Anda di halaman 1dari 23

Assalamualaikum wr.

wb

Alhamdulillahirrabil alamin wasalatu wasalamu asrafil anbiya iwal mursalin waala alihi wasahbihi
azmain.

Pertama tama dan yang palimg utama marilah kita panjatkan puji beserta syukur kita kehadirat Allah
SWT. yang mana Ia telah memberikan rahmat dan hidayahnya berupa kesehatan keimanan dan juga
kesempatan kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul ditempat yang kita cintai ini..

Salawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada roh junjungan alam yakni nabi besar Muhammad
SAW. Baiklah untuk mempersingkat waktu, kita masuki judul ceramah kita pada hari ini yaitu yang
berjudul : Gerakan-gerakan Dalam Sholat Yang Sangat Berpengaruh Terhadap kesehatan

Sholat yang merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan disetiap hari, ternyata banyak sekali
pengaruhnya terhadap kesehatan dan perkembangan kebaikan otak manusia. Sholat adalah salah satu
diantara aktivitas yang berpengaruh terhadap kebaikan otak (jasmani) sekaligus ruhani.
Gerakan-gerakan yang sangat berpengaruh terhadap Otak, diantaranya :

Ruku

Rutinitas ruku sebanyak 17 kali dalam lima waktu sholat sehari semalam bermanfaat meningkatkan
refleks, selalu siap sedia dalam berbagai keadaan. Dengan demikian, mekanisme pengaturan tekanan
darah dan irama jantung akan terjaga.

Suplaidarah ke otak yang meningkat saat melakukan gerakan ini juga mengoptimalkan oksigenasi sel-sel
saraf ke otak sehingga fungsi sel-sel di otak (sebagai gudang memori dan pengendali kerja seluruh sitem
dan organ tubuh) menjadi optimal.

Inilah esensi dari sabda Rosululloh SAW yang diriwayatkan oleh Hasan Al-Bashri bahwa Alloh SWT
tidak melihat seseorang hamba yang tidak menegakkan punggungnya antara ruku dan sujud, akibat
oksigenasi sel-sel saraf otak proses berpikir manusia dalam menentukan keputusan lebih jernih, mampu
menimbang mana yang baik dan mana yang benar.

sehingga sholat juga menjadi sarana untuk menjaga agar tetap berada di jalan kebenaran sesuai firman-
Nya: Dirikanlah sholat! Sesungguhnya sholat itu menghalangi perbuatan keji dan mungkar. (Al-
Ankabut : 45)
Itidal

Itidal atau gerakan setelah ruku adalah gerakan kembali ke posisi tegak. Posisi ini membantu
metabolisme otak dan jantung agar bekerja optimal. Oleh karena itu, dalam itidal aliran darah yang
tadinya terfokus di kepala setelah ruku akan turun ke badan sesuai gravitasi.

Gerakaan takbir bersamaan dengan menegakkan badan saat itidal menyebabkan stimulus pada cabang
besar saraf di bahu-ketiak yang merupakan cabang saraf yang melayani organ jantung, paru-paru dan
sebagian organ pencernaan, ketika mengangkat kedua lengan, paru-paru akan mengembang sehingga
dapat meningkatkan masuknya oksigen.

Saat kedua lengan bergerak turun untuk kemudian berada di samping kanan dan kiri badan, sisa
pembakaran atau metabolisme yang bermuatan negatif dikeluarkan bersamaan dengan hembusan nafas.
Sujud

Gerakan sujud akan membuat otot dada dan otot sela iga menjadi kuat sehingga rongga dada bertambah
besar dan paru-paru berkembang dengan baik sehingga dapat menghisap udara. Lutut yang membentuk
sudut yang tepat memungkinkan otot-otot perut berkembang dan mencegah kegombyongandi bagian
tengah.

Gerakan sujud ini juga menambah aliran darah ke bagian atas tubuh terutama kepala (mata, telinga,
hidung) serta paru-paru dan memungkinkan dibersihkannya toksin-toksin oleh darah.

Bagi wanita hamil gerakan sujud ini juga bermanfaat mempertahankan posisi janin yang sudah benar,
mengurangi tekan darah tinggi, menambah elastisitas tulang, menghilangkan egoisme dan kesombongan.

Meningkatkan kesabaran dan kepercayaan kepada Alloh SWT. sehingga akan menghasilkan energi bathin
yang tinggi di seluruh tubuh. Posisi ini menunjukkan ketundukkan dan kerendahan hati tertinggi
(menyerahkan diri). Maka itu tak heran jika mulanya seorang sholat dalam keadaan lelah, mengantuk dan
lemas akan kembali segar setelah sujud.
Duduk Di Antara Dua Sujud

Duduk tachiyat pertama disebut duduk iftiros atau duduk di antara dua sujud. Pada posisi ini otot-otot
pangkal paha yang di dalamnya ada salah satu saraf pangkal paha yang besar yaitu di atas rumit kaki
berfungsi sebagai penyangga.

Gerakan ini menyebabkan otot-otot di bagian ini terpijit (refleksi). Pijatan ini bermanfaat melindungi diri
dari penyakit syaraf pangkal paha (neuralgi) yang terasa sakit dan nyeri sehingga kaki tidak dapat
digerakkan, juga membantu meregangkan cabang saraf tulang belakang, segmen dada dan punggung
bagian bawah serta pinggul. Tulang ekor sebagai tempat keluar cabang saraf juga akan meregang.

Pada posisi ini serabut saraf pinggang ke-2 dan 3 (daerah paha isi dalam), daerah tulang kering dan
segmen ekor ke-1 (punggung k
aki) akan terstimulasi (refleksi).

Segmen saraf ini melayani organ liver, ginjal, usus, saluran pembuangan (dubur), kelenjar prostat (laki-
laki), rahim (perempuan), penis dan vagina sehingga gerakan ini kemungkinan besar dapat
mengoptimalkan kinerja organ-organ tersebut.

Organ-organ genetalia dan enzim pencernaan juga akan bekerja secara optimal sehingga dapat mencerna
dan mengolah material makanan untuk kemudian menyerapnya sesuai kebutuhan tubuh. Dengan
demikian sisa-sisa pencernaan yang tidak diperlukan akan dikeluarkan pada saat buang air besar.
Tahiyatul Akhir

Dari sisi kesehatan nyata, gerakan salam juga merangsang refleksi di kanan kiri leher sehingga bisa
mengendalikan tekanan darah dan irama jantung. Inilah bagian dari relaksasi penutup exercise lahir bathin
yang dilakukan dalam sholat.

Demikianlah diantara uraian tentang otak, potensi dan kelebihannya serta perhatian Alloh terhadap
nikmat otak tersebut. Semoga dengan mengetahui ini akan bisa membuat kita lebih SYUKUR terhadap
nikmat Alloh yang bernama otak tersebut, selanjutnya akan mendapat tambahan nikmat dari-Nya
melalui penggunaan otak secara maksimal.

Wassalamualaikum wr.wb
Tentang Kewajiban Berpuasa

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu

Alhamdulillahirrabil alamin wasalatu wasalamu asrafil anbiya iwal mursalin waala alihi wasahbihi
azmain.

Pertama tama dan yang palimg utama marilah kita panjatkan puji beserta syukur kita kehadirat Allah
SWT. yang mana Ia telah memberikan rahmat dan hidayahnya berupa kesehatan keimanan dan juga
kesempatan kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul ditempat yang kita cintai ini..

Salawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada roh junjungan alam yakni nabi besar Muhammad
SAW. Baiklah untuk mempersingkat waktu, kita masuki judul ceramah kita pada hari ini yaitu yang
berjudul :
Puasa

Puasa adalah menahan lapar mulai dari terbitnya fajar di sebelah timur sampai terbenamnya matahari
disebalah barat. Yang mana ketika kita berpuasa, kita dilatih untuk menahan nafsu, menahan lapar dan
menahan haus.

Puasa merupakan salah satu yang termasuk dalam rukun islam, yaitu rukun islam yang ke - 4. Pastinya
kita semua sudah pada mengetahui rukun rukun islam. Hanya sekedar mengingat kembali, Rukun islam
yang ke.

1. Mengucapkan dua kalimat sahadat


2. Mengerjakan shalat
3. Membayar zakat
4. Mengerjakan puasa,
5. Naik haji bagi yang mampu.

Rukun islam merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam dipenjuru dunia. Kewajiban berarti segala
sesuatu yang harus atau mesti dikerjakan atau dilaksanakan. Maka dari itu kita sebagai umat muslim
wajib berpuasa.

Berdasarkan keterangan yang sangat jelas dari Al-Qur'an dan Sunnah. Bahkan, Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan salah satu dari rukun Islam yang 5. Hal ini menunjukkan bahwa
kedudukannya yang mulia dan agung dalam Islam.

Karenanya semua orang muslim wajib memperhatikan dan menjaganya dengan seksama agar sempurna
bangunan di dalam dirinya.
Apabila ada seorang yang mengaku muslim namun meninggalkan puasa karena ia mengingkarinya, maka
dia termasuk orang orang yang kufur.

Sedangkan bagiorang - orang yang tidak mengerjakan puasa karena malas atau lalai tetap meyakini
bahwa hukumnya wajib, maka ia telah melakukan dosa yang besar dan kebinasaan karena tidak
melaksanakan salah satu rukun Islam dan kewajiban yang penting.

Adapun konsekuensi berdasarkan hukum fiqihnya, para ulama - ulama memiliki pendapat yang berbeda -
beda. Sebagiannya berpendapat, bahwa bagi orang yang telah berbuka tidak berpuasa satu hari saja dari
bulan Ramadhan maka wajib mengqadla puasanya sebanyak 12 hari.

Ada juga yang pendapat bahwa mereka wajib berpuasa qadla selama satu bulan. Pendapat lainnya,
mengatakan bahwa seseorang itu harus berpuasa selama 3000 hari dan ini merupakan pendapat al-Nakhai,
Waqi' bin al-Jarrah,.

Namun ada dua pendapat yang paling masyhur dalam masalah ini dan memiliki landasan argumen yang
kuat, yaitu: wajib mengqadla tanpa kafarah dan cukup bertaubat tanpa harus qadla.

Pendapat Pertama: Wajib qadla saja


Pendapat ini merupakan pendapat yang sangat umum di kalangan para ulama, yaitu wajib mengqadla bagi
orang yang sengaja berbuka (tidak berpuasa) pada bulan Ramadlan, yaitu dengan berpuasa sesuai jumlah
hari yang dia rusak.

Pendapat Kedua: Tidak wajib mengqadla, dan hanya bertaubat dengan sebenar - benarnya "bersungguh -
sungguh"
Menurut pendapat kedua ini, tidak cukup dengan qadla walaupun dia berpuasa setahun penuh. Sebabnya,
karena dia sengaja merusak puasanya tanpa udzur syar'i. Maka tidak mencukupi hari untuk menggantikan
hari yang dia rusak tersebut, karena qadla disyariatkan bagi orang yang memiliki udzur (berhalangan).

Allah Ta'ala berfirman yang maknanya :


Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah: 184)

Maka barang siapa yang merusak puasa di bulan ramadhan tanpa ada udzur syar'i lalu mengganti
puasanya itu di hari hari yang lain, berarti telah membuat aturan baru dalam agama Allah yang tidak
diizinkan oleh-Nya.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda yang maknanya "Siapa yang mengad
a-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan berasal darinya, maka akan tertolak." (HR.
Bukhari dari Aisyah radliyallahu 'anha)

Adapun firman Allah swt tentang puasa yang maknanya :


Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa
(Q.S. Al-Baqarah : 183)

Dari arti firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Baqarah : 183, telah jelas bahwa puasa itu telah diwajibkan
dan diperintahkan kepada orang orang sebelum kita. Yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Allah SWT.

