Anda di halaman 1dari 24

ELEKTROFORESIS

Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi
oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia.
Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang
menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran.
Rusaknya dan semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di saat ini telah memperburuk
kualitas udara saat ini. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang
mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara
yang terjadi. Maka tak heran pada saat ini banyak orang yang terkena penyakit yang menyerang
organ pernafasan karena telah menghirup udara yang telah tercemar. Oleh karena itu perlu diadakan
pengendalian udara agar zat- zat berbahaya yang terkandung dalam udara yang kita hirup saat ini
berkurang atau malah hilang sekalian.
Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber
pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode
yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses
dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Pada sebuah pabrik kimia,pengendalian
pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu danpenanggulangan
emisi senyawa pencemar. Cottrel adalah salah satu aplikasi untuk penanggulangan emisi debu dan
senyawa pencemar tersebut (Hutagalung 2009).
BAB II
PEMBAHASAN

PRINSIP KERJA ALAT COTTRELL


Pengambilan partikel koloid asap dan debu dari gas buangan pabrik
Gerak partikel bermuatan oleh pengaruh medan listrik disebut elektroforesis.Elektroforesis dapat
digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloidberkumpul di elektroda
positif berarti koloid bermuatan negatif dan jika partikel koloidberkumpul di elektroda negatif berarti
koloid bermuatan positif. Prinsip elektroforesis digunakanuntuk membersihkan asap dalam suatu
industri dengan alat Cottrell
Contoh alat yang menggunakan prinsip elektroforesis adalah pengendap cottrell. Alat
inidigunakan untuk memisahkan partikel-partikel koloid seperti asap dan debu yang
terkandungdalam gas buangan pabrik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi zat-zat polusi udara, di
sampingdapat digunakan untuk memperoleh kembali debu berharga seperti debu arsenik oksida..
Mekanisme kerja alat ini adalah sebagai berikut. Gas buangan dialirkan melalui ujung-ujung logam
yang tajam yang telah diberi tegangan tinggi. Ujung-ujung logam ini akan melepaselektron-elektron
dengan kecepatan tinggi yang akan mengionisasi molekul-molekul di udara.Partikel-partikel koloid
dalam gas buangan akan mengadsorbsi ion-ion ini sehinggan menjadibermuatan positif. Partikel-
partikel koloid selanjutnya akan tertarik ke elektrode dengan muatanberlawanan dan menggumpal.
Alat cotrrel merupakan alat yang digunakan untuk menggumpalkan asap atau debu daripabrik. Alat
cotrrel berprinsip pada sifat koagulasi (pengendapan) dari koloid. PengendapCottrell digunakan
untuk mengurangi polusi udara dari pabrik. Alat ini akan mengendapkanpartikel koloid yang
terdapat dalam gas yang akan dikeluarkan melalui cerobong asap. Partikelkoloid berupa aerosol asap
dan debu akan terendapkan karena adanya gaya elektrostatik denganmenggunakan arus DC.
Aplikasi Tegangan Tinggi Searah (DC)
Prinsip koagulasi partikel koloid dengan cara penetralan dipakai untuk menyaring
asap yangdibuang melalui cerobong pabrik. Asap industri dan debu jalanan yang
terdiri atas partikel karbon, oksidalogam, dan debu dapat diendapkan menggunakan
alat yang disebut
pengendap Cottrell, sepertiditunjukkan pada gambar.Pengendap Cottrell, dapat
digunakan untuk mengurangi polusi udara daripabrik dan sekaligus untuk
memperoleh kembali debu yang berharga (debu logam). Metode inidikembangkan
oleh Frederich Cottrell (1877-1948) dari Amerika Serikat, dan dikenal dengan
metode Cottrell.
Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
cotrrel. Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap, dilewatkan ke
dalam pengendap Cottrell dengan caradialirkan melalui ujung-ujung logam yang
tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000-75.000volt). Bagian dalam
Cottrell terdapat kisi-kisi elektrode bertegangan tinggi yang dialiri arus listrik
searah.Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara.
Ion-ion tersebut akandiadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Partikel
bermuataan tersebut akan tertarik dan diikatpada elektroda yang lain. Partikel-
partikel debu yang bermuatan akan dinetralkan hingga membentuk agregat sangat
besar, yang akhirnya mengendap di bagian dasar pengendap Cottrell.
2. EFEK TYNDALL
Penampilan system koloid pada umumnya keruh, tetapi tidak selalu begitu.
Beberapa larutan koloid tampak bening dan sukar dibedakan dengan larutan
sejati. Bagaimanakah cara mengenali system koloid? Salah satu cara yang sangat
sederhana yaitu dengan menjatuhkan seberkas cahayakepadanya. Larutan sejati
meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid menghamburkannya. Oleh
karena itu, berkas cahaya yang melalui koloid dapat di amati dari arah samping.
Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek Tyndall.

