Anda di halaman 1dari 9

Tugas

Teknik Penulisan Laporan

Berpikir Seperti Periset

Disusun oleh : Suci Ulfa Riani

120103100132

Program Studi Akuntansi

Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan

Universitas Padjadjaran Bandung

2012/2013

RISET DAN METODE ILMIAH


Periset yang cakap dan manajer yang lihai sama-sama mempraktekkan kebiasaan
berpikir yang mencerminkan penalaran yang logis menemukan premis yang benar,
menguji hubungan antara fakta dan asumsi, membuat klaim berdasarkan bukti yang
cukup.

Prinsip dasar metode imiah adalah :

Observasi langsung atas fenomena


Variabel, metode, dan prosedur yang didefinisikan dengan jelas
Hipotesis yang dapat diuji secara empiris
Kemampuan untuk mengesampingkan hipotesis tandingan
Pembenaran statistik ketimbang linguistik untuk kesimpulan
Proses koreksi diri

Pengujian empiris atau empirisme ditujukan untuk observasi atau proposisi


berdasarkan pengalaman indera melalui metode logika induktif, termasuk matematika
dan statistik. Dengan pendekatan ini, periset berusaha menggambarkan, menjelaskan
dan membuat prediksi dengan mengandalkan informasi yang diperoleh melalui
observasi.

Langkah periset bisnis dalam pengambilan kesimpulan yang dihasilkan dari data
empiris :

1. Menemukan keingintahuan, keraguan, penghalang, kecurigaan atau rintangan


2. Berusaha untuk menyatakan masalahnya
3. Mengusulkan hipotesis, penjelasan yang masuk akal, untuk menjelaskan fakta
yang diyakini berhubungan secara logis dengan masalahnya
4. Menyimpulkan hasil atau konsekuensi dari hipotesis
5. Merumuskan beberapa hipotesis tandingan
6. Merancang dan menjalankan uji empiris yang penting dengan berbagai hasil
yang penting, kemudian hasil tersebut secara selektif mengesampingkan satu
atau lebih hipotesis
7. Menarik kesimpulan ( inferensi induktif) berdasarkan penerimaan atau
penolakan hipotesis
8. Mengumpulkan informasi kembali ke masalah orisinal dan memodifikasinya
menurut kekuatan dari bukti
Penalaran Logis untuk Jawaban yang Berguna

A. Deduksi
Deduksi adalah bentuk argumen yang dimaksudkan untuk
mendapatkan kesimpulan yang harus sejalan dengan alasan yang diberikan.
Agar tepat, suatu deduksi harus benar dan absah, maka :
Premis (alasan) yang diberikan untuk suatu kesimpulan harus sejalan
dengan dunia nyata (benar)
Kesimpulan harus sejalan dengan premis (absah)

Deduksi dikatakan absah apabila tidak mungkin bagi kesimpulannya untuk


salah pabila premisnya benar. Kesimpulan tidak dibenarkan secara logis
apabila satu atau lebih premisnya tidak benar atau bentuk argumennya tidak
absah. Jika satu premis gagal dalam uji penerimaan, maka kesimpulannya
bukanlah deduksi yang logis. Sebagai periset, kita mungkin tidak menyadari
seberapa banyak kita menggunakan deduksi untuk memahami implikasi dari
bermacam tindakan dan kondisi. Dan jelas bahwa kesimpulan yang dihasilkan
dari deduksi sedikit banyak sudah terkandung di dalam premisnya.

B. Induksi
Dalam induksi kita menarik kesimpulan dari satu atau lebih fakta atau
potongan bukti tertentu. Kesimpulannya menjelaskan fakta, dan faktanya
mendukung kesimpulan.
Sifat dari induksi adalah kesimpulannya hanyalah sebuah hipotesis. Dari satu
penjelasan, tetapi ada penjelasan-penjelasan lain yang berupa fakta dan
ditambah beberapa asumsi. Semuanya berpeluang benar dan memerlukan
konfirmasi lebih jauh sebelum dapat kita percayai, dan konfirmasi tersebut
muncul dengan bukti yang lebih banyak.
Tugas riset terutama adalah untuk menentukan sifat bukti yang
diperlukan untuk menerima atau menolak hipotesis dan untuk mendesain
metode yang digunakan untuk menemukan dan mengukur bukti lain.

C. Deduksi dan Induksi


Dewey menggambarkan proses ini sebagai pergerakan ganda dari pikiran
reflektif. Induksi terjadi ketika kita mengobservasi fakta dan bertanya,
Mengapa begini? oleh karena itu kita mengajukan penjelasan tentatif
(hipotesis) yang masuk akal apabila menjelaskan kondisi yang mendorong
timbulnya pertanyaan tersebut. Sementara deduksi adalah proses yang kita
gunakan untuk menguji apakah hipotesi tersebtu mampu menjelaskan fakta
tadi. Untuk menguji suatu hipotesis, seseorang harus dapat mendeduksi fakta
lain yang kemudian dapat diselidiki, inilah yang dimaksud dengan riset.

