PROPOSAL PENELITIAN
SILVIA WULANDARI P
NIM 140384204033
i
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan
taufik, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul Pengaruh Model Experiential Learning pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia
Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Penyusunan proposal skripsi ini merupakan syarat mengikuti seminar proposal skripsi
pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Dalam menyusun proposal skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi
peneliti. Tetapi, banyak pihak yang membantu dan selalu memberikan motivasi sehingga
proposal skripsi ini selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc., selaku Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji;
2. Dr. H. Abdul Malik, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
5. Friska Septiani Silitonga, S.Pd.,M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
Tanjungpinang;
Universitas Maritim Raja Ali Haji yang telah memberikan masukan-masukan yang
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini belum sempurna. Untuk itu, dengan besar hati
peneliti menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga proposal ini berguna bagi peneliti
iii
maupun bagi pihak lain yang memerlukan, khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia,
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup, hal ini akan
dialami oleh semua orang tanpa mengenal batas usia. Dari konsep pendidikan
seumur hidup ini dirumuskan asas bahwa proses pendidikan berlangsung secara
kontinu dari bayi sampai meninggal dunia. Sebagaimana dalam konsep Islam yang
menganjurkan umatnya untuk belajar mulai dari buaian sampai ke liang lahat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun Ilmu
dengan IPA. Karakteristik tesebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta
1
2
(deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
apa yang diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini terjadi
karena penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dalam
pemahaman. Pembelajaran seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas
yang statis, monoton dan membosankan. Dengan demikian diperlukan peran guru
dalam menentukan model pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil pembelajaran
sebelumnya, nilai formatif diperoleh siswa masih banyak yang mendapatkan nilai
mengajar, bahwa siswa kesulitan dalam memahami konsep materi kimia. Sehingga,
banyak siswa yang menunjukkan sikap yang tidak aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
merupakan adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam menggali kemampuan
2
3
pengetahuannya.
mengambil dua penelitian terdahulu yang relevan. Pertama, skripsi dari Andi
membedakannya adalah jenis penelitian dan objek penelitian yang berbeda. Pada
skripsi tersebut yang menjadi objek penelitiannya adalah Penalaran Deduktif Siswa
SMA. Kedua, Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika Indonesia I.R.S Munif dan Mosik
Vol. 4 No.1 2009 yang berjudul: Penerapan Metode Experiential Learning pada
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah terletak pada jenis
penelitian dan objek penelitian. Pada jurnal penelitian tersebut yang menjadi objek
penelitian adalah peningkatan hasil belajar IPA pada siswa sekolah dasar.
4
Kesetimbangan kimia merupakan salah satu pokok bahasan ilmu kimia yang
memahami konsep serta aplikasi nyata dalam materi ini. Karakteristik pokok
bahasan kesetimbangan kimia ini menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar
siswa. Materi ini sangat sesuai dengan penggunaan model experiential learning.
dilaksanakan.
Dari pernyataan dalam latar belakang masalah di atas, maka diambil rumusan
1. Bagi Peneliti
3. Bagi Guru
4. Bagi Sekolah
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
terjadi bukan karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang
dapat terjadi dengan sendirinya, namun yang dimaksud perubahan perilaku disini
adalah perubahan yang dilakukan secara sadar melalui reaksi dari situasi yang
dihadapi. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada disekitar individu. belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga
Dengan demikian belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri sesesorang yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara
aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi
fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak saja yang aktif, tetapi
pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan basar tujuan pembelajaran
tidak tercapai.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dan
4
puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru,
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian
diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan (Purwanto, 2009). Jadi hasil
a. Faktor internal
1) Faktor jasmani
a) Faktor kesehatan
b) Cacat tubuh
Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi ,
itu.
2) Faktor psikologis
b. Faktor eksternal
1) Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
2) Faktor sekolah
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran dan
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
sekolah.
3) Faktor masyarakat
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk
diharapkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-
didasarkan pada teori kolb, yaitu proses dimana pengalaman terkonstruksi melalui
berbuat (the doing) dan berpikir (the thinking). Secara umum istilah model
7
melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai
barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah
model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah selanjutnya istilah model
konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud model belajar
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana murid
mengalami apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari (Fauzi, 2016).
