Anda di halaman 1dari 4

Telaah Prosa Jepang (Program Studi Jepang FIB UI)

Worksheet 1-1 : Tubuh dan Relasi Kuasa dalam Perspektif Gender

Bacalah komik (Shiboo to iu na no fuku wo kite) karya Anno


Moyoco dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

1. Tuliskan sinopsis komik dalam 100 kata. Sebutkan 3


kata kunci untuk komik ini.

2. Pilih 3 tokoh dalam komik ini dan jelaskan karakter setiap tokoh tersebut.

3. Jelaskan latar tempat dan waktu dalam komik ini.

4. Jelaskan relasi kuasa antara Noko dan Saito, Mayumi dan Saito, dan Mayumi dan Noko.
Gunakan dan sertakan kutipan-kutipan dalam komik ini untuk mendukung argumen
Anda.

5. Bagaimana Anda membaca komik ini? Gunakan teori-teori yang telah kita pelajari pada
perkuliahan ini (boleh satu teori atau lebih dari satu teori sesuai dengan analisis Anda)
Anda boleh menggunakan bahan referensi lain selain bacaan yang dibahas di kelas.
Fokus pada satu tema pembahasan, tidak harus selalu menganalisis tokoh utama. Piih
tema yang paling menarik menurut Anda.

6. Pemikiran baru apa yang Anda dapatkan setelah membaca komik ini? Jelaskan.

Catatan : Kerjakan worksheet (lembar kerja) ini dalam 4-6 halaman. Jawablah setiap
pertanyaan dengan ringkas, padat, dan jelas.

1. Sinopsis:
Noko Hanazawa, ia memiliki postur tubuh yang terlalu gemuk. Karena hal itulah banyak
orang yang tidak menyukainya. Di kantornya, Noko selalu dijadikan kambing hitam atas
segala permasalahan oleh rekan kerjanya, Mayumi Tachibana, seorang wanita cantik
namun buruk perilakunya. Ketidaksukaan Mayumi juga membuatnya merebut pacar
Noko yang tampan, Toshihiko Saito, hanya untuk sekedar menyakiti hati Noko.
Sebenarnya Saito menerima Noko apa adanya, namun pengaruh Mayumi membuat
Saito bertekuk lutut padanya, dan meninggalkan Noko. Oleh karena itu, Noko akhirnya
memutuskan untuk mengikuti program diet, dengan harapan semua hal buruk yang
menimpanya tidak lagi ia dapatkan setelah menjadi "cantik". Ia harus melawan
keinginannya untuk makan, padahal makan adalah salah satu caranya meredam emosi
dan stresnya selama ini. Setelah Noko menjadi kurus, ia tidak terlihat menjadi lebih
cantik dan perlakuan orang-orang terhadapnya juga tidak menjadi lebih baik. Apa yang
ia terima bahkan jauh lebih buruk; ia harus rela melihat pacarnya menikahi wanita lain.
Kata Kunci: gemuk, cantik, tidak bahagia

2. Karakter tokoh:
a. Noko Hanazawa: Noko adalah wanita yang sangat suka makan. Selain suka makan,
ia menjadikan makanan sebagai pelampiasan atas segala permasalahan dan
Telaah Prosa Jepang (Program Studi Jepang FIB UI)
Worksheet 1-1 : Tubuh dan Relasi Kuasa dalam Perspektif Gender

tekanan yang ia terima selama ini. Tidak heran jika tubuhnya sangat gemuk.
Sebenarnya Noko menikmati kehidupannya, bahkan dengan segala cacian dan
makian bosnya serta bully-an rekan-rekan kerjanya, karena ia memiliki seorang
pacar yang sangat mengerti dan menerima Noko apa adanya. Namun, salah
seorang rekan kerjanya merebut dan mempengaruhi pikiran pacar Noko sehingga
pacarnya pergi meninggalkan Noko yang sudah dipacarinya selama 8 tahun, dan
sejak saat itulah Noko ingin diet. Menurutnya, dengan menjadi kurus, ia akan
menjadi cantik dan kehidupannya akan berubah menjadi lebih baik. Noko rela
menjalani program yang amat menyiksanya itu demi impiannya menjadi cantik
dan dihargai orang-orang sekitarnya. Padahal yang sebenarnya terjadi tidaklah
seindah apa yang ia ekapektasikan.
b. Saito Toshihiko: Dia adalah pacar Noko, seorang laki-laki yang tampan, menyukai
wanita periang dan apa adanya. Namun karena Saito selingkuh dan dipengaruhi
oleh rekan kerja Noko, Mayumi, Saito pun jadi tidak menyukai Noko dengan alasan
Noko adalah seorang yang gemuk. Padahal sebelumnya Saito sangat menerima
Noko apa adanya.
c. Mayumi Tachibana: Mayumi adalah seorang wanita cantik yang memenuhi
kriteria "cantik"-nya masyarakat. Mayumi merasa, karena ia telah memenuhi
kriteria itu, ia bebas melakukan apa saja, termasuk perilaku tidak terpuji, seperti
membully secara berlebihan rekan kerjanya yang jelek menurutnya, menindas
laki-laki, serta melakukan berbagai kebohongan untuk menjatuhkan rekan
kerjanya tersebut. Mayumi merasa menjadi superior dalam segala hal karena
kecantikannya.

