
Triseps +2 +2
Patella +2 +2
Refleks kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks patologis Negatif Negatif
Genitalia Eksterna

1.4 Pemeriksaan STATUS LOKALIS

Mammae dextra dan sinistra:

Mammae dextra Mammae sinistra

Payudara

Inspeksi: Posisi pasien duduk dengan tangan jatuh bebas ke bawah, tolak pinggang, dan
mengangkat tangan ke atas
Mammae dextra dan sinistra tampak simetris
Tidak tampak benjolan pada mammae dextra dan sinistra
Letak puting susu sejajar kanan kiri, tidak ada retraksi puting susu
Tidak tampak kelainan kulit, seperti kulit jeruk (peau dorange) tidak ada ulserasi dan
tidak terdapat radang
Tidak adanya cairan atau pun darah yang keluar dari puting susu
Tampak scar dan jaringan keloid pada mammae dextra

8
Palpasi: Posisi pasien berbaring, tangan dilipat ke atas ditaruh dibawah kepala, dibawah
badan pasien diletakkan bantal tipis.
Teraba 1 buah benjolan pada regio mammae dextra pada arah jam 10, berbentuk
bulat, konsistensi kenyal padat, berbatas tegas, mobile, dengan ukuran 1 cm x 0.5
cm.
Tidak nyeri saat benjolan diraba
Tidak terdapat cairan ataupun darah pada saat papilla mammae ditekan
Tidak ada benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di regio axilla dextra
maupun sinistra
Kelenjar getah bening : dalam batas normal

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Belum dilakukan
Pemeriksaan patologi anatomi : tanggal 14 Oktober 2016
Gambaran histologik sesuai dengan mastitis akut dan kronik. Kemungkinan adanya
proses spesifik belum dapat disingkirkan. Tidak tampak tanda ganas.

1.6 RINGKASAN (RESUME)

Pasien seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke poli bedah RSAU dr. Esnawan
Antariksa dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kanan sejak 2 bulan SMRS.
Benjolan dirasa membesar jika sedang haid. Benjolan teraba di sisi kanan atas saja, terasa
agak keras, dapat digerakan dan tidak hilang timbul. Tidak ada cairan yang keluar dari puting
susu dan puting susu tidak tertarik kedalam. Tidak ada perubahan warna kulit di sekitar
payudara pasien. Pada kulit payudara di atas benjolan tidak ada kemerahan, luka, dan tidak
terasa hangat namun tampak bekas luka operasi. Nyeri kadang-kadang dirasakan pasien.
Demam, penurunan berat badan, lemas, dan nafsu makan berkurang disangkal oleh pasien.
BAB dan BAK lancar.

Pada bulan Oktober 2016, pasien pernah mengalami hal yang sama, dan dilakukan
tindakan operasi. Pada hasil pemeriksaan biopsi didapatkan tidak ada tanda-tanda keganasan..
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit serupa. Pasien tidak ada memiliki
riwayat darah tinggi, kencing manis, keganasan, asma, alergi, dan penyakit paru.

Haid terakhir pasien tanggal 28 September 2017, siklus haid teratur, 7 hari, dan
tidak terdapat nyeri pada saat haid. Pasien tidak sedang menyusui dan tidak menggunakan

9
KB. Riwayat kebiasaan sering mengkonsumsi makanan cepat saji disangkal. Pasien tidak
merokok dan minum alkohol.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan skala nyeri 2, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
88 x/menit, RR 19 x/menit, suhu 36.4oC, saturasi 98%. Pada pemeriksaan lokalis,
Inspeksi: Tampak scar dan jaringan keloid pada mammae dextra. Palpasi: Teraba 1 buah
benjolan pada regio mammae dextra pada arah jam 10, berbentuk bulat, konsistensi kenyal
padat, berbatas tegas, mobile, dengan ukuran 1 cm x 0.5 cm. Pasien tidak merasa nyeri saat
benjolan diraba. Lain-lain dalam batas normal.

1.7 DIAGNOSIS KERJA


Tumor mammae dextra suspek jinak dd Fibroadenoma

1.8 DIAGNOSIS BANDING

- Tumor mammae dextra suspek jinak dd fibrokistik


- Tumor mammae dextra suspek jinak dd tumor filoides
- Lipoma di regio mammae dextra
- Tumor mammae dextra suspek keganasan

1.9 PEMERIKSAAN ANJURAN


Pemeriksaan USG mammae dextra
Biopsi eksisi

1.10 PENGOBATAN

Medikamentosa :
Analgetik : Asam mefenamat Tab 500 mg K/P
Non medikamentosa :
Rujuk ke dokter spesialis bedah umum untuk tatalaksana lebih lanjut
Edukasi tentang kondisi penyakit pasien

10
1.11 PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tumor mammae merupakan benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel


yang terjadi secara terus menerus yang terdapat di payudara.1 Dalam klinik, istilah
tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan,
yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan.
Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh
neoplasma. Timbulnya benjolan pada payudara dapat merupakan indikasi adanya
jenis tumor atau kanker payudara. Namun, untuk memastikannya perlu dilakukan
pemeriksaan patologis. Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara yang ditandai dengan
adanya benjolan di payudara.1

