Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah faktor penting dalam kehidupan manusia, karena kondisi ini akan
menunjang segala aktivitas yang akan dilakukan oleh manusia bisa berjalan lancar. Namun,
di Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi masalah yang cukup sulit untuk diselesaikan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi
kesehatan, diantaranya adalah pengetahuan dan sikap masyarakat dalam merespons suatu
penyakit.
Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi Indonesia adalah masalah wabah
penyakit menular di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit menular adalah penyakit yang
dapat ditularkan atau berpindah dari orang yang sakit ke orang yang sehat atau belum
terkena penyakit menular tersebut. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi baik melalui
perantara maupun secara langsung (dinkes.agamkab.go.id).
Penyakit menular yang mewabah atau menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa
daerah di Indonesia adalah penyakit Pertussis (Batuk Rajan) yang terjadi di Mbua, Kabupaten
Nduga, Papua pada tahun 2016. Pertussis atau yang lebih dikenal sebagai batuk rejan atau
batuk 100 hari merupakan salah satu penyakit menular saluran pernapasan yang sudah
diketahui adanya sejak tahun 1500-an. Penyebab tersering dari pertusis adalah bakteri
Bordetella pertussis. Penyakit ini dapat mengancam nyawa bila terjadi pada lansia dan anak-
anak, khususnya bayi yang belum cukup umur untuk mendapat vaksin pertusis. Di seluruh
dunia insidensi pertussis banyak didapatkan pada bayi dan anak kurang dari 5 tahun,
meskipun insidensi pertussis pada anak lebih besar dari orang dewasa, namun, orang dewasa
masih mungkin terinfeksi oleh bakteri Bordetella pertussis. Insidensi terutama didapatkan
pada bayi atau anak yang belum diimunisasi (http://www.alodokter.com).
Penyakit Pertussis adalah penyakit endemik yang umunya terjadi di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Di daerah Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, penyakit
pertussis menyerang balita dan menyebabkan kematian pada 55 balita. Oleh karena itu,
penulis membuat sebuah makalah yang akan membahas tentang Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua dan tahap penyelesaiannya dilihat dari indikator
input, proses, output, outcome, dan analisis SWOT, serta peran pemerintah dan masyarakat
berkaitan dengan hal tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga,
Papua?
2. Bagaimana penerapan indikator input, proses, output, dan outcome pada Kejadian
Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua?
3. Bagaimana analisis SWOT Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua,
Kabupaten Nduga, Papua?
4. Bagaimana peran peran pemerintah dan masyarakat dalam membantu penyelesaian
Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga,
Papua.
2. Mengetahui penerapan indikator input, proses, output, dan outcome pada Kejadian
Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua.
3. Megetahui analisis SWOT Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua,
Kabupaten Nduga, Papua.
4. Mengetahui peran peran pemerintah, mahasiswa dan masyarakat dalam membantu
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga,
Papua.

1.4 Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan di atas, dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut.
1. Bagi pembaca, agar dapat memberikan wawasan tentang tata cara penyelesaian
kasus kesehatan yang terjadi di Indonesia.
2. Bagi penulis, agar dapat menambah wawasan tata cara penyelesaian kasus
kesehatan yang terjadi di Indonesia dan memenuhi tugas mata kuliah promosi
kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penyakit Pertussis (Batuk Rejan)


