Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI WILAYAH BANYUMAS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai derajat sarjan

Oleh:

CATUR PUTRI IRMAWATI

1411020110

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebiasaan merokok pada umumnya dimulai pada saat remaja. Perilaku merokok
dikalangan remaja putri sekarang ini bukanlah hal yang baru. Tidak jarang kita menemukan
remaja putri yang masih menggunakan seragam sekolahnya, merokok bersma teman-
temannya ataupun sendiri., baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-
sembunyi . kegiatan tersebut sering dilakukan saat individu mulai sekolah menenganh atas,
bahkan mungkin sebelumnya. Alasan para remaja menggunakan rokok adalah untuk
menghilangkan kecemasan, kemurungan, ketakutan dan sulit tidur.

Setiap orang dalam kehidupannya pernah mengalami suatu peristiwa atau


permasalahan yang mengakibatkan stres. Stres merupakan korelasi khas antara individu
dengan lingkungannya. Manjemen stres yang digunakan setiap individu bermacam-macam
antara lain berlibur, jalanjalan untuk menghibur diri, makan, tidur, minum minuman
keras/alkohol dan merokok. Merokok merupakan salah satu contoh yang tidak efektif
namun banyak disukai, meskipun banyak orang yang sudah mengetahui akibat negatif dari
merokok tetapi jumlah perokok semakin meningkat dan usia perokok semakin bertambah
muda karena para perokok percaya bahwa rokok memiliki fungsi sebagai penenang saat
mereka merasa cemas dan stres.

Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menjadi negara terbesar


ketiga pengguna rokok, lebih 70% anak Indonesia terpapar asap rokok dan menanggung
resiko terkena berbagai penyakit akibat asap rokok. Sedangkan penelitian Global Youth
Tobacco menunjukkan tingkat prevalensi perokok remaja di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan. Diperkirakan dari 70 juta anak Indonesia, 37% atau sama dengan 25,9
juta anak Indonesia adalah perokok dan jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai negara
dengan jumlah perokok terbanyak di Asia. Seiring dengan hal tersebut hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013 memperlihatkan proporsi perokok di Indonesia
sebesar 24,3% dari jumlah penduduk, umur 10-14 mulai merokok pertama kali pada saat
berumur 5-9 tahun sebesar 2,8% dan 10-14 tahun sebesar 97,2%. Sedangkan umur 15-19
mulai merokok pertama kali pada saat berumur 5-9 tahun sebesar 1,1%, 10-14 tahun
sebesar 24,0% dan 15-19 tahun sebesar 74,9%.

Usia 10-14 tahun merupakan masa remaja awal dimana pada masa ini remaja
senang mencoba, ingin tahu dan mencari sesuatu yang dianggap bernilai. Semakin muda
umur mulai merokok, maka derajat ketergantungan akan semakin tinggi dan mengalami
dampak gangguan kesehatan yang lebih parah. Ada banyak faktor yang melatar belakangi
remaja menjadi perokok, antara lain faktor pengaruh keluarga, pengaruh teman, pengaruh
iklan, konsep diri, dan pengetahuan.
Menurut Kementrian kesehatan pada tahun 2017 menunjukan bahwa pravalensi
perokok di Indonesia pada usia >15 tahun meningkat sebesar 36,3% dibandingkan tahun
2016 yaitu 23,1%. Saat ini Indonesia menjadi negara nomor 3 terbanyak jumlah
perokoknya di dunia setelah China dan India dengan konsumsi 220 milyar batang
pertahun. China menduduki peringkat pertama negara dengan perokok terbesar di dunia
sebanyak 30%, diikuti dengan India 11,2% , Indonesia berada di peringkat ketiga
sebanyak 4,8%. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat terutama pada usia anak-
anak dan remaja usia 15-19 tahun. Di antara remaja usia 13-15 tahun terdapat 20%
perokok, 41% remaja laki-laki dan 3,5% remaja perempuan
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang menunjukkan perokok usia di
atas 15 tahun sebanyak 36,3%. Sebagian besar dari mereka ialah perokok laki-laki dengan
prevalensi 64,9% dan jumlah ini merupakan yang terbesar di dunia. Sementara itu,
prevalensi pada perempuan mengalami peningkatan dari 5,2 % pada tahun 2007 menjadi
6,9% pada tahun 2013. Sekitar 6,3 juta wanita Indonesia usia 15 tahun ke atas juga
merokok.
Pada kenyataannya remaja putri diwilayah banyumas banyak yang merokok.
Hal ini disebabkan oleh tingkat stress remaja dan perubahan gaya hidup yang cenderung
terkadang mengikuti teman-temannya, dan biasanya ditempat kost mereka bagi mereka
yang tinggal dikost. Tempat yang biasanya didataangi oleh para remaja seperti tempat
nongkrong diwilayah kampus, terlihat beberapa remajaa putri yang merokok bersama
teman setiap harinya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengambil judul Hubungan Antara Tingkat Stres dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku
Merokok Pada Remaja Putri di Wiayah Banyumas.

Anda mungkin juga menyukai