Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

Seksio sesarea merupakan suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh dan
berat janin lebih dari 500 gram. Dari tahun ke tahun angka kejadian seksio sesarea
terus meningkat.
Di Inggris, pada tahun 2008 2009 angka seksio sesarea menjadi 24,6% yang
pada tahun 1980 hanya sekitar 9%. Selain itu angka kejadian seksio sesaria di
Australia pada tahun 1998 sekitar 21% dan pada tahun 2007 telah mencapai sekitar
31%. Di Indonesia angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2009 telah mencapai
29,6%. Di RSUP dr. Mohammad Hoesin khususnya, angka seksio sesarea pada tahun
2008 adalah sebanyak 21,8% dan meningkat menjadi 27,4% pada tahun 2009, 30,8%
pada tahun 2010 dan 37,6% pada tahun 2011.
Dengan makin meningkatnya frekuensi seksio sesarea ini, maka dapat
meningkat pula angka kejadian ibu hamil dengan riwayat pernah melahirkan dengan
seksio sesarea serta penyulit yang dialami saat persalinan. Di Inggris, frekuensi seksio
sesarea ulangan pada ibu yang pernah seksio sesarea sebelumnya sekitar 28% dari
kelahiran yang ada. Selain itu, di Australia sekitar 56,6% seksio sesarea elektif dan
13,9% seksio sesarea emergensi dialami oleh ibu yang pernah seksio sesarea
sebelumnya. Di RSUP dr. Mohammad Hoesin menunjukkan sekitar 23,2% persalinan
pervaginam setelah seksio sesarea, 54,8% seksio elektif dan 22% seksio sesarea
emergensi.
Kehamilan dan persalinan dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya akan
mendapat risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas yang meningkat terutama
berhubungan dengan parut uterus, ruptur uteri dan abnormalitas plasenta. Oleh karena
memiliki risiko yang dapat terjadi terhadap morbiditas dan mortalitas, maka penulis
melaporkan kasus kehamilan dengan seksio sesarea yang ada di RSMH beserta
2

tinjauan pustaka dan analisisnya. Laporan kasus ini diharapkan bermanfaat bagi
praktisi kesehatan yang ingin mengkaji mengenai kehamilan dengan seksio sesarea.

BAB II
3

LAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS UMUM
Nama pasien : Ny. YA
Usia : 35 tahun 5 bulan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsa : WNI
Agama : Islam
Alamat : Jalan Peternakan 4 Lr. Kayu Are IV Suka Bangun
MRS : 07 April 2014 pukul 17.30
No rekam medik : 811455

Nama suami : Tn.KN


Usia : 34 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Bangsa : WNI
Agama : Islam
Alamat : Jalan Peternakan 4 Lr. Kayu Are IV Suka Bangun

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Kelamin : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Tuberkulosis : disangkal
Asma : disangkal
4

Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Hipertensi : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Kelamin : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Tuberkulosis : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat Kehamilan Sekarang


Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Banyaknya : dalam batas normal
HPHT : 07-08-2013
Taksiran persalinan: 14-05-2014
Lama hamil : 37 minggu
Gerakan janin dirasakan :
Periksa hamil : di Bidan

Riwayat Pernikahan : 1x lamanya 10 tahun


Riwayat Sosial Ekonomi : sedang
Riwayat Gizi : sedang
Riwayat Kontrasepsi : (-)
Riwayat Obstetri
5

N Tempat Tahun Hasil Jenis Penyulit Nifas Jenis BB Keadaan


o bersalin kehamilan persalinan kelamin ana
k
1 KET tahun 2003
2 RSUD 2011 SC PPT - Laki- 35
Kayu laki 00
Agung gr
3 Hamil ini

Riwayat Persalinan
Dikirim oleh : RS Siti Khadijah
His mulai dirasakan sejak tanggal : 06 April 2014
Darah lendir sejak tanggal :-
Rasa mengedan sejak tanggal :-
Ketuban pecah sejak tanggal :-