Pasti kita bertanya Tanya, apa sebenarnya hikmah dari Puasa?


Berikut beberapa hikmah dari puasa

1. Puasa dapat menyempitkan aliran darah dan juga makanan. Aliran yang sama yang digunakan oleh
syaitan. Sehingga bisikan syaitan akan menjadi lemah.

2. Puasa dapat melemahkan nafsu, hasrat berbuat maksiat dan keinginan berbuat jahat. Ini mengakibatkan
roh menjadi suci.

3. Puasa juga merupakan penyucian hati, pendidikan jiwa, pengendalian pandangan mata dan juga
menjaga seluruh anggota tubuh dari pada perbutan dosa.

4. Puasa dapat menyehatkan tubuh, kerana puasa mengosongkan perut dari berbagai bahan yang
merusakkan. Puasa juga berfungsi membersihkan darah, menormalkan fungsi jantung, hati dan ginjal.

5. Apabila seseorang itu berpuasa, dirinya akan merasa kerdil di hadapan Allah SWT, hatinya akan
mudah tersentuh dan rasa tamak akan menipis. Nafsunya terkawal sehingga doanya dikabulkan kerana dia
dekat dengan Allah SWT.

Mungkin diantara kita masih ada yang bingung, sebenarnya apa apa saja yang dapat membatalkan
ataupun yang dapat mengurangi pahala puasa, berikut akan saya sebutkan kembali tentang hal hal yang
dapat membatalkan ataupun yangdapat mengurangi pahala puasa :
Makan dan juga Minum yang dilakukan dengan sengaja
Merokok
Melakukan hubungan badan antara suami dan juga istri pada siang hari, Jima (berssenggema)
Keluarnya darah haid atau nifas bagi seorang perempuan
Menghirup obat untuk melegakan pernafasan
Menelan sisa - sisa makanan yang masih ada menempel di antara gigi-gigi meskipun hanya sedikit
Transfusi darah bagi orang yang berpuasa
Ghibah ( membicarakan aib kejelekan orang lain)
Namimah ( mengadu domba )
Mendoakan hal hal yang jelek terhadap orang lain dan juga mencaci-maki
Melakukan maksiat
Berbohong
Timbul syahwat kyang disebabkan memikirkan atau melihat hal-hal yang jorok ( mesum )

Saudara saudari yang muliakan oleh Allah SWT. kita telah mengetahui apa saja hukum bagi orang
orang yang tidak berpuasa dengan sengaja, yaitu mendapatkan dosa yang besar. Naudzubilahimindzalik.
Oleh sebab itu, untuk kedepannya semoga puasa kita akan lebih baik lagi,. Dan semoga kita menjadi umat
muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, amin yarobal alamin.

Sekianlah ceramah dari saya apa bila ada kesalahan dalam penyampaian, ataupun kata kata yang kurang
berkenan saya mohon maaf, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. akhirul kalam
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu.

Demikianlah Artikel saya yang membahas tentang Contoh Ceramah Tentang Kewajiban Berpuasa. terima
kasih Semoga bermanfaat Wassalam Wr Wb.
Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Jiwa

Assalamualikum Wr Wb.

Yang pertama marilah kita senantas selalu bersyukur atas kehadirat Allah SWT yang mana hingga saat ini
kita masih diberinya rahmat kesehatan dan juga keselamatan sehingga kita masih mampu untuk
berkumpul di mesjid yang sama sama kita cintai ini.

Kemudian shalawat beriringkan salam tidak bosan bosannya kita hadiahkan kepada roh junjungan alam
yakni nabi besar kita nabi Muhammad SAW. Semoga dengan banyaknya kita bershalawat maka kita akan
mendapatkan safaatbya diyaumul akhir kelak.

Baiklah tanpa terus memperpanjang mukodimah, langsung saja judul ceramah saya pada malam hari ini
adalah Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Jiwa.

Dalam Surat al-Rad / 13:28, menjeaskan bahwasanya dengan kita mengingat (dzkir) kepada Allah maka
hati akan menjadi tenteram. Dzikir merupakan salah satu metode mencapai ketenangan hati yang
dilakukan dengan tata-cara tertentu.

Dzikir diajarkan dan dipahami dengan melafazkan kalimat - kalimat thayyibah secara keras (dzikr jahr),
dan menggunakan kalimat - kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat

Hadirin yang dirahmati oleh Allah SWT


Sebenarnya hubungan antara dzikir dengan ketentraman jiwa sudah dapat dianalisis secara ilmiah. Dzikir
secara lughawi artinya menyebut atau ingat. Jika kita artikan menyebut maka peranan lisanlah yang lebih
dominan, namun jika diartikan sebagai ingat, maka kegiatan berpikir dan merasalah (kegiatan psikologis)
yang lebih dominan. Dari segi ini maka ada dua alur pikir yang dapat diikuti:

Manusia memiliki potensi intelektual. Potensi ini cenderung aktif bekerja untuk mencari jawaban atas hal
- hal yang belum diketahuinya. Salah satu hal yang dapat merangsang berpikir adalah adanya hukum
kausalitas di muka bumi ini. Jika seseorang menemukan suatu penemuan yang baru, misalnya A
disebabkan oleh B, maka selnjutnya manusia akan tertantang untuk mencari apa yang menyebabkan B.

Begitulah seterusnya hingga setiap kebenaran yang di temukan oleh potensi intelektual manusia akan
diikuti oleh penyelidikan berikutnya sampai menemukan kebenaran baru.

Sebagai makhluk yang berfikir manusia selalunya tidak merasa puas terhadap kebenaran ilmiah sampai
ia berhasil menemukan kebenaran perenial dengan jalan melalui jalan supra rasionalnya.

Jika seseorang telah sampai pada kebenaran ilahiah atau telah terpandunya dzikir dan fikir, maka ia tidak
akan tergoda lagi untuk mencari kebenaran - kebenaram yang lain, dan ketika jiwa seseorang itu menjadi
tenang, tidak ada konflik batin dan tidak gelisah.
Selama seseorang masih memikirkan ciptaan Allah SWT dengan menggunakan segala hukum-hukumnya,
maka hatinya tidak mungkin bisa tenteram dalam artian tenteram yang sebenarnya, akan tetapi jika ia
telah sampai kepada memikirkan Sang Pencipta dengan segala keagungannya, maka manusia tidak
sempat lagi untuk memikirkan hal hal yang lain, dan ketika itulah puncak ketenangan dan puncak
kebahagiaan dicapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang tersebut telah mencapai al- nafs al-
muthmainnah.
Hadirin seklian yang dirhmati oleh Allah SWT

Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, padahal apa yang ia butuhkan itu tidak
akan pernah benar - benar dapat memuaskannya (terbatas). Oleh sebab itu selama manusia masih terus
memburu yang terbatas, maka tidak akan mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas
(duniawi) tidak akan mampu memuaskan hal yang tidak terbatas (keinginan dan nafsu).

Akan tetapi, jika yang dikejar manusia itu adalah Allah SWT yang tidak terbatas kesempurnaan-Nya,
maka dahaganya akan dapat terpuaskan. Maka jika seseorang telah mampu selalu ingat (dzikir) kepada
Allah SWT maka jiwanya akan tenteram, karena dunia manusia yang terbatas telah terpuaskan oleh
rahmat Allah yang tidak terbatas.

Hanya manusia yang berada pada tingkat inilah yang benar benar layak menerima panggilan-Nya untuk
kembali kepada-Nya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala kesalahan. Wassalamualaikum Wr
Wb.
Sholat Dalam Ilmu Kesehatan

Assalam Wr Wb.

Sebagai awalan dari cermah saya, marilah kita mengucapkan puji serta syukur berkah rahmat kesehatan
dan juga keselamatan yang telah Allah SWT berikan kepada kita, sehingga saya dan kita semua dapat
hadir dan berkumpul ditempat yang kita cintai ini.

Selanjutnya mari bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu bukti bahwa kita adalah
umat beliau.

Yang saya hormati bapak bapak dan ibu ibu yang hadir pada kesempatan ini dan Yang saya sayangi
teman teman seperjuangan.

Nah tanpa memperpanjang mukodimah, saya akan memulai ceramah saya yang berjudul Hikmah Dan
Manfaat Sholat Dalam Ilmu Kesehatan.

Sebenarnya selain untuk melaksanakan perintah Allah SWT, dan untuk mengobati atas kerinduan jiwa
pada sang Pencipta Allah SWT, shalat juga memiliki efek yang baik untuk kesehatan. Terutama pada
gerakan gerakannya. Hal ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh Seorang pakar ilmu yang bernama Prof
H Muhammad Hembing Wijakusuma. Beliau ahli dibidang ilmu pengobatan tradisional.

Dan hasil penelitian tersbut disebarkan kepada umat Islam, melalui berbagai media termasuk buku yang
berjudul Hikmah Sholat untuk Pengobatan dan Kesehatan. Bahkan, dalam penelitiannya tersebut
memaparkan bahwa duduk Tasyahud diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit tanpa melakukan
operasi.

Setelah mendengar itu, mungkin anda ada yang bertanya tanya, Apasih hubungan atau relasinya antara
sholat dengan kesehatan ? nah menurut Hembing, pada setiap gerakan yang ada pada shalat memiliki arti
khusus bagi kesehatan dan mempunyai pengaruh yang kuat pada bagian bagian tubuh seperti ruas
tulang punggung, kaki, otak, rongga dada, lambung, leher, pangkal paha, dan bagian lainnya. Saya akan
menjelaskan sedikit tentang beberapa gerakan shalat dan manfaatnya.

Pertama yang akan saya bahas adalah Berdiri tegak dalam sholat
Apabila gerakan tersebut dilakukan dengan cara yang benar , maka gerakan itu bisa menjadi pencegah
datangnya serta mengobati berbagai maca penyakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hembing
memaparkan bahwa pada saat posisi berdiri tegak membuat seluruh saraf menjadi erfokus pada titik pusat
yaitu pada otak, paru-paru, jantung, tulang pungggung lurus, pinggang, dan kedua kaki yang tegak lurus
pada posisi akupuntur, sangat memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan seluruh tubuh.

Nah yang kedua adalah posisi Rukuk


Posisi Rukuk juga berperan penting dalam menghindari penyakit yang menyerang ruas tulang belakang
seperti tulang punggung, tulang pinggang, tulang leher dan ruas tulang tungging. Dengan melakukan
gerakan rukuk, maka kita telah menarik, mengendurkan dan menggerakan saraf-saraf yang berada
dibagian otak, punggung dan juga bagian lainnya.

Coba kita bayangkan jika kita rutin menjalankan sholat lima waktu yang apabila dihitung ada 17 rakaat
dalam sehari semalam. Aahhh sudah gak kebayang lagi kesehatan yang kita dapatkan dibalik pahala yang
melimpah.

Sepertinya demikianlah yang dapat saya sampaikan pada pertemuan kali ini. Walaupun sebenarnya masih
banyak lagi yang ingin saya sampaikan pada pertemuan ini, akan tetapi karena kita dibatasi oleh waktu,
maka kita cukupkan sampai disini dulu pertemuan kali ini.