Efek Tyndall adalah adanya gejala penghamburan berkas cahaya oleh partikel-
partikel koloid. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan ke dalam sistem koloid, maka
cahaya akan dihamburkan. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan ke dalam sistem
larutan, maka cahaya akan diteruskan.
Dalam Kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara lain:

sorot lampu pada malam yang berkabut


sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap /berdebu, dan

berkas sinar matahari melalui celah daun pohon pada pagi hari yang
berkabut.
Efek Tyndall tidak sama untuk setiap sinar yang mempunyai panjang gelombang
berbeda. Sinar kuning, misalnya, lebih sedikit dihamburkan. Itulah sebabnya lampu
warna kuning dipakai pada saat berkabut, di mana cahaya kuning dapat menembus
kabut dan terlihat oleh pemakai jalan. Karena Inilah kenapa kebanyakan lampu
sorot berwarna kuning senja.

3. ADSORPSI
Adsorpsi merupakan sebuah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat
lain. Zat yang diserap disebut adsorbat atau zat yang terserap. Sedangkan zat yang
menyerap disebut adsorben. Oleh karena itu, pada proses adsorpsi dalam larutan,
jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada jenis adsorben, jenis adsorbat, luas
permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut dan temperatur.
Pada praktikum kali ini pengukuran absorbansi larutan di lakukan dengan
menggunakan larutan metilen red dengan variasi 3 konsentrasi. Konsentrasi yang
digunakan adalah 80, 100 dan 120 ppm. Adsorben yang digunakan adalah obat norit
yang berfungsi sebagai obat penetral racun di dalam tubuh.
Pada percobaan ini adsorban yang digunakan adalah norit. Sebelum digunakan,
norit harus digerus dahulu, hal ini bertujuan agar nantinya norit yang sudah halus
dapat mempermudah absorbsi . Karena semakin luas permukaan adsorben maka
daya penyerapannya pun semakin tinggi. Dimana penggerusan pada norit adalah
cara memperluas permukaan adsorbennya.

Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap norit yang bertujuan untuk memperbesar
pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi
molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik
fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya adsorpsi. Selain karbon aktif, yang biasa digunakan sebagai adsorben
adalah silika gel, zeolit dan penyaring molekul.

Percobaan adsorpsi tergantung dari konsentrasi dan kereaktifan adsorbat


mengadsorpsi zat-zat tertentu. Percobaan ini menggunakan adsorpsi fisika karena
adanya gaya van der waals antara adsorben dengan adsorbat yang digunakan
sehingga proses adsorpsi hanya terjadi ada permukaan larutan.

Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi larutan sebelum adsorpsi
lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena larutan metilen red telah
diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik dimana x/m diplotkan
sebagai ordinat dan C sebagai absis.
Adsorpsi karbon membuat konsentrasi larutan metilen red mengalami penurunan.
Pada data diatas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara data 1
sampai 3 dapat dilihat jumlah zat yang teradsorpsi mulai menurun. Hal ini terjadi
karena dalam adsorpsi terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
adsorpsi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu : (1) Sifat
Serapan, Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. (2)
Temperatur/ suhu, Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki
suhu pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa
diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. (3) pH (Derajat
Keasaman). (4) Waktu Singgung, Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu
cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan
berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh
dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan.

Norit adalah merek terkenal dari karbon aktif atau carbo activus. Mungkin Norit
adalah satu-satunya merek yang ada di Indonesia di kalangan jenis obat ini. Taukah
Anda apa kegunaan norit, juga informasi penting lain tentang produk ini?
Norit adalah karbon yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan yang diaktifkan
dengan kuat. Oleh karena itu pengobatan memakai norit walaupun dalam jumlah
banyak tidak berbahaya, bahkan untuk anak-anak. Daya serap yang kuat dari Norit
sangat baik untuk menghilangkan gangguan-gangguan dalam perut dan keracunan
makanan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah menjerap (adsorbsi) toksin atau
produk bakteri yang ada di dalam saluran pencernaan.