Pertussis atau yang lebih dikenal sebagai batuk rejan atau batuk 100 hari
merupakan salah satu penyakit menular saluran pernapasan yang sudah diketahui adanya
sejak tahun 1500-an. Batuk rejan dapat dikenali dari rentetan batuk keras secara terus-
menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Batuk rejan bisa membuat
penderita kekurangan oksigen dalam darahnya. Selain itu dapat terjadi berbagai komplikasi,
misalnya pneumonia. Bahkan pada beberapa kasus, tulang rusuk penderita mengalami luka
akibat batuk yang sangat keras.
Penyebab penyakit Pertussis adalah bakteri Bordetella pertussis yang menyebar melalui
udara. Bakteri ini masuk dan kemudian menyerang dinding saluran napas penderita dan
melepaskan racun. Pembengkakan saluran napas adalah salah satu cara tubuh bereaksi
terhadap racun yang dilepaskan bakteri. Saluran napas yang membengkak bisa membuat
penderita harus menarik napas dengan kuat melalui mulut karena kesulitan bernapas. Cara
lain yang akan dilakukan tubuh saat bakteri menginfeksi dinding saluran napas adalah dengan
memproduksi lendir kental, kemudian saluran pernapasan merespon untuk mencoba
mengeluarkan lendir kental tersebut dengan batuk (http://www.alodokter.com).
Umumnya, gejala batuk rejan akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella
pertussis masuk dalam saluran pernapasan seseorang. Perkembangan gejala batuk rejan ada
tiga tahapan, terutama pada bayi dan anak kecil. Tahap awal ditandai dengan munculnya
gejala-gejala ringan, seperti hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata berair, radang
tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung hingga dua minggu,
dan di tahap inilah penderita berisiko menularkan batuk rejan ke orang di sekelilingnya.
Tahap kedua ditandai dengan meredanya semua gejala-gejala flu, namun batuk justru
bertambah parah dan tidak terkontrol. Di tahap inilah terjadi batuk keras secara terus-menerus
yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Usai serangan batuk, penderita bisa
mengalami muntah, umumnya pada bayi dan anak-anak, serta kelelahan. Tahap ini bisa
berlangsung dua hingga empat minggu atau lebih. Tahap terakhir adalah tahap penyembuhan.
Pada tahap ini, tubuh penderita mulai membaik. Meski demikian, gejala batuk rejan bisa tetap
ada atau bahkan lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa berlangsung hingga dua bulan atau
lebih, tergantung dari pengobatan yang dilakukan (www.hellosehat.com).

3
2.2 Kejadian Luar Biasa (KLB) Petussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua
Kejadian Luar Biasa adalah suatu bentuk status yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia untuk menjelaskan atau mengklarifikasi kejadian merebaknya suatu wabah
penyakit, baik yang menular maupun tidak menular. Status KLB hanya bisa diberikan oleh
negara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (http://www.organisasi.org).
Penyakit batuk seratus hari (pertussis) di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, terus
merenggut nyawa balita di wilayah itu. Berdasarkan hal tersebut, penyakit tersebut dapat
dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB Pertussis menyerang distrik Mbua,
Kabupaten Nduga, Papua, dan sudah menewaskan 55 balita (www.news.okezone.com).
Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dan lingkungan rumah yang kumuh
menyebabkan penularan penyakit Pertussis ini semakin mudah terjadi, terutama penularan
melalui media udara. Tempat tinggal yang sempit diisi untuk delapan orang didukung
dengan suhu yang dingin menyebabkan mereka harus memasang api di dalam rumah untuk
memanaskan diri, namun tidak disertai dengan pemasangan ventilasi yang baik. Air yang
mereka konsumsi juga tidak layak minum dan sangat kotor karena sulitnya memperoleh air
di daerah tersebut. Hal-hal tersebut juga menyebabkan penularan penyakit Pertussis semakin
mudah terjadi.
Upaya penanggulangan penyakit Pertussis ini sulit dilakukan karena sulitnya
akses mencapai Mbua dari Kenyam. Perjalanan ke Mbua dari Kenyam membutuhkan
waktu selama satu pekan melalui jalan setapak melewati hutan belantara dengan medan
berat menyusuri gunung-gunung terjal dan sungai-sungai besar dan membutuhkan waktu
selama 30 menit dengan menggunakan pesawat terbang dari Kenyam. Selain itu, keberadaan
puskesmas pada distrik Mbua ini sangat terbatas dan jauh sehingga untuk memberikan
imunasi dan pasokan obat-obatan sulit dilakukan (www.suara.com).
Cakupan imunisasi dasar di Papua sangat rendah hanya sekitar 20%-40%.

2.3 Penerapan Indikator Input, Proses, Output, dan Outcome pada Kejadian Luar
Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua
Kasus yang terjadi akibat Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis yang terjadi di Mbua,
Kabupaten Nduga, Papua adalah terus meningkatnya Angka Kematian Balita (AKABA) di

4
daerah tersebut. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, diterapkan indikator input,
proses, output, dan outcome sebagai berikut.
2.3.1 Indikator Input
Indikator input adalah suatu ukuran yang dapat digunakan sebagai masukan untuk
menyelesaikan kasus yang terjadi. Pada kasus tingginya Angka Kematian Balita (AKABA) di
Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, indikator input yang digunakan adalah berupa
kesepakatan antara pihak pemerintah dan lembaga terkait, terutama Dinas Kesehatan Provinsi
Papua dengan tokok-tokoh penting masyarakat Mbua dalam bentuk nota kesepahaman
(memorandum of understanding) serta kesepakatan antara mahasiswa dan dinkes/puskesmas
untuk menanggulangi kasus pertusis ini. MOU ini berisi kesepakatan antara kedua belah
pihak tentang upaya penanggulangan penyakit Pertussis di Distrik Mbua. Dengan adanya
kesepakatan ini, masyarakat dinilai dapat dengan mudah memahami dan mengikuti tata cara
penanggulangan Pertussis karena tokoh-tokoh masyarakat Mbua, seperti tokoh agama, tokoh
adat, dan kepala kampung telah sepakat dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

2.3.2 Indikator Proses


Proses adalah urutan kejadian yang saling berkaitan satu sama lain untuk mengubah
input (masukan) menjadi output (keluaran). Indikator proses pada kasus ini adalah proses
dukungan sosial (social support). Dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun
informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat
Distrik Mbua, diharapkan masyarakat Mbua mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap
program kesehatan yang dibuat untuk menanggulangi kasus tingginya AKABA yang
disebabkan oleh penyakit Pertussis di daerah tersebut.

2.3.3 Indikator Output


Indikator output adalah ukuran yang dapat disebut sebagai keluaran dari proses
penyelesaian kasus yang terjadi. Indikator output pada kasus ini adalah terlaksananya
kesepakatan antara pihak pemerintah, melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua dengan tokoh-
tokoh penting masyarakat Mbua, dengan dilakukannya pengobatan dan imunisasi Pertussis
secara massal serta penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa kesehatan masyarakat
disertai dengan pendistribusian obat-obatan Pertussis, seperti eritromisin oral sebagai
5
antibiotik pembunuh bakteri Bordetella pertussis. Kegiatan imunisasi dilakukan pada setiap
kepala keluarga, terutama pada keluarga yang memiliki balita dan kegiatan pengobatan
dilakukan dengan memberikan eritromisin oral bagi tiap penderita di setiap keluarga dengan
dosis 40-50 mg per hari bagi anak-anal dan 1-2 g per hari bagi orang dewasa selama 14 hari
secara berturut-turut.

2.3.4 Indikator Outcome


Outcome adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari
suatu keluaran. Indikator outcome dari kasus ini adalah menurunnya jumlah penderita
penyakit Pertussis di Distrik Mbua, terutama dari kalangan balita yang berdampak juga pada
penurunan jumlah Angka Kematian Balita (AKABA) pada daerah tersebut. Hal tersebut
mengindikasikan keberhasilan kesepakatan yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan Provinsi
Papua dan tokoh-tokoh penting masyarakat Mbua dalam menanggulangi penyakit Pertussis
yang terjadi.

2.4 Analisis SWOT Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga,
Papua
Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi
sebagai sebagai faktor masukan, kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-
masing. SWOT adalah singkatan dari strength, weaknesses, opportunities, dan threats.
Analisis strength adalah analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan
dari suatu organisasi. Analisis weaknesses adalah analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi
yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi. Analisis opportunities adalah analisis
peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi. Analisis
threats adalah analisis ancaman, ara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus
dihadapi oleh suatu organisasi (http://www.pengertianku.net).
Analisis strength dari kasus ini adalah berupa kekuatan yang diperoleh dengan
adanya bantuan dari pihak Pemerintah Provinsi Papua dengan memberikan dana
sejumlah 1 milyar rupiah dan menurunkan tim melalui Dinas Kesehatan
Provinsi Papua untuk menanggulangi KLB Pertussis yang terjadi.
Analisis weaknesses dari kasus ini adalah cakupan pengobatan dan imunisasi
yang dilakukan tidak sesuai target yang telah ditetapkan dan lemahnya

6
kesadaran masyarakat Distrik Mbua dalam menjaga kebersihan dan sanitasi
lingkungan pemukiman tempat tinggal serta sikap yang tertutup dalam
menerima informasi dari petugas kesehatan, serta kesulitan akses mencapai
Distrik Mbua.
Analisis opportunities adalah berupa kesempatan yang diperoleh petugas
kesehatan apabila mereka berhasil mencapai kesepakatan dengan pihak tokoh-
tokoh penting masyarakat Mbua karena jika tokoh masyarakat telah sepakat dan
mendukung program kesehatan yang akan diterapkan, maka masyarakat juga
akan bersikap terbuka dan menerima program kesehatan yang akan diterapkan.
Analisis threats adalah berupa ancaman yang diperoleh jika program
penanggulangan yang diterapkan oleh petugas kesehatan tidak dapat
mengurangi jumlah penderita Pertussis di Distrik Mbua, karena akan membawa
ancaman terhadap semakin meningkatnya Angka Kematian Balita (AKABA).