Terima kasih sudah berkenan mendengarkan beberapa penyampaian saya tadi. Mohon maaf atas segala
kesalahan wabillah hitaufiq hidayah Wassalam Wr Wb.
15 Alasan Merindukan Bulan Ramadhan

Seperti seorang kekasih, selalu diharap-harap kedatangannya. Rasanya tak ingin berpisah sekalipun cuma
sedetik. Begitulah Ramadhan seperti digambarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah,
"Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu
puasa terus." Sesungguhnya, ada apanya di dalam Ramadhan itu, ikutilah berikut ini:
1. Gelar taqwa

Taqwa adalah gelar tertinggi yang dapat diraih manusia sebagai hamba Allah. Tidak ada gelar yang lebih
mulia dan tinggi dari itu. Maka setiap hamba yang telah mampu meraih gelar taqwa, ia dijamin hidupnya
di surga dan diberi kemudahan-kemudahan di dunia. Dan puasa adalah sarana untuk mendapatkan gelar
taqwa itu.
"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS al-Baqarah: 183)Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah
kepada hambanya yang taqwa, antara lain:
a. Jalan keluar dari semua masalahKemampuan manusia amat terbatas, sementara persoalan yang
dihadapi begitu banyak. Mulai dari masalah dirinya, anak, istri, saudara, orang tua, kantor dan
sebagainya. Tapi bila orang itu taqwa, Allah akan menunjukkan jalan berbagai persoalan itu. Bagi Allah
tidak ada yang sulit, karena Dialah pemilik kehidupan ini.
"..Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath
Thalaaq: 2)"..Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan
dalam urusannya." (QS. Ath Thalaaq: 4)
b. Dicukupi kebutuhannya"Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...."(QS. Ath
Thalaaq: 3)
c. Ketenangan jiwa, tidak khawatir dan sedih hatiBagaimana bisa bersedih hati, bila di dalam dadanya
tersimpan Allah. Ia telah menggantungkan segala hidupnya kepada Pemilik kehidupan itu sendiri. Maka
orang yang selalu mengingat-ingat Allah, ia bakal memperoleh ketenangan.
"Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu
ayat-ayat-KU, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. al-A'raaf: 35)
2. Bulan pengampunan

Tidak ada manusia tanpa dosa, sebaik apapun dia. Sebaik-baik manusia bukanlah yang tanpa dosa, sebab
itu tidak mungkin. Manusia yang baik adalah yang paling sedikit dosanya, lalu bertobat dan bernjanji
tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi.

Karena dosa manusia itu setumpuk, maka Allah telah menyediakan alat penghapus yang canggih. Itulah
puasa pada bulan Ramadhan. Beberapa hadis menyatakan demikian, salah satunya diriwayatkan Bukhari
Muslim dan Abu Dawud, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena
mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni."
3. Pahalanya dilipatgandakan

Tidak hanya pengampunan dosa, Allah juga telah menyediakan bonus pahala berlipat-lipat kepada
siapapun yang berbuat baik pada bulan mulia ini. Rasulullah bersabda, "Setiap amal anak keturunan
Adam dilipatgandakan. Tiapsatu kebaikan sepuluh lipad gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya."
(HR. Bukhari Muslim).
Bahkan amalan-amalan sunnah yang dikerjakan pada Ramadhan, pahalanya dianggap sama dengan
mengerjakana amalan wajib (HR. Bahaiqi dan Ibnu Khuzaimah). Maka perbanyaklah amal dan ibadah,
mumpung Allah menggelar obral pahala.
4. Pintu surga dibuka dan neraka ditutup

"Kalau datang bulan Ramadhan terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan
terbelenggu."(HR Muslim) Kenapa pintu surga terbuka? Karena sedikit saja amal perbuatan yang
dilakuka n, bisa mengantar seseorang ke surga. Boleh diibaratkan, bulan puasa itu bulan obral.

Orang yang tidak membeli akan merugi. Amal sedikit saja dilipatgandakan ganjarannya sedemikian
banyak. Obral ganjaran itu untuk mendorong orang melakukan amal-amal kebaikan di bulan Ramadhan.
Dengan demikian otomatis pintu neraka tertutup dan tidak ada lagi kesempatan buat set
an menggoda manusia.
5. Ibadah istimewa
Keistimewaan puasa ini dikatakan Allah lewat hadis qudsinya, "Setiap amalan anak Adam itu untuk
dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa)
meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR Bukhari Muslim)

Menurut Quraish Shihab, ahli tafsir kondang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, puasa dikatakan
untuk Allah dalam arti untuk meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa.
Misalnya, dalam bidang jasmani, kita tahu Tuhan tidak beristri. Jadi ketika berpuasa dia tidak boleh
melakukan hubungan seks. Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu diteladani, maka ketika berpuasa
kita tidak makan, tapi kita memberi makan. Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa. Ini
tahap dasar meneladani Allah.
Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah adalah salah satu sifat Tuhan yang
seharusnya juga kita teladani. Maka dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat
kebaikan.

Tuhan Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar. Belajar bisa lewat membaca
al-Qur'an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, meningkatkan pengetahuan ilmiah.
Allah swt setiap saat sibuk mengurus makhluk-Nya. Dia bukan hanya mengurus manusia. Dia juga
mengurus binatang. Dia mengurus semut. Dia mengurus rumput-rumput yang bergoyang. Manusia yang
berpuasa meneladani Tuhan dalam sifat-sifat ini, sehingga dia harus selalu dalam kesibukan.
Perlu ditekankan meneladani Tuhan itu sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia. Kita tidak
mampu untuk tidak tidur sepanjang malam, tidurlah secukupnya. Kita tidak mampu untuk terus-menerus
tidak makan dan tidak minum. Kalau begitu, tidak makan dan tidak minum cukup sejak terbitnya fajar
sampai tenggelamnya matahari saja.
6. Dicintai Allah

Nah, sesesorang yang meneladani Allah sehingga dia dekat kepada-Nya. Bila sudah dekat, minta apa saja
akan mudah dikabulkan. Bila Allah telah mencintai hambanya, dilukiskan dalam satu hadis Qudsi, "Kalau
Aku telah mencintai seseorang, Aku menjadi pendengaran untuk telinganya, menjadi penglihatan untuk
matanya, menjadi pegangan untuk tangannya, menjadi langkah untuk kakinya." (HR Bukhari)
7. Do'a dikabulkan

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang berdo'a apabila dia berdo'a, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)Ku." (QS. al-Baqarah: 186)
Memperhatikan redaksi kalimat ayat di atas, berarti ada orang berdo'a tapi sebenarnya tidak berdo'a. Yaitu
do'anya orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Apa syaratnya? "maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah)Ku."
Benar, berdo'a pada Ramadhan punya tempat khusus, seperti dikatakan Nabi saw, "Tiga do'a yang tidak
ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan do'anya orang teraniaya. Allah
mengangkat do'anya ke awan dan membukakan pintu-pintu langit. 'Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku
tolong meski tidak sekarang." (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Namun harus diingat bahwa segala makanan yang kita makan, kecucian pakaian, kesucian tempat, itu
punya hubungan yang erat dengan pengabulan do'a. Nabi pernah bersabda, ada seorang yang sudah
kumuh pakaiannya, kusut rambutnya berdo'a kepada Tuhan.

Sebenarnya keadaannya yang kumuh itu bisa mengantarkan do'anya dia diterima. Tapi kalau makanannya
haram, minumannya haram, pakaiannya yang dipakainya terambil dari barang yang haram, bagaimana
bisa dikabulkan doa'nya?
Jadi do'a itu berkaitan erat dengan kesucian jiwa, pakaian dan makanan. Di bulan Ramadhan jiwa kita
diasah hingga bersih. Semakin bersih jiwa kita, semakin tulus kita, semakin bersih tempat, pakaian dan
makanan, semakin besar kemungkinan untuk dikabulkan do'a.
8. Turunnya Lailatul Qodar

Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Saking mulianya Allah
menggambarkan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan (QS. al-Qadr). Dikatakan mulia, pertama
lantaran malam itulah awal al-Qur'an diturunkan. Kedua, begitu banyak anugerah Allah dij
atuhkan pada malam itu.
Beberapa hadits shahih meriwayatkan malam laulatul qodar itu jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. Seperti dirawikan Imam Ahmad, "Lailatul qadar adalah di akhir bulan Ramadhan tepatnya di
sepuluhb terakhir, malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh
atau duapuluh sembilan atau akhir malam Ramadhan.

Barangsiapa mengerjakan qiyamullail (shalat malam) pada malam tersebut karena mengharap ridha-Ku,
maka diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang."
Mengapa ditaruh diakhir Ramadhan, bukan pada awal Ramadhan? Rupanya karena dua puluh malam
sebelumnya kita mengasah dan mengasuh jiwa kita. Itu adalah suatu persiapan untuk menyambut lailatul
qodar.
Ada dua tanda lailatul qadar. Al Qur'an menyatakan, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat JIbril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan/kedamaian sampai terbit fajar. (QS al-Qadr: 4-5)
Malaikat bersifat gaib, kecuali bila berubah bentuk menjadi manusia. Tapi kehadiran malaikat dapat
dirasakan. Syekh Muhammad Abduh menggambarkan, "Kalau Anda menemukan sesuatu yang sangat
berharga, di dalam hati Anda akan tercetus suatu bisikan, 'Ambil barang itu!' Ada bisikan lain berkata,
'Jangan ambil, itu bukan milikmu!' Bisikan pertama adalah bisikan setan. Bisikan kedua adalah bisikan
malaikat."

Dengan demikian, bisikan malaikat selalu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal positif. Jadi
kalau ada seseorang yang dari hari demi hari sisi kebajikan dan positifnya terus bertambah, maka yakinlah
bahwa ia telah bertemu dengan lailatul qodar.
9. Meningkatkan kesehatan

Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-
organ pencernaan dapat istirahat. Pada hari biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras.
Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam.

Empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum). Jika malam sahur dilakukan
pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai
waktu berbuka, kurang lebih selama enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total.
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan,
ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat dengan pesat sekali. Penambahan jumlah sel darah
putih secara otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia
terdapat parasit-parasit yang menumpang makan dan minum. Dengan menghentikan pemasukan
makanan, maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan
hidup. Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.
Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun kotoran dan ampas, mempercepat
regenasi kulit, menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung, memperbaiki fungsi hormon,
meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh,
meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh, dan meningkatkan fungsi susunan syaraf.
10. Penuh harapan

Saat berpuasa, ada sesuatu yang diharap-harap. Harapan itu kian besar menjelang sore. Sehari penuh
menahan lapar dan minum, lalu datang waktu buka, wah... rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Itulah
harapan yang terkabul. Apalagi harapan bertemu Tuhan, masya' Allah, menjadikan hidup lebih bermakna.
"Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu
dengan Tuhannya." (HR. Bukhari).
11. Masuk surga melalui pintu khusus, Rayyaan

"Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang
yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika
mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup." (HR. Bukhari)
12. Minum air telaganya Rasulullah s
aw

"Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka itu menjadi
ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang
lain. Mereka (para sahabat) berkata, 'Wahai Rasulullah, tidak setiap kami mempunyai makanan untuk
diberikan kepada orang yang berbuka puasa.'

Beliau berkata, 'Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir
kurma, seteguk air, atau sesisip susu...Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah
akan memberinya minum seteguk dari telagak dimana ia tidak akan haus hingga masuk surga." (HR. Ibnu
Khuzaimah dan Baihaqi)
13. Berkumpul dengan sanak keluarga

Pada tanggal 1 Syawal ummat Islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Inilah hari kemenangan setelah
berperang melawan hawa nafsu dan syetan selama bulan Ramadhan. Di Indonesia punya tradisi khusus
untuk merayakan hari bahagia itu yang disebut Lebaran. Saat itu orang ramai melakukan silahtuhrahim
dan saling memaafkan satu dengan yang lain.

Termasuk kerabat-kerabat jauh datang berkumpul. Orang-orang yang bekerja di kota-kota pulang untuk
merayakan lebaran di kampung bersama kedua orang tuanya. Maka setiap hari Raya selalu terjadi
pemandangan khas, yaitu orang berduyun-duyun dan berjubel-jubel naik kendaraan mudik ke kampung
halaman. Silahturahim dan saling memaafkan itu menurut ajaran Islam bisa berlangsung kapan saja.
Tidak mesti pada Hari Raya.

