PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua
kehidupan mikroba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi
yang kurang steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang
berarti masih terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses
sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan
menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan
untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl
1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa
pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry
heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode
sterilisasi tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan
Filtrasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung
pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana
bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.
a. Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung
gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada
dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan
panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke
dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 oC dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig).
Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 oC
selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total
waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang
temperatur bisa diset pada 134 oC (untuk medis).
2
Laboratory autoclave
3
Jenis-Jenis Sterilisasi
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama
mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah
mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari
benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada
suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 7174oC selama 20 detik, atau pemanasan
8587oC selama 5 detik.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan seluruhnya (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk
bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai
proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses
fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran
mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu
saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga
menyulitkan dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan
dan mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan
mungkin dapat membahayakan manusia.
4
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan.
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan phage dapat me-lisis kultur.
Untuk menghindari halhal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan :
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi.
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
semua jenis makhluk hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum
inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari
ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu.
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi.
Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.
Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar
mencegah mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh
mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan),
penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa
membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya
untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara menyaring sesuatu
dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi
agar mikroba tidak terbawa.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun
panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media
dan bahanbahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alatalat. Faktor
faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain :
Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
Morfologi mikroorganisme
Komposisi media fermentasi
pH
5
Ukuran partikel tersuspensi
Temperatur yang digunakan
Durasi proses sterilisasi
Keberadaan air
Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue.
a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas
ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam
fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara
menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode
langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari
bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam
proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan mengakibatkan
bertambahnya volume cairan media dalam fermentor karena adanya kondensasi
uap yang digunakan.
6
yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar
90% atau satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin
besar nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan
panas mikroba tersebut pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada
suhu standar. Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu
standar 121oC, sedangkan untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya
menggunakan suhu yang lebih rendah (80-100C). Nilai D pada suhu standar ini sering
dituliskan dengan nilai Do (Anonim, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian
kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan
dikendalikan. Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor
kritis yang dapat mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda
antara satu produk dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu
diidentifikasi pengaruhnya adalah: (a) karakteristik bahan yang dikalengkan (pH
keseimbangan, metode pengasaman, konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran
bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran
partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang ditambahkan, dan sebagainya), kemasan
(jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke dalam kemasan), (b) proses dalam retort
(jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort, tumpukan wadah,
pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting (Anonim c, 2008).
Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang pembentuk
spora, kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif. Bacillus cereus merupakan
bakteri fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam bentuk rantai.
Beberapa galur bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat mesofilik dan termofilik.
Beberapa tidak dapat tumbuh pada makanan dingin yang disimpan panas pada suhu di
atas 60C (Anonim, 2009).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40C, optimum pada
37C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E.
7
coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai
vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E.
coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya
(Anonim, 2009).
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini
terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan
menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,
Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan
pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga
tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan
pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri
ini adalah jenis bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar
sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 m. Bakteri ini tidak
menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat (Anonim, 2010).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses
sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin
berkurang.
8
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Persamaannya : = .(2.1)
N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
= .(2.2)
0
9
Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
10
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction
value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu
tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang
bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :
= .(2.4)
0
ln 10
= .(2.5)
= 0 .(2.6)
1
ln = ln 0 .(2.7)
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis
lurus gradient Ed/R
11
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat yang digunakan pada praktikum kinematika kematian mikroba dan
sterilisasi secara batch adalah sebagai berikut:
Alat
Spesifikasi Jumlah
Beker glass 1000 mL 2
Waterbath - 1
Tabung reaksi - 13
Mikroskup - 1
Kaca preparat + cover glass - 5
Pembakar spiritus - 1
Pipet tetes - 5
Pipet ukur steril 10 mL 5
Bahan
Alcohol
Es untuk pendingin
12
3.2. Skema kerja sterilisasi batch dan kontinu
13
Sekema kerja sterilisasi secara kontinu adalah sebagai berikut:
N0 = 123+123 = 123
2
4.1. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada 46oC
pada berbagai variasi waktu.
