Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSTITUSI
DAN
TATA PERUNDANG UNDANGAN

DI SUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD ALI RIDWAN (1510110047)
2. MUHAMMAD ROBBANI (1510110049)
3. ARIANA MUTA`ALIYAH (1510110046)
4. IZZA HANA MUFIDA (1510110050)
5. HIMMATUL ALIYAH (1510110048)

Pengampu : Suciati M.Pd

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

KUDUS

2015
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadira Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
daninaya -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konstitusi
Dan Tata Perundangundangan sebagai warga negara.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konstitusi Dan Tata Perundang
undangan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan terhadap pembaca dan kami yang menulis.

Kudus, 31 Agustus 2015

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..

DAFTAR ISI..

BAB I PENDAHULUAN.

A . Latar Belakang.

B . Rumusan Masalah

C . Tujuan Makalah...

BAB II PEMBAHASAN...

A . Pengertian Konstitusi dan penjabarannya

B . Tata Perundang-undangan..

BAB III PENUTUP...

A . Kesimpulan...

B . Kritik Dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A .Latar Belakang

Dalam suatu negara terdapat peraturan-peraturan yang mengatur masalah-masalah


yang terjadi didalam maupun diluar, baik itu hubungan eksternal maupun internal secara
universal. Sehingga ada istilah yang sekarang sudah tak asing lagi didengar oleh banyak
kalangan masyarakat khususnya pemerintah yaitu, Konstitusi. Kontitusi atau yang disebut
Undang-undang ini merupakan salah satu untuk menertibkan masyarakat dalam
berkehidupan bernegara. Sekalipun banyak hambatan-hambatan yang terjadi pada
masyarakat untuk menjalankan itu semua, udang-undang atau konstitusi itu merupakan
suatu dasar hukum mutlak yang ada di suatu negara. Undang-undang atau peraturan itu
bukan hanya dibuat tetapi harus dijalankan oleh semua pihak elemen yang terkait.
Undang-undang itu akan bisa berjalan jika semua berperan dengan aktif bukan pasif.
Undang-undang merupakan dasar hukum tertulis negara Republik Indonesia, yang
memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara sehingga menjadi
pedoman dalam pembuatan aturan-aturan hukum

B .Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi ?


2. Bagaimana sifat, fungsi, dan tujuan dari konstitusi ?
3. Apa yang dimaksud dengan tata perundang-undangan nasional ?
4. Bagaimana tata urutan perundang-undangan nasional ?

C .Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, supaya pembaca mengetahui
tentang apa yang dimaksud dengan Konstitusi dan Tata Perundang-undangan yang setiap
negara memilikinya, termasuk juga negara kita Indonesia. Yang mana dengan memiliki
pemahaman tentang konstitusi dan perundang-undangan, kita sebagai generasi penerus
bangsa harus mempunyai arah dan pedoman yang jelas dalam melanjutkan pembangunan
yang akan datang, yang pada prinsipnya semua agenda penting kenegaraan, serta prinsip-
prinsip dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, telah tercover dalam
konstitusi dan dilaksanakan dalam bentuk perundang-undangan. Untuk itu kami rasa
dalam penyusunan makalah ini kami mengajak rekan-rekan sekalian untuk mempelajari
semua hal yang berhubungan dengan konstitusi dan menumbuhkan kesadaran
berkonstitusi kita sebagai warga Negara Indonesia.
A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) constitutie (Bhs. Belanda)
constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa
Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut
makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan
peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa
konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) .Kontitusi itu berasal dari bahasa para AAncis yakni constituer yang berarti membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu Cume berarti
bersama dengan dan Statuere berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu, sehingga menjadi constitution.
3) ) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas dan
undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-peraturan baik
yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana
sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan
DUSTUR yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata
lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:


1) Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti keseluruhan
dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya,
hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat
pulacampuran dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-
undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat ;
a.Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara.
b.Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan
bearjalan sejajar.
c.Diterima oleh rakyat negara.
Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat
dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat aturan-aturan
dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau
bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.

2) Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau
UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.
Contohnya adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar, hal tersebut dapat
dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah
sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan
konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak
tertulis.

Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:


1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari konstitusi yang
hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah sebagai
peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan
negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. Istilah Konstitusi

Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu


negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur atau memerintah negara,
peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.
Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara terjadi perbedaan
pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari undang-undang.

Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:


a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (Die
Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat dijadikan sebagai suatu
kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum Abstraksi .
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan berlaku dalam suatu
negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang mungkin terancam
dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah dengan harapan untuk
menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara bagian.

C. Sifat dan Fungsi Konstitusi

Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku). Konstitusi negara
memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-
waktu sesuai perkembangan jaman /dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara
dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa


sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Pemerintah sebagai suatu
kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa
pembatasan dalam konstitusi negara sehigga menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan
untuk memerintah itu tidak disalahgunakan.

Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi. Sesuai dengan


istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti kan sebagai:
1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;
2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi merupakan
tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama bagi penyelenggara
negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu sekaligus memuat ide-ide
dasar yang digariskan oleh pendiri negara ( the founding fathers ). Konstitusi memberikan
arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

D.Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-
wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berate pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk
dipihak lain.

