Anda di halaman 1dari 6

Load dan Frekuensi

Dasar
Dalam pengoperasian suatu turbin generator, baik gas turbin ataupun steam turbin tidak
terlepas dari masalah load dan frekuensi, karena keduanya adalah faktor utama yang
saling terkait dalam pengoperasian turbin generator. Ditinjau dari teori dasarnya, proses
terbangkitnya energy listrik adalah proses konversi atau perubahan bentuk energy, dari
energy mekanik atau putaran atau frekuensi yang terjadi pada turbin, menjadi energy
listrik terjadi pada generator. Atau secara singkat dapat dikatakan terjadi proses
konversi dari energy mekanis menjadi energy listrik. Adapun terjadinya
tegangan listrik atau gaya gerak listrik ( ggl ) adalah, karena adanya medan magnet
yang dipotong oleh kumparan yang berputar.
E ( ggl ) = L . B. V.sin
= L.B.(R) sin
= L.B (2fR) sin
B = Flux
V = putaran ( hertz )

Torsi generator ( T ) = B.I. L

Dengan arah melawan torsi turbin


B = flux medan rotor
I = Arus stator
L= Kumparan

Torsi atau torsi generator ini berlawanan arah dengan torsi turbin. Atau secara singkat dapat
dikatakan , pada generator berbeban selain berfungsi sebagai generator, terdapat perilaku motor
pada generator tersebut dengan arah putar berlawanan. Pada generator beban nol, torsi generator
juga nol. Sedang pada generator berbeban, torsi ini akan berbanding lurus dengan arus generator.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya droop putaran. Pada system paralel, suatu generator akan
menjadi motor jika turbin atau prime mover tidak mampu mensupply energy untuk
mempertahankan putaran
Gambar arah torsi generator berlawanan dg torsi
turbin

Gambar generator menjadi motor ( reverse power )

Kerja Paralel
Dalam kerja paralel semua generator akan memikul beban dari konsumen dengan
kemampuan sesuai kapasitas masing masing. Kestabilan frekuensi dan ketersediaan
energy listrik adalah parameter utama yang menjadi acuan dalam hal produksi listrik.
Pengaturan frekuensi
Untuk mencapai frekuensi ideal, yaitu kestabilan disekitar 50 Hz diperlukan unjuk kerja
governor dari turbin generator yang mampu merespon perubahan frekuensi grid. Dalam
designnya setiap turbin generator akan bereaksi terhadap perubahan frekuensi grid,
dimana turbin akan merespon penurunan frekuensi dengan pembukaan katup bahan
bakar ( steam ), kemampuan respon ini dikenal dengan speed droop. Menurut
definisinya speed droop adalah besarnya penurunan frekuensi yang menyebabkan
katup bahan bakar atau steam membuka full open. Speed droop dinyatakan dalam
:
SD ( % ) =100.(Ns Nr) /Nr
SD = Speed droop
Ns = No load speed
Nr = Full load peed
Speed droop suatu turbin generator menentukan tingkat respon suatu generator, dengan besaran
tersebut dapat ditentukan tingkat respon dengan skala lebih kecil, karena speed droop bisa juga
diartikan sebagai ratio. Misalkan suatu generator mempunyai kapasitas 100 MW dengan speed
droop 5%. Ini berarti saat 5% penurunan frekuensi terjadi, maka generator akan mengeluarkan daya
listrik maksimum yaitu 100 MW. Maka jika terjadi 0.5% speed droop, generator akan mengeluarkan
daya listrik sebesar

Load = freq(%) x Kapasitas gen ( MW )


SD ( % )
= 0.5 x 100 MW
5
= 10 MW pada droop 0.5%,freq 49.75 Hz

Sedang jika digambarkan dalam kurva frekuensi vs beban ( load ) adalah berupa
kemiringan, sehingga bisa dinyatakan dengan persamaan garis miring
SD = .freq(%)
Load
Contoh generator di atas, persamaan garis miringnya adalah :
f (X) atau Y = SD.X + c
= 0.05.X+c