2.2 Anatomi

Gambar 1. Anatomi mammae

Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol feminitas


perempuan. Batas payudara yang normal terletak antara ics 2 dan ics 6 inferior,
sedangkan pada usia lanjut atau mamma yang besar bisa mencapai ics 7, serta antara
taut sternokostal di medial dan linea aksilaris anterior di lateral. Diameter rata-rata

12
mammae sekitar 10-12 cm dan tebalnya antara 5-7 cm. Berat mammae bervariasi
yaitu antara 150-225 gram pada mammae nonlaktasi, namun dapat mecapai 500 gram
pada mammae laktasi. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar,
masing-masing mempunyai saluran bernama duktus laktiferus yang akan bermuara ke
papilla mamma. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan
kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus terdapat jaringan ikat
yang disebut ligamentum Cooper yang memberi kerangka untuk payudara. Payudara
terdiri dari berbagai struktur, yaitu parenkim epitelial, lemak, pembluh darah, saraf
dan saluran getah bening, serta otot dan fasia.2
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes anterior
dari arteri mamaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri
aksilaris dan beberapa arteri interkostalis. Pada sisi superior payudara dipersyarafi
oleh nervus supraklavikula yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikal.
Sedangkan pada payudara sisi medial dipersyarafi oleh cabang kutaneus anterior dan
nervus interkostalis 2-7. Pada papila mamma terutama dipersyarafi oleh cabang
kutaneus lateral dari nervus interkostalis 4, sedangkan cabang kutaneus lateral dari
nervus interkostalis lain mempersyarafi areola dan mamma sisi lateral. Kulit daerah
payudara dipersyarafi oleh cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis. Yang
mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas, yakni nervus
interkostobrakialis dan nervus kutaneus brakhial medialis. Terdapat enam kelompok
kelenjar limfatik, yakni kelompok limfatik vena aksilaris, mamaria eksterna, skapular,
sentral, subklavikular, dan interpektoral. Sekitar 75% aliran limfatik payudara
menyalir ke kelompok limfatik aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal (mamaria
interna) terutama dari bagian sentral dan medial dan ke kelenjar interpektoralis. Pada
aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri
dan vena brakialis.2

2.3 Histologi

Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang


dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila
mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat lobuluslobulus
yang terdiri dari duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar
rendah dan pada bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil. Sel epitel mengarah ke

13
lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara sel epitel dan membran basalis. Pada
duktus intralobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan arteriol.3

2.4 Fisiologi

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.


Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu masa
fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofisis yang
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara membesar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.2

Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada waktu itu, mamografi
menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semua hal
diatas berkurang. Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproloferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi, air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh okstitosin. Pada
saat menopause lobulus beinvolusi digantikan oleh lemak.2

2.5 Epidemiologi

Kelainan payudara merupakan salah satu kelainan yang sering ditemukan di


seluruh dunia. Kelainan ini biasanya berupa masa atau nodus yang disebut dengan
tumor. Berdasarkan sifatnya, tumor payudara dikelompokkan menjadi tumor jinak
dan ganas. Dalam kurun waktu 10 tahun sedikitnya 16% wanita datang dengan
keluhan benjolan di payudara dan 8% dari jumlah tersebut adalah tumor ganas,
terutama pada usia di atas 40 tahun. Pada usia muda, sebagian besar (80-90%)
benjolan di payudara adalah jinak dan biasanya disertai keluhan. Fibroadenoma
adalah lesi yang paling banyak dan umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang
terjadi pada usia rata-rata 16-32 tahun. Di Indonesia data penyakit FAM masih belum
lengkap, data dari Jakarta Breast Center, klinik di Jakarta yang mengkhususkan untuk

14
penanganan keluhan pada payudara menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang
datang pada tahun 2001 sampai 2002, ternyata 79% menderita tumor payudara jinak
dan hanya 14% yang menderita kanker. Berdasarkan survei pendahuluan yang
dilakukan dari data rekam medik di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2007- 2011
ditemukan penderita FAM sebanyak 103 orang, dimana ditemukan 5 orang penderita
pada tahun 2007, 25 orang pada tahun 2008, 23 orang pada tahun 2009, 23 orang
tahun 2010 dan 27 orang pada tahun 2011.4,5

Selain itu, menurut World Health Organization (WHO) tumor ganas atau
kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering ditemui dikalangan wanita
sedunia, meliputi 16% daripada semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita
dan sebanyak 508.000 wanita dilaporkan mengalami kematian akibatnya pada tahun
2013.Kanker payudara merupakan kanker tertinggi yang diderita oleh wanita
Indonesia dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan. Berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%).4,5

2.6 Etiopatogenesis dan faktor risiko

Penyebab tumor payudara ccsampai saat ini belum diketahui secara pasti, dan sangat
mungkin multifaktorial yang saling mempengarhi satu sama lain, antara lain :

