PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga,
Papua.
2. Mengetahui penerapan indikator input, proses, output, dan outcome pada Kejadian
Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua.
3. Megetahui analisis SWOT Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua,
Kabupaten Nduga, Papua.
4. Mengetahui peran peran pemerintah, mahasiswa dan masyarakat dalam membantu
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga,
Papua.
1.4 Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan di atas, dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut.
1. Bagi pembaca, agar dapat memberikan wawasan tentang tata cara penyelesaian
kasus kesehatan yang terjadi di Indonesia.
2. Bagi penulis, agar dapat menambah wawasan tata cara penyelesaian kasus
kesehatan yang terjadi di Indonesia dan memenuhi tugas mata kuliah promosi
kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.2 Kejadian Luar Biasa (KLB) Petussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua
Kejadian Luar Biasa adalah suatu bentuk status yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia untuk menjelaskan atau mengklarifikasi kejadian merebaknya suatu wabah
penyakit, baik yang menular maupun tidak menular. Status KLB hanya bisa diberikan oleh
negara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (http://www.organisasi.org).
Penyakit batuk seratus hari (pertussis) di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, terus
merenggut nyawa balita di wilayah itu. Berdasarkan hal tersebut, penyakit tersebut dapat
dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB Pertussis menyerang distrik Mbua,
Kabupaten Nduga, Papua, dan sudah menewaskan 55 balita (www.news.okezone.com).
Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dan lingkungan rumah yang kumuh
menyebabkan penularan penyakit Pertussis ini semakin mudah terjadi, terutama penularan
melalui media udara. Tempat tinggal yang sempit diisi untuk delapan orang didukung
dengan suhu yang dingin menyebabkan mereka harus memasang api di dalam rumah untuk
memanaskan diri, namun tidak disertai dengan pemasangan ventilasi yang baik. Air yang
mereka konsumsi juga tidak layak minum dan sangat kotor karena sulitnya memperoleh air
di daerah tersebut. Hal-hal tersebut juga menyebabkan penularan penyakit Pertussis semakin
mudah terjadi.
Upaya penanggulangan penyakit Pertussis ini sulit dilakukan karena sulitnya
akses mencapai Mbua dari Kenyam. Perjalanan ke Mbua dari Kenyam membutuhkan
waktu selama satu pekan melalui jalan setapak melewati hutan belantara dengan medan
berat menyusuri gunung-gunung terjal dan sungai-sungai besar dan membutuhkan waktu
selama 30 menit dengan menggunakan pesawat terbang dari Kenyam. Selain itu, keberadaan
puskesmas pada distrik Mbua ini sangat terbatas dan jauh sehingga untuk memberikan
imunasi dan pasokan obat-obatan sulit dilakukan (www.suara.com).
Cakupan imunisasi dasar di Papua sangat rendah hanya sekitar 20%-40%.
2.3 Penerapan Indikator Input, Proses, Output, dan Outcome pada Kejadian Luar
Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua
Kasus yang terjadi akibat Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis yang terjadi di Mbua,
Kabupaten Nduga, Papua adalah terus meningkatnya Angka Kematian Balita (AKABA) di
4
daerah tersebut. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, diterapkan indikator input,
proses, output, dan outcome sebagai berikut.
2.3.1 Indikator Input
Indikator input adalah suatu ukuran yang dapat digunakan sebagai masukan untuk
menyelesaikan kasus yang terjadi. Pada kasus tingginya Angka Kematian Balita (AKABA) di
Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, indikator input yang digunakan adalah berupa
kesepakatan antara pihak pemerintah dan lembaga terkait, terutama Dinas Kesehatan Provinsi
Papua dengan tokok-tokoh penting masyarakat Mbua dalam bentuk nota kesepahaman
(memorandum of understanding) serta kesepakatan antara mahasiswa dan dinkes/puskesmas
untuk menanggulangi kasus pertusis ini. MOU ini berisi kesepakatan antara kedua belah
pihak tentang upaya penanggulangan penyakit Pertussis di Distrik Mbua. Dengan adanya
kesepakatan ini, masyarakat dinilai dapat dengan mudah memahami dan mengikuti tata cara
penanggulangan Pertussis karena tokoh-tokoh masyarakat Mbua, seperti tokoh agama, tokoh
adat, dan kepala kampung telah sepakat dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
2.4 Analisis SWOT Kejadian Luar Biasa (KLB) Pertussis di Mbua, Kabupaten Nduga,
Papua
Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi
sebagai sebagai faktor masukan, kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-
masing. SWOT adalah singkatan dari strength, weaknesses, opportunities, dan threats.