No t Jumlah sel Jumlah Jumlah sel In Nt/No Gambar
(detik) hidup sel mati total(Xtot)
(XH) (Nt) (XM)
1 300 117 46 163 -0,0500
15
4.2. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)
-0.1
-0.15
ln Nt/No
-0.2
-0.25
-0.3
y = -0.00028x + 0.062
-0.35
-0.4
waktu (detik)
16
2 600 98 78 176 -0,2272
4.4. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 52oC ( waktu Vs ln Nt/No)
-0.2
ln Nt/No
-0.3
-0.4
-0.5
y = -0.00043x + 0.044
-0.6
waktu (detik)
17
Temperature Sterilisasi (T1) = 58oC
Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 123+123 = 123
2
4.5. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
58oC pada berbagai variasi waktu.
18
4.6. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 58oC ( waktu Vs ln Nt/No)
-0.2
-0.3
ln Nt/No
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
y = -0.00076x - 0.125
-0.8
-0.9
waktu (detik)
19
B. Data pengamatan Sterilisasi Kontinu
Temperature Sterilisasi (T1) = 50oC
Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 188 + 192 = 190
2
4.1. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
50oC pada berbagai variasi skala pompa.
No Skala Jumlah sel Jumlah Jumlah sel In Nt/No Gambar
pompa hidup sel mati total(Xtot)
(XH) (Nt) (XM)
1 65% 181 65 271 -0,0485
20
4.2. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 50oC ( skala pompa Vs ln Nt/No)
-0.1
ln Nt/No
-0.15
-0.2
-0.25 y = -0.0074x + 0.4427
-0.3
skala pompa %
4.3. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
55oC pada berbagai variasi skala pompa.
No Skala Jumlah sel Jumlah sel Jumlah sel In Nt/No Gambar
pompa hidup mati (XM) total(Xtot)
(XH) (Nt)
1 65% 165 72 237 -0,1411
21
3 85% 129 91 220 -0,3872
4.4. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
55oC pada berbagai variasi skala pompa.
-0.2
ln Nt/No
-0.3
-0.4
22
Temperature Sterilisasi (T1) = 60oC
Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 188 + 192 = 190
2
4.5. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
60oC pada berbagai variasi skala pompa.
No Skala Jumlah sel Jumlah Jumlah sel In Nt/No Gambar
pompa hidup sel mati total(Xtot)
(XH) (Nt) (XM)
23
4.6 Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada 60oC
pada berbagai variasi skala pompa.
-0.2
ln Nt/No
-0.3
-0.4
-0.6
skala pompa (%)
24
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan Ambrianto Ghenatya (131424003)
Sterilisasi merupakan suatu cara untuk mengeliminasi semua kehidupan mikroba
yang ada pada suatu bahan atau produk yang dikehendaki. Pada percobaan kali ini kami
melakukan proses sterilisasi untuk mengetahui kinetika kematian mikroba. Teknik
sterilisasi media yang digunakan yaitu secara batch dengan proses pemanasan.
Tujuannya dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu
sterilisasi pada sterilisasi batch, serta pengaruh suhu dan waktu tinggal pada sterilisasi
continue. Media yang digunakan adalah media pertumbuhan untuk bakteri
Saccharomyces cereviciae, yaitu glukosa sebagai sumber C, pepton sebagai sumber
nutrisi dan yeast ekstrak sebagai sumber N.
Media yang mengandung bakteri Saccaromyces cerevisiae, setelah mengalami
pemanasan pada suhu dan waktu sterilisasinya kemudian langsung dimasukkan kedalam
bak yang berisi es agar mikroba tidak mengalami proses kematian lagi. Media yang
telah mengalami proses sterilisasi diamati jumlah mikroba yang hidup dan jumlah
mikroba yang mati dengan menggunakan mikroskop. Mikroba yang mati akan
menyerap warna dari methylen blue karena dinding sel mikroba yang mati telah rusak
sehingga selnya menjadi warna biru. Sementara sel yang hidup akan terlihat
bening/tidak berwarna karena sel yang hidup masih memiliki dinding sel utuh yang
bersifat selektif permeable.