Herediter
Herediter ditemukan 13% tumor mammae terjadi secara herediter pada garis
pertama keturunan, hanya sekitar 1 % yang diakibatkan oleh multifaktor dan
mutasi germline. Sekitar 23 % kanker mammae terjadi secara familial (atau
3% dari seluruh kanker mammae) hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan
BRCA2 probabilitas terjadinya kanker yang berhubungan dengan mutasi gen
ini meningkat jika terjadi pada garis pertama keturunan. Secara herediter,
penyebab terjadinya mutasi multifaktorial dan pada umumnya antara faktor ini
saling mempengaruhi. Perubahan terjadi pada salah satu dari gen dan sekian
banyak gen yang dapat mencetuskan suatu transformasi maligna didukung
oleh faktor lain.1,6

Mutasi Sporadik

15
Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan paparan
hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia reproduktif,
riwayat menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker seperti yang
dijumpai pada wanita postmenopause dan over ekspresi estrogen reseptor.
Estrogen sendiri mempunyai dua kemampuan untuk berkembang menjadi
kanker mammae. Metabolit estrogen pada penyebab mutasi atau menyebabkan
perusakan DNA-radikal bebas. Melalui aktivitas hormonal, estrogen dapat
menyebabkan proliferasi lesi premaligna menjadi suatu maligna. Sifat
bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen, progesterone dan
reseptor hormon steroid lain ini di sel mammae. Pada neoplasma yang
memiliki reseptor ini terapi hormon (antiestrogen) dapat memperlambat
pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor.1,2

Hormon
Tumor atau kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki-laki
kemungkinan ini sangat rendah. Selain itu, kadar hormon yang tinggi selama
masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat
kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara. Insidens
nya juga meningkat pada usia menarke yang <12 tahun, dan usia menopause
>55 tahun.1,6

Usia saat kehamilan pertama.5


Hamil pertama pada usia >35 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 35 tahun.5

Terpapar radiasi pada dinding dada.5


Intake alcohol.5
Pemakaian kontrasepsi oral : Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan
resiko tumor payudara.5
Dalam keadaan normal, antara pertumbuhan dan apoptosis dalam hal
seimbang, dan diaregulasi oleh DNA. Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan
perubahan atau kerusakan pada struktur DNA akan mempengaruhi keseimbangan
tersebut. Oleh karena itu kerusakan pada DNA akan menyebabkan pertumbuhan sel

16
yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan tumor. Pada saat menjelang menstruasi
atau dalam kondisi dimana kadar hormon estrogen yang tinggi menyebabkan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan epitel di jaringan mammae.7

2.7 Klasifikasi

Neoplasma merupakan sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh


secara autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga bentuk dan
struktur sel ini berbeda dengan sel normal. Sifat sel tumor ini bergantung pada
besarnya penyimpangan bentuk dan fungsi, autonominya dalam sifat pertumbuhan,
dan kemampuan dalam berinfiltrasi serta bermetastasis. Klasifikasi neoplasma dibagi
menjadi dua:

a. Neoplasma jinak : memiliki batas tegas dan tidak infiltratif, tidak merusak, serta
tidak bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus membesar
sehingga menekan jaringan sekitarnya.5
b. Neoplasma ganas atau kanker : tumbuh secara tidak terkendali, menginfiltrasi
ke jaringan sekitar sekaligus merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh
lain yang dapat disebut sebagai metastasis.5

a. Neoplasma (tumor) jinak


1. Penyakit Fibrokistik

Gambar 4. Jaringan mammae

Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat jinak tetapi memiliki hubungan
dengan meningkatnya resiko terjadinya keganasan. Fibrokistik atau yang disebut
mammary displasia adalah penyebab tumor yang terbanyak pada wanita berusia 30
sampai 50 tahun. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai

17
penambahan jaringan fibrous dan glandular. Kelainan ini bermanifestasi dalam
beberapa bentuk yang biasanya melibatkan kombinasi dari 3 respon jaringan dasar
yaitu proliferasi epitel (proliferatif), fibrosis dan pertumbuhan kista (nonproliferatif).5

Benjolan ini memiliki konsistensi kenyal lunak dan dapat pula kistik,
permukaan licin, berbatas tegas, benjolan ini dapat membesar dan terasa sangat nyeri
selama periode atau menjelang menstruasi karena hubungannya dengan perubahan
hormonal tiap bulannya. Benjolan fibrokistik biasanya multiple dan bilateral, dengan
kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya
perubahan hormon estrogen dan progesteron. Pembengkakan payudara biasanya
berkurang setelah menstruasi berhenti. Keluhan-keluhan dari perubahan fibrokistik
biasanya berhenti setelah menopause namun bisa menjadi lebih lama jika wanita
tersebut melakukan terapi sulih hormon. Pada periode menjelang menopause, sifat
benjolan pada kelainan ini tidak berbatas tegas dan kenyal. Perubahan fibrokistik
biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.5,6

2. Fibroadenoma Mammae (FAM)

Gambar 5. Jaringan payudara pada tumor jinak payudara

Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada


wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause. Berdasarkan laporan dari
NSW Breast Cancer Institute, FAM umumnya terjadi pada wanita dengan usia 2125
tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun. Selain itu, FAM merupakan
golongan terbesar dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% dari semua kasus payudara
yang berobat di RS Dr. Soetomo. Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan

18
payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan
payudara terdiri dari sel epitel dan stroma.4,6

Etiologi

Penyebab dari fibroadenoma mammae adalah pengaruh hormonal. Hal ini


diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau
pada kehamilan. Lesi membesar pada daur haid dan selama hamil. Fibroadenoma
mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Namun ada yang dapat
mempengaruhi timbulnya tumor, antara lain genetika dan juga adanya kecenderungan
pada keluarga yang menderita kanker.4

Fibroadenoma ini sensitif terhadap perubahan hormon. Besar fibroadenoma


bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat
membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu
kemampuan seorang wanita untuk menyusui. Yang paling sering terjadi, jika
dibiarkan ukuran fibroadenoma akan membesar atau tetap. Fibroadenoma biasanya
ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan tumor yang berbatas tegas, konsistensi
kenyal padat dan tidak sulit untuk diraba, permukaan licin, benjolan ini dapat tumbuh
tunggal atau multipel.4,6

Apabila benjolan didorong atau diraba akan terasa seperti bergerak-gerak


sehingga beberapa orang menyebut fibroadenoma sebagai breast mouse. Biasanya
fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala akan menimbulkan rasa tidak
nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.

KLASIFIKASI

1. Fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi:


a. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-4 cm. Common fibroadenoma disebut
juga dengan simple fibroadenoma, dan sering ditemukan pada wanita kelompok umur
muda antara usia 21-25 tahun. Fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan dan
biasanya berbentuk bulat, oval atau lonjong, halus, berbatas tegas, dan dapat bergerak
sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah
fibroadenoma tunggal.4,15

19
b. Giant Fibroadenoma

Gambar 7. Giant Fibroadenoma


Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran
dengan diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma
sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui
pada wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang
besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma
dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya
yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor
ini.4,15

Fibroadenoma mammae secara histologi dapat dibagi menjadi:

a. FAM intrakanalikuler : Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur


dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan
epitel. stroma tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus intralobulus.
Rongga mirip duktus atau kelenjar dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang
regular dengan membran basal jelas dan utuh, dimana sebagian lesi rongga duktus
terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur.5,9
b. FAM perikanalikuler : Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar
atau kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.
Sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma mengitari sistem
kanalikulus sistem duktulus intralobulus sehingga pada potongan melintang
rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur irregular mirip bintang stroma
tumbuh proliferative.5,9

20
Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast
yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan
ukuran yang berbeda.Setelah menopause, fibroadenoma biasa menjadi
mikrokalsifikasi yang dapat terjadi pada tipe distrofi dan terjadi dalam stroma di celah
epitel.3,9

Gejala klinis fibroadenoma mammae

Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya
bagian yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas
dengan konsistensi padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi
sekitar 1-4 cm, namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan
ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5 cm. Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan
digerakkan dengan bebas. Umumnya fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri
atau tidak sakit.6,9

3. Cystosarkoma filoides

Tumor filoides (cystosarkoma filoides) merupakan suatu neoplasma jinak


yang bersifat menyusup secara local dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya
cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar. Gambaran klinis dapat seperti
fibroadenoma mammae yang besar. Secara mikroskopik memiliki pola pertumbuhan
seperti FAM tipe intrakanalikuler dengan stroma yang sangat seluler, tumbuh cepat,
dapat disertai pembentukan radang pada kulit akibat desakan, sehingga menimbulkan
nekrosis iskemik pada kulit. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan
pada usia sekitar 45 tahun. Bentuknya bulat lonjong permukaan berbenjol, batas
tegas, ukuran dapat mencapai 20-30 cm. Konsistensi dapat padat kenyal, tetapi ada
bagian yang kisteus. Walaupun besar tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit
payudara tegang dan berkilat dan venektasi melebar.6

4. Lipoma

Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang
terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun
juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma umumnya terdapat subkutan. Lipoma
dapat single dapat pula multiple. Bentuk lipoma bila msaih kecil bulat atau oval, bila
sudah besar berbenjol-benjol atau lobuler, karena adanya sekat-sekat jaringan ikat

21
yang masuk ke dalam tumor. Lipoma dapat mencapai ukuran yang sangat besar 10 kg
atau lebih dan dapat menggantung dari kulit sepert buah. Konsistensi lipoma
tergantung dari jaringan lain yang menyertai. Umumnya lunak, dapat kisteus
(pseudokisteus) dan dapat pula padat, dapat digerakkan, dan tidak nyeri,
pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan
berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.5,6

5. Galaktokel

Galaktokel bukan suatu kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru, tetapi


suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya saluran atau duktus
laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Galaktokel adalah
kista retensi berisi air susu. Tumor ini berisi air susu yang mengental. Galaktokel
berbatas jelas dan mobile, dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui.
Galaktokel biasanya terletak di tengah payudara atau dibawa puting dan berbentukl
bulat atau kisteus. Tata laksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk mengeluarkan
secret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk bisa
diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam galaktokel.5,6

6. Papiloma intraduktus

Gambar 8. Intraductal papilloma

Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai


tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan
jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu.
Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola

22
mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu.
Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang jauh dari
puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan juga mungkin
disertai hiperplasi epitelial.Konfirmasi diagnosis papilloma intraduktus dilakukan
dengan duktografi.Terapinya eksisi pada tepi sekeliling areola.5,6

2.8 Diagnosis

Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang


baik, pemeriksaan fisik dasar, serta pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis
pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi dengan biopsi eksisi.