Gambar speed droop dalam kurva

Contoh : Jika ada 2 generator paralel dg SD1=5%, SD2=2%, capacity @ 100 MW. Jika
beban paralel naik dari 100 MW (dg initial load masing 2, 50 MW) ke 135 MW.
Berapa penurunan frekuensi, berapa pembagian beban tiap generator.
Jawab :

Gen 1; y1 = 0.05x1 + c
Gen 2; y2=0.02x2 + c
x1+x2 = 35 MW
x1 = 35-x2
y1=y2
0.05x1+c = 0.02x2 + c
0.05(35-x2)= 0.02x2
x2 = 1.75
0.07
x2 =25 MW
x1=35-x2
x1=35-25
x1=10 MW
Gen 2 ; y2 =0.02x2
y2 =0.02x2

y2 =0.02.x25
y2 =0.5%
y1=y2=0.5%

Gambar curve load sharing 2 generator paralel

Pengaturan frekuensi seperti diterangkan di atas adalah pengaturan yang secara


individu dilakukan tiap turbin generator, pengaturan tersebut disebut juga dengan
pengaturan natural governor.

Pengaturan beban
Selain pengaturan frekuensi, dikenal juga pengaturan beban atau dalam istilah yang lebih umum
pengaturan beban ini disebut sebagai load limit. Dalam aksinya baik pengaturan kecepatan maupun
pengaturan beban, keduanya dilakukan oleh governoor dengan mekanisme pembukaan katup
bahan bakar ( steam ), yang membedakan diantara keduanya adalah referensi atau setting
inputnya

Gambar diagram pengaturan beban dg control PI

Gambar diagram pengaturan frekuensi dg control P

Unit Pengatur beban

Kedua fungsi pengaturan di atas merupakan dasar dari semua pengoperasian turbin
generator dalam kondisi synchrone ( on grid ). Dalam kaitannya dengan jaringan ( grid )
keterlibatan unit pengatur sangatlah diperlukan , ini dikarenakan fungsi pengendalian
dalam keadaan on grid lebih kompleks dibanding pengaturan secara natural oleh tiap
generator di sisi pembangkit saja. Secara umum fungsi unit pengatur beban setidaknya
mengatur di sisi pembangkit dan penyaluran dengan target kestabilan frekuensi dan
ketersediaan beban. Sehingga dalam kondisi on grid semua unit pembangkit dengan
turbin generatornya akan membangkitkan daya listrik dengan koordinasi dari unit
pengatur beban . Unit pengatur beban mempunyai tingkatan dalam kaitanya dengan
pengaturan frekuensi dan beban, yaitu :
Primary control
Pengontrolan tingkat pertama, dimana fungsi kendali dilakukan oleh tiap turbin
generator, dengan pilihan, mode governor free. Pengontrolan tingkat pertama ini
mempunyai tingkat range amplitude yang besar, dimana respon terjadi sesuai speed
droop turbin generator. Tingkat respon dengan primary control adalah : sekitar 50Hz
1%. Pada primary control, steady state terjadi di bawah/kurang dari 50 Hz. Dengan
respon waktu kurang dari 10 detik.
Secondary control
Pada secondary control, tingkat respon waktu action dalam hitungan menit. Untuk
steady state akan berada mendekati 50 Hz, yaitu sekitar 50Hz 0.2%.
Tertiary control
Tertiary control adalah pengaturan pembebanan tingkat ketiga, yaitu tingkatan dimana
pengaturan pembebanan dilakukan pada saat kondisi steady state telah tercapai,
yaitu setelah aksi primary dan secondary control. Bisa dikatakan tertiary control ini
merupakan keadaan final (steady state), karenanya pada tertiary control akan
dikeluarkan daya listrik yang steady pula, sehingga dalam kurun waktu tertentu energy
listrik terbangkit dapat dihitung besarnya.
E = Daya x waktu ( MWh )
Oleh karena itu pada tahap ini factor ekonomi, lingkungan, peralatan menjadi
pertimbangan.

Gambar kurva pengaturan primary, secondary,tertiary

Anda mungkin juga menyukai