Tanda tangan:
LAPORAN KASUS
Pembimbing:
Disusun Oleh:
1
LEMBAR PENILAIAN
NIM 112015386
Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengumpulan data
Analisa masalah
Penguasaan teori
Referensi
Pengambilan keputusan
klinis
Cara penyajian
Bentuk laporan
Total
Nilai %= (Total/35)x100%
Komentar penilai
2
BAB I
LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. R Agama : Islam
3
Tanggal masuk RS : 03 Oktober 2017, jam 12.30 WIB
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 03 Oktober 2017 pukul 12.30 di
poli bedah umum.
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Tidak ada penurunan berat badan, demam, lemas, serta tidak ada nafsu makan berkurang.
BAB dan BAK pasien dalam batas normal.
Pasien datang ke poli bedah RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan terdapat
benjolan pada payudara sebelah kanan sejak 2 bulan SMRS. Benjolan dirasa bertambah besar
apabila sedang haid, benjolan Benjolan teraba di sisi kanan atas saja, terasa agak keras, dapat
digerakan dan tidak hilang timbul. Keluar cairan atau darah dari puting susu disangkal
disangkal oleh pasien. Puting susu tidak tertarik kedalam. Tidak ada perubahan warna kulit di
sekitar payudara pasien. Pada kulit payudara di atas benjolan tidak ada kemerahan, luka,
dan tidak terasa hangat namun ada bekas luka operasi. Pasien juga mengatakan jika
benjolan tersebut kadang timbul nyeri, namun nyeri tidak hebat.
Selain itu, pasien juga menyangkal adanya demam, penurunan berat badan, lemas,
dan nafsu makan berkurang. BAB dan BAK pasien dalam batas normal. Haid terakhir pasien
tanggal 28 September 2017, siklus haid teratur, 7 hari, dan tidak terdapat nyeri pada saat
haid. Pasien tidak sedang menyusui dan tidak menggunakan KB. Riwayat kebiasaan
sering mengkonsumsi makanan cepat saji disangkal. Pasien tidak merokok dan minum
alkohol.
Pada bulan Oktober 2016, pasien pernah mengalami hal yang sama, dan memiliki
riwayat operasi tumor pada payudara kanan bawah. Pada hasil pemeriksaan biopsi didapatkan
hasilnya tumor jinak. Alergi obat dan makanan disangkal pasien. Tidak ada riwayat penyakit
4
hipertensi, diabetes Mellitus, keganasan, trauma, asma, tuberkulosis, alergi dan penyakit
jantung pada pasien.
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit serupa dengan pasien. Penyakit
lain disangkal pasien, seperti riwayat kanker, hipertensi, diabetes mellitus, tuberkulosis,
penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat Menstruasi
Haid terakhir pasien tanggal 28 September 2017. Siklus haid teratur dengan lama haid
7 hari dan ganti pembalut >5 x/hari setiap buang air kecil.
Status Umum
Skala Nyeri :2
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 19 x/menit
Suhu : 36,4oC
Saturasi : 98 %
Berat Badan : 65 kg
5
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normosefali
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak alopesia
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3 mm,
reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Leher :
- Cor
Inspeksi: ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V, linea midclavicularis sinistra
Perkusi
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
6
Batas kiri : ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis sinistra
Batas bawah : ICS VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
7
Biseps +2 +2
Triseps +2 +2
Patella +2 +2
Refleks kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks patologis Negatif Negatif
Genitalia Eksterna
Payudara
Inspeksi: Posisi pasien duduk dengan tangan jatuh bebas ke bawah, tolak pinggang, dan
mengangkat tangan ke atas
Mammae dextra dan sinistra tampak simetris
Tidak tampak benjolan pada mammae dextra dan sinistra
Letak puting susu sejajar kanan kiri, tidak ada retraksi puting susu
Tidak tampak kelainan kulit, seperti kulit jeruk (peau dorange) tidak ada ulserasi dan
tidak terdapat radang
Tidak adanya cairan atau pun darah yang keluar dari puting susu
Tampak scar dan jaringan keloid pada mammae dextra
8
Palpasi: Posisi pasien berbaring, tangan dilipat ke atas ditaruh dibawah kepala, dibawah
badan pasien diletakkan bantal tipis.