Melalui model ini, murid tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka
karena dalam hal ini murid dilibatkan secara langsung dalam proses
experiential tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi juga subjektif
dalam proses belajar. Pengetahuan yang tercipta dari model ini merupakan
mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Hal yang sama
8
telah dikemukakan oleh confusious beberapa abad lalu what I hear, I forget,
what I hear and I see, I remember a little, what I hear, see and ask questions about
or discus with some one else, I begin to understand, what I hear see, discus and I
do, I acquire knowledge and skill what I teach to another I master. Jika
cara belajar berupa cara belajar dengan mendengar akan lupa, dengan cara
mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengar, melihat
dan mendiskusikan dengan murid lain akan paham, dengan cara mendengar,
melihat, dan mendiskusikan dengan murid lain akan paham dengan cara
dan keterampilan, dan cara menguasai pelajaran yang terbaik adalah dengan cara
murid dapat lebih membangun makna serta kesan dalam memori atau ingatannya.
menghubungkan dan melibatkan murid dengan dunia nyata, model ini pun
bagian dari integral dari sebuah kehidupan (Widayanti, 2013). Experiental learning
learning, dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini
menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar.
belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dari teori-teori belajar lainnya.
9
Istilah experiential di sini untuk membedakan anatara teori belajar kognitif yang
perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari
model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu; 1) mengubah
keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan
elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka
membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda
dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa menjadi pendengar pasif dan
d. Tahapan implementasi.
sebagai berikut:
Pengalaman
konkrit (1)
Pengamatan
Eksperimentasi
aktif dan
Aktif (4)
Reflektif (2)
Konseptualisasi
(3)
Tahap ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil dari proses belajar
harus bersifat produk yang nyata. Pada tahap ini seseorang sudah
lapangan.
berpikir kreatif, dan mendorong siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang
berbeda. Adapun kelemahan dari model experiential learning ini adalah alokasi
waktu untuk pembelajaran yang membutuhkan waktu relatif lama (Munif, 2009).
hanya sedikit dari reaksi kimia yang bersifat irreversibel. Pada awal proses
molekul reaktan dari molekul produk. Apabila laju reaksi maju dan reaksi balik
sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring
dan produknya. Kesetimbangan antara dua fasa dari zat yang sama dinamakan
kesetimbangan fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah pada proses fisis.
Dalam hal ini contohnya, molekul H2O yang meninggalkan dan yang kembali ke
1. Konsentrasi
dari zat yang bertambah atau menuju zat yang berkurang konsentrasinya.
dipengaruhi oleh zat berfase gas. Dalam reaksi heterogen, perubahan zat
besar.
3. Suhu
kalor (endoterm).
14
yang sudah ada diteliti sebelumnya, namun dengan materi serta konsep penelitian
yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa rujukan penelitian
dan refleksi. Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa penerapan model
2. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, oleh I.R.S Munif dan Mosik, Vol. 4
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD. Hal ini ditunjukkan dari
yaitu 6,43 pada siklus I, 6,10 pada siklus II, 6,83 pada siklus III dan
penelitian ini materi dalam konsep kimia yang berhubungan dengan kehidupan
experiential learning terhadap hasil belajar peserta didik. Sehingga dengan adanya
konsep yang diajarkan secara lebih mendalam dan mampu menghubungkan konsep
tersebut dengan pengalaman yang dialaminya sehari-hari. Hasil belajar yang baik
tidak menjamin peserta didik mampu memahami konsep dan aplikasinya dalam
kemampuan berpikir dalam domain kognitif Bloom yang terdiri dari enam dimensi
konsep yang sudah ada sehingga memudahkan peserta didik dalam mengabstraksi
mengharapkan hasil belajar yang baik. Tinggi rendahnya hasil yang dicapai oleh
16
siswa selain ditentukan oleh siswa itu sendiri (internal) juga dapat ditentukan oleh
faktor lain (eksternal). Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa pada mata
Hasil belajar siswa erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan
oleh seorang guru. Maka dengan perencanaan yang matang sebelum pembelajaran
akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan belajar
Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun ilmu pengetahuan alam. Ilmu kimia
saja, tetapi ilmu kimia juga erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diduga karena penggunaan model
belajar siswa. Hal ini sesuai dengan kondisi siswa yang lebih mudah memahami
untuk menghasilkan data dan pengalaman yang dapat digunakan untuk diolah
keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka membuat
balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.
pada semua hal yang menyangkut informasi dan kenyataan atau fakta. Sehingga
hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan pengalamannya sendiri akan lebih baik
dari pada harus menghafal teori-teori apalagi pada mata pelajaran kimia yang sangat
Ho : Tidak ada pengaruh postif dan signifikan pada hasil belajar yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Riau. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober- November tahun
1. Pengajuan Judul
2. Penulisan Proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Revisi Proposal
5. Seminar Proposal
6. Perbaikan Proposal
7. Penelitian
8. Penyusunan skripsi
9. Sidang skripsi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MIPA kelas XI MIPA SMAN 1
kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang
akan diberikan perlakuan dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Tabel populasi
1 XI MIPA 1 37 siswa
2 XI MIPA 2 36 siswa
3 XI MIPA 3 36 siswa
4 XI MIPA 4 40 siswa
5 XI MIPA 5 40 siswa
6 XI MIPA 6 40 siswa
Total 238 siswa
sampel karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Proses pengambilan sampel
dilakukan dengan memberi kesempatan pada setiap anggota populasi untuk menjadi
memilih sampel dengan teknik simple random sampling. Simple random sampling
merupakan teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit
sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang
21
terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk
mewakili populasi.