B. ANAMNESIS KHUSUS (07 April 2014 Pukul 17.30)


Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan bekas SC 1x, anak letak lintang dan perdarahan dari
kemaluan

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 hari SMRS, os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang
hilang timbul tapi masih jarang. R/ keluar darah lendir (-), R/ keluar air-air (-),
R/ keputihan (+), R/ perut diurut-urut (-), R/ minum obat /jamu (-), R/ trauma
(-), R/ post coitus (-). Os ke RS Khadijah dan dilakukan pemeriksaan serta
USG, dikatakan tembuni terletak di bawah, lalu os dirujuk ke RSMH. Os
mengaku cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan.

C. PEMERIKSAAN FISIK (25 Maret 2014 pkl. 06.00 WIB)


6

Status presens
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadarah : kompos mentis
Tekanan darah : 120/80mmHg
Frekuensi nadi : 88 kali/menit
Frekuensi pernapasan : 20 kali/ menit
Temperatur : 36oC
Tinggi badan : 153 cm
Berat badan : 80 kg
Kepala : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH20, pembesaran KGB (-)
Toraks : simetris
Jantung : HR: 88 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Payudara : hiperpigmentasi +/+
Hati : sulit dinilai
Limpa : sulit dinilai
Edema : -/-
Varises : -/-

Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
FUT 3jbpx (33 cm), melintang, - , dorso superior, his 2/10/25, DJJ 156 x/menit,
TBJ 3100 gram.

Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
Portio livide, OUE terbuka, Fluor (+), Fluksus (+), darah tidak efektif, E/L/P (-).
7

D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 10,2 mg/dl 11,2-15,5 mg/dl
RBC 3.570.000 /m3 4,2-4,5 juta/m3
WBC 12.500 /m3 4,5-11 x 103/m3
Ht 28 % 43-49 %
Trombosit 258.000/m3 150-450/m3
Diff. Count 0/0/0/88/10/2 0-1/1-6//2-6/50-70/25-40/2-8

Pemeriksaan USG
Tampak JTH letak lintang, dorso superior, kepala di kanan
Biometri janin:
BPD : 92,1 mm
HC : 329 mm
AC : 338 mm
FL : 70,2 mm
EFW : 3160 gr
Ketuban cukup, Sp: 4,0 cm
Plasenta di corpus anterior meluas menutupi seluruh OUI
K/ Hamil 37 minggu JTH Letli + Plasenta Previa Totalis

E. DIAGNOSIS
G3P1A1 hamil 37 minggu inpartu dengan PPT + bekas SC 1x, JTH, Letak lintang.

F. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
8

G. PENATALAKSANAAN
Observasi TVI
IVFD RL XX/menit
Inj Ceptriaxone 2x1 gr IV
R/ terminasi perabdominam
Persiapan tindakan (alat, izin, obat, darah)
Cek lab DR, UR, KD

H. LAPORAN PERSALINAN
Tanggal 07-April-2014
Pukul 19.10 WIB : Operasi dimulai
Penderita terlentang dalam keadaan spinal anastesi. Dilakukan tindakan aseptic
dan antiseptic pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit
dengan doek steril. Dilakukan insisi Ptannesteill diatas luka operasi lama
kemudian insisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai menembus
peritorneum. Didapatkan uterus sebesar kehamilan aterem. Diputuskan untuk
melakukan SSTP dengan cara sebagai berikut:
- Membuka plika vesiko uterine, vesika urinaria disisihkan ke bawah dan
dilindungi dengan hak besar.
- Insisi SBR linier +- 3 cm secara tajam di bagian tengah sampai menembus
cavum uteri. Kemudian diperlebar ke lateral secara tumpul dengan jari.
Menembus plasenta secara tumpul. Ketuban cukup jernih (-).
- Bayi dilahirkan dengan cara ekstraksi kaki.

