Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi
oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia.
Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang
menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran.
Rusaknya dan semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di saat ini telah memperburuk
kualitas udara saat ini. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang
mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara
yang terjadi. Maka tak heran pada saat ini banyak orang yang terkena penyakit yang menyerang
organ pernafasan karena telah menghirup udara yang telah tercemar. Oleh karena itu perlu diadakan
pengendalian udara agar zat- zat berbahaya yang terkandung dalam udara yang kita hirup saat ini
berkurang atau malah hilang sekalian.
Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber
pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode
yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses
dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Pada sebuah pabrik kimia,pengendalian
pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu danpenanggulangan
emisi senyawa pencemar. Cottrel adalah salah satu aplikasi untuk penanggulangan emisi debu dan
senyawa pencemar tersebut (Hutagalung 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
Efek Tyndall adalah adanya gejala penghamburan berkas cahaya oleh partikel-
partikel koloid. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan ke dalam sistem koloid, maka
cahaya akan dihamburkan. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan ke dalam sistem
larutan, maka cahaya akan diteruskan.
Dalam Kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara lain:
berkas sinar matahari melalui celah daun pohon pada pagi hari yang
berkabut.
Efek Tyndall tidak sama untuk setiap sinar yang mempunyai panjang gelombang
berbeda. Sinar kuning, misalnya, lebih sedikit dihamburkan. Itulah sebabnya lampu
warna kuning dipakai pada saat berkabut, di mana cahaya kuning dapat menembus
kabut dan terlihat oleh pemakai jalan. Karena Inilah kenapa kebanyakan lampu
sorot berwarna kuning senja.
3. ADSORPSI
Adsorpsi merupakan sebuah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat
lain. Zat yang diserap disebut adsorbat atau zat yang terserap. Sedangkan zat yang
menyerap disebut adsorben. Oleh karena itu, pada proses adsorpsi dalam larutan,
jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada jenis adsorben, jenis adsorbat, luas
permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut dan temperatur.
Pada praktikum kali ini pengukuran absorbansi larutan di lakukan dengan
menggunakan larutan metilen red dengan variasi 3 konsentrasi. Konsentrasi yang
digunakan adalah 80, 100 dan 120 ppm. Adsorben yang digunakan adalah obat norit
yang berfungsi sebagai obat penetral racun di dalam tubuh.
Pada percobaan ini adsorban yang digunakan adalah norit. Sebelum digunakan,
norit harus digerus dahulu, hal ini bertujuan agar nantinya norit yang sudah halus
dapat mempermudah absorbsi . Karena semakin luas permukaan adsorben maka
daya penyerapannya pun semakin tinggi. Dimana penggerusan pada norit adalah
cara memperluas permukaan adsorbennya.
Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap norit yang bertujuan untuk memperbesar
pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi
molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik
fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya adsorpsi. Selain karbon aktif, yang biasa digunakan sebagai adsorben
adalah silika gel, zeolit dan penyaring molekul.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi larutan sebelum adsorpsi
lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena larutan metilen red telah
diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik dimana x/m diplotkan
sebagai ordinat dan C sebagai absis.
Adsorpsi karbon membuat konsentrasi larutan metilen red mengalami penurunan.
Pada data diatas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara data 1
sampai 3 dapat dilihat jumlah zat yang teradsorpsi mulai menurun. Hal ini terjadi
karena dalam adsorpsi terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
adsorpsi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu : (1) Sifat
Serapan, Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. (2)
Temperatur/ suhu, Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki
suhu pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa
diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. (3) pH (Derajat
Keasaman). (4) Waktu Singgung, Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu
cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan
berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh
dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan.
Norit adalah merek terkenal dari karbon aktif atau carbo activus. Mungkin Norit
adalah satu-satunya merek yang ada di Indonesia di kalangan jenis obat ini. Taukah
Anda apa kegunaan norit, juga informasi penting lain tentang produk ini?
Norit adalah karbon yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan yang diaktifkan
dengan kuat. Oleh karena itu pengobatan memakai norit walaupun dalam jumlah
banyak tidak berbahaya, bahkan untuk anak-anak. Daya serap yang kuat dari Norit
sangat baik untuk menghilangkan gangguan-gangguan dalam perut dan keracunan
makanan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah menjerap (adsorbsi) toksin atau
produk bakteri yang ada di dalam saluran pencernaan.