Pada sterilisasi continue, media dialirkan pada coil yang berada pada suhu
sterilisasinya, jadi selama proses sterilisasi berlangsung, media yang akan disterilisasi
masuk dan keluar coil secara continue, sehingga diperlukan kalibrasi pompa terlebih
dahulu untuk mengetahui laju alir media dalam pompa. Skala pompa yang digunakan
adalah pada skala 65.75,85, dan95. Semakin cepat skala pompa, semakin cepat pula laju
alir media dalam coil, hal ini mempengaruhi waktu tinggal media dalam suhu
sterilisasinya. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah pada suhu 50, 55, 65 oC
Energi yang terlibat pada proses sterilisasi continue adalah sebesar 21000,333
Joule, nilai ini lebih besar apabila dibandingkan dengan energi yang terlibat pada
sterilisasi batch.
25
Nilai Kd bergantung pada suhu sterilisasinya. Berdasarkan persamaan arrhenius
1
yaitu ln = ln 0 semakin besar suhu, maka nilai Kd nya akan semakin kecil.
52 4,3 x 10-4
58 7,6 x 10-4
Hasil yang didapatkan kurang akurat, karena pada intinya semakin tinggi suhu
sterilisasi, jumlah mikroba yang mati seharusnya lebih banyak, begitupun semakin lama
waktu sterilisasi semakin banyak pula mikroba yang mati. Ketidakakuratan tersebut
dapat terjadi dikarenakan beberapa hal diantaranya : kemungkinan terdapat pengotor
pada mikroskop yang digunakan, penanganan yang kurang aseptis sehingga
menyebabkan kontaminasi dengan mikroba di udara, dan penanaman mikroba tidak
tepat karena belum terinkubasi secara menyeluruh serta faktor ketelitian saat
menghitung jumlah sel.
26
Pembahasan Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004)
27
yang hidup dan jumlah sel yang mati sebelum dan sesudah mengalami proses pemanasan dan
pendinginan. Sampel berisi biakan dipanaskan pada temperature yang berbeda-beda yaitu : 460C,
520C, 580C dan rentang waktu yang berbeda yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit.
Perhitungan jumlah sel dilakukan menggunakan mikroskup dengan bantuan methylen blue
sebagai penunjuk sel yang hidup dan sel yang mati. Sel hidup warna didalam sel tetap bening,
sedangkan sel yang sudah mati dinding selnya rusak sehingga sel berubah menjadi warna biru.
Semua proses yang dilakukan harus dengan cara aseptis agar samapai tidak terkontaminasi.
Berdasarkan percobaan, jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring dengan bertambahnya
waktu dan suhu pemanasan. Berdasarkan grafik, diperoleh nilai Kd 2,8 x 10-4 pada suhu 460C,
pada suhu 520C dengan nilai Kd 4,3 x 10-4 dan pada suhu 580C dengan nilai Kd 7,6 x 10-4.
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd terhadap 1/T
sehingga diperoleh nilai Ed, yaitu = 18,163. Sedangkan nilai Desimal reduction time akan
semakin berkurang seiring dengan menurunnya suhu pemanasan.
Pada teknik sterilisasi secara kontinyu kami menghitung jumlah sel yang hidup dan
jumlah sel yang mati dibawah mikroskup dengan bantuan metylen blue yang berfungsi sebagai
pewarna seperti pada teknik sterilisasi batch, namun yang divariasikan dalam teknik sterilisasi
kontinyu adalah laju alir serta temperature. Setelah mengkalibrasi skala pompa peristaltik
didapatkan:
- laju alir 0,1917 mL/s dengan skala pompa 65% sehingga didapatkan waktu tinggal
selama 135,63 s
- laju alir 0,2167 mL/s dengan skala pompa 75% didapatkan waktu tinggal selama
119,98 s
- laju alir 0,2667 mL/s dengan skala pompa 85% didapatkan waktu tinggal selama
97,49 s
- laju alir 0,3 mL/s dengan skala pompa 95% didapatkan waktu tinggal selama 86,67 s
Teknik sterilisasi ini dilakukan dengan variasi temperature, semakin tinggi temperature
maka semakin banyak pula jumlah sel yang mengalami kematian. Variasi skala pompa juga
berpengaruh pada kenaikan kematian jumlah sel yang terjadi, semakin tinggi laju alir atau besar
skala pompa yang diatur maka semakin banyak pula jumlah sel yang mengalami kematian. Dari
28
grafik yang telah dibuat maka didapat nilai Kd sebesar 7 x 10-3 pada suhu 500C, pada suhu 550C
didapat nilai Kd sebesar 1.2 x 10-2 dan pada suhu 600C didapat nilai Kd sebesar 0.08
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd terhadap 1/T
sehingga diperoleh nilai Ed, yaitu = Ed = 59,3434.