Pukul 19.20
Lahir neonates hidup laki-laki, BB 2900 gr, PB 50 cm, Apgar score 8/9 FT AGA.
Ke dalam cairan infus dimasukkan oksitosin 20 iu. Plasenta dilahirkan dengan
tarikan ringan pada tali pusat.

Pukul 19.23 WIB


9

Plasenta lahir lengkap, BP 450 gram, PTP 50 cm, ukuran 18 x 19 cm. Dilakukan
pembersihan kavum uteri dengan kassa. Dilakukan insersi IUD pasca plasenta.
Kemudian dilakukan penjahitan dengan cara sebagai berikut:
- Dilakukan penjahitan sudut secara figure of eight dengan chromic catgut no I.
- Dilakukan penjahitan SBR secara jelujur peston dengan Vicryl no. 1.
- Dilakukan retroperitonealisasi secara jelujur dengan Plain catgut no. 2.
- Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya.
- Dilakukan pencucian kavum abdomen dengan NaCl 0,9%.
Dilanjutkan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai
berikut:
- Peritoneum dijahit secara jelujur dengan Plain catgut no. 2.0
- Otot dijahit secara jelujur dengan Plain catgut no. 2.0
- Fascia dijahit secara jelujur festoon dengan Vicryl no. 1
- Subkutis dijahit satu-satu dengan plain catgut no 2.0
- Kulit dijahit secara jelujur subkutikuler dengan Vicryl no. 3.0

Pukul 20.10 WIB


Operasi Selesai

Follow Up
Tanggal/Jam Follow Up
7 April 2014/ Instruksi post op.
1. Cek TVI, perdarahan, luka operasi.
20.10 WIB
2. Cek Hb, bila Hb <10g% transfuse s.d. Hb >10g%.
3. IVRD RL + Oksitosin 20 iu xx/menit.
4. Kateter menetap.
5. Mobilisasi bertahap :
- 6 jam post op : miring kanan-kiri
- 12 jam post op : duduk
- 24 jam post op : berdiri
6. Diet biasa
7. Obat-obatan
- Injeksi ceftriaxone 2x1 gram IV
10

-Injeksi ketorolac 2x30 mg IV


-As tranexamat 3x1 amp IV
-Injeksi Vitamin C 3x1 amp IV
-Inj. Ondansentron 2x8 amp.
8. Lapor dr. Jaga jika ada keluhan.
8 April 2014/ S: Keluhan (-)
06.00 WIB
O:
Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC

Status Obstetri
PL : FUT 2jbpst, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia rubra
(+), vulva tenang, luka operasi tertutup opsite

A: P2A1 post SSTP a.i. plasenta previa totalis

P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
Vulva higine
ASI on demand
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj. Tramadol 3x1amp IV
Inj. Asam Tranexamat 3x1 amp IV

8 April 2014/ S: Keluhan (-)


10.00 WIB
O:
Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 100/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC
11

A : P2A1 post SSTP a.i. plasenta previa totalis

P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
Vulva higine
Inj. Tramadol pukul 12.00
Inj. Transamin pukul 12.00

8 April 2014/ S: Keuhan (-)


15.00 WIB
O:
Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC

A: P2A1 post SSTP a.i. plasenta previa totalis

P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
Inj. Ceftriaxone pukul 18.00
Inj. Tramadol pukul 20.00
Inj. Transamin pukul 20.00
8 April 2014/ S: Keluhan (-)
21.00 WIB
O: Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC

A: P2A1 post SSTP a.i. plasenta previa totalis

P:
12

Observasi TVI, perdarahan


Inj. Tramadol
Inj. Transamin
9 April 2014/ S: Keuhan (-)
07.00
O: Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 120/80 mmHg
N : 83 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC
Status Obstetri
PL : FUT 2jbpst, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia rubra
(+), vulva tenang.

A: P2A1 post SSTP a.i. plasenta previa totalis

P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
Vulva higine
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Tramadol 3x1 mg
Inj. Transamin 3x1 mg
R/ aff kateter
R/ aff infus

9 April 2014/ S: Keluhan (-)


09.00 WIB
O:
Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC

A: P2A1 post SSTP a.i. plasenta previa totalis


13

P:
Observasi TVI, perdarahan
ASI on demand
Inj. Tramadol IV pukul 12.00
Inj. Transamin IV pukul 12.00
Aff dcatch (+)
Aff IVFD (+)
10 April 2014/ S: Keuhan (-)
06.30
O:
Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC

Status Obstetri
PL : FUT 2jbpst, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia rubra
(+), vulva tenang.

A: P2A1 post SSTP a.i. plasenta previa totalis

P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
ASI on demand
Vulva higine
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Asam mefenamat 3x1 mg
Vitamin B Coplex
R/ pulang
14

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. SEKSIO SESAREA
1. Definisi
Seksio sesarea atau Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
15

2. Jenis Seksio Seksarea


Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan
melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di
atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntunganya
adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita
rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karena pada masa
nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga
luka operasi dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sayatan memanjang (bedah sesar klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang
memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi.
Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan
terhadap komplikasi.
3. Indikasi Seksio Seksarea
Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan
seksio sesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa risiko
pada ibu dan janin. Indikasi untuk seksio sesarea antara lain meliputi:
a. Indikasi Medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
1) Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi sesar, misalnya daya mengejan
lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang
mempengaruhi tenaga.
2) Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan letak
lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak
tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal
distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).
3) Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada
jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga
16

bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis),


condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma
acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang
kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.

b. Indikasi Ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun ,
memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita
dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang
memiliki penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
kencing manis, dan preeklampsia. Eklampsia dapat menyebabkan ibu
kejang shingga dokter memutuskan persalinan dengan seksio sesarea.

2) Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul
sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.

3) Persalinan Sebelumnya dengan seksio sesarea


Sebenarnya, persalinan melalui bedah sesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.
Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya
tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu
sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja
dilakukan.

4) Faktor Hambatan Jalan Lahir


Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku
sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit
bernafas.
17

5) Kelainan Kontraksi Rahim


Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine
action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar
pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong,
tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.

6) Ketuban Pecah Dini


Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan
bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban
merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban
(amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.

7) Rasa Takut Kesakitan


Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan
mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit
di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit.
Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan
merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa
karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit.
Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan
alami yang berlangsung.2
c. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin
berkisar 120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak
jantung janin melemah, lakukan segera seksio sesarea untuk
menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosomia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai
dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi
yang satu dan bokong pada posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
18

Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian
atau seluruh jalan lahir.
Plasenta lepas (solusio plasenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat
dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi
dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia
mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.
Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada
umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang
kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu
yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang
menyebabkan menempelnya plasenta).
e) Kelainan Tali Pusat
Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada
keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali
pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.
Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama
tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan
nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.

4. Prosedur Tindakan Seksio Sesaria


a. Teknik Seksio Sesarea Klasik (Corporal)

1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan


operasi dipersempit dengan kain suci hama
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis
sepanjang 12 cm sampai di bawah umbilikus lapis demi lapis sehingga
kavum peritoneal terbuka.
3) Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
19

4) Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim,
kemudian diperlebar secara sagital dengan gunting
5) Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan. Janin
dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong fundus uteri. Setelah
janin lahir seluruhnya, tali pusat dijepit dan dipotong di antara kedua
penjepit.
6) Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan 10 unit oksitosin ke
dalam rahim secara intramural.
7) Luka insisi segmen atas rahim dijahit kembali.
Lapisan I : Endometrium bersama miometrium dijahit secara
jelujur dengan benang cat gut, khromik

Lapisan II : Hanya miometrium saja dijahit secara simpul


(berhubung otot segmen atas rahim sangat tebal)
dengan cat gut khromik.

Lapisan III : Perimetrium saja dijahit secara simpul dengan


benang cat gut biasa.

8) Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.


9) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding
perut dijahit.
20

Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002

Gambar 1. Seksio sesaria secara klasik

b. Teknik Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda

1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan


operasi dipersempit dengan kain suci hama.
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sampai
di bawah umbulikus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal
terbuka.
3) Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi.
4) Dibuat bladder flap, yaitu dengan menggunting peritoneum kandung
kencing (plika vesikouterina) di depan segmen bawah rahim secara
melintang. Plika vesikouterina ini disisihkan secara tumpul ke arah
samping dan bawah, dan kandung kencing yang telah disisihkan ke arah
bawah dan samping dilindungi dengan spekulum kandung kencing.
5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika
vesikouterina tadi secara tajam dengan pisau bedah 2 cm, kemudian
diperlebar melintang secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator.
Arah insisi pada segmen bawah rahim dapat melintang (transversal)
sesuai cara Kerr, atau membujur (sagital) sesuai cara Kronig.
6) Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin
dilahirkan dengan meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan dengan
mengai kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan dipotong, plasenta
dilahirkan secara manual. Ke dalam otot rahim intamural disuntikkan 10
unit oksitosin. Luka dinding rahim dijahit.
Lapisan I : dijahit jelujur, pada endometrium dan miometrium

Lapisan II : dijahit jelujur hanya pada miometrium saja.


21

Lapisan III : dijahit jelujur pada plika vesikouterina.

Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002


Gambar 2. Seksio sesaria transperitoneal profunda

7) Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.


8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding
perut dijahit.

c. Teknik Seksio-Histerektomi
1) Setelah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim, dilakukan
hemostasis pada insisi dinding rahim, cukup dengan jahitan jelujur atau
simpul
2) Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh dikeluarkan dari rongga
pelvis.
22

3) Mula-mula ligamentum profundum dijepit dengan cunam kocher dan


cunam oschner kemudian dipotong sedekqat mungkin dengan rahim,
dan jaringan yang sudah dipotong diligasi dengan benang catgut
khromik no.0. Bladder flap yang telah dibuat pada waktu seksio sesaria
transpertoneal profunda dibebaskan lebih jauh ke bawah dan lateral.
Pada ligamentum latum belakang dibuat lubang dengan telunjuk tangan
kiri di bawah adneksadari arah belakang. Dengan cara ini ureter akan
terhindar dari kemungkinan terpotong.
4) Melalui lubang pada ligamentum latum ini, tuba falopii, ligamentum
uteroovarica, dan pembuluh darah dalam jaringan tersebut dijepit
dengan 2 cunam oshner lengkung dan di sisi rahim dengan cunam
Kocher. Jaringan di antaranya kemudian digunting dengan gunting
Mayo. Jaringan yang terpotong diikat dengan jahitan transfiks untuk
hemostasis dengan catgut no. 0.
5) Jaringan ligamentum latum yang sebagian adalah avaskular dipotong
secara tajam ke arah serviks. Setelah pemotongan ligamentum latum
sampai di daerah serviks, kandung kencing disisihkan jauh ke bawah
dan samping.
6) Pada ligamentum kardinale dan jaringan paraservical dilakukan
penjepitan dengan cunam Oshner lengkung secara ganda, dan pada
tempat yang sama di sisi rahim dijepit dengan cunam Kocher lurus.
Kemusian jaringan di antaranya digunting dengan gunting mayo.
Tindakan ini dilakukan pada beberapa tahap sehingga ligamentum
kardinale terpotong seluruhnya. Punctum ligamentum kardinale dijahit
transfiks secara ganda dengan benang catgut khromik no. 0
7) Demikian juga ligamentum sakrouterina kiri dan kanan dipotong dengan
cara yang sama dan diligasi secara transfiks dengan benang catgut
khromik no. 0
23