Teraba 1 buah benjolan pada regio mammae dextra pada arah jam 10, berbentuk
bulat, konsistensi kenyal padat, berbatas tegas, mobile, dengan ukuran 1 cm x 0.5
cm.
Tidak nyeri saat benjolan diraba
Tidak terdapat cairan ataupun darah pada saat papilla mammae ditekan
Tidak ada benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di regio axilla dextra
maupun sinistra
Kelenjar getah bening : dalam batas normal
Pasien seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke poli bedah RSAU dr. Esnawan
Antariksa dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kanan sejak 2 bulan SMRS.
Benjolan dirasa membesar jika sedang haid. Benjolan teraba di sisi kanan atas saja, terasa
agak keras, dapat digerakan dan tidak hilang timbul. Tidak ada cairan yang keluar dari puting
susu dan puting susu tidak tertarik kedalam. Tidak ada perubahan warna kulit di sekitar
payudara pasien. Pada kulit payudara di atas benjolan tidak ada kemerahan, luka, dan tidak
terasa hangat namun tampak bekas luka operasi. Nyeri kadang-kadang dirasakan pasien.
Demam, penurunan berat badan, lemas, dan nafsu makan berkurang disangkal oleh pasien.
BAB dan BAK lancar.
Pada bulan Oktober 2016, pasien pernah mengalami hal yang sama, dan dilakukan
tindakan operasi. Pada hasil pemeriksaan biopsi didapatkan tidak ada tanda-tanda keganasan..
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit serupa. Pasien tidak ada memiliki
riwayat darah tinggi, kencing manis, keganasan, asma, alergi, dan penyakit paru.
Haid terakhir pasien tanggal 28 September 2017, siklus haid teratur, 7 hari, dan
tidak terdapat nyeri pada saat haid. Pasien tidak sedang menyusui dan tidak menggunakan
9
KB. Riwayat kebiasaan sering mengkonsumsi makanan cepat saji disangkal. Pasien tidak
merokok dan minum alkohol.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan skala nyeri 2, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
88 x/menit, RR 19 x/menit, suhu 36.4oC, saturasi 98%. Pada pemeriksaan lokalis,
Inspeksi: Tampak scar dan jaringan keloid pada mammae dextra. Palpasi: Teraba 1 buah
benjolan pada regio mammae dextra pada arah jam 10, berbentuk bulat, konsistensi kenyal
padat, berbatas tegas, mobile, dengan ukuran 1 cm x 0.5 cm. Pasien tidak merasa nyeri saat
benjolan diraba. Lain-lain dalam batas normal.
1.10 PENGOBATAN
Medikamentosa :
Analgetik : Asam mefenamat Tab 500 mg K/P
Non medikamentosa :
Rujuk ke dokter spesialis bedah umum untuk tatalaksana lebih lanjut
Edukasi tentang kondisi penyakit pasien
10
1.11 PROGNOSIS
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Anatomi
12
mammae sekitar 10-12 cm dan tebalnya antara 5-7 cm. Berat mammae bervariasi
yaitu antara 150-225 gram pada mammae nonlaktasi, namun dapat mecapai 500 gram
pada mammae laktasi. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar,
masing-masing mempunyai saluran bernama duktus laktiferus yang akan bermuara ke
papilla mamma. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan
kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus terdapat jaringan ikat
yang disebut ligamentum Cooper yang memberi kerangka untuk payudara. Payudara
terdiri dari berbagai struktur, yaitu parenkim epitelial, lemak, pembluh darah, saraf
dan saluran getah bening, serta otot dan fasia.2
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes anterior
dari arteri mamaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri
aksilaris dan beberapa arteri interkostalis. Pada sisi superior payudara dipersyarafi
oleh nervus supraklavikula yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikal.