Tetapi itu juga tidak dilarang. Justru itu momentum bagus. Mungkin, pada hari biasa kita sibuk dengan
urusan masing-masing, sehingga tidak sempat lagi menjalin hubungan dengan tetangga dan saudara yang
lain. Padahal silahturahim itu dianjurkan Islam, sebagaimana dinyatakan hadis, "Siapa yang ingin
rezekinya dibanyakkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi!" (HR.
Bukhari)
14. Qaulan tsaqiilaa

Pada malam Ramadhan ditekankan (disunnahkan) untuk melakukan shalat malam dan tadarus al-Qur'an.
Waktu paling baik menunaikan shalat malam sesungguhnya seperdua atau sepertiga malam terakhir (QS
Al Muzzammil: 3).

Tetapi demi kesemarakan syiar Islam pada Ramadhan ulama membolehkan melakukan terawih pada awal
malam setelah shalat isya' dengan berjamaah di masjid. Shalat ini populer disebut shalat tarawih. Shalat
malam itu merupakan peneguhan jiwa, setelah siangnya sang jiwa dibersihkan dari nafsu-nafsu kotor
lainnya.

Ditekankan pula usai shalat malam untuk membaca Kitab Suci al-Qur'an secara tartil (memahami
maknanya). Dengan membaca Kitab Suci itu seseorang bakal mendapat wawasan-wawasan yang luas dan
mendalam, karena al-Qur'an memang sumber pengetahuan dan ilham.
Dengan keteguhan jiwa dan wawasan yang luas itulah Allah kemudian mengaruniai qaulan tsaqiilaa
(perkataan yang berat). Perkataan-perkataan yang berbobot dan berwibawa. Ucapan-ucapannya selalu
berisi kebenaran. Maka orang-orang yang suka melakukan shalat malam wajahnya bakal memancarkan
kewibawaan.
15. Hartanya tersucikan

Setiap Muslim yang mampu pada setiap Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat. Ada dua zakat, yaitu
fitrah dan maal. Zakat fitrah besarnya 2,5 kilogram per orang berupa bahan-bahan makanan pokok.
Sedangkan zakat maal besarnya 2,5 persen dari seluruh kekayaannya bila sudah mencapai batas nisab dan
waktunya.

Zakat disamping dimaksudkan untuk menolong fakir miskin, juga guna mensucikan hartanya. Harta yang
telah disucikan bakal mendatangkan barakah dan menghindarkan pemiliknya dari siksa api neraka. Harta
yang barakah akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya, harta yang tidak
barakah akan mengundang kekhawatiran dan ketidaksejahteraan.
Keadaan Manusia Sesudah Ramadhan

Allah Azza wa Jalla menyebutkan hikmah disyariatkannya ibadah puasa yang agung berupa
perealisasian ketakwaan , sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya:

{

}

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (Al-Baqarah : 183).

Oleh karena itu, seorang muslim selayaknya menghayati keberadaan bulan puasa sebagai madrasah
imaniyyah, yang mentarbiyyah seseorang yang berpuasa untuk mudah melakukan amal shaleh dan ibadah
serta bersungguh-sungguh menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan.

Disebabkan hal di ataslah, pengaruh baik puasa Ramadhan -jika puasa tersebut dilaksanakan dengan
benar- akan terus nampak pada bulan-bulan sesudah Ramadhan, karena balasan kebaikan itu adalah
kebaikan sesudahnya.

Berkata Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr hafizhahullah :



- -
.

Oleh karena inilah, ulama menyebutkan bahwa diantara tanda-tanda diterimanya ibadah puasa dan shalat
taraweh adalah keadaan seorang hamba menjadi baik (baca: bertakwa) pasca Ramadhan.

Jika keadaannya sebelum Ramadhan buruk (baca: banyak maksiat), maka sesudahnya menjadi baik,
sedangkan jika sebelum Ramadhan keadaannya baik , maka sesudahnya menjadi semakin baik, hal ini
termasuk tanda-tanda kebaikan.

Adapun -kita berlindung kepada Allah- jika buruk keadaanannya pasca Ramadhan, ia dapati dirinya -kita
berlindung kepada Allah- suka maksiat dan dosa serta suka menelantarkan ketaatan dan kewajiban-
kewajiban, maka ini bukanlah termasuk tanda-tanda kebaikan.

Karena itu, termasuk perkara yang tertuntut untuk dilakukan sesudah Ramadhan adalah seseorang
bersungguh-sungguh untuk terus melakukan kebaikan, seorang Salafush Shaleh mengatakan :

Seburuk-buruk manusia adalah orang yang mengenal Allah hanya pada bulan Ramadhan saja.
Inilah keadaan yang terjadi pada sebagian orang!

Anda saksikan orang tipe ini rutin melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah pada bulan
Ramdhan, namun ketika keluar dari bulan Ramadhan, ditinggalkanlah banyak dari kewajiban-kewajiban
tersebut, ia mulai banyak melakukan kemaksiatan-kemaksiatan.

(Padahal) Tuhan bulan Ramadhan, sama dengan Tuhan seluruh bulan yang lainnya. Sesembahan yang
haq pada bulan Ramadhan, sama dengan sesembahan yang haq pada bulan- bulan selainnya. Ibadah-
ibadah yang wajib tetaplah menjadi ibadah yang wajib, baik pada bulan Ramadhan maupun pada bulan-
bulan selainnya dan perkara-perkara yang haram tetaplah menjadi perkara yang haram, baik pada bulan
Ramadhan maupun pada bulan- bulan selainnya, demikianlah tutur Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr
hafizhahullah mengingatkan hal ini.

Oleh karena itulah, sungguh merugi orang yang sesudah Ramadhan tidak bisa menjaga keistiqomahan
dalam beribadah kepada Allah Taala.

Ingatlah! Bahwa ketika kita melepaskan bulan Ramadhan, maka hakekatnya bukanlah melepaskan
ketaatan, bukanlah mengatakan selamat tinggal ketaatan! .

Ketaatan tetaplah ketaatan dan ibadah tetaplah ibadah sampai kita meninggal dunia. Sebagaimana firman
Allah Taala :

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS. Al-Hijr :99).

Hanya saja, bukan berarti tidak terbuka pintu maaf bagi seseorang yang sudah terlanjur suka melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan sesudah Ramadhan!

Karena Allah Maha Penerima Taubat, jika


ia bertaubat, maka Allah akan mengampuninya!

Allah Taala berfirman :

Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Az-Zumar:53).

Konteks ayat yang agung ini berkenaan dengan orang yang bertaubat dari segala macam dosa dan
kemaksiatan, bahwa Allah mengampuninya, walaupun dosanya sebesar apapun.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Seorang yang bertaubat dari suatu dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa tersebut [HR. Ibnu
Majah 4250 dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani].
Puasa Ramadhan yang Sempurna

Saudaraku kaum muslimin, agar sempurna puasamu, sesuai dengan tujuannya, ikutilah langkah-langkah
berikut ini : Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan fisikmu selama berpuasa; Rasulullah saw
bersabda: "Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." HR.'Al-Bukhari
dan Muslim). dan juga hadis "Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang hari dengan makan
sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang." (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya).

Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga mengurangi rasa lapar dan haus .
Hanya saja harus hati-hati, untuk itu hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa
menit sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.

Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam. Rasulullah saw bersabda: "Manusia
senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur ." (HR. Al-
Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi).
Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan ibadah dalam keadaan suci.
Manfaatkan bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah diturunkan di dalamnya, yakni
membaca Al-Qur'anul Karim.

Sesungguhnya Jibril pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu menemui Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam untuk membacakan Al-Qur'an baginya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas). Dan
pada diri Rasulullah saw ada teladan yang baik bagi kita.

Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok serta perkataan mengada-
ada. Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan dan perbuatan dusta maka
Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari).

Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan. Misalnya cepat marah dan emosi hanya karena
sebab sepele, dengan dalih bahwa engkau sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu
tenang, tidak emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau pengumpat, jangan Anda
hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan tolaklah dengan cara yang lebih baik. Nabi r bersabda:

"Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kamu beupuasa, hendaknya ia tidak bevkata buruk
dan berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata 'Sesungguhnya aku
sedang puasa." (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan).

Ucapan itu dimaksudkan agar ia menahan diri dan tidak melayani orang yang mengumpatnya Di samping,
juga mengingatkan agar ia menolak melakukan penghinaan dan caci-maki. Hendaknya Anda selesai dari
puasa dengan membawa taqwa kepada Allah SWT, takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa
istiqamah dalam agama-Nya.

Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang tahun. Dan buah paling utama dari puasa
adalah taqwa, sebab Allah SWT berfirman : "Agar kamu bertaqwa." (Al-Baqarah: 183)

Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun halal bagimu. Hal itu agar
tujuanpuasa tercapai, dan mematahkan nafsu dari keinginan. Jabir bin Abdillah berkata: "Jika kamu
berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-
dosa, tinggalkan menyakiti tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kamu
berpuasa jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa."

Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri dari yang haram pada selain bulan
Ramadhan maka pada bulan Ramadhan lebih utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang
halal, tetapi kamu berbuka dengan yang haram.

Perbanyaklah bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya kamu lebih balk dan lebih banyak
berbuat kebajikan kepada keluargamu dibanding pada selain bulan Ramadhan. Rasulullah SAW adalah
orang yang paling dermawan, dan beliau SAW lebih dermawan ketika bulan Ramadhan

Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka seraya berdo'a :"Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas
rezki-Mu aku berbuka. Ya Allah terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi
Maha Men
getahui " (44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan Ramadhan, 1390 H, hlm. 38-40).
Tujuan Seorang Muslim Melakukan Puasa Ramadhan

Tujuan ibadah puasa adalah untuk menahan nafsu dari berbagai syahwat, sehingga ia siap mencari sesuatu
yang menjadi puncak kebahagiaannya; menerima sesuatu yang menyucikannya, yang di dalamnya
terdapat kehidupannya yang abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar dan dahaga serta
mengingatkannya dengan keadaan orang-orang yang menderita kelaparan di antara orang-orang miskin;
menyempitkan jalan setan pada diri hamba dengan menyempitkan jalan aliran makanan dan minuman.

Puasa adalah untuk Tuhan semesta alam, tidak seperti amalan-amalan yang lain, ia berarti meninggalkan
segala yang dicintai karena kecintaannya kepada Allah SWT; ia merupakan rahasia antara hamba dengan
Tuhannya, sebab para hamba mungkin bisa diketahui bahwa ia meninggalkan hai-hal yang membatalkan
puasa secara nyata, tetapi keberadaan dia meninggalkan hal-hal tersebut karena Sembahannya, maka tak
seorangpun manusiayang mengetahuinya, dan itulah hakikat puasa.
Puasa Meneladani Sifat-Sifat Allah SWT

Beragama menurut sementara pakar adalah upaya manusia meneladani sifat-sifat Allah, sesuai dengan
kedudukan manusia sebagai makhluk. Nabi Saw. memerintahkan, "Takhallaqu bi akhlaq Allah"
(Berakhlaklah (teladanilah) sifat-sifat Allah).

Di sisi lain, manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa'ali,
yaitu makan, minum, dan hubungan seks. Allah Swt. memperkenalkan diri-Nya antara lain sebagai tidak
mempunyai anak atau istri: Bagaimana Dia memiliki anak, padahal Dia tidak memiliki istri? (QS Al-
An'am [6]: 101) Dan sesungguhnya Mahatinggi kebesaran Tuhan kami. Dia tidak beristri dan tidak pula
beranak (QS Al-Jin [72]: 3).