8) Setelah mencapai di atas dinding vagina serviks, pada sisi dcepan


serbiks dibuat irisan sagital dengan pisau, kemudian melaui insisi
tersebut dinding vagina dijepit dengan cunam Oshner melingkari serviks
dan dinding vagina dipotong tahap demi tahap. Pemotongan dinding
vagina dapat dilakukan dengan gunting atau pisau. Rahim akhirnya
dapat diangkat.
9) Puntung vagina dijepit beberapa cunam Kocher untuk hemostasis. Mula-
mula puntung kedua ligamentum kardinane dijahitkan pada ujung kiri
dan kanan puntung vagina, sehingga terjadi hemostasis pada kedua
ujung puntung vagina. Puntung vagina dijahit secara jelujur untuk
hemostasis dengan catgut khromik. Puntung adneksa yang telah
dipotong dapat dijahitkan digantungkan pada puntung vagina, asalkan
tidak terlalu kencang. Akhirnya puntung vagina ditutup dengan
retroperitonealisasi dengan menutupkan bladder flap pada sisi belakang
puntung vagina.
10) Setelah kulit perut dibersihkan dari sisa darah, luka perut ditutup lapis
demi lapis.
24

Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002

Gambar 3. Seksio-histerektomi

5. Komplikasi Tindakan Seksio Sesarea

Komplikasi yang terjadi setelah tindakan seksio sesarea sebagai berikut:


a. Infeksi Puerperal (nifas)
Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu:
Ringan: kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
Sedang: kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
sedikitkembung.
Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

b. Perdarahan
25

Perdarahan dapat disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang


terputus dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada placental bed.
Perdarahandapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada
pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul.

c. Luka Kandung Kemih


Tindakan seksio sesarea, apabila dilakukan dengan tidak hati-hati dapat
mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang dapat
menyebabkan infeksi.

B. KEHAMILAN DENGAN BEKAS SEKSIO SESAREA


Pada kehamilan dengan riwayat seksio sesarea, perlu diperhatikan apakah akan
dilaksanakan persalinan per vaginam atau per abdominam. Pada ibu dengan
riwayat tersebut, tidak harus selalu dilakukan seksio sesarea lagi, terutama bila
penyebab seksio sesarea sebelumnya bukan merupakan indikasi yang menetap.
Jika tidak ada kontraindikasi, dicoba untuk melahirkan per vaginam.

1. Persalinan Pervaginam dengan Bekas Seksio Sesarea


Definisi
Persalinan Pervaginam dengan bekas seksio sesarea atau juga dikenal dengan
VBAC (Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan
normal setelah pernah melakukan seksio sesarea.
VBAC menjadi isu yang sangat penting dalam ilmu kedokteran khususnya
dalam bidang obstetrik karena pro dan kontra akan tindakan ini. Baik dalam
kalangan medis ataupun masyarakat umum selalu muncul pertanyaan, apakah
VBAC aman bagi keselamatan ibu. Pendapat yang paling sering muncul
adalah Orang yang pernah melakukan seksio harus seksio untuk
26

selanjutnya. Juga banyak para ahli yang berpendapat bahawa melahirkan


normal setelah pernah melakukan seksio sesarea sangat berbahaya bagi
keselamatan ibu dan section adalah pilihan terbaik bagi ibu dan anak.

2. Indikasi VBAC
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun
1999 dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang
direncanakan untuk persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.

Menurut Cunningham FG (2001) kriteria seleksinya yaitu :


a. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
b. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
c. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
d. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring,
persalinan dan seksio sesarea emergensi.
e. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat

Menurut Cunningham FG (2001) kriteria yang masih kontroversi adalah :


a. Parut uterus yang tidak diketahui
b. Parut uterus pada segmen bawah rahim vertikal
c. Kehamilan kembar
d. Letak sungsang
e. Kehamilan lewat waktu
f. Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram

Untuk memprediksi keberhasilan penanganan persalinan pervaginal bekas


seksio sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring. Adapun
skoring yang ditentukan untuk memprediksi persalinan pada wanita dengan
bekas seksio sesarea adalah sebagai berikut:

Tabel 1 . Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger (1997)