Sedangkan pada payudara sisi medial dipersyarafi oleh cabang kutaneus anterior dan
nervus interkostalis 2-7. Pada papila mamma terutama dipersyarafi oleh cabang
kutaneus lateral dari nervus interkostalis 4, sedangkan cabang kutaneus lateral dari
nervus interkostalis lain mempersyarafi areola dan mamma sisi lateral. Kulit daerah
payudara dipersyarafi oleh cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis. Yang
mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas, yakni nervus
interkostobrakialis dan nervus kutaneus brakhial medialis. Terdapat enam kelompok
kelenjar limfatik, yakni kelompok limfatik vena aksilaris, mamaria eksterna, skapular,
sentral, subklavikular, dan interpektoral. Sekitar 75% aliran limfatik payudara
menyalir ke kelompok limfatik aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal (mamaria
interna) terutama dari bagian sentral dan medial dan ke kelenjar interpektoralis. Pada
aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri
dan vena brakialis.2
2.3 Histologi
13
lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara sel epitel dan membran basalis. Pada
duktus intralobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan arteriol.3
2.4 Fisiologi
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, sulit dilakukan. Pada waktu itu, mamografi
menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semua hal
diatas berkurang. Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara membesar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproloferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi, air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh okstitosin. Pada
saat menopause lobulus beinvolusi digantikan oleh lemak.2
2.5 Epidemiologi
14
penanganan keluhan pada payudara menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang
datang pada tahun 2001 sampai 2002, ternyata 79% menderita tumor payudara jinak
dan hanya 14% yang menderita kanker. Berdasarkan survei pendahuluan yang
dilakukan dari data rekam medik di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2007- 2011
ditemukan penderita FAM sebanyak 103 orang, dimana ditemukan 5 orang penderita
pada tahun 2007, 25 orang pada tahun 2008, 23 orang pada tahun 2009, 23 orang
tahun 2010 dan 27 orang pada tahun 2011.4,5
Selain itu, menurut World Health Organization (WHO) tumor ganas atau
kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering ditemui dikalangan wanita
sedunia, meliputi 16% daripada semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita
dan sebanyak 508.000 wanita dilaporkan mengalami kematian akibatnya pada tahun
2013.Kanker payudara merupakan kanker tertinggi yang diderita oleh wanita
Indonesia dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan. Berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%).4,5
Penyebab tumor payudara ccsampai saat ini belum diketahui secara pasti, dan sangat
mungkin multifaktorial yang saling mempengarhi satu sama lain, antara lain :
Herediter
Herediter ditemukan 13% tumor mammae terjadi secara herediter pada garis
pertama keturunan, hanya sekitar 1 % yang diakibatkan oleh multifaktor dan
mutasi germline. Sekitar 23 % kanker mammae terjadi secara familial (atau
3% dari seluruh kanker mammae) hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan
BRCA2 probabilitas terjadinya kanker yang berhubungan dengan mutasi gen
ini meningkat jika terjadi pada garis pertama keturunan. Secara herediter,
penyebab terjadinya mutasi multifaktorial dan pada umumnya antara faktor ini
saling mempengaruhi. Perubahan terjadi pada salah satu dari gen dan sekian
banyak gen yang dapat mencetuskan suatu transformasi maligna didukung
oleh faktor lain.1,6
Mutasi Sporadik
15
Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan paparan
hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia reproduktif,
riwayat menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker seperti yang
dijumpai pada wanita postmenopause dan over ekspresi estrogen reseptor.
