KONSTITUSI
DAN
TATA PERUNDANG UNDANGAN
DI SUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD ALI RIDWAN (1510110047)
2. MUHAMMAD ROBBANI (1510110049)
3. ARIANA MUTA`ALIYAH (1510110046)
4. IZZA HANA MUFIDA (1510110050)
5. HIMMATUL ALIYAH (1510110048)
JURUSAN TARBIYAH
KUDUS
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadira Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
daninaya -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konstitusi
Dan Tata Perundangundangan sebagai warga negara.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konstitusi Dan Tata Perundang
undangan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan terhadap pembaca dan kami yang menulis.
KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI..
BAB I PENDAHULUAN.
A . Latar Belakang.
B . Rumusan Masalah
C . Tujuan Makalah...
BAB II PEMBAHASAN...
B . Tata Perundang-undangan..
A . Kesimpulan...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
B .Rumusan Masalah
C .Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, supaya pembaca mengetahui
tentang apa yang dimaksud dengan Konstitusi dan Tata Perundang-undangan yang setiap
negara memilikinya, termasuk juga negara kita Indonesia. Yang mana dengan memiliki
pemahaman tentang konstitusi dan perundang-undangan, kita sebagai generasi penerus
bangsa harus mempunyai arah dan pedoman yang jelas dalam melanjutkan pembangunan
yang akan datang, yang pada prinsipnya semua agenda penting kenegaraan, serta prinsip-
prinsip dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, telah tercover dalam
konstitusi dan dilaksanakan dalam bentuk perundang-undangan. Untuk itu kami rasa
dalam penyusunan makalah ini kami mengajak rekan-rekan sekalian untuk mempelajari
semua hal yang berhubungan dengan konstitusi dan menumbuhkan kesadaran
berkonstitusi kita sebagai warga Negara Indonesia.
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) constitutie (Bhs. Belanda)
constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam bahasa
Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut
makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan
peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa
konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) .Kontitusi itu berasal dari bahasa para AAncis yakni constituer yang berarti membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu Cume berarti
bersama dengan dan Statuere berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu, sehingga menjadi constitution.
3) ) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas dan
undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-peraturan baik
yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana
sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan
DUSTUR yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata
lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya
2) Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau
UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.
Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar, hal tersebut dapat
dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah
sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan
konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak
tertulis.
B. Istilah Konstitusi
Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku). Konstitusi negara
memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-
waktu sesuai perkembangan jaman /dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara
dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.
D.Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-
wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berate pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk
dipihak lain.
Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat
tentang pentingnya suatu konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het
Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus
ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada generasi
penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting
kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan cabang
yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
Pada sisi lain, eksistensi suatu negara yang diisyaratkan oleh A. G. Pringgodigdo, baru riel ada
kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin terlaksananya
fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar
yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama, dari segi sisi
(naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan memuat fungsi negara. Kedua,
dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang
atau lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau
lembaga dictator
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya konstitusi
dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai wewenang hukum yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan
kekuatan hukum pada konstitusi.
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk konstitusi
bersifat tegar, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya
prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi
memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum perubahan
dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945 yang
diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya di
Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9 Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001-10 Agustus
2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).
Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal Indonesia sempurna menjadi
sebuah Negara, sebab syarat syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada, yaitu
adanya :
1. Rakyat .
2. Wilayah.
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara.
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak zaman
yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab hokum pada 624 404 SM)
sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945
yang telah dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini sebenarnya
menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan berkepanjangan
khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara.diakhir siding I BPUPKIberhasil
membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945
berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang
kemudian diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno
membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas
menyusun rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia
diatukan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak
itu Indonesia telah menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system
ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian
baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS (17
Desember 1949 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan masa
berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 Sekarang.
H. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
1. Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai pada
sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun konstitusi
dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-
undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang
sudah disiapkan.
2. Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang panjang
misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.
b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
1. Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
Elastic
Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
2. Cirri-ciri konstitusi yang kaku
Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang yang
lain.
Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang berat.
c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
1. Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang paling
tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain.
2. Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta
derajat.
d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
1. Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian kekuasaan antara
pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian.
2. Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.
e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan parlementer.
B . Pengertian dan Tata Urutan Perundang-undangan Nasional
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan seperangkat aturan kehidupan bernegara yang mengatur hak dan
kewajiban warga negara. Konstitusi negara biasa disebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD)
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjaminhak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang bertahap.
Fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional, alat untuk membentuk system
politik, dan system hukum Negara Indonesia.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri,
1999.
Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata Negara, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983, cet. Ke-1
Kusnardi, Moh., et.ai., Ilmu Negara, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000, cet.ke-4.
Ratih,http://ratih24eka.blogspot.com/2014/03/makalah-kewarganegaraan-konstitusi.html,Diakses
:1 Agustus 2015