1. Anamnesa meliputi riwayat reproduksi dan ginekologi, riwayat timbulnya tumor,


adanya faktor resiko untuk terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda
penyebaran tumor.
2. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara
Pada inspeksi pasien diminta untuk duduk tegak posisi tangan jatuh bebas, tolak
pinggang, kemudian mengangkat tangan ke atas dilakukan inspeksi terhadap bentuk
kedua payudara, warna kulit, lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti
kulit jeruk, ulkus dan benjolan. Cekungan kulit akan terlihat jelas dengan pasien
mengangkat tangan ke atas.6,7

Palpasi pasien berbaring dengan bantal tipis dipunggung, palpasi dilakukan


dengan ruas pertama jari telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa
tekanan pada setiap kuadran payudara dengan melingkar lalu memijat halus puting
susu untuk mengetahui pengeluaran cairan. Dilakukan pula perabaan pada aksila dan
kelenjar getah bening sekitar leher.6,7

23
Gambar 9. Pemeriksaan payudara

Klinis jinak memberikan gambaran sebagai berikut:

Bentuk bulat, teratur atau lonjong.


Permukaan rata
Konsistensi kenyal, lunak
Mudah digerakkan terhadap sekitar
Tidak nyeri tekan.
Klinis ganas memberikan gambaran sebagai berikut:

Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol


Tepi tidak rata
Bentuk tidak teratur
Konsistensi keras, padat
Batas tidak tegas
Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar
Kadang nyeri tekan
Adanya gambaran seperti kulit jeruk atau ulkus pada kulit diatas
benjolan
Pada pemijatan puting susu dapat keluar cairan atau darah.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Mammography
Mammography merupakan suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya
proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer
berupa fibrosis reaktif, cornet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik, dan
adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola berupa bridge of
tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam
jaringan lunak di belakang mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar. Mammografi
dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk
diagnosis dini dan skrining. Hanya saja untuk mass screening. Cara ini merupakan
cara yang mahal dan hanya dianjurkan pada wanita dengan faktor high risk.12

24
Indikasi mamografi adalah :

Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan kearah keganasan


Mammae kontralateral jika (pernah) ada kanker payudara
Mencari karsinoma primer jika ada metastasis sedangkan sumbernya
tidak diketahui
Screening karsinoma mammae pada risiko tinggi
b. Ultrasonografi (USG) mammae
Ultrasonografi digunakan untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan
kista dengan tumor solid, pemeriksaan ini dapat menentukan ukuran lesi, kadang
dapat ditemukan kista sebesar 1-2 cm.3,6

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI dilakukan pada pasien usia muda karena gambaran mammografi yang
kurang jelas karena payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk menderita kanker payudara, untuk
mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara dan juga penyebaran atau
metastase kanker ke organ lain.6

d. Biopsi eksisi : pemeriksaan histopatologi atau sitologi


Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan
seluruh benjolannya pada tumor dengan diameter 3cm (eksisi) atau sebagian
saja pada tumor yang >3cm (insisi).6
Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus
Biopsi jarum halus (fine needle aspiratory biopsy, FNAB)
FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology)
merupakan teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil
punksi jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa guiding USG. FNAB sekarang lebih
banyak digunakan dibandingkan dengan cutting needle biopsy karena cara ini lebih
tidak nyeri, kurang traumatic, tidak menimbulkan hematoma dan lebih cepat
menghasilkan diagnosis. Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif
pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah
keganasan sehingga biopsy eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negative
tersebut.2,6

25
Hasil pemeriksaan sitologi:

a. Fibrokistik atau mammary dysplasia: mempunyai inti biasanya berbentuk bulat


atau oval, membesar dengan ukuran bervariasi dan hiperkromatik ringan sampai
sedang, beberapa kelompok sel menunjukkan inti pleomorfik berbentuk spindel,
berbentuk seperti serabut atau memanjang.3

Gambar 10. Sitologi displasia kistik payudara

b. Fibroadenoma Mammae (FAM)


Gambaran sitologi sebagai berikut pada sediaan apus biasanya penuh sel
(hiperseluler), sebagian besar sediaan apus mengandung sejumlah besar sel-sel
epitel yang berbentuk lempengan bahkan menutupi seluruh lapangan sediaan
dibawah mikroskop. Lempengan sel menunjukkan satu lapisan sel dengan ukuran
sel yang bervariasi, tetapi kebanyakan epitel berlapis dengan susunan kohesi sel
yang kompak, menonjol seperti jari tangan atau bangunan teratur. Inti telanjang,
tidak diketahui pasti asalnya mungkin berasal dari stroma atau sel duktus lapisan
luar atau sel mioepitel apabila inti-inti telanjang tersebut ukurannya kecil,
bewarna hitam dan berbentuk spindle.3