3. Latar tempat dalam komik ini sebagian besar mengambil tempat di kantor Noko dan
apartemen Noko karena Noko adalah seorang main character dalam komik ini. Tempat
lain yang menunjang cerita ini adalah apartemen Mayumi, dimana Mayumi dan Saito
berselingkuh. Lalu supermarket, tempat Noko membeli banyak stok makanan ringan
dan makanan siap saji. Kemudian super slim center sebagai tempat Noko menjalani
program penurunan berat badan yang mahal dan berat, serta hotel sebagai tempat
Noko menjadi wanita yang menemani kakek tua untuk mendapatkan uang tambahan.
Sedangkan latar waktu komik ini mengambil waktu pada zaman modern, terlihat dari
pakaian masyarakatnya dan sifat masyarakat yang sudah individualis.

4. Relasi kuasa:
a. Relasi kuasa antara Noko dan Saito:
Saito memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan Noko. Segala
permasalahan yang terjadi oleh Noko dapat ia lewati dengan santai saat Saito
masih tetap berada di sisinya. Namun ketika Saito mulai dipengaruhi oleh Mayumi,
Saito mulai jarang menghubungi Noko, dan inilah titik dimana Noko mulai ingin
merubah kehidupannya dengan mengikuti program diet dan berharap
kehidupannya akan berubah setelah ia menjadi kurus; Saito kembali kepadanya,
orang-orang sekitar akan lebih menghargai dirinya, dan tidak ia dapati bully-an lagi
Telaah Prosa Jepang (Program Studi Jepang FIB UI)
Worksheet 1-1 : Tubuh dan Relasi Kuasa dalam Perspektif Gender

dari rekan-rekannya. Hal inilah yang menjadi bukti bahwa Saito memiliki kuasa
atas Noko.
Kutipan:
Noko: If I get upset, he might not like me anymore., If he stops liking me, Ill die,
I will., Someone he can feel at ease around, thats why I have to be
someone wholl forgive him for anything and wholl always have a home
that he can go back to, I have no right to get angry at Saito-kun, youve
got it all wrong, - halaman 55

b. Relasi kuasa antara Saito dan Mayumi:


Mayumi memiliki kriteria kecantikan dari masyarakat yang sempurna, oleh karena
itu ia merasa memiliki kuasa atas segala hal termasuk kuasa atas laki-laki.
Begitupun laki-laki yang berada di sekitarnya yang juga merasa dikuasai oleh
Mayumi karena kesempurnaannya dari segi fisik. Tidak terkecuali bagi Saito
sebagai pacar Noko, ketika diajak selingkuh dan diperbudak oleh Mayumi, Saito
menerima saja karena ada pengaruh kesempurnaan Mayumi.
Kutipan:
Saito: uu(kh)
Mayumi: Whats with that voice? Youre the one who said you wanted to become
my chair
Saito: uuu, ah!
Mayumi: Thats feel good, doesnt it?, Do you know why you came to see me
again? Because you still moron! - halaman 135

c. Relasi kuasa antara Mayumi dan Noko:


Masih karena Mayumi yang memiliki kriteria kecantikan sempurna, ia merasa
memiliki kuasa atas semua orang. terlebih terhadap orang yang tidak memiliki
kriteria cantik sama sekali seperti Noko. Mayumi merasa bebas melakukan apa
saja termasuk melakukan hal yang buruk atas Noko seperti mengejeknya, merebut
pacarnya, bahkan membuat Noko dipecat dari pekerjaannya. Hal ini menunjukkan
Mayumi memiliki kuasa di atas Noko.
Kutipan:
Mayumis friend 1: What am I going to do
Mayumis friend2: Its going to be okay! Im sure they wont fire you!
Mayumi: But, that was Nokos job, right? Then, thats her responsibility. All you
have to do is change the date on the form to one when Noko was working.. -
halaman 105-106

5. Hal yang membuat saya tertarik untuk dijadikan bahan analisis adalah rekan-rekan
kerja Mayumi, khususnya 2 orang wanita yang selalu bersama Mayumi ketika mereka
bekerja.
Dalam teorinya, Foucault memakai istilah docile bodies, yang artinya adalah
badan-badan yang jinak. Lebih khusus lagi dijelaskan oleh Sandra Bartky dalam
artikelnya yang membahas tentang modernisasi dan femininitas berdasarkan teori dari
Telaah Prosa Jepang (Program Studi Jepang FIB UI)
Worksheet 1-1 : Tubuh dan Relasi Kuasa dalam Perspektif Gender

Foucault, ia menjelaskan bahwa docile bodies ini adalah badan-badan yang


didisiplinkan oleh beberapa aturan yang dibuat oleh orang yang berkuasa. Aturan ini
mendisiplinkan tubuh wanita, sering disebut dengan feminine discipline. Perumpamaan
docile bodies ini mengambil contoh tentara yang dibuat seragam dalam segala hal;
mulai dari bentuk tubuhnya, sikap dan gerakan tubuhnya, serta gaya hidupnya oleh
sebuah institusi yang menaungi para tentara ini. Namun, Sandra Bartky menjelaskan
lebih lanjut mengenai feminine discipline sebagai berikut:
The disciplinary power that inscribes femininity in the female body is everywhere and
its nowhere; the disciplinarian is everyone and yet no one in particular. (1970: 74).
Para wanita ini memiliki kesadaran bahwa mereka sedang diawasi oleh laki-laki yang
jika mereka tidak memiliki syarat kecantikan yang berlaku saat ini, mereka tidak akan
disukai, akan dijauhi, serta mengalami penolakan, padahal laki-laki tidak seperti yang
para wanita ini pikirkan. Kesadaran ini disebut sebagai self-surveillance, merasa diri
selalu diawasi. Oleh karena self-surveillance ini, mereka jadi serentak ingin mengubah
bentuk tubuh mereka seperti apa yang disebut sebagai tubuh feminin dan cantik oleh
media-media yang ada saat ini, seperti apa yang Sandra Bartky sampaikan dalam artikel
yang sama:
To have a body felt to be femininea body socially constructed through the
appropriate practicesis in most cases crucial to a womans sense of herself as female
and, since persons currently can be only as male or female, to her sense of herself as am
existing individual. (1970, 77)
Hubungannya dengan karakter yang ingin saya analisis yaitu kedua rekan kerja wanita
Mayumi, mereka termasuk ke dalam docile bodies yang disebutkan oleh Foucault.
Mereka cenderung cari aman dengan mengikuti standar kecantikan saat ini agar
mereka mendapatkan tempat di masyarakat. Jika dibandingkan dengan Noko,
sebenarnya mereka berdua jauh lebih lemah. Oleh karena kelemahan itulah mereka
berusaha membangkitkan kehadiran dan kepercayaan diri mereka dengan menerapkan
standar kecantikan atau feminine discipline yang berlaku tersebut.

6. Pemikiran baru yang saya dapatkan setelah membaca komik ini adalah pada
hakikatnya, kebahagiaan bukanlah datang dari penerapan feminine discipline seperti
yang digembor-gemborkan oleh beberapa media. Bahkan dalam menerapkan hal itu
juga membutuhkan effort yang lebih besar dan tidak mengenakkan seperti diet, atau
operasi plastik, dan lain sebagainya. Self-surveillance yang dimiliki oleh para wanita itu
juga membuat mereka tersiksa, yang sebenarnya laki-laki tidaklah seperti itu. Menjadi
diri sendiri jauh lebih menenangkan dan dapat membuat bahagia, tidak perlu berubah
menjadi orang lain, karena tingkat kebahagiaan itu hanya diri sendiri yang bisa menilai.

Anda mungkin juga menyukai