Bahan baku untuk membuat karbon aktif cukup beragam, antara lain dari kayu, batu
bara, kulit kacang, atau serbuk gergaji. Bahan baku ini kemudian diaktifkan
dengan cara kimia (mencampurnya dengan asam), atau dengan mengukus
menggunakan uap/ gas pada temperatur tinggi. Hasilnya adalah arang berwarna
hitam legam, namun tak berbau dan tak berasa.

Jika karbon aktif diperiksa dibawah Scanning Electron Microscopy (SEM), akan
terlihat pori-pori dalam jumlah yang sangat besar. Pori-pori ini mempunyai ukuran
yang bermacam-macam. Pori-pori yang berukuran lebih dari 50 nm disebut
macropores, 2 nm 50 nm mesopores, dan di bawah 2 nm micropores. Jika kita
hitung, maka 1 gram karbon aktif mempunyai luas permukaan pori-pori 0,5 sampai
1,5 kilometer persegi. Suatu luas permukaan yang fantastik.

Pori-pori yang sangat luas ini mampu menangkap berbagai macam bahan, termasuk
bahan beracun terutama melalui gaya Van der Walls. Oleh karena itu karbon aktif
dapat digunakan pada kasus overdosis obat, keracunan makanan, atau tertelan
bahan beracun. Namun, kemampuannya menangkap racun ini hanya terjadi di
lambung dan usus, ketika zat beracun belum terserap dan masuk ke dalam peredaran
darah. Sehingga, semakin cepat diberikan, semakin banyak racun yang dapat
diserap.

Beberapa bahan tidak dapat diserap oleh karbon aktif, misalnya litium, asam atau
basa kuat, logam dan bahan inorganik (misalnya, natrium, besi, timah, arsen,
yodium, fluorin, dan asam borat), alkohol (misalnya etanol, metanol, isoprofil
alkohol, glikol, dan aseton), dan hidrokarbon (seperti minyak tanah, bensin, oli, dan
hidrokarbon tumbuhan seperti minyak pinus). ,Pada kasus keracunan zat-zat
tersebut, karbon aktif tidak boleh diberikan.

Tablet norit dipakai dengan cara ditelan sambil minum air pada gangguan-
gangguan ini:

1. Diare dengan atau tanpa kejang


2. Perut kembang karena gas-gas menggumpal dalam usus (flatulance)
3. Gangguan lambung karena pencernaan terganggu (indigestion)
4. Rasa mual setelah minum alkohol berlebihan
5. DEODORAN
Istilah deodoran mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Zat kimia yang satu ini
biasanya kita gunakan untuk menghilangkan bau tidak sedap dari tubuh kita.
Deodoran atau dalam istilah asingnya deodorant atau deodorizer adalah suatu zat
yang digunakan untuk menyerap atau mengurangi bau menyengat.

Deodoran memiliki beberapa bentuk, ada yang cair ada pula yang padat. Untuk
penggunaan kebersihan tubuh misalnya, deodoran digunakan pada bagian
permukaan tubuh tertentu untuk menghilangkan bau tidak sedap. Karena
kebanyakan bau tidak sedap dari tubuh disebabkan oleh aktifitas bakteri pada kulit,
ke dalam deodoran biasanya ditambahkan pula zat antiseptik, yang berfungsi untuk
membunuh bakteri penyebab bau. Batubara aktif dan silika gel menghilangkan bau
dari udara dengan cara menyerapnya ke permukaan aktifnya. Ada pula beberapa
deodoran yang menghilangkan bau dengan cara bereaksi dengan senyawa penyebab
bau. Salah satu contohnya adalah klorofil. Glikol adalah deodoran sekaligus
disinfektan yang biasanya disemprotkan saat digunakan untuk menyerap bau dari
udara.

Deodoran termasuk sistem koloid dilihat dari bentuk deodoran yang tergolong sol
cair. Dimana fase padat dalam deodoran terdispersi dalam zat cair. Selain itu
deodoran termasuk salah satu contoh pada sifat koloid yaitu adsorbsi. Adsorbsi
adalah penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan suatu zat. Suatu sistem
koloid mempunyai kemampuan mengadsorbsi, sebab partikel koloid memiliki
permukaan yang sangat luas.

