Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT

Nama Pasien : Ny. U


Diagnosa Medis : SNH (Stroke Non Hemoragik)

1. Konsep
1.1 Definisi/deskripsi
1.1.1 Istirahat Tidur.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana presepsi reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang dan dapat di bangukan kembali dengan stimulus
dan sensori yang cukup dapat juga di katakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri
yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, namun lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang
minim memiliki kesadaran yang bervariasi terdapat perubahan proses fisiologis
dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Sekarang dapat di kategorikan sedang tidur jika terdapat tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Aktivitas fisik minimal
2. Tingkat kesadaran yang bervariasi
3. Terjadi berbagai perubahan fisiologis tubuh
4. Penurunan respon terhadap rangsaan dari luar.

Kata Istirahat mempunyai arti yang sanngat luas meliputi bersantai,


menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta
melepaskan diri dari apapun yang membosankan,menyulitkan dan
menjengkelkan, dengan demikian, apat dikatakan bahwa istirahat merupakan
ledakan yang tenang , rileks tanpa tekanan emosional dan bebes dari kecemasan,
(Ansietas).

1.1.2 Stroke Non Hemoragik


Stroke adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan neurologi baik lokal
maupun umum yang terjadi secara mendadak sebagai akibat peredaran darah
serebral.

Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau akut
dengan tanda klinis lokal maupun global yang berlangsung selama + 24 jam.
Dapat menyebabkan kematian karena gangguan peredaran darah ke otak,
termasuk di dalamnya peredaran Subarachnoid dan Infark Serebral (kematian
jaringan otak) tidak termasuk di dalamnya gangguan peredaran darah sepintas,
misalnya karena faktor fisiologis, tumor otak, infeksi karena trauma, dan lain-lain
( WHO ).
Jadi, stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang akut yang bisa disebabkan oleh
gangguan pada pembuluh darah yang terjadi secara mendadak atau dalam
beberapa detik sehingga menimbulkan gangguan dengan ditandai terganggunya
daerah lokal ke otak.

1.1.2.1 Stroke Hemorragik.


Adalah stroke disertai pendarahan akibat sobeknya pembuluh darah
parenkim yang menyebabkan kerusakan neuron dan menyebabkan
peningkatan secara cepat.

1.1.2.2 Stroke Non Hemorragik.


Adalah stroke yang tidak disertai pendarahan otak yang dianggap
sebagai kelainan suplai darah ke otak yang membahayakan fungsi
neuron tanpa memberikan perubahan yang menetap.

1.2 Fisiologi system/ Fungsi normal system


Hipotalamus : Hipokreatin (oreksin)
SAR : Katekolamin (terjaga)
SBR : Serotonin (tidur)
Pusat tidur yang utama terletak di hipotalamus. Hipotalamus mensekresi hipokreatin
(oreksin) yang menyebabkan seseorang terjaga juga mengalami tidur. Aktivitas tidur
diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System
(RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak
diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran; memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba; serta emosi
dan proses berfikir. Padasaat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat
tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR .

Saat bangun RAS mengeluarkan katekolamin seperti norepineprin. Ketika seseorang


mencoba tidur, mereka akan menutupkan mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus
ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktifitas SAR menurun. Pada
beberapa bagian , SBR mengambil alih dan menyebabkan
1.3 Faktor - Faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system
1.3.1 Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit mememrlukan waktu tidur yang lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur, misalnya pada pasien degan gangguan pernafasan seperti
asma,bronkitis,penyakit kardiovaskuler dan lain-lain.
1.3.2 Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, kelelahan tingkat
menenngah orang dapat tidur dengan nyeyak, sedanng pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan priode tidur REM lebih pendek.
1.3.3 Stres Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini di
sebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepirefin darah
melalui sisitem saraf simpatis zat ini akan mengurangi tahap IV REM dan NREM.
1.3.4 Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu :
1.3.4.1 Diuretik: menyebabkan insomnia
1.3.4.2 Anti depresan: Suprnsi REM
1.3.4.3 Kafein: Meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan tidur.
1.3.4.4 Bbeta Bloker: Menimbulkan Insomnia.
1.3.4.5 Narkotika :Mensupresi REM sehingga mudah mengantuk.
1.3.4.6 Amfetamin : Menurunkan tidur REM
1.3.5 Nutrisi.
Makanan yang banyak maengandung L-Triptofan yang merupakan asam amino
dari protein yang di cerna seperti keju,susu,daging dan ikan tuna dapat
mamperceapat terjadinya ptoses tidur.
1.3.6 Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseaoranng untuk tidur . Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseoranng dapat seseorang dapat tidur
dengan nyeyak dan saebaliknya.
1.3.7 Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat meanimbulkan gangguan proses
tidur.
1.3.8 Alkohol
Alkohol Menekan REM secara normal, seseorangkarang yang tahan minum
alkohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah.
1.4 Macam - Macam gangguan yang mungkin terjadi pada system tidur dan istirahat
1.4.1 Insomnia
Orang yang mengalami insomnia selalu merasa bahwa mereka tidak memiliki
tidur yang cukup. Gejala insomnia berupa sulit untuk tertidur dan sering
terbangun di tengah malam. Insomnia merupakan gangguan tidur yang umum,
dan dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Insomnia bisa disebabkan oleh
banyak hal, seperti stres, depresi, gelisah, pola tidur yang buruk, atau karena
sedang menjalani pengobatan serta mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
1.4.2 Mendengkur / mengorok
Kebanyakan orang dewasa mendengkur saat tidur. Suara dengkuran berasal dari
udara masuk yang menggetarkan jaringan halus di tenggorokan. Mendengkur
bisa menjadi masalah karena suara yang dihasilkannya tersebut. Selain itu,
mendengkur bisa menjadi pertanda utama masalah tidur yang lebih serius, yaitu
sleep apnea.
1.4.3 Sleep Apnea
Gangguan tidur ini terjadi ketika sebagian saluran pernapasan bagian atas
tersumbat, menghalangi proses pernapasan dalam waktu singkat, dan membuat
seseorang terbangun dari tidurnya. Apnea berarti tanpa napas. Sleep apnea bisa
terjadi berulang kali selama tidur, sehingga penderitanya selalu merasa sangat
ngantuk di siang hari. Orang yang tidurnya mendengkur lebih beresiko
mengalami gangguan tidur ini. Penelitian menunjukkan bahwa gejala sleep apnea
yang parah dan tidak diobati dapat dihubungkan dengan penyakit serius seperti
hipertensi, stroke dan penyakit jantung.
1.4.4 Narkolepsi (Narcolepsy)
Narkolepsi meruapakan gangguan tidur kronis, berupa rasa kantuk yang
berlebihan di siang hari. Gejala tersebut bisa terjadi dimana saja, bahkan di
tempat kerja. Kondisi ini sering disebut dengan sleep attack, alias serangan tidur.
Narkolepsi diduga merupakan akibat dari gangguan pada sistem saraf pusat
(otak) yang menyebabkan terganggunya siklus tidur normal tubuh.
1.4.5 Parasomnia
Jenis gangguan tidur ini meruapakan kelainan pada perilaku tidur seseorang,
sehingga mengganggu ritme tidur. Gejalanya yang umum adalah berjalan saat
tidur (sleepwalking), mimpi buruk, mengigau, dan lain sebagainya. Gejala
parasomnia biasanya terjadi pada fase tidur NREM, dan lebih sering terjadi pada
anak-anak usia 3-5 tahun.
Seorang anak yang mengalami mimpi buruk bisa bangun sambil berteriak,
namun tidak dapat menjelaskan ketakutannya. Kondisi ini sebenarnya lebih
menakutkan bagi orang tua dibandingkan sang anak, karena kebingungan yang
ditimbulkan akibat perilaku tidur anak tersebut.
1.4.6 Hipersomnia
Jika insomnia merupakan gejala sulit tidur, hipersomnia adalah kebalikannya:
kebanyakan tidur. Penderita hipersomnia biasanya memiliki waktu tidur yang
lebih lama dari orang lain, bahkan sering tidur di siang hari. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh beberapa hal seperti gangguan pada sistem saraf atau pada
sistem metabolisme tubuh, namun penyebab pastinya belum diketahui secara
pasti.

2. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan Istirahat dan Tidur


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
2.1.1.1 Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi gangguan dalam pola tidur dan istirahat.
2.1.1.2 Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat
2.1.1.3 Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada tidak nya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes mellitus.