26
Gambar 11. Sitologi fibroadenoma payudara

c. Tumor filoides
Tumor ini mungkin kecil (diameter 3 hingga 4 cm), stroma tumor ini
sangat selular dan padat, serta memperlihatkan aktivitas mitotik yang tinggi, tetapi
sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar/ massif sehingga payudara
membesar. Gambaran sitologi sel epitelial yang sama dengan fibroadenoma, tetapi
mengandung sel -sel spindel atipik yang menyerupai fibrosarkoma. Sel-sel stroma
membentuk susunan sel yang terlepas atau longgar dengan sitoplasma yang
banyak. Inti sel stroma adalah besar dan pleiomorfik dengan nukleoli nyata.3

Gambar 12. Sitologi tumor philloides jinak dan ganas

d. Pemeriksaan imunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan
jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan
standar dalam menentukan subtipe kanker payudara.Pemeriksaan IHK pada
karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan prediksi respons
terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah reseptor hormonal yaitu reseptor
estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR), HER2, Ki-67.

27
2.9 Penatalaksanaan

Pembedahan berperan dalam diagnosis dan terapi tumor jinak. Peran dalam
diagnosis adalah biopsi: insisi, dan eksisi. Peran dalam terapi adalah untuk eksisi dan
rekonstruksi. Indikasi operasi untuk tumor jinak payudara adalah jika lesi yang
bersifat jinak memberikan keluhan atau tidak berhasil dengan terapi konservatif.
Berbagai jenis tindakan dapat dilakukan bergantung pada jenis tumor jinak payudara
yang didapatkan.10

Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:

Ukuran
Terdapat rasa nyeri atau tidak
Usia pasien
Hasil biopsi

28
Terapi pada FAM dapat dibagi menjadi dua yaitu:

Konservatif

Syarat: Diagnosis klinis telah dikonfirmasi dengan sitologi dan USG atau mamografi
dan penderita bisa menerima (nyaman ada benjolan di payudara). Konfirmasi
diagnosis akan lebih definitif dengan biopsi core.8,14

Indikasi: jika usia < 40 dan ukuran < 3cm


Terapi Hormonal :Terdapat kecenderungan untuk memberikan terapi hormonal pada
pasien fibroadenoma dengan menggunakan tamoxifen, danazol dan gestogen. Viviani
dkk mendapatkan pengecilan yang bermakna pada 62 pasien premenopouse yang
diberi tamoxifen 20 mg selama 50 hari. Belum ada data tentang efek jangka panjang
dari pemberian tamoxifen pada usia muda.8

Pembedahan

Eksisi

Indikasi:usia >40 tahun


ukuran < 3 cm (sel atipia banyak ditemukan)
simptomatis dan pasien tidak nyaman, konservatif masa membesar
>20%
Lokasi eksisi adalah diatas masa jika lokasi tumor 3 cm atau kurang,
dari nipple dianjurkan insisi periareolar
Insisi

Pada giant FAM usia muda (<20 tahun) insisi yang dianjurkan insisi submammari.6

operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif


inoperable
Pada tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan
pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya saja.
Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan
psikologi pasien. Indikasi apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa
sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan. Terapi
pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi (untuk tumor ukuran 3cm)
yaitu pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta kapsulnya dan

29
sedikit jaringan sehat disekitarnya. Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini
tidak akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan luka atau
jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan. Pada
tumor ukuran > 3 cm operasi yang dapat dilakukan adalah biopsy insisi yaitu
mengangkat sebagian jaringan tumor.

2.10 Diagnosis banding

Dalam menyingkir diagnosis banding pada tumor mammae suspek FAM,


dapat dilakukan dengan anamnesis danpemeriksaan fisik pada pasien. Adapun
kelainan payudara yang dapat ditemukan pada tumor jinak payudara, yaitu:
Fibrokistik : Kelainan yang dipengaruhi oleh faktor hormonal atau keseimbangan
hormonal. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi dapat ditemukan berupa
benjolan. Benjolan ini memiliki konsistensi kenyal lunak dan dapat pula kistik,
permukaan licin, berbatas tegas, benjolan ini dapat membesar dan terasa sangat
nyeri selama periode atau menjelang menstruasi karena hubungannya dengan
perubahan hormonal tiap bulannya. Benjolan fibrokistik biasanya multiple dan
bilateral.6
Tumor filoides : Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia
sekitar 45 tahun. Bentuknya bulat lonjong permukaan berbenjol, batas tegas,
ukuran dapat mencapai 20-30 cm. Konsistensi dapat padat kenyal, tetapi ada
bagian yang kisteus. Walaupun besar tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit.
Kulit payudara tegang dan berkilat dan venektasi melebar.6
Lipoma : Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga
dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma umumnya terdapat subkutan. Lipoma
dapat single dapat pula multiple. Bentuk lipoma bila msaih kecil bulat atau oval.
Lipoma dapat mencapai ukuran yang sangat besar 10 kg atau lebih dan dapat
menggantung dari kulit sepert buah. Konsistensi lipoma tergantung dari jaringan
lain yang menyertai. Umumnya lunak, dapat kisteus (pseudokisteus) dan dapat
pula padat, dapat digerakkan, dan tidak nyeri, pertumbuhannya sangat lambat dan
jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat
tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.6
Keganasan atau kanker payudara : neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara yang abnormal tidak memandang jaringan sekitarnya tumbuh infiltratif