29
Pembhahasan Annisa Novita Nurisma (131424005)
Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dengan
sterilisasi secara batch dan kontinu. Sterilisasi merupakan teknik untuk mengeliminasi
semua kehidupan mikroba yang ada pada suatu bahan atau produk yang dikehendaki.
Pada teknik sterilisasi secara batch prosesnya relative lebih sederhana dan proses
pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan pada satu perioda waktu yang sam.
Namun proses pemanasan dan pendinginan pada sterilisasi batch berlangsung lambat,
hingga mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature).
Pada proses sterilisasi secara batch, kami menghitung jumlah sel yang hidup
dan jumlah sel yang mati setelah mengalami proses pemansan dan pendinginan.
Sebelum melakukan perhitungan jumlah mikroba setelah pemanasan dan pendinginan
terlebih dahulu dilakukan perhitungan jumlah mikroba awal sebelum pemanasan.
Sampel berisi biakan dipanaskan pada temperature yang berbeda beda yaitu : 46oC,
52oC, 58oC dan pada rentang waktu yang berbada pula yaitu 5 menit, 10 menit, 15
menit, 20 menit. Setelah proses pemanasan dan pendinginan, jumlah sel dihitung
dengan menggunakan mikroskop dengan bantuan methylen blue sebagai penunjuk sel
yang hidup dan sel yang mati. Sel hidup warna didalam sel tetap bening tidak
berubah menjadi warna biru, sedangkan sel yang sudah mati dinding selnya rusak
sehingga dapat menyerap warna dari methylen blue sehingga sel berubah menjadi
warna biru. Semua proses yang dilakukan harus dengan cara aseptis agar samapai
tidak terkontaminasi.
Berdasarkan percobaan, jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya waktu dan suhu pemanasan
Berdasarkan grafik, diperoleh nilai Kd yakni :
Temperatur (oC) Kd
46 2,8 x 10-4
52 4,3 x 10-4
58 7,6 x 10-4
30
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln
Kd terhadap 1/T sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh nilai
Ed, yakni = 18,163.
Nilai Desimal reduction time akan semakin berkurang seiring dengan
menurunnya suhu pemanasan.
Teknik sterilisasi kedua adalah teknik sterilisasi secara kontinu. Sebelum
menggunakan alat sterilisasi ini, alat (pompa) yang digunakan harus dikalibrasi
terlebih dahulu. Data laju alir yang diperoleh pada saat kalibrasi skala pompa adalah
sebagai berikut :
% Q kalibrasi Q (laju alir) m/s
65 0,1917
75 0,2167
85 0,2667
95 0,3
Untuk menghitung laju alir sampel, terlebih dahulu dihitung volume
pipa.volume pipa yang diperoleh adalah 26x10-3 dm3. Berdasarkan data pengamatan
semakin besar laju alir pada alat maka semakin sedikit waktu tinggal sampel biakan
dalam pipa. Berdasarkan perhitungan diperoleh waktu tingal sampel yaitu:
Detik
1 135,63
2 119,98
3 97,49
4 86,67
Berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh nilai Ed, yakni = 59,3434.
Nilai Desimal reduction time akan semakin berkurang seiring dengan
menurunnya suhu pemanasan.
31
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan sterilisasi batch yang telah dilakukan dapat disimpulkan
beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Jumkah mikroba yang hidup pada sterilisasi batch, diperoleh nilai Kd untuk
berbagai variasi dengan berdasarka nilai ln dan membuat grafik ln
terhadap waktu.
32
Nilai Kd yang diperoleh untuk berbagai variasi suhu diantaranya sebagai
berikut :
Temperatur (oC) Kd
50 0,007
55 0,012
60 0,08
Kemudian dibuat grafik ln Kd terhadap 1/T untuk memperoleh nilai Ed.
Berdasarkan perhitungan grafik diperoleh nilai Ed sebesar 59,3434
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh nilai Desimal Reduction Time dari
berbagai variasi waktu sebagai berikut ;
Temperatur (oC) D
46 328,94
52 191,88
58 28,78
6.2. Saran
Setiap langkah pada praktikum kinematika kematian mikroba harus dilakukan secara
aseptis agar tidak terjadi kontaminasi dari lingkungan.
Pada saat pendinginan sebaiknya menggunakan es batu agar proses pemanasan benar-
benar terhenti sehingga waktu yang diinginkan untuk pemanasan akurat.
Mikroba yang sudah siap diamati pada kaca preparat tidak boleh didiamkan terlalu
lama karena akan mengakibatkan kematian mikroba yang hidup.
33
DAFTAR PUSTAKA
Perry, J.H. (ed).1988.Cehemical Enginers Hand Book, 6th. Mc Graw Hill Book Co :Singapore
34
LAMPIRAN
Perhitungan
A. Perhitungan kinematika kematian dan sterlisasi secara batch
Temperature Sterilisasi (T1) = 46oC
-0.1
-0.15
ln Nt/No
-0.2
-0.25
-0.3
y = -0.00028x + 0.062
-0.35
-0.4
waktu (detik)
Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.00028x + 0.062
berdasarkan persamaan =
0
Kd = -(-0.00028)
Kd = 2.8 x 10-4
35
Temperature Sterilisasi (T1) = 52oC
2. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)
-0.2
ln Nt/No
-0.3
-0.4
-0.5
y = -0.00043x + 0.044
-0.6
waktu (detik)
Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.00043x + 0.06244
berdasarkan persamaan =
0
Kd = -(-0.00043)
Kd = 4.3 x 10-4
36
Temperature Sterilisasi (T1) = 58oC
3. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)
-0.2
-0.3
ln Nt/No
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
y = -0.00076x - 0.125
-0.8
-0.9
waktu (detik)
Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.00076x + 0.125
berdasarkan persamaan =
0
Kd = -(-0.00076)
Kd = 7.6 x 10-4
37
4. Table Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch
T (temperatur) oC 1/T Kd ln Kd
46 0.0217 0.00028 -8.1807
52 0.0192 0.00043 -7.7512
58 0.01724 0.00076 -7.1822
-7.4
ln Nt/No
-7.6
-7.8
-8
Perhitungan Ed :
y = -221.5x - 3.411
berdasarkan persamaan:
1
ln = ln 0
Maka = -221.5 x R
38
Perhitungan Desimal Reduction Time/ Destruction Value
ln 10
=
ln 10
DT1 = 0,00028 = 8223,52
ln 10
DT2 = 0,00043 = 5354,85
ln 10
DT3 = 0,00076 = 3029,72
39
Perhitungan Q (saat kalbrasi)
65% V = 11,5 mL 85% V = 11,5 mL
() ()
Q= Q=
() ()
11,5 16
Q= Q=
60 60
40
4.1. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 55oC ( skala pompa Vs ln Nt/No)
-0.1
ln Nt/No
-0.15
-0.2
-0.25 y = -0.0074x + 0.4427
-0.3
skala pompa %
Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.007x + 0.442
berdasarkan persamaan =
0
Kd = -(-0.007)
Kd = 7 x 10-3
-0.2
ln Nt/No
-0.3
-0.4
-0.6
skala pompa (%)
41
Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.012x + 0.696
berdasarkan persamaan =
0
Kd = -(-0.012)
Kd = 1.2 x 10-2
4.3 Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada 60oC
pada berbagai variasi skala pompa.
-0.2
ln Nt/No
-0.3
-0.4
-0.6
skala pompa (%)
Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.08x + 0.819
berdasarkan persamaan =
0
Kd = -(-0.08)
Kd = 0.08
42
4. Table Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch
T (temperatur) oC 1/T Kd ln Kd
50 0.02 0.007 -4,9618
55 0.0182 0.012 -4,4228
60 0.0167 0.08 -2,5257
-2
ln Nt/No
-3
-4
-5
y = -723.75x + 9.2745
-6
1/T
Perhitungan Ed :
y = -723.7x + 9.274
berdasarkan persamaan:
1
ln = ln 0
Maka = -221.5 x R
43
6. Perhitungan Desimal Reduction Time/ Destruction Value
ln 10
=
ln 10
DT1 = 0,007 =328,94
ln 10
DT1 = 0,012 = 191,88
ln 10
DT1 = = 28,78
0,08
44