2.1.2 Pemeriksaan : Data fokus


2.1.2.1 Kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari.
2.1.2.2 Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya.
2.1.2.3 Kebiasaan saat tidur.
2.1.2.4 Lingkungan tidur.
2.1.2.5 Dengan siapa pasien tidur.
2.1.2.6 Obat yang di konsumsi sebelum tidur.
2.1.2.7 Asupan dan stimulan.
2.1.2.8 Perasaan pasien mengenai tidurnya.
2.1.2.9 Apakah ada kesulitan tidur.
2.1.2.10 Apakah ada perubahan tidur.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


2.1.3.1 Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
c. Ektremitas (kelemahan, gangguan sensorik, tonus otot, atropi,
tremor, gerakan tak terkendali, kekuatan otot, kemampuan jalan,
kemampuan duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi)
2.1.4 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.
Diagnosa 1 : Insomnia
2.1.4.1 Definisi
Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi .

2.1.4.2 Batasan Karakteristik


a. Pasien melaporkan penurunan status kesehatan
b. Pasien Melaporkan kesulitan berkonsentrasi
c. Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur
d. Pasien melaporkan kesulitan untuk tetap tidur
e. Pasien melaporkan ketidakpusan dengan tidurnya

2.1.4.3 Faktor yang berhubungan


a. Pola aktivitas
b. Ansietas
c. Depresi
d. Faktor lingkungan
e. Ketakutan
f. Pergantian hormone terkait gender
g. Berduka
h. Gangguan pola tidur normal
i. Hygiene tidur yang tidak aadekuat
j. Konsumsi alcohol
k. Medikasi
l. Ketidaknyaman fisik
m. Stress

Diagnosa 2 : Deprivasi Tidur


2.1.4.4 Definisi
Periode waktu yang lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran relative
yang periodik dan dialami secara terus-menerus).

2.1.4.5 Batasan Karakteristik


Subjektif
Ansietas
Keletihan
Peningkatan sensitifitas terhadap nyeri
Objektif
Penurunan kemampuan fungsi
Gelisah
Paranoia sementara

2.1.4.6 Faktor yang berhubungan


a. Pergerakan ekstrimitas periodik
b. Ketidak nyamanan fisik yang lama
c. Penggunaan obat-obatan yang lama

Diagnosa 3: Nyeri akut b.d cedera neurologis


2.1.4.7 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau potensial, atau digambarkan
dengan istilah seperti; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

2.1.4.8 Batasan Karakteristik


Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat.

Objektif
Posisi untuk menghindari nyeri
Perubahan tonus otot
Respons automik
Perubahan selera makan
Bukti nyeri yang dapat diamati
Berfokus pada diri sendiri
Gangguan tidur

Diagnosa 4: Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial


2.1.4.9 Definisi
Penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk
menerima, memproses, menghantarkan dan menggunakan sistem
symbol (segala sesuatu yang memiliki atau menghantarkan makna).
2.1.4.10 Batasan Karakteristik
Objektif
Tidak ada kontak mata
Kesulitan mengungkapkan pikiran secara verbal (afasia, disfasia,
apraksia dan disleksia)
Kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat (afonia, dislalia dan
disartria)
Tidak atau tidak dapat bicara
Dispnea
Ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggunakan ekspresi tubuh
atau wajah
Verbalisasi yang tidak sesuai
Bicara pelo
Kesulitan dalam bicara atau mengungkapkan dengan kata-kata
Bicara gagap
Keinginan menolak untuk bicara

2.2 Perencanaan
Diagnosa 1: Insomnia
2.2.1 Tujuan dan kretaria hasil berdasarkan NOC
Pasien memperlihatkan Tidur, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(Sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak gangguan):
2.2.1.1 Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam 24 jam untuk orang dewasa )
2.2.1.2 Pola, kualitas dan rutinitas tidur
2.2.1.3 Perasaan segar setelah tidur
2.2.1.4 Terbangun di waktu yang sesuai
2.2.1.5 Mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan tidur atau istirahat
2.2.1.6 Menunjukan tidur, yang dibuktikan oleh indikator berikut (Gangguan
ekstrim, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan).
2.2.1.7 Menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologis

2.2.2 Intervensi Keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


2.2.2.1 Peningkatan Koping
Rasional:
membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan atau ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
2.2.2.2 Manajemen Lingkungan Kenyamanan
Rasional:
Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan yang optimal
2.2.2.3 Peningkatan Tidur
Rasional:
Memfasilitasi siklus tidur terjaga yang teratur.