30
dan destruktif dan dapat bermetastase. Tumbuh progresif dan relatif cepat
membesar. Bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata serta
konsistensi padat dan keras.6
2.11 Pencegahan

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara .


Pencegahan primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor- faktor risiko yang
diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara.
Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah
mengetahui faktor-faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di
atas, dan berusaha menghindarinya. Prevensi primer agar tidak terjadi kanker
payudara saat ini memang masih sulit, yang bisa dilakukan adalah dengan
meniadakan atau memperhatikan beberapa faktor risiko yang erat kaitannya dengan
peningkatan insiden kanker payudara.5

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining


kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang
mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak
mempunyai keluhan. Skrining adalah untuk menurunkan angka morbiditas akibat
kanker payudara dan angka kematian. Pencegahan sekunder merupakan primadona
dalam penanganan kanker secara keseluruhan.5

Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok


orang yang terdeteksi mempunyai kelainan atau abnormalitas yang mungkin kanker
payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining ditujukan untuk
mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif; dengan
demikian akan menurunkan kemungkinan kekambuhan, menurunkan mortalitas dan
memperbaiki kualitas hidup. Yang dapat dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Adalah suatu upaya deteksi dini tumor payudara untuk menemukan adanya
tumor yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan
kerusakan yang berarti sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya

31
dilakukan pada orang-orang yang kelihatannya sehat, asimptomatik, atau pada
orang yang beresiko tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya
melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi.

Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga konsistensi
payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk wanita yang telah
menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap tanggal 1 setiap bulan agar lebih
mudah diingat. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu :

Melihat payudara
Meraba payudara
Memijat puting susu payudara
Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:

Lokasi tumor
Deskripsi tumor
b. Skrining mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
Mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up atau kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara
orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan
pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke
7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi
rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu dikompresi dan akan memberi hasil
yang optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi
digunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College of Radiology.

2.12 Komplikasi FAM

Perubahan fibroadenoma menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma


umumnya dianggap langka. Fibroadenoma secara signifikan tidak meningkatkan

32
risiko berkembang menjadi kanker payudara. Insiden karsinoma berkembang dalam
suatu fibroadenoma dilaporkan hanya 20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang
berisiko. Sekitar 50% dari tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20%
infiltrasi karsinoma lobular, 20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS), dan 10%
sisanya infiltrasi karsinoma duktal. Berdasarkan pemeriksaan klinis ultrasonografi dan
mammografi biasanya ditemukan fibroadenoma jinak. Fibroadenoma yang dibiarkan
selama bertahun-tahun akan berubah menjadi ganas, dikenal dengan istilah progresi
dan persentase kemungkinannya hanya 0,5% - 1%.13

2.13 Prognosis

Prognosis pada tumor jinak payudara biasanya baik, karena tumor jinak tidak
ada metastase jauh ataupun metastase regioner (pembesaran kelenjar getah bening
ketiak). Pada tumor jinak payudara, seperti fibroadenoma biasanya tidak terasa sakit,
namun kadang kala akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila
disentuh. Pengobatannya cukup dengan eksisi tumor.6,13

33
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Dasar Diagnosis


Dasar Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Gejala klinis ini sesuai dengan tanda dan gejala tumor payudara suspek FAM, yaitu :

1. Pasien berusia 35 tahun. Pada tumor payudara FAM biasanya terjadi pada usia
muda, yaitu 15-30 tahun.
2. Dari hasil anamnesis, benjolam teraba membesar jika sedang menstruasi, nyeri
hanya kadang-kadang saja,
3. Dari hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, teraba 1 buah benjolan pada
regio mammae dextra pada arah jam 10, berbentuk bulat, konsistensi kenyal
padat, berbatas tegas, mobile, dengan ukuran 1 cm x 0.5 cm. Pasien tidak
merasa nyeri saat benjolan diraba. Tidak terdapat perubahan warna kulit dan
tidak terdapat kulit seperti kulit jeruk. Pada kulit payudara di atas benjolan
tidak ada kemerahan, luka, tidak teraba hangat yang merupakan tanda
klinis bila sudah mengalami keganasan.
4. Pemeriksaan fisik ditemukan tidak terdapat benjolan di ketiak, leher, lipat
paha maupun di anggota tubuh lain. Secara teori tumor jinak tidak ada
metastase jauh ataupun metastase regioner (pembesaran kelenjar getah
bening ketiak)