BAHASA RISET
A. Konsep
Konsep adalah kumpulan makna atau karakteristik yang diterima
secara umum dan berhubungan dengan kejadian, objek, kondisi, situasi dan
perilaku tertentu. Melakukan klasifikasi atas objek atau kejadian yang
mempunyai karakteristik yang sama diluar batasan satu observasi mana pun
akan menciptakan suatu konsep. Ketika kita berpikir tentang sesuatu, maka
kita otomatis membuat abstraksi elemen visual tertentu yang kita gunakan
untuk mengidentifikasikan objek tersebut.

Sumber Konsep
Konsep- konsep yang biasa digunakan merupakan bagian terbesar dalam
komunikasi bahkan dalam riset, tetapi kita sering kesulitan saat berurusan
dengan konsep yang tidak lazim atau ide yang baru diajukan. Satu cara untuk
menangani masalah ini adalah dengan meminjam dari bahasa lain atau
meminjam dari bidang lain.
Ketika kita mengadopsi makna baru atau mengembangkan label baru,
kita mulai mengembangkan label baru, kita mulai mengembangkan jargon
atau terminologi khusus. Jargon jelas berperan dalam mencapai efisiensi
komunikasi pada kalangan tertentu, tetapi tidak pada kalangan lainnya.

Pentingnya Konsep bagi Riset


Kita mendesain hipotesis dengan menggunakan konsep. Kita merancang
konsep pengukuran yang digunakan untuk menguji pernyataan hipotesis ini.
Kita mengumpulkan data menggunakan konsep pengukuran ini. Suksesnya
suatu riset bergantung pada seberapa jelas kita melakukan konseptualisasi dan
seberapa baik orang lain mengerti konsep yang kita gunakan. Tantangannya
adalah mengembangkan suatu konsep yang dapat dimengerti dengan jelas oleh
orang lain.

B. Konstruk
Konstruk adalah gambar atau ide abstrak yang diciptakan secara
khusus untuk suatu riset tertentu dan/atau tujuan pengembangan teori.
Konstruk dibangun dengan mengkombinasikan konsep-konsep yang lebih
sederhana dan lebih konkret, khususnya jika ide atau gambar yang ingin
dsampaikan tidak dapat diobservasi langsung.

C. Definisi
Periset berhadapan dengan dua jenis definisi : definisi kamus yaitu
suatu konsep didefiniskan padanan katanya, dan definisi operasional.

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definis yang dinyatakan dalam istilah-istilah
dengan kriteria spesifik untuk pengujian atau pengukuran. Istilah ini haru
mengacu pada standar empiris. Meskipun objek yang akan didefinisikan
bersifat fisik atau sangat abstrak, definisinya harus menyebutkan karakteristik
dan bagaimana karakteristik tersebut akan diamati. Spesifikasi dan
prosedurnya harus sedemikian jelasnya sehingga siapa pun yang kompeten
menggunakannya akan mengklasifikasikan objek apapu dengan cara yang
sama.

D. Variabel
Variabel adalah simbol dari suatu kejadian, tindakan, karakteristik,
sifat khusus, atau atribut yang dapat diukur dan dikategorikan.
Untuk tujuan pemasukan dan analisis data, kita memberikan nilai numerik
pada suatu variabel berdasarkan sifat variabel yang bersangkutan. Misalnya,
beberapa variabel, dikatakan bersifat dikotomi, mempunyai hanya dua nilai,
yang mencerminkan ada atau tidaknya suatu sifat. Variabel juga menggunakan
nilai yang menggambarkan kategori tambahan, seperti variabel demografi dari
ras atau agama. Semua variabel seperti ini menghasilkan data yang dapat
dimasukkan ke dalam suatu kategori dikatakan sebagai variabel diskret,
karena hanya niai tertentu yang dimungkinkan.

Variabel Bebas dan Terikat


Variabel bebas (variabel prediktor) dimanipulasi oleh periset, dan manipulasi
tersebut menyebabkan efek pada variabel terikat. Variabel terikat (variabel
kriteria) diukur, diprediksi, atau dipantau dan diharpkan dipengaruhi oleh
manipulasi variabel bebas.

Variabel Moderat
Variabel moderat adalah variabel bebas kedua yang dimasukkan karena
diyakini mempunyai kontribusi signifikan atau efek bersyarat pada hubungan
awal antara VB dan VT.

Variabel Luar
Keberadaan variabel luar yang jumlahnya hampir tak terbatas mungkin
mempengaruhi suatu hubungan tertentu. Beberapa hal dapat dilakukan
variabel bebas atau variabel moderat tetapi sebagian besar harus diterima atau
dikeluarkan dari studi bersangkutan. Variabel luar lainnya mungkin dapat
dipertimbangkan sebagai variabel pengganggu bagi hubungan VB-VT dalam
hipotesis. Ada kemungkinan suatu ide dapat menyebabkan variabel luar
sebagai variabel control, variabel yang dimasukkan untuk membantu
menafsirkan hubungan antar variabel.