Analisis strength adalah analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan
dari suatu organisasi. Analisis weaknesses adalah analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi
yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi. Analisis opportunities adalah analisis
peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi. Analisis
threats adalah analisis ancaman, ara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus
dihadapi oleh suatu organisasi (http://www.pengertianku.net).
Analisis strength dari kasus ini adalah berupa kekuatan yang diperoleh dengan
adanya bantuan dari pihak Pemerintah Provinsi Papua dengan memberikan dana
sejumlah 1 milyar rupiah dan menurunkan tim melalui Dinas Kesehatan
Provinsi Papua untuk menanggulangi KLB Pertussis yang terjadi.
Analisis weaknesses dari kasus ini adalah cakupan pengobatan dan imunisasi
yang dilakukan tidak sesuai target yang telah ditetapkan dan lemahnya
6
kesadaran masyarakat Distrik Mbua dalam menjaga kebersihan dan sanitasi
lingkungan pemukiman tempat tinggal serta sikap yang tertutup dalam
menerima informasi dari petugas kesehatan, serta kesulitan akses mencapai
Distrik Mbua.
Analisis opportunities adalah berupa kesempatan yang diperoleh petugas
kesehatan apabila mereka berhasil mencapai kesepakatan dengan pihak tokoh-
tokoh penting masyarakat Mbua karena jika tokoh masyarakat telah sepakat dan
mendukung program kesehatan yang akan diterapkan, maka masyarakat juga
akan bersikap terbuka dan menerima program kesehatan yang akan diterapkan.
Analisis threats adalah berupa ancaman yang diperoleh jika program
penanggulangan yang diterapkan oleh petugas kesehatan tidak dapat
mengurangi jumlah penderita Pertussis di Distrik Mbua, karena akan membawa
ancaman terhadap semakin meningkatnya Angka Kematian Balita (AKABA).
7
cara menjaga kualitas sanitasi lingkungan yang baik, menjaga kebersihan daerah sekitar
pemukiman tempat tinggal, menggunakan air bersih yang layak terutama jika untuk
dikonsumsi, dan ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan sosialisasi dan penyuluhan
yang dilakukan oleh dinas kesehatan.
a. Pemerintah
- Memberikan bantuan berupa dana 1 milyar dan pelayanan kesehatan
b. Dinas Kesehatan Provinsi Papua
- Menurunkan tim khusus untuk membantu pemulihan kesehatan warga di distrik
Mbua, Papua
- Melakukan survei dan pendataan mengenai kasus pertusis
- Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan puskesmas serta tokoh masyarakat
untuk menanggulangi pertusis
- Melakukan pendsitribusian obat dan vaksin pertusis
c. Puskesmas
- Melakukan pengobatan massal dan imunisasi kepada masyarakat
- Melakukan penjaringan masyarakat yang terkena pertusis
- Meningkatkan cakupan imunisasi dasar di Papua
- Bekerjasama dengan mahasiswa melakukan sosialisai mengenai pertusis
d. Masyarakat
- Meningkatkan kualitas lingkungan dengan menjaga kebersihan daerah hidup
bersih dan sehat
e. Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
- Bekerjasama dengan puskesmas dalam sosialisasi mengenai pertusis
- Membantu puskesmas dalam menjaring masyarakat untuk melakukan
pengobatan dan imunisasi
- Menyebarkan pamflet tentang PHBS dan pertusis
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1.1 Kesimpulan
Kasus pertusis yang terjadi di Papua adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
harus ditangani. KLB pertusis terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam
menjaga kebersihan, tempat tinggal yang sempit dan air minum yang kotor, akses
menuju ke kabupaten Nduga yang sulit menyebabkan cakupan imunisasi dasar dan
pengobatan sangat rendah hanya sekitar 20%-40% yang jauh dari target seharusnya.
Untuk mengatasi KLB pertusis di Papua dari indikator input adalah adanya
kesepakatan tertulis yaitu MOU antara pemerintah/dinas kesehatan dengan tokoh-
tokoh / kader masyarakat untuk menanggulangi KLB pertusis. Indikator proses yaitu
mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat
formal maupun informal. Output nya adalah terlaksananya kesepakatan antara pihak
pemerintah, melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua dengan tokoh-tokoh penting
masyarakat Mbua, dengan dilakukannya pengobatan dan imunisasi Pertussis secara
massal sesuai target serta penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa kesehatan
masyarakat disertai dengan pendistribusian obat-obatan Pertussis. Sedangkan
indikator outcome adalah dampak dari kegiatan/program yang dilakukan yaitu
menurunnya angka kesakitan pertusis, menurunnya angka kematian akibat pertusis,
meningkatnya cakupan imunisasi di Papua.