Dalam deodoran mengandung tawas dimana tawas memiliki sifat adsorbsi. Tawas
dapat mengadsorpsi kotoran, racun, dan dapat menghilangkan bau badan. Pada
deodoran juga mengandung seng peroksida, parfum, dan zat anti septik yang dapat
menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.
Selain tawas, deodoran juga biasanya mengandung senyawa aluminium seperti
aluminium klorohidrat (Al2(OH)5Cl.2H2O) yang juga dapat memperkecil pori
(mengadsorbsi) keringat.

Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang


dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan
muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit
ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup
lam ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan
ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan
digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif
digumpalkan di katode.

Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut:

Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan
kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid
sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya
tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.

Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan 3-


tertarik lebih dekat daripada ion klorida yang bermuatan 1-, walaupun
konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil.

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan


pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.

Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:

1. pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam
air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam
air laut

2. karet dalam lateks digumpalkan denagn menambahkan asam format

3. lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan


menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan
negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium
silika)

4. asap dan tebu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik dari Cottrel

tidak semua. Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak
mengalami koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid
pelindung ini membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga
melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini akan membungkus
partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Contoh
pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai berikut:
1.Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan
Kristal besar atau gula

2.Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.

3. Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.

Salah satu contoh dari koloid pelindung adalah kasein. Kasein adalah sejenis
protein yang terkandung dalam susu dan berfungsi sebagai emulsi. Kasein adalah
koloid pelindung dari emulsi air dan susu. Koloid pelindung yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi disebut Emulgator (zat pengelmusi). Contoh koloid
pelindung yang lain adalah koloid Liofil.
Sumber:

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 - 75.000).
Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-
ion tersebut akan diadsorbsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pad aelektroda yang
lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan
yaitu, mencegah udar oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang
berharga (misalnya debu logam)

Sistem Koloid
Pengertian Koloid
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas
Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas
perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi
sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak
berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid.

Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang
terdispersi dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi
adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid
termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan
suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan
suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar
merata dalam medium pendispersinya . Sistem Koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
Secara makroskopis koloid tampak homogen, tetapi secara mikroskopis bersifat
heterogen. Campuran koloid umumnya bersifat stabil dan tidak dapat disaring.
Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm-10 nm.

Koloid merupakan campuran 2 fase yang terdiri dari fase terdispersi dan medium
pendispersi. Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan dan bersifat
diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium untuk mendispersikan disebut
medium pendispersi dan berisfat kontinu. Adapun perbandingan sifat larutan,
koloid dan suspensi adalah sebagai berikut:

Jenis-Jenis Koloid
Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi
dan fasa pendispersi (medium dispersi). Sistem koloid dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya.
Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol,
yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat
dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol
gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fasa
terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair
dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah
emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga
dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fasa
terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih
cair. Mengapa tidak ada buih gas? Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan
buih cair. Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yangtercantum pada tabel
9.2.

a. Aerosol

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut

aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat


padat disebut aerosol padat, jika zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol
cair. Aerosol padat contohnya: asap dan debu di udara, aerosol cair
contohnya: kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol,
seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot,
dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong
(propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah
senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.

b. Sol

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat


cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari
contohnya: sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, air sungai berlumpur dan
cat.

c. Emulsi

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat

terjadinya emulsi ini adalah kedua zat cair tidak saling


melarutkan. Emulsi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu emulsi minyak
dalam air atau emulsi air dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air adalah
santan, susu, dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak adalah minyak ikan,
minyak bumi.

Emulsi terbentuk karena adanya zat pengemulsi (emulgator), contoh emulgator


adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator
lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise.

d. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya

dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat


pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan
mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih
digunakan pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih logam,
pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya buih tidak dikehendaki.
Zat-zat yang dapat memecah atau mencegah buih,antara lain eter, isoamil alkohol,
dan lain-lain.

Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas:


1)buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung, karet busa, dan
styrofoam;
2)buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih sabun dan putih
telur.

e. Gel

Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh : agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol
yang mengadsorbsi medium pendispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak
padat.

Sifat-sifat Koloid
a. Efek Tyndall

Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut
akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan
jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya
. Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat
digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali
ditemukan oleh Michael Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall
(1820 1893), seorang ahli Fisikabangsa Inggris.

Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru
sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau
merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid
di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan
intensitas sama.

Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus


dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita
frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita
melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan
frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat
langit berwarna jingga atau merah.

Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut:

Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut

Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu

Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut

b. Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus

menerus dan hanya dapat diamati dengan mikroskop ultra.