Diagnosa 2 : Deprivasi Tidur


2.2.3 Tujuan dan kriteria hasil: berdasarkan NOC
2.2.3.1 Perasaan segar setelah tidur
2.2.3.2 Pola dan kualitas tidur
2.2.3.3 Rutinitas tidur
2.2.3.4 Jumlah waktu tidur yang terobservasi
2.2.3.5 Terjaga pada waktu yang tepat
2.2.3.6 Melaporkan penurunan gejala Deprivasi tidur.
2.2.3.7 Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat meningkatkan
tidur atau istirahat.
2.2.3.8 Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan Deprivasi tidur

2.2.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


2.2.4.1 Manajemen Energi
Rasional:
Mengatur penggunaan energy untuk mengatasi atau mencegah
keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
2.2.4.2 Manajemen Medikasi
Rasional:
Memfasilitasi penggunaan obat resep dan obat bebas yang aman dan
efektif.
2.2.4.3 Manajemen Alam Perasaan
Rasional:
Menciptakan keamanan, kestabilan, pemulihan, dan pemeliharaan
pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun
peningkatan alam perasaan.
2.2.4.4 Peningkatan Tidur
Rasional:
Memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur.

Diagnosa 3: Nyeri akut b.d cedera neurologis


2.2.5 Tujuan dan kriteria hasil: berdsarkan NOC
2.2.5.1 Memperlihatkan Pengendalian Nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sbagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu):
a. Mengenali awitan nyeri
b. Menggunakan tindakan pencegahan
c. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

2.2.5.2 Menunjukkan Tingkat Nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai


berikut: (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak
ada):
a. Ekspresi nyeri pada wajah
b. Gelisah atau ketegangan otot
c. Durasi episode nyeri
d. Merintih dan menangis
e. Gelisah

2.2.6 Intervensi Keperawatan dan Rasional: Berdasarkan NIC


2.2.6.1 Pemberian Analgesik
Rasional:
Menggunakan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
2.2.6.2 Manajemen Medikasi
Rasional:
Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan
efektif
2.2.6.3 Manajemen Nyeri
Rasional:
Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien.
2.2.6.4 Bantuan Analgesia yang Dikendalikan oleh Pasien
Rasional:
Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh
pasien.
2.2.6.5 Manajemen Sedasi
Rasional:
Memberikan sedative, memantau respons pasien dan memberikan
dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostic atau
terapeutik.

Diagnosa 4: Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial


2.2.7 Tujuan dan Kriteria Hasil: Berdasarkan NOC
2.2.7.1 Menunjukkan Komunikasi yang dibuktikan oleh indicator gangguan
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat, sedang,
ringan, atau tidak mengalami gaangguan):
a. Menggunakan bahasa tertulis, lisan, atau non verbal
b. Menggunakan bahasa isyarat
c. Menggunakan gambar dan foto
d. Pengenalan terhadap pesan yang dditerimaa
e. Bertukar pesan secara akurat dengan orang lain.

2.2.8 Intervensi Keperawatan dan Rasional: Berdasarkan NIC


2.2.8.1 Mendengar aktif
Rasional:
Hadir secara dekat dengaan daan terikat secara bermakna dengan oesan
verbal dan non verbal pasien.
2.2.8.2 Penurunan Ansietas
Rasional:
Meminimalkan rasa khawatir, takut, prasangka atau kesulitan yang
berhubungan dengan sumber bahaya yang diantisipasi daan tidak jelas.
2.2.8.4 Peningkatan Komunikasi, defisit pendengaran
Rasional:
Membantu menerima dan mempelajari metode alternative untuk hidup
dengan penurunan pendengaran.
2.2.8.5 Peningkatan Komunikasi, defisit wicara
Rasional:
Membantu menerima dan mempelajari metode alternaatif untuk hidup
dengan gangguan bicara.
2.2.8.6 Peningkatan Komunikasi, Defisit Penglihatan
Rasional:
Membantu menerima dan mempelajari metode alternative untuk hidup
dengan gangguan penglihatan.
2.2.8.7 Pelatihan Memori
Rasional:
Memfasilitasi daya ingat.

3. Daftar Pustaka
Hidayat, A. aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

http://www.academia.edu/17064033/Laporan_pendahuluan_istirahat_tidur

Mubarak. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta : EGC
Potter, P. & Perry, A.G. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 1. Jakarta :
Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperwatan : Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kreteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Banjarmasin, November 2016

Ners Muda,

(...................................................)

Preseptor Akademik, Preseptor klinik,

(..............................................) (..........................................)

Anda mungkin juga menyukai