Al-Quran juga memerintahkan Nabi Saw. untuk menyampaikan, Apakah aku jadikan pelindung selain
Allah yang menjadikan langit dan bumi padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan...? (QS Al-
An'am [6]: 14).

Dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal mencontohi sifat-sifat tersebut. Tidak
makan dan tidak minum, bahkan memberi makan orang lain (ketika berbuka puasa), dan tidak pula
berhubungan seks, walaupun pasangan ada.

Tentu saja sifat-sifat Allah tidak terbatas pada ketiga hal itu, tetapi mencakup paling tidak sembilan puluh
sembilan sifat yang kesemuanya harus diupayakan untuk diteladani sesuai dengan kemampuan dan
kedudukan manusia sebagai makhluk ilahi. Misalnya Maha Pengasih dan Penyayang, Mahadamai,
Mahakuat, Maha Mengetahui, dan lain-lain. Upaya peneladanan ini dapat mengantarkan manusia
menghadirkan Tuhan dalam kesadarannya, dan bila hal itu berhasil dilakukan, maka takwa dalam
pengertian di atas dapat pula dicapai.

Karena itu, nilai puasa ditentukan oleh kadar pencapaian kesadaran tersebut --bukan pada sisi lapar dan
dahaga-- sehingga dari sini dapat dimengerti mengapa Nabi Saw. menyatakan bahwa, "Banyak orang
yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga."
Mensyukuri Nikmat Allah

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Pertama-tama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puja kehadirat Allah SWT, yaitu Allah yang
Maha Kuasa, Allah yang telah menciptakan alam semesta dan seisinya, termasuk di dalamnya ada
manusia dari ibu-ibu dan bapak2, para pemudi dan para pemuda, dari tukang tahu sampai tukang calana.

Syukur yang agung marilah kita panjatkan kehadirat Allah yang Agung, Allah yang telah menciptkan
manusia dari mulai orang kota sampai orang kampong, dari orang yang pesek sampai orang mancung,
dari mulai orang pendek sampai orang jangkung, dari mulai orang yang gendut sampai orang yang
rengkung.

Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam, yang senantiasa akan menjadi
rahmatullil alam, dan cahaya bagi seluruh alam, yakni Nabi Muhammad SAW.

Hadirin kaum muslimin walmuslimat Rahimakulullah


Semenjak kita dalam kandungan Ibu sampai kita lahir bahkan sampai hari Akhirat nantinya sorga ataupun
neraka Allah yang nama manusia tak luput dari Nikmat Allah Swt. Kalau kita bicara tentang Nikmat
Allah berarti kita tidak terlepas dari 4 perkara yang harus kita ketahui selaku hamba Allah:

1.Siapa yang memberi Nikmat


2.Nikmat yang diberikan
3.Orang yang menerima Nikmat
4.Ucapan Syukur terhadap nikmat yang diberikan Allah.

Hadirin kaum muslimin walmuslimat rohimakumullah


Yang pertama Orang yang memberikan nikmat, Siapa yang memberikan nikmat? Yg member nikmat itu
adalah Allah dialah yang berkuasa menambah dan mengurangkan nikmat yang ada pada diri insan, kalau
Allah yang berkehendak untuk menambahnya maka tak seorangpun yang dapat menolaknya dan begitu
sebaliknya kalau Allah berkehendak untuk mencabut nikmat yang ada pada manusia juga tak seorangpun
yang mampu mempertahankannya kenapa demikian.?

Karna Iradatullah Fauqa Kulli Iradah (kehendak Allah diatas segala kehendak), manusia hanyalah bisa
berencana bikin ini dan itu namun keputusannya terletak pada keputusan Allah meskipun sebelumnya
perkara itu telah diputuskan oleh Allah Sebagaimana Orang kita bilang.

kok ndak dapek silandak lidih


silandak bilh nan balaku
Kok ndak dapek kandak hati
Kandak Allah nan balaku

Miskipun kita telah memilki 1001 macam rencana namun semua itu tidak berarti apa-apa kalau sipemberi
nikmat tidak merestuinya, Betapa banyak kita lihat orang tua sang anak mengini anaknya sekolah tinggi.

Tapi tak semua orang Tua yang memperoleh keinginannya yang seperti itu bahkan kadang kala sang anak
tidak sadar bahwa oang tuanya telah bersusah payah mencarikan nafkah demi keberhasilan anaknya tapi
semua itu merupakan kehendak sang pemberi Nikmat.
Yang kedua 2. Nikmat yang diberikan Allah
Secara garis besar nikmat yang diberikan Allah Swt kepada Ummat manusia terbagi dua yang pertama
nikmat Ijad artinya mengadakan seuatu nikmat yang belum ada dan yang kedua nikmat Imdad yaitu
nikmat yang diberikan Allah ada kelanjutanya, Nikmat yang paling diantara nikmat yang diberikan Allah
itu adalah nikmat Iman dan kesehatan.

Kalaulah manusia menghitung nikmat Allah yang ada meskipun dibantu oleh Computer an alat teknologi
canggih lainnya tak seoangpun yang sanggup menghitungnya, ranting-ranting dijadikan pena, daun-daun
sebagai bukunya dan lautan sebagai tintanya tentu belum cukup untuk menuliskan nikmat Allah yang
diberikan kepada manusia " dan jika kamu hitung nikmat Allah niscaya takan sanggup
kamu menghitungnya

Yang ketiga Orang yang menerima nikmat Allah


Sikap manusia dalam menerima Nikmat Allah tidaklah sama, ada orang yang menerima nikmat allah.
Ketika dia telah menerima nikmat yang diberikan Allah lalu dia tidak ingat akan orang yang memberi
nikmat dan ada pula orang yang ketika menerima nikmat dari Allah dia ingat akan orang yang memberi
nikmta kepadanya sehingga akan terlancarlah dimulutnya kaliamah-kalimah yang baik dan bernilai
Ibadah disisi Allah Swt.

Nah orang yang seperti ini akan ditambah nikmatnya oleh Allah Swt. Sehingga dalam Surat Ibrahim ayat
7 Allah
bertfirman:





Sungguh jika kamu sukuri nikmatku akanku tambah nikmat yang kuberikan kepadamu dan jika kamu
kufur terhadap nikmat yang kuberikan niscaya Azabku sangat pedih

Kaum Muslimin wal muslimat Rahimakumullah


Yng ke empat Adanya Ucapan Syukur terhadap nikmatnya
Nah kewajiban kita selaku orang Mukmin dengan berdasarkan ayat diatas adalah Mensyukuri Nikmat
Allah yang diberikannya kepada kita dan salah satu tanda - tanda orang yang mensyukuri nikmat Allah.

lahirnya ucapan-ucapan baik pada mulutnya, contoh kecilnya saja ketika kita akan makan diawali dengan
Bismillah dan ketika telah selesai makan ataupun minum diakhiri dengan Alhamdulilla ini adalah satu
contoh sikap orang yang mensyukuri nikmat Allah Swt.

Lafaz yang menyatakan Syukur kepada Allah sangatlah banyak salah satunya yang paling baik adalah
lafaz Pujian yakni Alhamdulillah lafaz ini apabila dibaca oleh seorang yang beriman dia ringan pada lidah
namun sangatlah berat pada timbangan artinya Mudah diucapkan dan banyak, nilai ibadahnya disisi Allah
Swt.

Dan salah satu contoh lagi menandakan orang yang bersyukur kepada Allah adalah dia mau berterima
kasih kepada sesama manusia ketika orang lain memberikan sesuatu yang bermanfaat baginya apakah itu
perkara dunia apalagi urusan akhirat.

Pernah dalam sebuah Hadistnya Rasulullah bersabda:



( )
Artinya:Tidaklah dinamakan bersyukur kepda Allah orang yang tidak berterima lkasih kepada sesame
manusia
( HR.)
Kaum muslimin walmuslilmat Rahimakumulla
Sepanjang uraian diatas dapatlah kita ambil kesimpulan:

1.Marilah kita Mensyukri nikmat Allah yang telah diberikannya kepda kita dengan jalan mentaati segala
perintahnya dan meninggalkan segala larangannya karna dengan itulah seorang manusia akan
memperoleh derajat yang paling mulia disisi Allah Swt.

2.berdasarkan surat Ibrahim ayat 7 manmusia akan diazab apabila dia meninggalkan syukur kepada Allah
Swt. Namun sebaliknya apabila kita bersyukur tentu nikmat yang ada akan ditambah oleh Allah Swt.

Good nigh selamat malam


Good morning selamat pagi
Saya sudahi dengan salam
Semoga kita berjumpa lagi
Wassalamualaikum warohmatullohhi wabarokatuh
Orang-Orang yang Rugi dalam Bulan Ramadhan

[:[



Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa (Al-Baqarah: 183)

Setiap muslim tentu senang menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Betapa bahagiannya setiap
kita masih disapa oleh bulan yang selalu dinanti dan diimpikan kedatangannya, marhaban ya ramadhan.
Ibarat orang yang telah lama berpisah dengan kekasih tercinta, ia akan selalu menanti kehadirannya.

Rasa gundah sering timbul bilakah dapat berjumpa kembali. Maka, ketika bertemu, rasa bahagiapun
meluap bak buih dalam air yang melambung ke permukaan. Segala sesuatu yang bisa mempertemukannya
dengan sang kekasih-pun ditempuh. Tidak peduli walau harus mendaki gunung yang tinggi atau
menyeberangi lautan yang luas, asal sang kekasih dapat tersenyum ceria melihat kesungguhan dan
ketulusan hatinya selama ini.

Bagi setiap muslim, bulan suci Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa, bulan yang senantiasa
dinanti-nantikan kehadirannya, rasa rindu yang selalu menggugah hati untuk mengabdikan diri kehadirat
Allah swt, telah tiba. Bagaimana agar momen kemulian Ramadhan mendatangkan berkah dan tidak hanya
menghasilkan kesia-siaan, itulah yang semestinya selalu direnungkan setiap muslim.

Kegembiraan Saat Tamu Agung Datang

Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah saw bersabda:

Apabila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-
setanpun dibelenggu. (HR. Muslim).

Hadist ini menjadi salah satu motivasi bagi setiap muslim untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pengabdiaannya kepada Allah taala. Di bulan Ramadhan, Dia tidak hanya membuka pintu-pintu
kebaikan dan memberikan pahala yang berlipat-lipat pada setiap amal kebaikan, melainkan Dia juga
menutup - atau setidaknya meminimalisir - hambatan dan rintangan yang menghalangi hamba-Nya untuk
meraih kebaikan dan pahala, yaitu dengan membelenggu setan, baik dari kalangan jin ataupun manusia.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa nabi bersabda kepada Abu Dzar, Wahai Abu Dzar mohonlah
perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan, manusia dan jin. Abu Dzar bertanya, apakah ada
manusia yang menjadi setan? Beliau menjawab, benar.

Bahkan bisa jadi setan yang berbentuk manusia ini lebih berbahaya daripada setan dan jin. Dalam hal ini,
Malik bin Dinar pernah berkata, Setan (berbentuk) manusia lebih aku waspadai daripada setan jin.
Karena ketika aku membaca taawudz, enyahlah setan jin dariku, akan tetapi setan (berbentuk) manusia
itu malah semakin mendekat.

Maka, sesungguhnya kabar gembira bulan Ramadhan sesungguhnya hanya akan dirasakan muslim yang
memang memiliki tekad kuat untuk menjadikan Ramadhan sebagai lahan menanam amal dan
mencurahkan segala keluh kesah kepada Yang Maha Kuasa, sehingga - paling tidak - dapat mendekati
derajat taqwa yang merupakan tujuan akhir puasa Ramadhan.