No Karakteristik Skor
27

1 Usia< 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginal
- sebelum dan sesudah seksio sesarea 4
- persalinan pervaginal sesudah seksio sesarea 2
- persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea 1
- tidak ada 0
3 Alasan lain seksio sesarea terdahulu 1
4 Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di
Rumah Sakit dalam keadaan Inpartu:
- 75 % 2
- 25 75 % 1
- < 25 % 0
5 Dilatasi serviks> 4 cm 1

Tabel 2. Angka Keberhasilan VBAC menurut Flamm dan Geiger

Skor Angka Keberhasilan (%)


0-2 42-49
3 59-60
4 64-67
5 77-79
6 88-89
7 93
8-10 95-99
Total 74-75

Tabel 3. Skor VBAC menurut Weinstein Factor


No. Tidak Ya
1. Bishop Score 4 0 4
2. Riwayat persalinan pervaginal sebelum 0 2
seksio sesarea
28

3. Indikasi seksio sesarea yang lalu


Malpresentasi,Preeklampsi/Eklampsi, 0 6
Kembar
HAP, PRM, PersalinanPrematur 0 5
Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat 0 4

Makrosemia, IUGR 0 3

3. Kontraindikasi VBAC
Kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :
a) Bekas seksio sesarea klasik
b) Bekas seksio sesarea dengan insisi T
c) Bekas ruptur uteri
d) Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas
e) Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi
f) Disproporsi sefalopelvik yang jelas.
g) Pasien menolak persalinan pervaginal
h) Panggul sempit
i) Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi
persalinan pervaginal

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VBAC


a. Teknik operasi sebelumnya
Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien
dengan tipe insisi ini mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada
tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesaria klasik, insisi T pada uterus dan
komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu misalnya laserasi
serviks yang luas merupakan kontra indikasi melakukan VBAC.
b. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
29

VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi corporal sebelumnya


maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau
lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih
baik dibandingkan persalinan per vaginal.
c. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
Insisi uterus dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea
klasik dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini
mungkin tidak dapat pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang
kehamilan atau persalinan berikutnya.
d. Indikasi operasi pada seksio sesarea yang lalu
Tabel 4. Hubungan indikasi seksio sesarea lalu dengan keberhasilan
penanganan VBAC
Indikasi seksio yang lalu Keberhasilan VBAC (%)
Letak sungsang 80.5
Fetal distress 80.7
Solusio plasenta 100
Plasenta previa 100
Gagal induksi 79.6
Disfungsi persalinan 63.4

e. Usia Maternal
Dari penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
mempunyai angka seksio sesarea yang lebih tinggi.
f. Usia kehamilan saat seksio sesarea sebelumnya
Pada usia kehamilan < 37 minggu dan belum inpartu misalnya pada
plasenta previa dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna
kemungkinan insisi uterus tidak pada segmen bawah rahim dan dapat
mengenai bagian korpus uteri yang mana keadaannya sama dengan insisi
pada seksio sesarea klasik.
g. Riwayat persalinan pervaginam
30

Pasien dengan bekas seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan


pervaginal memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginal yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa persalinan pervaginal.
h. Keadaan serviks pada saat partus
Penipisan serviks serta dilatasi serviks memperbesar keberhasilan VBAC.
Induksi persalinan dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptur
uteri pada maternal dengan bekas seksio sesarea.

5. Komplikasi
Menurut Landon komplikasi terhadap maternal, antara lain:
a. Ruptur uteri,
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :
Nyeri akut abdomen
Sensasi popping (seperti akan pecah)
Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan Leopold
Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginal
Perdarahan pervaginal
b. Gangguan sistem tromboembolik,
c. Endometritis,
d. Kematian maternal dan gangguan-gangguan lain.
31

BAB IV

ANALISIS KASUS

1. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini?