MIPA 1 dan XI MIPA 3. Hal ini didasarkan pada nilai tes hasil belajar dan
kemampuan akademik yang tidak jauh berbeda. Pada kelas XI MIPA 1 memliki
rata-rata nilai ulangan harian 76, kelas XI MIPA 2 memliki rata-rata nilai ulangan
harian 70, kelas XI MIPA 3 memliki rata-rata nilai ulangan harian 75, kelas XI
MIPA 4 memliki rata-rata nilai ulangan harian 72, kelas XI MIPA 5 memliki rata-
rata nilai ulangan harian 70, kelas XI MIPA 6 memliki rata-rata nilai ulangan harian
3. 3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi
eksperimen dan desain yang digunakan adalah Pretest Posttest Control Group
Design. Dalam desain ini, hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan.
Eksperimen O2 X T2
O1 - T1
Kontrol
22
Keterangan :
3. 4 Rancangan Penelitian
Posttest Control Group Design. Dimana pada desain penelitian ini yang
mendapat perlakuan hanya kelompok eksperimen saja. Hal ini sesuai dengan
Tabel 3.4
Pada desain penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok Control
Pre test
Posstest
observasi.
a. Tes
Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa tes objektif dengan
jumlah 30 soal untuk pretest dan postest pada kelas perlakuan dan kelas
c. Angket
model pembelajaran dan tes. Skala yang digunakan pada angket adalah
1. Instrumen perlakuan
oleh ahli.
2. Instrumen pengukuran
menggunakan tes. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa tes
sebagai berikut:
a. Validitas
N XY ( X )( Y )
= (Riduwan, 2013)
{( N X 2 ( X ) 2 ( N Y 2 ( Y ) 2 )}
26
Dimana:
= Koefisien korelasi
= Jumlah responden
Dengan Kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan =0,05% maka alat
ukur dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat ukur
dinyatakan tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka kriteria yang digunakan untuk
dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan
pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Untuk
rumus:
2
11 = {1 } (Sugiyono, 2014)
(1) 2
27
Dimana:
2 = Varians total
Kaidah keputusan : jika r 11 > r tabel berarti reliabel dan r 11 < r tabel berarti
tidak reliabel.
c. Tingkat Kesukaran
Dimana:
P = Indeks kesukaran
d. Daya Pembeda
= =
Dimana:
benar
benar
uji-t (t-test) dan pengolahan data menggunakan SPSS 22. Uji-t (t-test) merupakan
uji perbedaan dua rata-rata dari dua sampel tentang suatu variabel yang diteliti.
Sebelum melakukan analisis data dengan tes t dilakukan uji prasyarat terlebih
dahulu:
1. Uji prasyarat
a. Uji normalitas
Untuk penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji kolmogrov
smirnov dengan bantuan program SPSS 22. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
b. Uji homogenitas
harus dilakukan untuk melihat kelas yang diteliti homogen atau tidak, pada
penelitian ini kelas yang akan diteliti sudah diuji homogenitasnya, dengan
dengan rumus:
2. Uji hipotesis
apakah uji tersebut diterima atau ditolak menggunakan uji dibawah ini.
a. Uji t (t-test)
dijabarkan menjadi pengujian hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho).
Ha1 : Ada pengaruh positif dan signifikan pada hasil belajar yang
kimia.
Ho1 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan pada hasil belajar yang
kimia.
31
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik analisa data yang
.Terdapat dua jenis tes t yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis
1
2
=
12 22
1 + 2
1 2
=
(1 1)12 + (2 1)22 1 1
( + )
1 + 2 2 1 2
Keterangan :
= + . 1 (Kasmadi, 2014)
Keterangan :
= Linearitas regresi
X1 = Nilai Variabel
SPSS 22. Untuk melihat acuan korelasi sederhana dapat dilihat pada tabel
berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Aksara.
Pendidikan.
Chang, R. (2009). Kimia Dasar: Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Hasil belajar Siswa pada Konsep Cahaya. Jurnal Antalogi UPI ,1(1), 3-4.
Aksara.
Alfabeta.
________. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Alfabeta.
Rineka Cipta.
Rosdakarya.
Alfabeta.
Widayanti, L. (2013). Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA MTs
32-35.