Duri-duri di Bulan Suci (Waspada Terhadap Kerugian)

Hadist Nabi yang menggambarkan keistimewaan bulan Ramadhan, seperti dibukanya pintu-pintu surga,
ditutupnya pintu-pintu neraka dan terbelenggunya para setan, seharusnya tidak hanya ditafsirkan secara
tekstual melainkan dengan konteks yang diinginkan teks hadist itu.

Dinyatakan bahwa di bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, maksudnya adalah di bulan ini banyak
lahan amal ibadah yang sengaja Allah sediakan agar dapat digarap setiap muslim untuk meningkatkan
kualitas keimanan dan keislaman. Sedangkan pernyataan bahwa pintu-pintu neraka ditutup, maksudnya
adalah banyak hal di bulan suci ini yang dapat menghalangi seorang muslim untuk berbuat maksiat.

Oleh karena itu, hadist itu ditambah dengan pernyataan bahwa setanpun ikut terbelenggu. Ini adalah
kiasan, yang artinya adalah; setan akan sangat kesulitan untuk menggoda muslim ketika sedang berpuasa
di bulan suci.

Akan tetapi h
al itu tidak menutup kemungkinan seorang muslim tetap terjaga dari godaan setan. Setan akan terus
menggoda manusia dengan berbagai macam cara termasuk dengan situasi dan kondisi sehari-hari pada
bulan puasa itu. Walaupun mungkin tidak sampai membuat puasa batal secara hukum, akan tetapi nilai-
nilai esensi yang terkandung dalam puasa akan hilang sehingga puasanya menjadi sia-sia. Demikianlah
seperti yang disabdakan oleh Nabi:






Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa selain lapar, dan berapa banyak
orang sholat di tengah malam tidak mendapatkan apa-apa selain begadang (HR. Nasai).

Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan bahwa tidak semua orang yang menjalankan ibadah puasa
akan mendapat apa yang dijanjikan secara sempurna. Semua tergantung dari sejauh mana manusia
menunaikan hak-hak puasa itu.

Ada yang mampu menjalankan ibadah puasa dengan sempurna, ia tidak hanya mampu menjaga diri dari
segala yang membatalkan dan merusak puasa, melainkan ia mampu memakmurkannya dengan berbagai
macam kebajikan.

Namun, lebih banyak lagi yang menyia-nyiakan hari-hari di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan dijadikan
sebagai bulan makan-makan dan tidur di siang harinya. Sehingga menyelisihi hikmah disyariatkannya
puasa.

Tiada aktivitas di siang hari selain menunggu datangnya berbuka. Tidur, bermain atau menghibur diri
(kendati dengan perkara mubah) agar waktu serasa cepat berlalu dan waktu berbuka cepat datang. Ia
justru tidak memanfaatkan Ramadhan sebagai bulan amal, menambah pahala dan sarana merenungi dosa-
dosa yang telah dilakukan sebelumnya.

Ada pula sebagian orang - bahkan mungkin kebanyakan orang yang menjadikan bulan Ramadhan
sebagai momentum pemborosan. Aneka ragam makanan diborong untuk dijadikan bahan berbuka puasa,
porsi makan pun berlipat, seakan ingin jatah makan siang diambil pula untuk malam harinya.
Demikianlah kiranya ironi orang yang berpuasa, namun tidak benar-benar berpuasa sehingga tidak
mendapatkan apa-apa selain lapar dan haus.

Suatu tuntutan bagi setiap muslim untuk menyadari bahwa puasa adalah momen yang sangat tepat untuk
merenungi keberadaannya di dunia ini. Bahwa puasa di bulan ramadhan adalah media yang Allah
sediakan bagi setiap muslim untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan (baca: raih iman dan
ihtisab puasa).

Tiada yang lebih mulia dari pada bulan suci Ramadhan. Maka sungguh sangat merugi bila kita termasuk
orang yang menyia-nyiakan puasa Ramadhan.

Sebuah kata hikmah pernah tersimpulkan, bahwa; Terkadang kita baru merasakan nikmatnya suatu
nikmat yang diberikan Allah ketika nikmat itu telah pergi dan berlalu dari kita. Semoga kita tidak
termasuk orang merugi dengan menyia-nyiakan momen bulan Ramadhan ini. Amin ya rabbal lamin.
Perintah Menunaikan Zakat Fitrah dalam Al-Quran dan Hadist

Diantara dalil yang menganjurkan untuk menunaikan zakat fitrah adalah :

1. Firman Allah Ta'ala "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat" (Al-A'la: 14-15)

2. Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata :

" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fitrah bagi orang merdeka dan hamba
sahaya, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa dari kaum muslimin. Beliau
memerintahkan agar (zakat fituah tersebut) ditunaikan sebelum orang-orang melakukan shalat 'Id (hari
Raya) " (Muttafaq 'Alaih)

Setiap muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang dalam tanggungannya sebanyak
satu sha' (+- 3 kg) dari bahan makanan yang berlaku umum di daerahnya. Zakat tersebut wajib baginya
jika masih memiliki sisa makanan untuk diri dan keluarganya selama sehari semalam. Zakat tersebut lebih
diutamakan dari sesuatu yang lebih bermanfaat bagi fakir miskin.

Adapun waktu pengeluarannya yang paling utama adalah sebelum shalat 'Id, boleh juga sehari atau dua
lari sebelumnya, dan tidak boleh mengakhirkan mengeluaran zakat fitrah setelah hari Raya. Dari Ibnu
Abbas radhiallahu 'anhuma :

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fihrah sebagai penyuci orang yang
berpuasa dari kesia-siaan dan ucapan kotor, dan sebagai pemberian makan kepada fakir miskin.

"Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat 'Id, maka zakatnya diterima, dan barang siapa yang
membayarkannya setelah shalat 'Id maka ia adalah sedekah biasa. "(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

(Dan diriwayatkan pula Al Hakim, beliau berkata : shahih menurut kriteria Imam Al-Bukhari.)

Sebagian ulam berpendapat Zakat fitrah tidak boleh diganti dengan nilai nominalnya(*),(*)''' Berdasarkan
hadits Abu Said Al Khudhri yang menyatakan bahwa zakat fithrah adalah dari lima jenis makanan pokok
(Muttafaq 'Alaih). Dan inilah pendapat jumhur ulama. Selanjutnya sebagian ulama menyatakan bahwa
yang dimaksud adalah makanan pokok masing-masing negeri. Pendapat yang melarang mengeluarkan
zakat fithrah dengan uang ini dikuatkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu hlaihi wasallam juga terdapat
nilai tukar (uang), dan seandainya dibolehkan tentu beliau memerintahkan mengeluarkan zakat dengan
nilai makanan tersebut, tetapi beliau tidak melakukannya. Adapun yang membolehkan zakat fithrah
dengan nilai tukar adalah Madzhab Hanafi.

Zakat fitrah tidak boleh diberikan kecuali hanya kepada fakir miskin atau wakilnya. Zakat ini wajib
dibayarkan ketika terbenamnya matahari pada malam 'Id. Barangsiapa meninggal atau mendapat kesulitan
(tidak memiliki sisa makanan bagi diri dan keluarganya, pen.) sebelum terbenamnya matahari, maka dia
tidak wajib membayar zakat fitrah. Tetapi jika ia mengalaminya seusai terbenam matahari, maka ia wajib
membayarkannya (sebab ia belum terlepas dari tanggungan membayar fitrah).
Menjalankan Puasa Tapi Meninggalkan Sholat 5 Waktu dan Sholat Tarawih

Barangsiapa berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan rukun terpenting dari rukun-
rukun Islam setelah tauhid. Puasanya sama sekali tidak bermanfaat baginya, selama ia meninggalkan
shalat. Sebab shalat adalah tiang agama, di atasnyalah agama tegak. Dan orang yang meninggalkan shalat
hukumnya adalah kafir. Orang kafir tidak diterima amalnya.

Rasulullah SAW bersabda: "Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, barangsiapa
meninggalkannya maka dia telah kafir." (HR. Ahmad dan Para penulis kitab Sunan dari hadits Buraidah)
At-Tirmidzi berkata : Hadits hasan shahih, Al-Hakim dan Adz-Dzahabi menshahihkannya.

Jabir meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah
meninggalkan shalat." (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Tentang keputusan-Nya terhadap orang-orang kafir, Allah SWT berfirman: "Dan Kami hadapi segala
amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-Furqaan:
23).

Berbagai amal kebajikan yang mereka lakukan dengan tidak karena Allah SWT, niscaya Kami hapus
pahalanya, bahkan Kami menjadikannya sebagai debu yang beterbangan. Demikian halnya dengan
meninggalkan shalat 5 Waktu atau mengakhirkan shalat dari waktunya. Perbuatan tersebut merupakan
maksiat dan dikenai ancaman yang keras. Allah SWT berfirman:"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (Al-Maa'un: 4-5).

Mereka lalai dari shalat sehingga waktunya berlalu. Kalau Nabi SAW tidak mengizinkan shalat di rumah
kepada orang buta yang tidak mendapatkan orang yang menuntunnya ke masjid, bagaimana pula dengan
orang yang pandangannya tajam dan sehat yang tidak memiliki udzur?

Berpuasa tetapi dengan meninggalkan shalat atau tidak berjamaah merupakan pertanda yang jelas bahwa
ia tidak berpuasa karena mentaati perintah Tuhannya. Jika tidak demikian, kenapa ia meninggalkan
kewajiban yang utama (shalat)? Padahal kewajiban-kewajiban itu merupakan satu rangkaian utuh yang
tidak terpisah-pisah, bagian yang satu menguatkan bagian yang lain.

Bagaimanakah Keadaan Puasa


Orang yang Lalai Sholat Subuh? Sholat 5 Waktu?

Terkait dengan hukum meninggalkan sholat subuh telah kami singgung di bagian awal tulisan ini, bahwa
pelakunya termasuk dari golongan orang kafir (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah) Karena kekafiran maka puasa orang tersebut menjadi tidak sah (baca: pengertian kafir)

Lantas bagaimanakah dengan orang yang ketiduran saat sholat subuh sedang berlangsung? Dalam Sebuah
hadis Nabi SAW disebutkan:

Barangsiapa yang lupa atau tertidur dari shalat, maka kafaroh (tebusannya) adalah dia shalat ketika dia
ingat. (Muttafaqun alaih, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Lihat Misykatul Mashobih yang
ditahqiq oleh Syaikh Al Albani)

Menurut hadis ini, bagi orang yang tertidur dan meninggalkan sholat dengan tidak sengaja maka untuk
menebus dosanya, ia harus sholat saat terbangun (ingat). Hal ini juga berlaku bagi orang yang lupa dan
tidak mendengarkan Adzan.

Perhatian: Karena ada hadis yang menyebutkan adanya pemaafan bagi orang yang tidak sengaja
meninggalkan sholat dengan cara menebusnya (menurut kami berdampak pada pahala akan berkurang)
maka hadis ini tidak dapat dijadikan patokan untuk lalai dalam menjalankan sholat 5 waktu. Misalnya
waktu subuh hanya beberapa menit atau sejam maka tidak dibenarkan jika ia tidur menjelang sholat subuh
(berlaku juga bagi sholat lain, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya').

Meskipun waktu sholat menyisakan beberapa jam menjelang sholat (2, 3 hingga beberapa Jam) Namun
dikhawatirkan tidak bangun saat sholat akan didirikan, maka tidak dibenarkan pula tidur dengan cara
demikian.

Hukum Puasa bagi Orang yang Tidak Sholat Tarawih Berjamaah?

Untuk penjelasan tentang Kemuliaan dan Perbedaan Pendapat terkait dengan sholat tarawih, dapat Anda
baca pada artikel kami Permasalahan Seputar Sholat Tarawih.
Terkait dengan permasalah ini, Akan kami Jelaskan secara ringkas di bawah ini.

Hukum sholat tarawih adalah sunnah, seperti halnya dengan sholat sunnah lainnya. Hal ini pernah terjadi
pada masa Nabi SAW dimana Sholat Tarawih hanya dilangsungkan selama 3 hari. Sebagaimana hadis
yang dikeluarkan oleh An-Nasai dan Ibnu Majah: Abu Dzar menceritakan,



:















: .
: : :

Kami berpuasa bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada bulan ramadhan. Beliau tidak
pernah mengimami shalat malam sama sekali, hingga ramadhan tinggal 7 hari. Pada H-7 beliau
mengimami kami shalat malam, hingga berlalu sepertiga malam. Kemudian pada H-6, beliau tidak
mengimami kami. Hingga pada malam H-5, beliau mengimami kami shalat malam hingga berlalu
setengah malam. Kamipun meminta beliau, Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita tambah shalat tarawih
hingga akhir malam? Kemudian beliau bersabda, Barangsiapa yang shalat tarawih berjamaah bersama
imam hingga selesai, maka dia mendapat pahala shalat tahajud semalam suntuk. Kemudian H-4, beliau
tidak mengimami jamaah tarawih, hingga H-3, beliau kumpulkan semua istrinya dan para sahabat.
Kemudian beliau mengimami kami hingga akhir malam, sampai kami khawatir tidak mendapatkan sahur.
Selanjutnya, beliau tidak lagi mengimami kami hingga ramadhan berakhir. (HR. Nasai 1605, Ibn Majah
1327 dan dishahihkan Al-Albani).

Kesimpulan: Puasa tetap sah meskipun tidak sholat tarawih.

Catatan Penting Bagi Orang yang Berpuasa:

1. Setiap muslim wajib berpuasa karena iman dan mengharap pahala Allah, tidak karena riya' (agar dilihat
orang), sum'ah (agar didengar orang), ikut-ikutan orang, toleransi kepada keluarga atau masyarakat
tempat ia tinggal. Jadi, yang memotivasi dan mendorongnya berpuasa hendaklah karena imannya bahwa
Allah SWT mewajibkan puasa tersebut atasnya, serta karena mengharapkan pahala di sisi Allah SWT
dengan puasanya.

Demikian pula halnya dengan Qiyam Ramadhan (shaiat malam/tarawih), ia wajib menjalankannya karena
iman dan mengharap pahala Allah, tidak karena sebab lain. Karena itu Nabi SAW bersabda:

"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu, barangsiapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan barangsiapa
melakukan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq 'Alaih).

2. Secara tidak sengaja, kadang-kadang orang yang berpuasa terluka, mimisan (keluar darah dari hidung),
muntah, kemasukan air atau bersin di luar kehendaknya. Hal-hal tersebut tidak membatalkan puasa.
Tetapi orang yang sengaja muntah maka puasanya batal, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

"Barangsiapa muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha' atasnya, (tetapi) barangsiapa sengaja muntah
maka ia wajib mengqadha' puasanya." (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa'i) (Al Arna'uth dalam Jaami'ul
Ushuul, 6/29 berkata : "Hadits ini shahih").

3. Orang yang berpuasa boleh meniatkan puasanya dalam keadaan junub (hadats besar), kemudian mandi
setelah terbitnya fajar. Demikian pula halnya dengan wanita haid, atau nifas, bila
sudi sebelum fajar maka ia wajib berpuasa. Dan tidak mengapa ia mengakhirkan mandi hingga setelah
terbit fajar, tetapi ia tidak boleh mengakhirkan mandinya hingga terbit matahari. Sebab ia wajib mandi
dan shalat Shubuh sebelum terbitnya matahari, karena waktu Shubuh berakhir dengan terbitnya matahari.

Demikian pula halnya dengan orang junub, ia tidak boleh mengakhirkan mandi hingga terbitnya matahari.
Ia wajib mandi dan shalat Shubuh sebelum terbit matahari. Bagi laki-laki wajib segera mandi, sehingga ia
bisa mendapatkan shalat jamaah.

4. Di antara hal-hal yang tidak membatalkan puasa adalah: pemeriksaan darah, (Misalnya dengan
mengeluarkan sample (contoh) darah dari salah satu anggota tubuh) suntik yang tidak dimaksudkan untuk
memasukkan makanan. Tetapi jika memungkinkan- melakukan hal-hal tersebut pada malam hari adalah
lebih baik dan selamat, sebab Rasulullah SAW bersabda: "Tinggalkan apa yang membuatmu ragu,
kerjakan apa yang tidak membuatmu ragu." (HR. An-Nasa'i dan At-Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan
shahih)

Dan beliau juga bersabda : "Barangsiapa menjaga (dirinya) dari berbagai syubhat maka sungguh dia telah
berusaha menyucikan agama dan kehormatannya." (Muttafaq 'Alaih)

Adapun suntikan untuk memasukkan zat makanan maka tidak boleh dilakukan, sebab hal itu termasuk
kategori makan dan minum. (Lihat kitab Risaalatush Shiyaam, oleh Syaikh Abdul Azis bin Baz, hlm. 21-
22)

5. Orang yang puasa boleh bersiwak pada pagi atau sore hari. Perbuatan itu sunnah, sebagaimana halnya
bagi mereka yang tidak dalam keadaaan puasa.
Pahala Bersedekah Di Bulan Ramadhan

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa bulan ramadhan adalah salah satu deretan bulan
yang mulia di antara bulan lainny. Di dialamnya dianjurkan untuk memperbanyak amalan utama serta doa
untuk meraih ampunan Allah SWT. Dari kesekian banyak amalan tersebut, salah satu amalan yang tidak
luput dikerjkan oleh Nabi Saw adalah memperbanyak sedekah.

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Nabi SAW adalah
orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau Saw ditemui
Jibril untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Jibril menemui beliau SAW setiap malam pada bulan
Ramadhan, lalu membacakan kepadanya Al-Qur'an. Rasulullah SAW ketika ditemui Jibril lebih
dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan: "Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu
kecuali memberikannya." Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah ra:"Rasulullah SAW jika masuk
bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta."

Kedermawanan adalah sifat murah hati dan banyak memberi. Allah SWT pun bersifat Maha Pemurah,
Allah Maha Pemurah, kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan
Ramadhan.

Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan, juga paling mulia, paling berani dan amat
sempurna dalam segala sifat yang terpuji; kedermawanan beliau SAW pada bulan Ramadhan berlipat
ganda dibanding bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemurahan Tuhannya berlipat ganda pada bulan ini.

Meneladani Sifat Dermawan Nabi SAW saat Bulan Ramadhan

Sebagaimana yang telah kami kemukakan di atas, berbagi di bulan ramadhan merupakan salah satu ibdah
utama yang harus dilakuakn oleh tiap muslim yang mampu untuk melakukannya. Beberapa alasan berikut
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengikuti jejak Rasulullah Saw.

1. Bahwa kesempatan ini amat berharga dan melipatgandakan amal kebaikan.

2. Membantu orang-orang yang berpuasa dan berdzikir untuk senantiasa taat, agar memperoleh pahala
seperti pahala mereka; sebagaimana siapa yang membekali orang yang berperang maka ia memperoleh
seperti pahala orang yang berperang, dan siapa yang menanggung dengan balk keluarga orang yang
berperang maka ia memperoleh pula seperti pahala orang yang berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid
bin Khalid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau Saw bersabda:

"Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa maka baginya seperti pahala orang yang
berpuasa itu tanpa menguuangi sedikitpun dari pahalanya. " (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

3. Bulan Ramadhan adalah saat Allah berderma kepada para hamba-Nya dengan rahmat, ampunan dan
pembebasan dari api Neraka, terutama pada Lailatul Qadar Allah SWT melimpahkan kasih-Nya kepada
para hamba-Nya yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba Allah niscaya Allah
Maha Pemurah kepadanya dengan anugerah dan kebaikan. Balasan itu adalah sejenis dengan amal
perbuatan.

4. Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama termasuk sebab masuk Surga. Dinyatakan dalam
hadits Ali ra, bahwa Nabi Saw bersabda:

"Sungguh di Surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luamya dapat dilihat dari dalam dan bagian
dalamnya dapat dilihat dari luar." Maka berdirilah kepada beliau seorang Arab Badui seraya berkata:
Untuk siapakah ruangan-ruangan itu wahai Rasulullah? Jawab beliau Saw: "Untuk siapa saja yang
berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa dan shalat malam ketika orang-orang dalam keadaan
tidur." (HR. At-Tirmidzi dan Abu Isa berkata, hadits ini gharib).

Semua kriteria ini terdapat dalam bulan Ramadhan. Terkumpul bagi orang mukmin dalam bulan ini;
puasa, shalat malam, sedekah dan perkataan baik. Karena pada waktu ini orang yang berpuasa dilarang
dari perkataan kotor dan perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah dapat menghantarkan
pelakunya kepada Allah SWT.

5. Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama lebih dapat menghapuskan dosa-dosa dan
menjauhkan dari api Neraka Jahannam, terutama jik
a ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah hadits bahwa Nabi SAW bersabda:

"Puasa itu merupakan perisai bagi seseorang dari api Neraka, sebagaimana perisai dalam peperangan"
(Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari Ustman bin Abil-'Ash; juga diriwayatkan oleh
Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan disetujui Adz-Dzahabi.)
Hadits riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al-Baihaqi.

Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: "Puasa itu perisai dan
benteng kokoh yang melindungi seseorang) dari api Neraka".

Dan dalam hadits Mu'adz, Rasulullah Saw bersabda: "Sedekah dan shalat seseorang di tengah malam
dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api". (Hadist riwayat At-Tirmidzi dan katanya.
"Hadits hasan shahih").

6. Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa dapat menghapuskan dosa-dosa
dengan syarat menjaga diri dari apa yang mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan
kebanyakan orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan sedekah
kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat terlengkapi. Karena itu pada akhir Ramadhan, diwajibkan
membayar zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.

7. Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia dapat membantu orang lain yang
berpuasa agar kuat dengan makan dan minum maka kedudukannya sama dengan orang yang
meninggalkan syahwatnya karena Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain.

Untuk itu disyari'atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa
bersamanya, karena makanan ketika itu sangat disukainya, maka hendaknya ia membantu orang lain
dengan makanan tersebut, agar ia termasuk orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya
menjadi orang yang bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat makanan dan minuman yang
dianugerahkan kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak mendapatkan anugerah tersebut. Sungguh nikmat
ini hanyalah dapat diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu
Rajab, hlm. 172-178.)