Bahan baku untuk membuat karbon aktif cukup beragam, antara lain dari kayu, batu
bara, kulit kacang, atau serbuk gergaji. Bahan baku ini kemudian diaktifkan
dengan cara kimia (mencampurnya dengan asam), atau dengan mengukus
menggunakan uap/ gas pada temperatur tinggi. Hasilnya adalah arang berwarna
hitam legam, namun tak berbau dan tak berasa.
Jika karbon aktif diperiksa dibawah Scanning Electron Microscopy (SEM), akan
terlihat pori-pori dalam jumlah yang sangat besar. Pori-pori ini mempunyai ukuran
yang bermacam-macam. Pori-pori yang berukuran lebih dari 50 nm disebut
macropores, 2 nm 50 nm mesopores, dan di bawah 2 nm micropores. Jika kita
hitung, maka 1 gram karbon aktif mempunyai luas permukaan pori-pori 0,5 sampai
1,5 kilometer persegi. Suatu luas permukaan yang fantastik.
Pori-pori yang sangat luas ini mampu menangkap berbagai macam bahan, termasuk
bahan beracun terutama melalui gaya Van der Walls. Oleh karena itu karbon aktif
dapat digunakan pada kasus overdosis obat, keracunan makanan, atau tertelan
bahan beracun. Namun, kemampuannya menangkap racun ini hanya terjadi di
lambung dan usus, ketika zat beracun belum terserap dan masuk ke dalam peredaran
darah. Sehingga, semakin cepat diberikan, semakin banyak racun yang dapat
diserap.
Beberapa bahan tidak dapat diserap oleh karbon aktif, misalnya litium, asam atau
basa kuat, logam dan bahan inorganik (misalnya, natrium, besi, timah, arsen,
yodium, fluorin, dan asam borat), alkohol (misalnya etanol, metanol, isoprofil
alkohol, glikol, dan aseton), dan hidrokarbon (seperti minyak tanah, bensin, oli, dan
hidrokarbon tumbuhan seperti minyak pinus). ,Pada kasus keracunan zat-zat
tersebut, karbon aktif tidak boleh diberikan.
Tablet norit dipakai dengan cara ditelan sambil minum air pada gangguan-
gangguan ini:
Deodoran memiliki beberapa bentuk, ada yang cair ada pula yang padat. Untuk
penggunaan kebersihan tubuh misalnya, deodoran digunakan pada bagian
permukaan tubuh tertentu untuk menghilangkan bau tidak sedap. Karena
kebanyakan bau tidak sedap dari tubuh disebabkan oleh aktifitas bakteri pada kulit,
ke dalam deodoran biasanya ditambahkan pula zat antiseptik, yang berfungsi untuk
membunuh bakteri penyebab bau. Batubara aktif dan silika gel menghilangkan bau
dari udara dengan cara menyerapnya ke permukaan aktifnya. Ada pula beberapa
deodoran yang menghilangkan bau dengan cara bereaksi dengan senyawa penyebab
bau. Salah satu contohnya adalah klorofil. Glikol adalah deodoran sekaligus
disinfektan yang biasanya disemprotkan saat digunakan untuk menyerap bau dari
udara.
Deodoran termasuk sistem koloid dilihat dari bentuk deodoran yang tergolong sol
cair. Dimana fase padat dalam deodoran terdispersi dalam zat cair. Selain itu
deodoran termasuk salah satu contoh pada sifat koloid yaitu adsorbsi. Adsorbsi
adalah penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan suatu zat. Suatu sistem
koloid mempunyai kemampuan mengadsorbsi, sebab partikel koloid memiliki
permukaan yang sangat luas.
Dalam deodoran mengandung tawas dimana tawas memiliki sifat adsorbsi. Tawas
dapat mengadsorpsi kotoran, racun, dan dapat menghilangkan bau badan. Pada
deodoran juga mengandung seng peroksida, parfum, dan zat anti septik yang dapat
menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.
Selain tawas, deodoran juga biasanya mengandung senyawa aluminium seperti
aluminium klorohidrat (Al2(OH)5Cl.2H2O) yang juga dapat memperkecil pori
(mengadsorbsi) keringat.