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan


menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck, menyatakan bahwa
terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1. Jaminan hak-hak manusia;
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. peradilan yang bebas dan mandiri.
4. pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari asas
kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu pemerintah yang
konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintah disebut demokratis
tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan aturan dan
prinsip-prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata
pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham
konstitusi demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tujuan, yaitu :

1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus pengawasan


terhadap kekuasaan politik;

2. .Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;

3. .Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam


menjalankan kekuasaannya.

E.Pentingnya Konstitusi Dalam Negara

Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat
tentang pentingnya suatu konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het
Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus
ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada generasi
penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting
kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan cabang
yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
Pada sisi lain, eksistensi suatu negara yang diisyaratkan oleh A. G. Pringgodigdo, baru riel ada
kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin terlaksananya
fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar
yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari segi sisi
(naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat fungsi negara. Kedua,
dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang
atau lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau
lembaga dictator
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya konstitusi
dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai wewenang hukum yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan
kekuatan hukum pada konstitusi.

F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan caraperubahan UUD,
yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
1. Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus hadir;
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota yang hadir.

Pasal 37 terrsebut mengandung tiga norma, yaitu:


1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi Negara
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalh 2/3 dari
sejumlah anggota MPR.
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk konstitusi
bersifat tegar, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya
prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi
memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum perubahan
dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 yang
diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya di
Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001-10 Agustus
2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).

G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia


Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16
Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam bahasa Jepang yang beranggotakan 21 orang, diketuai
Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11
orang wakil dari Jawa,3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan,
Maluku, dan Sunda kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23
bersamaan dengan ultah Tenno Heika pada tanggal 29 April 1945.
BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi Indonesia merdeka
yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh perumusnya antara lain Dr.Rajman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto Iskandardinata, Pangeran purboyo, Pangeran
Soerjohamindjojo dan lain-lain.
UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian
hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak bisa
ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah
Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil dari
rancangan Undang Undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya diambil dari
RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.
3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden dan wakil
ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia(Komite Nasional).

Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal Indonesia sempurna menjadi
sebuah Negara, sebab syarat syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada, yaitu
adanya :
1. Rakyat .
2. Wilayah.
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara.

Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak zaman
yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab hokum pada 624 404 SM)
sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945
yang telah dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini sebenarnya
menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan berkepanjangan
khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara.diakhir siding I BPUPKIberhasil
membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945
berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang
kemudian diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno
membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas
menyusun rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia
diatukan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak
itu Indonesia telah menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system
ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian
baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS (17
Desember 1949 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan masa
berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 Sekarang.

H. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
1. Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai pada
sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun konstitusi
dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-
undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang
sudah disiapkan.
2. Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang panjang
misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.
b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
1. Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
Elastic
Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
2. Cirri-ciri konstitusi yang kaku
Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang yang
lain.
Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang berat.
c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
1. Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang paling
tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain.
2. Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta
derajat.
d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
1. Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian kekuasaan antara
pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian.
2. Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.
e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan parlementer.
B . Pengertian dan Tata Urutan Perundang-undangan Nasional

Tata urutan peraturan perundang-undangan menunjuk pada tinggi rendahnya


kedudukan peraturan perundang-undangan. Secara konkret,hal itu menunjuk pada tata urutan
kedudukan di antara UUD 1945,K etetpan MPR,Undang-undang,Peraturan
Pemerintah,Keputusan Presiden, dan Peraturan Daerah.
Tata urutan tersebut penting. Haruslah jelas mana peraturan yang lebih tinggi dan mana
yang lebih rendah. Sebab, peraturan yang lebih tinggi akan dijabarkan oleh yang lebih rendah.
Konsekuensinya, peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang
lebih tinggi. Hal demikian untuk mewujudkan kepastian hukum.
Pada tahun 2000, MPR mengeluarkan Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber
hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Ketetapan ini menggantikan Tap MPR
No XX/MPRS/1996. Dalam Ketetapan MPR No III/MPR/2000 , idak ada lagi penyebutan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Demkian pula, tidak ada lagi penyebutan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Dekrit presiden 5 Juli 1959, UUD Proklamasi, dan
Surat Perintah 11 Maret 1966 sebagai perwujudan sumber hukum.
Dalam Tap MPR NO III/MPR/2000 ada dua istilah penting,yaitu sumber hukum dasar
nasional dan tata urutan perundang-undangan. Adapun sumber hukum dasar nasional adalah:
Pancasila dan Batang Tubuh UUD 1945. Sedangkan tata urutan perundang-undangan adalah,
sebagai berikut:
1 .UUD 1945
2. KETETAPAN MPR
3. UU
4. PERPU PENGGANTI UU
5. PP
6. KEPRI
7. PERDA
titusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan presidensial dapat
diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konstitusi merupakan seperangkat aturan kehidupan bernegara yang mengatur hak dan
kewajiban warga negara. Konstitusi negara biasa disebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD)
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjaminhak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang bertahap.
Fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional, alat untuk membentuk system
politik, dan system hukum Negara Indonesia.

B. Kritik dan Saran

Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri,
1999.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata Negara, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983, cet. Ke-1

Kusnardi, Moh., et.ai., Ilmu Negara, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000, cet.ke-4.

Felita hapsari, http://pkn19-8g.blogspot.com/2011/02/pengertian-dan-tata-urutan-


perundang.html, Diakses : 31 Austus 2015

Ratih,http://ratih24eka.blogspot.com/2014/03/makalah-kewarganegaraan-konstitusi.html,Diakses
:1 Agustus 2015

Anda mungkin juga menyukai