Dari anamnesis didapatkan pasien hamil 37 minggu, perut mules
menjalar ke pinggang hilang timbul tapi masih jarang, riwayat keluar darah
lendir (-), keluar air (-), pernah seksio sesarea 1x karena tembuni menutupi
jalan lahir. Sebelumnya os datang ke RSMH dan dikatakan tembuni terletak di
bawah, lalu os dirujuk ke RSMH. Ini adalah kehamilan yang ke tiga,
sebelumnya os pernah mengalami kehamilan ektopik pada kehamilan pertama.
KET yang terjadi pada kehamilan pertama merupakan factor resiko untuk
terjadi plasenta previa pada kehamilan kedua pasien ini, dan dilakukan section
caesaria.
Pemeriksaan luar menunjukkan parut bekas seksio sesarea masih utuh
dan tidak ada nyeri tekan abdomen.Tinggu fundus uteri 3 jari di bawah
processus xyphoideus (33cm), denyut jantung janin 156x/mnt teratur, his
2/10/25, letak melintang, taksiran berat janin 3100 gram. Pemeriksaan dalam
dilakukan dengan menggunakan inspekulo, didapat portio livide, OUE terbuka,
fluor (+), fluksus (+), darah tidak efektif, E/L/P (-). Pemeriksaan VT tidak
dilakukan pada pasien ini, karena pasien ini mengalami penyulit persalinan
berupa plasenta previa totalis dan ini merupakan kontraindikasi untuk dilakukan
vaginal toucher.
Dari anamnesis dan pemeriksaan obstetrik di atas dapat disimpulkan
bahwa diagnosis pada kasus ini adalah G3P1A1 hamil 37 minggu inpartu
dengan PPT + bekas SC 1x, JTH, Letak lintang.
32

2. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?


Observasi TVI
IVFD RL XX/menit
Inj Ceptriaxone 2x1 gr IV
R/ terminasi perabdominam
Persiapan tindakan (alat, izin, obat, darah)
Cek lab DR, UR, KD

3. Bagaimana jenis persalinan untuk kasus ini?


Untuk mengetahui apakah kehamilan pasien ini bisa diterminasi secara
pervaginam atau tidak, maka dihitung skor VBAC. Menurut Flam Geiger, Ibu
ini berusia kurang dari 40 tahun skor 2, tidak ada riwayat persalinan
pervaginam sebelumnya skor 0, adanya alasan lain SC terdahulu skor 1,
pendataran dan penipisan serviks saat tiba di RS dalam keadaan inpartu <25%
skor 0. Maka didapatkan skor VBAC menurut Flamm dan Geiger yaitu, 3
dengan angka keberhasilan sebesar 59-60%. Selain itu pula, pasien ini memiliki
penyulit persalinan yang merupakan kontraindikasi VBAC yaitu os memiliki
indikasi absolut untuk dilakukan persalinan perabdominam yaitu plasenta
previa totalis dan janin dengan letak lintang. Sehingga jenis persalinan untuk
kasus ini adalah persalinan perabdominam.

DAFTAR PUSTAKA

Angsar MD dan Listya S. Seksio sesarea. Dalam: Hanifah W, Abdul BS, dan Trijatmo
R, penyunting. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: EGC; 2000. h. 133-43.
33

Anonim. Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea [serial online] 2010
[diakses 03 Agustus 2011]. Didapat dari: http://library.usu.ac.id/download/pdf.

Anonim. Vaginal Birth after Cesarean-section [serial online] 2009 [diakses 02


Agustus2011].Didapatdari:http://www.scribd.com/doc/15127665/faktor_predi
sposisi_seksio_sesarea.

Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division,
509-536.

Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and
problem pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd.
2000:478-90.

Leveno KJ,dkk. Sesar. Dalam: Leveno KJ, Gary C, Norman FG, James MA, Steven
LB, Brian MC, dkk, penyunting. Obstetri Williams panduan ringkas. Jakarta:
EGC;2003. h. 247-58.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Bekas seksio sesarea. Dalam:


Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta: POGI; 2006. h. 47-
48.

Porter TF dan James RS. Cesarean Delivery. Dalam: Danforths obstetric and
gynecology, chapter 24. Isilo; 2007.

Anda mungkin juga menyukai