Semoga Allah SWT melimpahkan taufik-Nya (kepada kita semua). Shalawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi kita Muhammad Saw, segenap keluarga dan sahabatnya.
MENJAGA HATI

Assalamualaykum W.R.W.B.
ALHAMDULILLAHIROBBIL ALAMIN, ASSOLATU WASSALAMU ALA ASROFIL AMBIYA
IWAL MURSALIN, WA ALA ALIHI WA SOHBIHI AJ MAIN, AMMA BADU.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan sukur kepada Allah S.W.T., karena Dia telah memberikan
nimat kepada kita, sehingga kita bisa hadir ditempat yang kita cintai ini....
Kemudia solawat dan salam kita tujukan kepada nabi Muhammad S.A.W. karena beliau telah membawa
kita dari alamjahiliyah menuju alam islamiyah seperti yang kita rasakan pada saat ini..
Adapun judul kultumkita pada kesempatan kali ini adalah: MENJAGA HATI
Menjaga hati dari sifat yang tidak baik adalah kewajiban kita sebagai seorang hamba Allah, maka untuk
itu, kita harus menjaga hati kita dari beberapa penyekit hati, yaitu:
Yang pertama, kita harus menjaga hati kita dari sifat sombong.
bila kita merasa pintar, masih ada yang lebih pintar dari kita, dan bila kita merasa kaya, masih ada lagi
yang lebih kaya dari kita... maka untuk itu, janganlah kita menjadi orang yang sombong.
Yang kedua, janganlah kita merasa putus asa, baik dalam bekerja, maupun dalam menuntut ilmu.
Kita tidak boleh putus asa dalam menuntut ilmu, karena menuntut ilmu itu wajib bagi umat Islam
Kaum Muslimin yang berbahagia.
Walaupun orang lain tidak tahu isi hati kita, tapi Allah lebih tahu apa yang ada dalam hati kita, maka
untuk itu, mari kita menjaga hati kita dari sifat yang tidak baik.
Back
Dua Tingkatan Orang yang Berpuasa
Tingkatan pertama : Orang yang melakukan puasa yang diperintahkan di bulan Ramadhan dan puasa
sunnah dengan menjauhi larangan saat puasa yaitu makan, minum, hubungan intim dan menghindarkan
diri dari berbagai perkara yang diharamkan juga meninggalkan berbagai maksiat. Puasa tingkatan pertama
ini akan mendapatkan karunia dan pahala yang besar.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengatakan pada seseorang,






Jika engkau menjaga diri dari sesuatu karena Allah, maka tentu Allah akan memberimu yang lebih baik
darinya. (HR. Ahmad 5: 78. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Karena orang yang berpuasa meninggalkan makan, minum, dan hubungan intim karena Allah, maka
Allah akan menganti dengan kenikmatan di surga seperti disebut dalam ayat,

(kepada mereka dikatakan): Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu
kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. (QS. Al Haqqah: 24).

Mujahid mengatakan bahwa ayat ini turun kepada orang-orang yang berpuasa. Lihat Lathoiful Maarif,
hal. 21.
Juga terkhusus bagi orang yang berpuasa disediakan pintu Ar Rayyan sebagaimana disebutkan dalam
hadits yang muttafaqun alaih, dari Sahl bin Saad, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,





Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang disebut Ar Rayyan. Di dalamnya masuklah orang-orang
yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak ada orang lain yang memasuki pintu tersebut bersama mereka.
Nanti akan dipanggil, Di mana orang yang berpuasa? Lalu mereka memasuki pintu tersebut. Jika orang
terakhir telah memasukinya, pintu tersebut tertutup dan tidak satu pun yang bisa memasukinya lagi.
(Muttafaqun alaih. HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).

Tingkatan kedua : Berpuasa atau menahan diri dari berbagai hal yang Allah haramkan baik di bulan
Ramadhan, juga bulan-bulan lainnya. Jadi berpuasanya bukan di bulan Ramadhan saja, tetapi setiap
waktu. Ia terus konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia pun tidak
melampaui batasan Allah. Tingkatan kedua ini tentu lebih tinggi daripada tingkatan pertama.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, Siapa yang berpuasa menahan syahwatnya di dunia, ia akan dapati
kenikmatan tersebut di jannah (surga). Siapa yang meninggalkan ketergantungan pada selain Allah, maka
ia akan menantikan balasannya ketika berjumpa dengan-Nya.


Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan)
Allah itu, pasti datang. (QS. Al Ankabut: 5). (Lathoiful Maarif, hal. 285).

Penjelasan di atas diringkas dari pembahasan Ibnu Rajab dalam Lathoiful Maarif dan bantuan penjelasan
dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz dari kitab Wazhoif Ramadhan karya Abdurrahman bin Muhammad bin
Qosim.

Ya Allah, berilah kami kemudahan untuk memasuki pintu surga Ar Rayyan dan mendapatkan kenikmatan
lainnya di surga. Wallahu waliyyut taufiq.

Shared by : Kultum Ramadhan


http://play.google.com/store/apps/details?id=com.goldenfive.apps.kultumramadhan
Google Play
Kultum Ramadhan - Android Apps on Google Play
Lecture set Kultum Ramadhan 2016 Complete full one full month
Puasa Menyempitkan Jalannya Setan

Di antara faedah puasa adalah bisa mempersempit aliran darah yang merupakan jalannya setan. Dan perlu
diketahui bahwa setan itu merasuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran darah. Dengan menjalani
puasa, jalan setan itu menjadi sempit. Sehingga syahwat dan sifat orang yang berpuasa teratasi. Oleh
karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjadikan puasa sebagai solusi bagi yang belum mampu
menikah untuk mengekang syahwatnya. Hal ini dikatakan oleh Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoiful
Maarif, hal. 276-277.

Dalil yang menyatakan bahwa setan itu mengalir di saluran darah manusia adalah kisah Shofiyah berikut.


.
.



Dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, Pernah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang beritikaf,
lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya.
Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat
Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas
mengatakan, Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay. Keduanya berkata,
Subhanallah, wahai Rasulullah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya
setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan
kejelekan dalam hati kalian berdua. (Muttafaqun alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Puasa bisa menekan syahwat sebagaimana disebut dalam hadits berikut,






Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki kemampuan menikah, maka menikahlah. Karena itu
lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu,
maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya. (HR. Bukhari no. 5066 dan Muslim
no. 1400). Yang dimaksud puasa adalah wijaa atau pengekang yaitu puasa itu bisa menekan syahwat dan
menghalangi nafsu jelek yang menyebabkan tumpahnya mani. Sebagaimana wijaa itu bekerja sebagai
penghancur. Demikian yang dikatakan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim, 9: 155.

Dari penjelasan di atas menunjukkan benarnya apa yang dikatakan di awal bahasan bahwa puasa bisa
mempersempit jalannya setan karena jika setan mudah mengalir, maka mudah pula bangkit syahwat jelek.
Artinya, jika puasa bisa menekan syahwat berarti puasa bisa mempersempit jalannya setan.

Wahai saudaraku Jika puasa bisa menekan syahwat, maka sudah sepantasnya setiap mukmin
menggunakan moment ini untuk beribadah dengan baik pada Allah dan belajar meninggalkan maksiat dan
syahwat jelek.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata, Dengan puasa, Allah menyempitkan aliran darah
yang merupakan jalurnya setan karena setan itu menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa
ini menyempitkan jalan tersebut sehingga setan pun terhalang untuk menggoda. Hal ini diperoleh bagi
yang menjalani puasa dengan benar dan ikhlas. Oleh karena itu, puasa Ramadhan adalah moment yang
baik bagi setiap mukmin untuk bersemangat dalam ibadah kepada Allah. Hendaklah mereka bersungguh-
sungguh dalam ibadah dan dzikir. Juga dalam m
eraih pahala di sisi Allah serta takut akan siksa Allah di akhirat. (Syarh Samahatusy Syaikh Ibnu Baz
ala Wazhoif Ramadhan, hal. 67).

Shared by : Kultum Ramadhan


http://play.google.com/store/apps/details?id=com.goldenfive.apps.kultumramadhan
Google Play
Kultum Ramadhan - Android Apps on Google Play
Lecture set Kultum Ramadhan 2016 Complete full one full month
Keberkahan dalam Makan Sahur

Di bulan Ramadhan ada amalan sunnah yang bisa dijalani yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh
para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih
Muslim, 7: 206. Namun amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.
Dalam hadits muttafaqun alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan. (HR. Bukhari no. 1923 dan
Muslim no. 1095).

Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa
mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut
diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-
Nya.

* Keberkahan dalam Makan Sahur *


Memenuhi perintah Rasul shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana diperintahkan dalam hadits di atas.
Keutamaan mentaati beliau disebutkan dalam ayat,




Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
(QS. An Nisaa': 80).
Allah Taala juga berfirman,



Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar. (QS. Al Ahzab: 71).

Makan sahur merupakan syiar Islam yang membedakan dengana ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan
Nashrani). Dari Amr bin Al Ash, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) adalah makan sahur. (HR.
Muslim no. 1096). Ini berarti Islam mengajarkan baro dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka.
Karena puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir.

Dengan makan sahur, keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa. Beda halnya dengan orang yang
tidak makan sahur. Imam Nawawi rahimahullah berkata, Barokah makan sahur amat jelas yaitu semakin
menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa. (Syarh Shahih Muslim, 7: 206).
Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah dan doa dari para malaikat-Nya. Dari Abu
Said Al Khudri, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,







Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air
karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur. (HR. Ahmad 3: 44. Syaikh
Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi).

Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi. Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia. Dari
Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,







Rabb kita tabaroka wa taala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia
berfirman, Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-
Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni. (HR.
Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758).
Waktu sahur adalah waktu utama untuk beristighfar. Sebagaimana orang yang beristighfar saat itu dipuji
oleh Allah dalam beberapa ayat,

Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur. (QS. Ali Imran: 17).



Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz Dzariyat: 18).
Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab adzan shalat Shubuh dan juga bisa mendapati sha
lat Shubuh di waktunya secara berjamaah. Tentu ini adalah suatu kebaikan.

Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan ketaatan pada
Allah. Intinya, makan sahur punya berbagai keberkahan. Itulah rahasia-rahasia yang mungkin sebagian
kita tidak mengetahuinya.
Walhamdulillah, wa shallallahu wa sallam ala nabiyyina Muhammad.

MANFAAT
GERAKAN SHALAT BAGI KESEHATAN
Asslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh .... alhamdullillah.... alhamdullillahirabilalamin... wabihi
nastain waala alihi wasahbihi ajmain.... Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat membawakan ceramah yg berjudul

MANFAAT
GERAKAN SHALAT BAGI KESEHATAN
Shalat itu merupakan kunci surga dan merupakan penyekat yang menghalangi panasnya api neraka
jahanam. Semua orang Islam mengetahui bahwa shalat lima waktu adalah kewajiban yang utama lagi
penting, semua orang Islam laki-laki maupun perempuan wajib mengamalkan selama hidupnya . Sama
sekali tidak ada alasan bagi kaum muslimin kewajiban shalat ini untuk ditinggalkan walaupun sedang
dimana kita berada, pendek kata shalat harus dikerjakan. Rasulullah SAW bersabda: "
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat, berarti ia mendirikan agama. Dan barang
siapa meninggalkannya berarti ia merobohkan agama ".
Jadi apabila ada orang yang mengaku beragama Islam, tetapi tidak mau shalat, berarti pengakuannya itu
tidaklah benar. Dan orang yang semacam itu ditetapkan masuk neraka. Dari uraian singkat diatas dapatlah
ditarik beberapa pengertian: a. Kalau kita hendak mengetahui kematangan Islam seorang muslim, lihatlah
amalan shalatnya. b. Selagi seorang itu masih biasa mengabaikan shalat, sangat boleh jadi Islam dalam
dirinya belum matang. c. Sebaliknya, setiap orang yang ta'at ibadatnya menunjukkan Islamnya sudah
matang benar. Jika sholat benar - benar dilaksanakan secara
tuma'ninah
(tenang) dan kontinyu Insya Allah shalat kita dapat menghapus dosa dan kesalahan, disamping itu juga
gerakan gerakan yang ada di dalam shalat dapat menyehatkan fisik dan bahkan dapat berfungsi sebagai
pencegah penyakit. Secara spesifik, shalat Tahajjud dan shalat Subuh yang kita lakukan selama ini telah
banyak dibuktikan oleh umat muslim bahwa memiliki efek terafis (pengobatan) terhadap penyakit kanker
dan jantung. Kalau dilihat persfektif shalat secara umum bahwa gerakangerakan khas dalam shalat
disinyalir juga menyehatkan. Sholat laksana olahraga fisik yang memancarkan efek kesehatan bagi tubuh.
You're reading a preview. Unlock full access with a free trial.
Pages 2 to 3 are not shown in this preview.

Download With Free Trial

Anda mungkin juga menyukai