Mengeleminasi Diagnosis Banding

Pasien dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara mempunyai diagnosis


banding fibroadenoma, fibrokistik, tumor filoides, galaktokel, serta keganasan yakni
kanker payudara. Benjolan pada pasien ini dirasakan tidak nyeri, dapat digerakkan
dan konsistensi kenyal padat, tidak keras, tidak keluar cairan pada puting susu, tidak
ada perubahan warna dan bentuk pada kulit, sehingga kemungkinan keganasan dapat
disingkirkan. Selain itu keluhan tidak nyeri pada benjolan pasien, beserta pembesaran
benjolan tidak dipengaruhi masa haid dapat menyingkirkan kemungkinan fibrokistik.
Ukuran benjolan pada payudara pasien 1 cm, dapat menyingkirkan kemungkinan
tumor filoides, yang dimana pada tumor filoides ukurannya dapat mencapai 20-30 cm.
Pasien berusia 35 tahun, sudah menikah, tidak sedang atau baru selesai menyusui

34
dapat menyingkirkan kemungkinan galaktokel pada pasien. Pasien berusia 35 tahun,
benjolan yang dirasakan pasien tidak nyeri, berbentuk bulat atau lonjong, dapat
digerakkan dimana dapat kemungkinan diagnosis tumor jinak fibroadenoma.
Fibroadenoma sering dijumpai pada usia muda, dengan keluhan yang terdapat pada
pasien.

3.2 Alasan Perencanaan Tatalaksana


Terapi yang diberikan adalah terapi simptomatik dan terapi definitif. Analgetik
diberikan kepada pasien untuk mengurangi gejala nyeri, namun diminum jika merasa
nyeri saja. Terapi definitif disarankan untuk dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk
dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien dianjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan USG mammae dan memberikan edukasi agar pasien bersedia untuk
dilakukan biopsi untuk melihat apakah terdapat keganasan.

3.3 Komplikasi Prognosa


Perubahan fibroadenoma menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma
umumnya dianggap langka. Fibroadenoma secara signifikan tidak meningkatkan
risiko berkembang menjadi kanker payudara. Adapun yang dapat mempengaruhi
timbulnya tumor, antara lain genetika dan juga adanya kecenderungan pada keluarga
yang menderita kanker.

3.4 Komunikasi, Informasi dan Edukasi


Edukasi yang dapat diberikan pada pasien ialah edukasi tentang penyakitnya. Selain
itu edukasi mengenai perlunya skrining kanker payudara sejak dini. Skrinning
dilakukan pada pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang
mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak
mempunyai keluhan. Selain itu skrining diperlukan untuk menurunkan angka
morbiditas akibat kanker payudara dan angka kematian. Edukasi mengenai operasi
berdasarkan atas indikasi. Indikasi operasi pada pasien ini adalah indikasi terapeutik
untuk mengatasi keluhan pada pasien.

35
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Sihombing M, Sapardin AN. Faktor risiko tumor payudara pada perempuan umur 25-
65 tahun di lima kelurahan kecamatan Bogor Tengah. Jurnal kesehatan
reproduksi.2014;5(3)
2. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono T, Rudiman. Buku Ajar Ilmu Bedah
De Jong. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.
3. Paramita IS, Makmur A, Trpriadi ES. Kesesuaian hasil pemeriksaan ultrasonografi
dan histopatologi pada pasien tumor payudara di RSUD Arifin Achmad periode 1
oktober 2013-30 september 2014.Jurnal online mahasiswa.2015;2(2)
4. Helfiana Agustina Sidauruk, Rasmaliah, Hiswani. Karakteristik Penderita
Fibroadenoma Mammae (FAM) Rawat Inap di RS SANTA ELISABETH MEDAN
tahun2007-2011.Availableat:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=51406&val=4108 . Accessed on
Augus 15th 2017
5. Tumor Payudara. Available at : http://digilib.unila.ac.id-
/6397/12/BAB%20II.%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf. Accessed on Augus 15th
2017
6. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Jakarta,
Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.
7. Copeland EM., Bland KI. Payudara dalam sabiston buku ajar bedah. Bagian1.
Jakarta:EGC.
8. Helfiana Agustina Sidauruk, Rasmaliah, Hiswani. Karakteristik Penderita
Fibroadenoma Mammae (FAM) Rawat Inap di RS SANTA ELISABETH MEDAN
tahun2007-2011.Availableat:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=51406&val=4108 . Accessed on
Augus 15th 2017
9. Fibroadenoma Mammae (FAM). Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38884/3/Chapter%20ll.pdf. Accessed
on Augus 15th 2017
10. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
11. Stopeck AT. Breast cancer. Available at: http://emedicine.medscape.com. Accessed
on Augus 15th 2017
12. Breast Cancer. American Cancer Society.
13. Available at: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-
pdf.pdf. Accessed on Augus 15th 2017
14. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Kementerian Kesehatan. Available at:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf . Accessed on Augus 15th
2017
15. Brunicardi FC. Schwartzs principles of surgery. United States : McGrawHill, 2015.h.
499-556.

36

Anda mungkin juga menyukai