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan
kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid
sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya
tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
1. pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam
air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam
air laut
4. asap dan tebu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik dari Cottrel
tidak semua. Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak
mengalami koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid
pelindung ini membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga
melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini akan membungkus
partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Contoh
pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai berikut:
1.Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan
Kristal besar atau gula
2.Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
Salah satu contoh dari koloid pelindung adalah kasein. Kasein adalah sejenis
protein yang terkandung dalam susu dan berfungsi sebagai emulsi. Kasein adalah
koloid pelindung dari emulsi air dan susu. Koloid pelindung yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi disebut Emulgator (zat pengelmusi). Contoh koloid
pelindung yang lain adalah koloid Liofil.
Sumber:
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 - 75.000).
Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-
ion tersebut akan diadsorbsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pad aelektroda yang
lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan
yaitu, mencegah udar oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang
berharga (misalnya debu logam)
Sistem Koloid
Pengertian Koloid
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas
Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas
perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi
sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak
berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid.
Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang
terdispersi dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi
adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid
termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan
suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan
suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar
merata dalam medium pendispersinya . Sistem Koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).
Secara makroskopis koloid tampak homogen, tetapi secara mikroskopis bersifat
heterogen. Campuran koloid umumnya bersifat stabil dan tidak dapat disaring.
Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm-10 nm.
Koloid merupakan campuran 2 fase yang terdiri dari fase terdispersi dan medium
pendispersi. Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan dan bersifat
diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium untuk mendispersikan disebut
medium pendispersi dan berisfat kontinu. Adapun perbandingan sifat larutan,
koloid dan suspensi adalah sebagai berikut:
Jenis-Jenis Koloid
Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi
dan fasa pendispersi (medium dispersi). Sistem koloid dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya.
Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol,
yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat
dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol
gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fasa
terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair
dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah
emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga
dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fasa
terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih
cair. Mengapa tidak ada buih gas? Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan
buih cair. Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yangtercantum pada tabel
9.2.
a. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
b. Sol
c. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat
d. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
e. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh : agar-agar,
lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol
yang mengadsorbsi medium pendispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak
padat.
Sifat-sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut
akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan
jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya
. Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat
digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali
ditemukan oleh Michael Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall
(1820 1893), seorang ahli Fisikabangsa Inggris.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru
sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau
merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid
di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan
intensitas sama.
Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut:
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut
b. Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus
Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium
dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi
sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).
c. Elektroforesis
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain,
e. Koagulasi
Pembentukan delta di muara sungai karena koloid tanah liat dalam air sungai
mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
Karet dalam latek digumpalkan dengan menambahkan asam formiat
Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
cottrel.
Koloid Pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi.
Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatanion suatu elektrolit. Akan tetapi,
jika penambahan elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini
dapat mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu
stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit,
penambahan elektrolit dilakukan dengan cara dialisis.
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau
menghilangkan ion-ion pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari
selaput semipermiabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong
semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya dapat
dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya, dengan
demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar melalui selaput
semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-
ion dari sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.
Peristiwa dialisis ini diaplikasikan dalam proses pencucian darah di dunia
kedokteran.
Contoh:
Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob.
Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya.
Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut
terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid
liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi
ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid
menstabilkan sistem koloid.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat
terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan.
Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka dapat
membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil
bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada
penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan
membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil
dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut.
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi
dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan
koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel
berbahaya
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai
75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam
udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang
lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan,
yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu
yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol,
yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang
molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel
koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus
dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan
getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat;
CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang
mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai
lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber).
Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak
digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk
menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3.
Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari
zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.
d. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-
kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai
sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai.
Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun
skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula
mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia,
misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan
selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit
penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air
minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid
diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah
aluminium sulfat, besi(II)sulfat, besi(III)klorida, dan klorinasi koperos
(FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain untuk mengendapkan partikel-
partikel koloid, juga untuk menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar
antara 5,56,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk
senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,55,5.
Pada tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan,
benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah
mengalami pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga
sisa endapan yang masih terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir
tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk
menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit
(kaporit) atau klorin (Cl2).
e. Sebagai deodoran
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid
sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen.
Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai
emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga
kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara
pembilasan dengan air.
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi
dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai
75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul
dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi
bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada
elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri
untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol,
yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat
yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai
partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet
harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan
getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat;
CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang
mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai
lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber).
Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet
tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks.
Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia;
NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol
lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.