Estrogen sendiri mempunyai dua kemampuan untuk berkembang menjadi
kanker mammae. Metabolit estrogen pada penyebab mutasi atau menyebabkan
perusakan DNA-radikal bebas. Melalui aktivitas hormonal, estrogen dapat
menyebabkan proliferasi lesi premaligna menjadi suatu maligna. Sifat
bergantung hormon ini berkaitan dengan adanya estrogen, progesterone dan
reseptor hormon steroid lain ini di sel mammae. Pada neoplasma yang
memiliki reseptor ini terapi hormon (antiestrogen) dapat memperlambat
pertumbuhannya dan menyebabkan regresi tumor.1,2
Hormon
Tumor atau kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki-laki
kemungkinan ini sangat rendah. Selain itu, kadar hormon yang tinggi selama
masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat
kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara. Insidens
nya juga meningkat pada usia menarke yang <12 tahun, dan usia menopause
>55 tahun.1,6
16
yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan tumor. Pada saat menjelang menstruasi
atau dalam kondisi dimana kadar hormon estrogen yang tinggi menyebabkan
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan epitel di jaringan mammae.7
2.7 Klasifikasi
a. Neoplasma jinak : memiliki batas tegas dan tidak infiltratif, tidak merusak, serta
tidak bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus membesar
sehingga menekan jaringan sekitarnya.5
b. Neoplasma ganas atau kanker : tumbuh secara tidak terkendali, menginfiltrasi
ke jaringan sekitar sekaligus merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh
lain yang dapat disebut sebagai metastasis.5
Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat jinak tetapi memiliki hubungan
dengan meningkatnya resiko terjadinya keganasan. Fibrokistik atau yang disebut
mammary displasia adalah penyebab tumor yang terbanyak pada wanita berusia 30
sampai 50 tahun. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai
17
penambahan jaringan fibrous dan glandular. Kelainan ini bermanifestasi dalam
beberapa bentuk yang biasanya melibatkan kombinasi dari 3 respon jaringan dasar
yaitu proliferasi epitel (proliferatif), fibrosis dan pertumbuhan kista (nonproliferatif).5
Benjolan ini memiliki konsistensi kenyal lunak dan dapat pula kistik,
permukaan licin, berbatas tegas, benjolan ini dapat membesar dan terasa sangat nyeri
selama periode atau menjelang menstruasi karena hubungannya dengan perubahan
hormonal tiap bulannya. Benjolan fibrokistik biasanya multiple dan bilateral, dengan
kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya
perubahan hormon estrogen dan progesteron. Pembengkakan payudara biasanya
berkurang setelah menstruasi berhenti. Keluhan-keluhan dari perubahan fibrokistik
biasanya berhenti setelah menopause namun bisa menjadi lebih lama jika wanita
tersebut melakukan terapi sulih hormon. Pada periode menjelang menopause, sifat
benjolan pada kelainan ini tidak berbatas tegas dan kenyal. Perubahan fibrokistik
biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.5,6
18
payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan
payudara terdiri dari sel epitel dan stroma.4,6
Etiologi
KLASIFIKASI
19
b. Giant Fibroadenoma
20
Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast
yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan
ukuran yang berbeda.Setelah menopause, fibroadenoma biasa menjadi
mikrokalsifikasi yang dapat terjadi pada tipe distrofi dan terjadi dalam stroma di celah
epitel.3,9
Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya
bagian yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas
dengan konsistensi padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi
sekitar 1-4 cm, namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan
ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5 cm. Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan
digerakkan dengan bebas. Umumnya fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri
atau tidak sakit.6,9
3. Cystosarkoma filoides
4. Lipoma
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang
terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun
juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma umumnya terdapat subkutan. Lipoma
dapat single dapat pula multiple. Bentuk lipoma bila msaih kecil bulat atau oval, bila
sudah besar berbenjol-benjol atau lobuler, karena adanya sekat-sekat jaringan ikat
21
yang masuk ke dalam tumor. Lipoma dapat mencapai ukuran yang sangat besar 10 kg
atau lebih dan dapat menggantung dari kulit sepert buah. Konsistensi lipoma
tergantung dari jaringan lain yang menyertai. Umumnya lunak, dapat kisteus
(pseudokisteus) dan dapat pula padat, dapat digerakkan, dan tidak nyeri,
pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan
berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.5,6
5. Galaktokel
6. Papiloma intraduktus
22
mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu.
Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang jauh dari
puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan juga mungkin
disertai hiperplasi epitelial.Konfirmasi diagnosis papilloma intraduktus dilakukan
dengan duktografi.Terapinya eksisi pada tepi sekeliling areola.5,6
2.8 Diagnosis
23
Gambar 9. Pemeriksaan payudara
3. Pemeriksaan penunjang
a. Mammography
Mammography merupakan suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya
proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer
berupa fibrosis reaktif, cornet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik, dan
adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola berupa bridge of
tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam
jaringan lunak di belakang mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar. Mammografi
dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk
diagnosis dini dan skrining. Hanya saja untuk mass screening. Cara ini merupakan
cara yang mahal dan hanya dianjurkan pada wanita dengan faktor high risk.12
24
Indikasi mamografi adalah :
25
Hasil pemeriksaan sitologi:
26
Gambar 11. Sitologi fibroadenoma payudara
c. Tumor filoides
Tumor ini mungkin kecil (diameter 3 hingga 4 cm), stroma tumor ini
sangat selular dan padat, serta memperlihatkan aktivitas mitotik yang tinggi, tetapi
sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar/ massif sehingga payudara
membesar. Gambaran sitologi sel epitelial yang sama dengan fibroadenoma, tetapi
mengandung sel -sel spindel atipik yang menyerupai fibrosarkoma. Sel-sel stroma
membentuk susunan sel yang terlepas atau longgar dengan sitoplasma yang
banyak. Inti sel stroma adalah besar dan pleiomorfik dengan nukleoli nyata.3
d. Pemeriksaan imunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan
jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan
standar dalam menentukan subtipe kanker payudara.Pemeriksaan IHK pada
karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan prediksi respons
terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah reseptor hormonal yaitu reseptor
estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR), HER2, Ki-67.
27
2.9 Penatalaksanaan
Pembedahan berperan dalam diagnosis dan terapi tumor jinak. Peran dalam
diagnosis adalah biopsi: insisi, dan eksisi. Peran dalam terapi adalah untuk eksisi dan
rekonstruksi. Indikasi operasi untuk tumor jinak payudara adalah jika lesi yang
bersifat jinak memberikan keluhan atau tidak berhasil dengan terapi konservatif.
Berbagai jenis tindakan dapat dilakukan bergantung pada jenis tumor jinak payudara
yang didapatkan.10
Ukuran
Terdapat rasa nyeri atau tidak
Usia pasien
Hasil biopsi
28
Terapi pada FAM dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Konservatif
Syarat: Diagnosis klinis telah dikonfirmasi dengan sitologi dan USG atau mamografi
dan penderita bisa menerima (nyaman ada benjolan di payudara). Konfirmasi
diagnosis akan lebih definitif dengan biopsi core.8,14
Pembedahan
Eksisi
Pada giant FAM usia muda (<20 tahun) insisi yang dianjurkan insisi submammari.6
29
sedikit jaringan sehat disekitarnya. Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini
tidak akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan luka atau
jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan. Pada
tumor ukuran > 3 cm operasi yang dapat dilakukan adalah biopsy insisi yaitu
mengangkat sebagian jaringan tumor.
30
dan destruktif dan dapat bermetastase. Tumbuh progresif dan relatif cepat
membesar. Bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata serta
konsistensi padat dan keras.6
2.11 Pencegahan
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
31
dilakukan pada orang-orang yang kelihatannya sehat, asimptomatik, atau pada
orang yang beresiko tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya
melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi.
Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga konsistensi
payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk wanita yang telah
menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap tanggal 1 setiap bulan agar lebih
mudah diingat. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu :
Melihat payudara
Meraba payudara
Memijat puting susu payudara
Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:
Lokasi tumor
Deskripsi tumor
b. Skrining mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
Mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up atau kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara
orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan
pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke
7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi
rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu dikompresi dan akan memberi hasil
yang optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi
digunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College of Radiology.
32
risiko berkembang menjadi kanker payudara. Insiden karsinoma berkembang dalam
suatu fibroadenoma dilaporkan hanya 20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang
berisiko. Sekitar 50% dari tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20%
infiltrasi karsinoma lobular, 20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS), dan 10%
sisanya infiltrasi karsinoma duktal. Berdasarkan pemeriksaan klinis ultrasonografi dan
mammografi biasanya ditemukan fibroadenoma jinak. Fibroadenoma yang dibiarkan
selama bertahun-tahun akan berubah menjadi ganas, dikenal dengan istilah progresi
dan persentase kemungkinannya hanya 0,5% - 1%.13
2.13 Prognosis
Prognosis pada tumor jinak payudara biasanya baik, karena tumor jinak tidak
ada metastase jauh ataupun metastase regioner (pembesaran kelenjar getah bening
ketiak). Pada tumor jinak payudara, seperti fibroadenoma biasanya tidak terasa sakit,
namun kadang kala akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila
disentuh. Pengobatannya cukup dengan eksisi tumor.6,13
33
BAB III
ANALISA KASUS
1. Pasien berusia 35 tahun. Pada tumor payudara FAM biasanya terjadi pada usia
muda, yaitu 15-30 tahun.