Gerak brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-
molekul medium terhadap partikel koloid.Dalam suspensi tidak terjadi gerak
Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya
setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat
diamati. Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat,
karena energi molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang
lebih kuat.

Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium
dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi
sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).

c. Elektroforesis

Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena


partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini
disebut elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid
dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan
bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid
bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid
bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).

Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan


partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid
bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid
bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian
dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal
d. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain,

seperti ion H+ dan OH dari medium pendispersi. Untuk


berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang
tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi
penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat
bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang
mengelilinginya.

Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau


muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid bermuatan
listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol
Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol
As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Pemanfaatan sifat
adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula tebu,
dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan dalam proses
penjernihan air dengan penambahan tawas.

e. Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid. Koloid


distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka
kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau
penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau
jika elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila arus listrik dialirkan
cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan
ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi
karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan
negative menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan
kedua. Jika selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid
sehingga terjadi koagulasi.

Beberapa contoh peristiwa koagulasi dalam kehidupan sehari-hari adalah:

Pembentukan delta di muara sungai karena koloid tanah liat dalam air sungai
mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
Karet dalam latek digumpalkan dengan menambahkan asam formiat

Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan


menambahkan tawas

Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
cottrel.

Koloid Pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi.

Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung


ini membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi
muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.

Contoh pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai berikut:

1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan


Kristal besar atau gula
2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid
pelindung.
3. Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid
pelindung.

Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatanion suatu elektrolit. Akan tetapi,
jika penambahan elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini
dapat mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu
stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit,
penambahan elektrolit dilakukan dengan cara dialisis.
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau
menghilangkan ion-ion pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari
selaput semipermiabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong
semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya dapat
dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya, dengan
demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar melalui selaput
semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-
ion dari sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.
Peristiwa dialisis ini diaplikasikan dalam proses pencucian darah di dunia
kedokteran.

Koloid Liofil dan Liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang
cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan
(Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob
jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak
suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi
yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut
koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

Contoh:

Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.

Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.

Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob.
Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya.
Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut
terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid
liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi
ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid
menstabilkan sistem koloid.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat
terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan.
Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka dapat
membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil
bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada
penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan
membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil
dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut.

Peranan Koloid dalam


Kehidupan Sehari-hari
a. Mengurangi polusi udara

Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi
dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan
koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel
berbahaya

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai
75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam
udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang
lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan,
yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu
yang berharga (misalnya debu logam).

b. Penggumpalan lateks

Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol,
yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang
molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel
koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus
dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan
getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat;
CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang
mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.

Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai
lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber).
Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak
digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk
menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3.
Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari
zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.

c. Membantu pasien gagal ginjal

Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut


merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah
sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul
kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses
pada kantung hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang
memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin
dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih
kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.

d. Penjernihan air

Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-
kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai
sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai.
Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun
skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula
mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia,
misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan
selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit
penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air
minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.

Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13 berikut!


Proses
pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun
pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan,
yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut
mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama.
Benda-benda yang berupa koloid tidak dapat diendapkan dengan cara itu.

Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid
diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah
aluminium sulfat, besi(II)sulfat, besi(III)klorida, dan klorinasi koperos
(FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain untuk mengendapkan partikel-
partikel koloid, juga untuk menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar
antara 5,56,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk
senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,55,5.

Pada tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan,
benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah
mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga
sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir
tersebut.

Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk
menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit
(kaporit) atau klorin (Cl2).

e. Sebagai deodoran

Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau


mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja
kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.

f. Sebagai bahan makanan dan obat

Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid
sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.

g. Sebagai bahan kosmetik


Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan
dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.

h. Sebagai bahan pencuci

Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen.
Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai
emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga
kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara
pembilasan dengan air.

Peranan Koloid dalam


Kehidupan Sehari-hari
a. Mengurangi polusi udara

Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi
dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini

memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan


koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel
berbahaya

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai
75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul
dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi
bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada
elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri
untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).

b. Penggumpalan lateks

Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol,
yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat
yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai
partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet
harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan
getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat;
CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang
mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.

Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai
lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber).
Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet
tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks.
Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia;
NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol
lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.

c. Membantu pasien gagal ginjal

Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut


merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan
adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan
molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir
proses pada kantung hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah
yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan
keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah
bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.

Anda mungkin juga menyukai