2.5 Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Membantu Penanggulangann Kejadian


Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua
Upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten
Nduga, Papua dilakukan oleh pemerintah, melalui peran Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
Dinas Kesehatan Provinsi Papua akan menurunkan tim untuk membantu pemulihan
kesehatan warga di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga yang sejak Oktober 2015 berstatus
kejadian luar biasa (KLB) penyakit pertusis (batuk rejan). Penanggulangan penyakit Pertussis
ini diawali dengan melakukan survei dan pendataan, kemudian melakukan tindakan
pengobatan, imunisasi, dan sosialisasi tentang kesehatan kepada masyarakat, terutama
mengenai penyakit Pertussis. Tim yang diturunkan oleh pihak dinas kesehatan ini akan
bekerja sama dengan tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat serta kepala kampung
dalam melakukan pengobatan massal dan imunisasi Pertussis di distrik Mbua. Dalam
mendukung upaya tersebut, pemerintah Kabupaten telah bekerja sama dan melakukan
komunikasi yang baik dengan pihak dinas kesehatan dan didukung oleh Pemerintah Provinsi
Papua dengan memberikan dana sejumlah 1 milyar rupiah untuk menanggulangi kasus
tersebut.
Selain upaya yang dilakukan oleh pemerintah, upaya penanggulangan penyakit
Pertussis di distrik Mbua juga dilakukan oleh masyarakat daerah tersebut. Dalam mendukung
upaya yang dilakukan pemerintah bersama dinas kesehatan, masyarakat membantu dengan

7
cara menjaga kualitas sanitasi lingkungan yang baik, menjaga kebersihan daerah sekitar
pemukiman tempat tinggal, menggunakan air bersih yang layak terutama jika untuk
dikonsumsi, dan ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan sosialisasi dan penyuluhan
yang dilakukan oleh dinas kesehatan.

a. Pemerintah
- Memberikan bantuan berupa dana 1 milyar dan pelayanan kesehatan
b. Dinas Kesehatan Provinsi Papua
- Menurunkan tim khusus untuk membantu pemulihan kesehatan warga di distrik
Mbua, Papua
- Melakukan survei dan pendataan mengenai kasus pertusis
- Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan puskesmas serta tokoh masyarakat
untuk menanggulangi pertusis
- Melakukan pendsitribusian obat dan vaksin pertusis
c. Puskesmas
- Melakukan pengobatan massal dan imunisasi kepada masyarakat
- Melakukan penjaringan masyarakat yang terkena pertusis
- Meningkatkan cakupan imunisasi dasar di Papua
- Bekerjasama dengan mahasiswa melakukan sosialisai mengenai pertusis
d. Masyarakat
- Meningkatkan kualitas lingkungan dengan menjaga kebersihan daerah hidup
bersih dan sehat
e. Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
- Bekerjasama dengan puskesmas dalam sosialisasi mengenai pertusis
- Membantu puskesmas dalam menjaring masyarakat untuk melakukan
pengobatan dan imunisasi
- Menyebarkan pamflet tentang PHBS dan pertusis

8
BAB III
KESIMPULAN

3.1.1 Kesimpulan
Kasus pertusis yang terjadi di Papua adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
harus ditangani. KLB pertusis terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam
menjaga kebersihan, tempat tinggal yang sempit dan air minum yang kotor, akses
menuju ke kabupaten Nduga yang sulit menyebabkan cakupan imunisasi dasar dan
pengobatan sangat rendah hanya sekitar 20%-40% yang jauh dari target seharusnya.
Untuk mengatasi KLB pertusis di Papua dari indikator input adalah adanya
kesepakatan tertulis yaitu MOU antara pemerintah/dinas kesehatan dengan tokoh-
tokoh / kader masyarakat untuk menanggulangi KLB pertusis. Indikator proses yaitu
mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat
formal maupun informal. Output nya adalah terlaksananya kesepakatan antara pihak
pemerintah, melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua dengan tokoh-tokoh penting
masyarakat Mbua, dengan dilakukannya pengobatan dan imunisasi Pertussis secara
massal sesuai target serta penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa kesehatan
masyarakat disertai dengan pendistribusian obat-obatan Pertussis. Sedangkan
indikator outcome adalah dampak dari kegiatan/program yang dilakukan yaitu
menurunnya angka kesakitan pertusis, menurunnya angka kematian akibat pertusis,
meningkatnya cakupan imunisasi di Papua.

Anda mungkin juga menyukai