Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua
kehidupan mikroba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi
yang kurang steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang
berarti masih terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses
sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan
menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan
untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl
1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa
pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry
heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode
sterilisasi tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan
Filtrasi.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch
dan kontinu.
b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.
c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Decimal reduction time
atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung
pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana
bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.
a. Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung
gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada
dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan
panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke
dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 oC dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig).
Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 oC
selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total
waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang
temperatur bisa diset pada 134 oC (untuk medis).

2
Laboratory autoclave

Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa


pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan
media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau continuous yang
diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan
lainnya.
Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter
berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil
(1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.
b. Sterilisasi padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa
jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan
dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun ditambah proses
pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV dan disemprot
ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan dibahas di
bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

3
Jenis-Jenis Sterilisasi
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama
mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah
mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari
benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada
suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 7174oC selama 20 detik, atau pemanasan
8587oC selama 5 detik.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan seluruhnya (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk
bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai
proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses
fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran
mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu
saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga
menyulitkan dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan
dan mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan
mungkin dapat membahayakan manusia.

4
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan.
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan phage dapat me-lisis kultur.
Untuk menghindari halhal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan :
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi.
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
semua jenis makhluk hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum
inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari
ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu.
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi.
Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.
Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar
mencegah mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh
mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan),
penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa
membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya
untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara menyaring sesuatu
dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi
agar mikroba tidak terbawa.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun
panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media
dan bahanbahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alatalat. Faktor
faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain :
Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
Morfologi mikroorganisme
Komposisi media fermentasi
pH

5
Ukuran partikel tersuspensi
Temperatur yang digunakan
Durasi proses sterilisasi
Keberadaan air
Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue.
a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas
ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam
fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara
menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode
langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari
bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam
proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan mengakibatkan
bertambahnya volume cairan media dalam fermentor karena adanya kondensasi
uap yang digunakan.

Kinetika Kematian Mikroba


Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan
mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia
dan mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga
peluang terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal
yang harus diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah
panas dari medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik
ketahanan panas dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level
pengurangan jumlah mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma
pengurangan mikroba. Kemudian dihitung nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo).
Nilai Fo ini ditentukan sebelum proses termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung
pada suhu standar atau pada suhu tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu
diketahui nilai D dan nilai Z (Kusnandar, 2008).
Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh
suhu pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu

6
yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar
90% atau satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin
besar nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan
panas mikroba tersebut pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada
suhu standar. Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu
standar 121oC, sedangkan untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya
menggunakan suhu yang lebih rendah (80-100C). Nilai D pada suhu standar ini sering
dituliskan dengan nilai Do (Anonim, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian
kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan
dikendalikan. Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor
kritis yang dapat mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda
antara satu produk dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu
diidentifikasi pengaruhnya adalah: (a) karakteristik bahan yang dikalengkan (pH
keseimbangan, metode pengasaman, konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran
bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran
partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang ditambahkan, dan sebagainya), kemasan
(jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke dalam kemasan), (b) proses dalam retort
(jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort, tumpukan wadah,
pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting (Anonim c, 2008).
Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang pembentuk
spora, kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif. Bacillus cereus merupakan
bakteri fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam bentuk rantai.
Beberapa galur bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat mesofilik dan termofilik.
Beberapa tidak dapat tumbuh pada makanan dingin yang disimpan panas pada suhu di
atas 60C (Anonim, 2009).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40C, optimum pada
37C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E.

7
coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai
vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E.
coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya
(Anonim, 2009).
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini
terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan
menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,
Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan
pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga
tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan
pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri
ini adalah jenis bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar
sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 m. Bakteri ini tidak
menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat (Anonim, 2010).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses
sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin
berkurang.

Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch

Jenis Mikroba Ketahanan Relatif Terhadap Panas


Bakteri vegetative dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers Hand Book

8
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora

Suhu Sterilisasi Waktu yang Diperlukan untuk Mematikan


(oC) Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers Hand Book

Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan


karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal
proses sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan
bertambahnya waktu sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang
diberikan pada awal proses justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan
setelah temperature pemanasan mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian
mikroba (lethal temperature), maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup
berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1 :


Persamaannya : = .(2.1)

N = jumlah mikroba

T = waktu pemanasan

Kd = konstanta laju kematian mikroba

Integrasi persamaan 2.1

= .(2.2)
0

N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0

9
Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t

Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,



= .(2.3)
0

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan


kontaminasi mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.
Grafik ln(Nt/No) terhadap waktu pada berbagai temperatur sterilisasi untuk
spora dari Bacillus stearothermophilus dan sel vegetatif E.coli.. Grafik tersebut
menunjukkan tipe laju kematian.