Variabel Intervensi
Variabel intervensi merupakan suatu mekanisme konseptual yang dilalui oleh
VB dan VM untuk mempengaruhi VT. Variabel Intervensi dapat didefinisikan
sebagai faktor yang secara teoritis mempengaruhi fenomena yang diamati,
tetapi tidak dapat dilihat, diukur,atau dimanipulasi, efeknya harus disimpulkan
dari efek variabel bebas dan moderator pada fenomena yang diamati.

E. Proposisi dan Hipotesis


Proposisi merupakan pernyataan tentang fenomena yang dapat diamati
dan dapat dinilai sebagai benar atau salah. Ketika suatu proposisi dirumuskan
unruk pengujian empiris, kita menyebutnya sebagai hipotesis. Hipotesis juga
biasa digambarkan sebagai pernyataan dimana kita menetapkan variabel pada
kasus. Kasus dalam pengertian ini didefinisikan sebagai entitas atau hal yang
dibicarakan oleh hipotesis. Variabel adalah karakteristik, sifat khusus, atau
atribut yang dalam hipotesis tersebut dikaitkan dengan kasusnya.

Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menyatakkan keberadaan,
ukuran, bentuk, atau distribusi dari variabel. Periset lebih sering menggunakan
pertanyaan riset ketimbang hipotesis deskriptif. Keuntungan dari format
hipotesis deskriptif :
Format ini mendorong periset untuk menjernihkan dan menjelaskan cara
berpikir mereka mengenai kemungkinan hubungan yang ingin ditemukan

Format ini mendorong mereka berpikir tentang implikasi dari suatu temuan
yang didukung atau ditolak
Format ini berguna untuk menguji signifikansi statistik

Hipotesis Relasional
Hipotesis relasional adalah pernyataan yang menggambarkan hubungan antara dua
variabel sehubungan dengan suatu kasus. Format pertanyaan riset lebih jarang
digunakan pada situasi yang memerlukan hipotesis relasional. Hipotesis
korelasional menyatakan bahwa beberapa variabel terjadi bersamaan dalam pola
tertentu tanpa menyiratkan adanya hubungan sebab akibat di antara mereka.
Dengan melabelkan ini sebagai hipotesis korelasional, kita tidak membuat klaim
bahwa satu variabel menyebabkan perubahan atau penetapan nilai yang berbeda
pada variabel lain. Dengan hipotesis penjelas, ada implikasi bahwa keberadaan
atau perubahan satu variabel menyebabkan atau membawa perubahan pada
variabel yang lain. Dalam mengusulkan atau menafsirkan hipotesis sebab akibat,
periset harus mempertimbangkan arah pengaruhnya.
Peran Hipotesis
Dalam riset, sebuah hipotesis mempunyai beberapa funsi, yaitu :
Menuntun arah studi
Mengidentifikasi fakta yang relevan dan yang tidak
Menyarankan bentuk desain riset mana yang mungkin paling cocok
Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang dihasilkan

Manfaat hipotesis adalah jika ditangani secara serius, membatasi apa yang akan
dipelajari dan apa yang tidak. Hipotesis yang kuat harus memenuhi tiga syarat :
Memadai untuk mencapai tujuannya
Dapat diuji
Lebih baik daripada pesaingnya

F. Teori
Hipotesis memainkan peranan yang penting dalam pengembangan
teori. Perbedaan antara teori dan hipotesis adalah perbedaan kadar
kompleksitas dan abstraksi. Teori cenderung kompleks, abstrak dan
melibatkan banyak variabel. Sebaliknya hipotesis cenderung merupakan
penyataan sederhana dengan variabel terbatas dan hanya melibatkan kejadian-
kejadian kongkret. Sebenarnya, agar fakta dan teori yang bermanfaat maka
keduanya diperlukan. Kemampuan kita untuk membuat keputusan yang
rasional, dan juga untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah, diukut
berdasarkan kemampuan kita dalam menggabungkan fakta dan teori.
Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proporsi yang saling
terkait secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi
fenomena (fakta).

G. Model
Model adalah representasi dari suatu sitem yang dibangun untuk
mempelajari suatu aspek dari sistem itu atau sistem secara keseluruhan. Model
berbeda dengan teori dalam hal peran dimana teori adalah penjelas sementara
peran model adalah representasi.
Tujuan model adalah untuk meningkatkan pemahaman, prediksi dan
pengendalian kita atas kompleksitas lingkungan.
Model deskriptif, prediktif dan normatif didapatkan di dalam riset
bisnis. Model deskriptif sering digunakan untuk sistem yang lebih kompleks.
Model prediktif meramalkan kejadian dimasa akan datang. Model normatif
digunakan terutama untuk kontrol, menginfornasikan kita tentang tindaka apa
yang harus diambil.
Model dapat pula statis, yang menggambarkan suatu sitem pada suatu titik
waktu, atau dinamis, yang menggambarkan evolusi suatu sitem bersama
berlalunya waktu.
Model dikembangkan melalui penggunaan penalaran induktif dan deduktif
demi pencapaian kesimpulan yang akurat mengenai keputusan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai