Anda di halaman 1dari 3

SUKABUMI

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kejaksaan Negeri (Kejari) Cibadak Kabupaten Sukabumi


menetapkan tujuh orang tersangka dalam kasus pengadaan barang di RSUD Sekarwangi
Cibadak.

Mereka tersangkut kasus dugaan korupsi program dana penyesuaian infrastruktur daerah
(DPID) sebesar Rp 7 miliar di RSUD Sekarwangi pada 2011. Jumlah kerugian negara dalam
kasus itu diperkirakan mencapai sekitar Rp 2,7 miliar.

Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Cibadak, Akhmad EP Hasibuan menerangkan,
dugaan korupsi muncul karena adanya mark up dalam pengadaan barang atau alat kesehatan.

"Misalnya pengadaan meja operasi yang dilakukan mark up juga," terang dia kepada wartawan
Selasa (2/2).

Dikatakan Akhmad, program DPID ini mengambil dana dari pemerintah pusat. Di mana, total
dana yang disalurkan mencapai Rp 7 miliar.

Akhmad mengungkapkan, ada tujuh orang tersangka yang ditetapkan dalam kasus tersebut.
Rinciannya, sebanyak enam orang PNS dan satu orang pengusaha.

Menurut Akhmad, kasus dugaan korupsi DPID di RSUD Sekarwangi ini masih dalam
pengembangan. Sehingga memungkinkan adanya penambahan jumlah tersangka.

Dari tujuh tersangka, baru satu orang yang ditahan di Lapas Warungkiara. Satu orang yang
ditahan tersebut berasal dari kalangan pengusaha.
(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/02/02/o1xd3w280-kejari-
cibadak-tetapkan-7-tersangka-korupsi-rs-sukabumi)

SUKABUMI, (PR).- Unit Tindak Pidana Korupsi Satuan Reserse dan Kriminalitas
Markas Kepolisian Resort Sukabumi Kota menahan mantan Kepala
Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi.
Mantan Kepala BPBD Kota Sukabumi HH terlihat tertunduk lesu saat
polisi menggiring usai pemeriksaan ke terali besi, Selasa, 6 Juni 2017.

Dengan kedua tangan di borgol, dia terlihat gugup ketika polisi melakukan
konferensi pers terkait tindak pidana korupsi yang dilakukannya. Tersangka yang
sebelumnya dinilai kooperatif dalam pemeriksaan sehingga tidak dilakukan
penahanan, kini harus menerima kenyataan pahit. Dia kini harus mendekam di
penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya hingga menunggu proses
persidangan.

Oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Sukabumi itu, ditetapkan tersangka tindak
pidana korupsi sehingga merugikan negara hingga mencapai Rp 264.290.890. HH
yang kini bertugas menjadi pegawai staf ahli Pemkot Sukabumi diduga tidak
hanya melakukan pemotongan sebesar 15 persen pada setiap pencairan dana
kegiatan rutin.

Tapi saat menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) telah meminta fee atau
sejumlah uang dari kegiatan pengadaan barang dan jasa kepada pihak ketiga. Uang
yang diambil tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan memenuhi
kebutuhan sehari-hari, kata Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Sukabumi Kota,
Rustam Mansur.

Didampingi Kepala Satuan Reserse dan Kriminalitas (Kasat Reskrim), Yadi


Kusmayadi, Rustam Mansur, polisi menjebloskan tersangka setelah dilakukan
serangkaian pengungkapan. Polisi tidak hanya menerima laporan dari masyarakat
yang menyatakan kegiatan BPBD 2013 lalu, tidak direalisasikan secara maksimal.
Tapi perawatan sarana serta prasarana sama sekali tidak dilakukan, katanya.

Nota fiktif
Selain itu, kata Rustam Mansur langkah tegas dengan menjebloskan HH setelah
polisi melakukan koordinasi dengan sejumlah pemeriksan administrasi.
Dari koordinasi dengan Badan Inspektorat Kota Sukabumi terungkap dalam
pemeriksaan ada temuan kegiatan rutin dan pengadaan barang.

Begitu pun setelah dilakukan koordinasi dengan BPK terdapat bukti-bukti berupa
nota pembelian BPBD yang diduga kuat fiktif alias tidak sesuai dengan sebenarnya.,
kata Rustam Mansur.

Rustam Mansur mengatakan lima berkas tersangka pelaku tindak korupsi telah
diserahkan ke pihak Kejaksaan Negeri (kejari) Kota sukabumi. Kelima berkas
tersebut diantaranya hasil pemeriksaan dari Badan Pengawasan Keuangan
Pembangunan (BPKB), BKP dan Badan Inspektorat dinilai telah lengkap.

Dia dijerat Pasal 2 dan 3 ayat 1 UU RI No 31 1000 tetang pemberantasan Tipikor.


Yang diubah dan ditambah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang perubahan atas
UU No 31 tahun 1999 tentang pemberantaasan Tipikor. Dia diancam kurungan
penjara minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun, katanya.***
(http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/06/06/dugaan-korupsi-rp-264-juta-mantan-
kepala-bpbd-kota-sukabumi-ditahan-402604)

Sindonews.com - Lima pejabat Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi, divonis


Majelis Hakim Tindak Pidana Korupsi Bandung masing-masing 3 tahun penjara.

Vonis tersebut lebih rendah 1,5 tahun dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU)
sebelumnya. Mereka diantaranya Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan
(Disdik) Kabupaten Sukabumi Muhammad Irbar, dan pemeriksa barang masing-masing
Muhyidin, Heri Suharja, Dodi Junaedi dan Dadun.

Kelimanya tersangkut kasus tindak pidana korupsi dalam proyek pengadaan buku melalui
program dana alokasi khusus (DAK) senilai Rp12,8 miliar 2010 lalu.

Ketua Majelis Hakim Syamsudin pada amar putusannya menegaskan kelimanya terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 2 dan 3 Undang-Undang No31 tahun 1999
yang telah diubah Undang-Undang pemberantasan tindak pidana korupsi No20 tahun 2001
junto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Selain itu, kelimanya pun dikenakan denda sebesar Rp50 juta atau subsider kurungan
penjara satu bulan. Sebelumnya jaksa membebankan kepada kelimanya untuk membayar
uang pengganti masing-masing Rp500 juta. Namun pertimbangan hakim lain, hal ini
lantaran kelimanya selain sudah mengembalikan kerugian negara juga tidak merasakan
uang korupsinya.

Usai ketua majelis hakim membacakan vonis itu, kontan keluarga korban histeris akan
putusan yang sangat tinggi. Bahkan beberapa dari mereka seusai sidang banyak yang
menangis. Para terdakwa pun hanya bisa tertunduk lesu menghadapi tuntutan yang
tergolong tinggi itu.

Sementara itu kuasa hukum salah seorang terdakwa dari Ibrar, Amirudin Rahmdan
menegaskan hakim tidak berpikir keadilan bahkan tidak memiliki hati nurani.

Hakim disini cari aman 2/3 itu 3 tahun, dibanding divonis ringan sesuai fakta maka akan
berbalik ke mereka. Ini nasib orang, sesuai fakta denda sudah dibayar, tetapi tetap divonis
tinggi, ucapnya menyesalkan.

Pada kasus ini pun sebenarnya ada enam terdakwa, satu lagi Yudi Arkandi meninggal dunia
saat pada tahap penyidikan beberapa tahun lalu.

Dia stroke saat kasus ini diselidiki dan akhirnya meninggal dunia, ucapnya.

Kasus itu berawal bahwa terdakwa sudah terutama pemeriksa barang ini telah melaporkan
terhadap PPTK bahwa buku dari proyek DAK tersebut sudah selesai diperiksa.
Kenyataannya, dalam pendistribusian buku terdapat kekurangan buku sebanyak 74 ribu
eksemplar.

Seharusnya, jumlah buku yang harus disediakan mencapai 626,520 eksemplar untuk 138
sekolah dasar. Akibat tindakan terdakwa negara mengalami kerugian hingga kurang lebih
Rp600 juta.

(https://daerah.sindonews.com/read/754308/21/lima-pejabat-disdik-sukabumi-divonis-3-
tahun-penjara-1372238492

Anda mungkin juga menyukai