2. Dari hasil anamnesis, benjolam teraba membesar jika sedang menstruasi, nyeri
hanya kadang-kadang saja,
3. Dari hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, teraba 1 buah benjolan pada
regio mammae dextra pada arah jam 10, berbentuk bulat, konsistensi kenyal
padat, berbatas tegas, mobile, dengan ukuran 1 cm x 0.5 cm. Pasien tidak
merasa nyeri saat benjolan diraba. Tidak terdapat perubahan warna kulit dan
tidak terdapat kulit seperti kulit jeruk. Pada kulit payudara di atas benjolan
tidak ada kemerahan, luka, tidak teraba hangat yang merupakan tanda
klinis bila sudah mengalami keganasan.
4. Pemeriksaan fisik ditemukan tidak terdapat benjolan di ketiak, leher, lipat
paha maupun di anggota tubuh lain. Secara teori tumor jinak tidak ada
metastase jauh ataupun metastase regioner (pembesaran kelenjar getah
bening ketiak)
34
dapat menyingkirkan kemungkinan galaktokel pada pasien. Pasien berusia 35 tahun,
benjolan yang dirasakan pasien tidak nyeri, berbentuk bulat atau lonjong, dapat
digerakkan dimana dapat kemungkinan diagnosis tumor jinak fibroadenoma.
Fibroadenoma sering dijumpai pada usia muda, dengan keluhan yang terdapat pada
pasien.
35
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Sihombing M, Sapardin AN. Faktor risiko tumor payudara pada perempuan umur 25-
65 tahun di lima kelurahan kecamatan Bogor Tengah. Jurnal kesehatan
reproduksi.2014;5(3)
2. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono T, Rudiman. Buku Ajar Ilmu Bedah
De Jong. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.
3. Paramita IS, Makmur A, Trpriadi ES. Kesesuaian hasil pemeriksaan ultrasonografi
dan histopatologi pada pasien tumor payudara di RSUD Arifin Achmad periode 1
oktober 2013-30 september 2014.Jurnal online mahasiswa.2015;2(2)
4. Helfiana Agustina Sidauruk, Rasmaliah, Hiswani. Karakteristik Penderita
Fibroadenoma Mammae (FAM) Rawat Inap di RS SANTA ELISABETH MEDAN
tahun2007-2011.Availableat:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=51406&val=4108 . Accessed on
Augus 15th 2017
5. Tumor Payudara. Available at : http://digilib.unila.ac.id-
/6397/12/BAB%20II.%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf. Accessed on Augus 15th
2017
6. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Jakarta,
Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.
7. Copeland EM., Bland KI. Payudara dalam sabiston buku ajar bedah. Bagian1.
Jakarta:EGC.
8. Helfiana Agustina Sidauruk, Rasmaliah, Hiswani. Karakteristik Penderita
Fibroadenoma Mammae (FAM) Rawat Inap di RS SANTA ELISABETH MEDAN
tahun2007-2011.Availableat:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=51406&val=4108 . Accessed on
Augus 15th 2017
9. Fibroadenoma Mammae (FAM). Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38884/3/Chapter%20ll.pdf. Accessed
on Augus 15th 2017
10. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
11. Stopeck AT. Breast cancer. Available at: http://emedicine.medscape.com. Accessed
on Augus 15th 2017
12. Breast Cancer. American Cancer Society.
13. Available at: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-
pdf.pdf. Accessed on Augus 15th 2017
14. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Kementerian Kesehatan. Available at:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf . Accessed on Augus 15th
2017
15. Brunicardi FC. Schwartzs principles of surgery. United States : McGrawHill, 2015.h.
499-556.
36