10
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction
value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu
tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang
bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :


= .(2.4)
0

ln 10
= .(2.5)

Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur,


mengikuti persamaan Arhenius:


= 0 .(2.6)
1
ln = ln 0 .(2.7)

Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis
lurus gradient Ed/R

11
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat yang digunakan pada praktikum kinematika kematian mikroba dan
sterilisasi secara batch adalah sebagai berikut:

Alat
Spesifikasi Jumlah
Beker glass 1000 mL 2
Waterbath - 1
Tabung reaksi - 13
Mikroskup - 1
Kaca preparat + cover glass - 5
Pembakar spiritus - 1
Pipet tetes - 5
Pipet ukur steril 10 mL 5

3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kinematika kematian mikroba


dan sterilisasi secara batch adalah sebagai berikut:

Bahan

GYEA 700 mL (yeast ekstrak 0,5 gram; pepton 1 gram; sukrosa 2


gram) yang sudah disterilkan
fermipan yang kemudian dimasukkan ke dalam media dan inkubasikan
selama 1 hari dalam shaker incubator pada suhu 370C
Methylen blue

Alcohol

Es untuk pendingin

12
3.2. Skema kerja sterilisasi batch dan kontinu

Sekema kerja sterilisasi secara batch adalah sebagai berikut:

pipet biakan media cair ke dalam 13 buah tabung reaksi


masing-masing 10 mL

Teteskan sampel Panaskan 4 tabung yang berisi


biakan pada 00C; 0 biakan pada suhu 460C
menit dalam kaca
preparat, tambahkan
methylen blue dan setelah 5 menit
amati jumlah sel kemudian ambil salah
hidup dan sels mati di satu tabung dan
bawah mikrokup masukkan dalam box
secara duplo berisi es sebagai
pendingin

Teteskan biakan pada


kaca preparat,
tambahkan methylen
blue dan amati jumlah
sel hidup dan sel mati
di bawah mikrokup
secara duplo

Ulangi langkah selanjutnya untuk waktu


pemanasan 10 menit, 15 menit dan 20 menit

Ulangi langkah selanjutnya untuk temperatur


pemanasan 520C dan 580C

13
Sekema kerja sterilisasi secara kontinu adalah sebagai berikut:

pipet biakan media cair (GYEA) Kalibrasi skala pompa


ke dalam tabung reaksi peristaltik

Panaskan waterbath pada


Teteskan sampel temperature 550C
biakan dalam kaca
preparat, tambahkan
methylen blue dan Atur skala pompa 65%, tampung 55
amati jumlah sel mL media aliran dalam gelas ukur
hidup dan sel mati di 100 mL.
bawah mikrokup
secara duplo
Setelah itu matikan pompa,
tampung (buang) 55 mL media
tersebut dalam gelas kimia 1 L

Nyalakan kembali pompa dan tampung


10 mL media dalam tabung reaksi
steril, kemudian tabung dimasukkan
dalam box berisi es sebagai pendingin

Teteskan biakan (10 mLdalam


tabng reaksi) dalam kaca
preparat, tambahkan methylen
blue dan amati jumlah sel hidup
dan sel mati di bawah mikrokup
secara duplo

Ulangi untuk temperature yang sama dengan


skala pompa yang berbeda yaitu; 75%, 85%
dan 95%

Setelah variasi skala pompa selesai, ulangi


langkah selanjutnya dengan mengganti
temperature waterbath pada suhu 600C dan
650C
14
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Data pengamatan Sterilisasi Batch
Temperature Sterilisasi (T1) = 46oC
Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :

N0 = 123+123 = 123
2
4.1. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada 46oC
pada berbagai variasi waktu.
No t Jumlah sel Jumlah Jumlah sel In Nt/No Gambar
(detik) hidup sel mati total(Xtot)
(XH) (Nt) (XM)
1 300 117 46 163 -0,0500

2 600 109 55 164 -0,1208

3 900 96 62 158 -0,2903

4 1200 87 67 154 -0,3463

15
4.2. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara batch ( T=


46oC)
0
-0.05 0 200 400 600 800 1000 1200 1400

-0.1
-0.15
ln Nt/No

-0.2
-0.25
-0.3
y = -0.00028x + 0.062
-0.35
-0.4
waktu (detik)

Temperature Sterilisasi (T1) = 52oC


Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 123+123 = 123
2
4.3. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
52oC pada berbagai variasi waktu.

No t Jumlah sel Jumlah sel Jumlah sel In Nt/No Keterangan


(detik) hidup (XH) mati (XM) total(Xtot)
(Nt)
1 300 111 60 171 -0,1026

16
2 600 98 78 176 -0,2272

3 900 85 91 176 -0,3695

4 1200 73 107 180 -0,5217

4.4. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 52oC ( waktu Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara batch ( T= 52oC)


0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-0.1

-0.2
ln Nt/No

-0.3

-0.4

-0.5
y = -0.00043x + 0.044

-0.6
waktu (detik)

17
Temperature Sterilisasi (T1) = 58oC
Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 123+123 = 123
2
4.5. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
58oC pada berbagai variasi waktu.

No t Jumlah sel Jumlah Jumlah sel In Nt/No Gambar


(detik) hidup (XH) sel mati total(Xtot)
(Nt) (XM)
1 300 93 74 167 -0.2796

2 600 79 83 162 -0.4427

3 900 65 89 154 -0.6378

4 1200 58 110 168 -0.7517

18
4.6. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 58oC ( waktu Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara batch ( T= 58oC)


0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-0.1

-0.2

-0.3
ln Nt/No

-0.4

-0.5

-0.6

-0.7
y = -0.00076x - 0.125
-0.8

-0.9
waktu (detik)

19
B. Data pengamatan Sterilisasi Kontinu
Temperature Sterilisasi (T1) = 50oC
Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 188 + 192 = 190
2

4.1. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
50oC pada berbagai variasi skala pompa.
No Skala Jumlah sel Jumlah Jumlah sel In Nt/No Gambar
pompa hidup sel mati total(Xtot)
(XH) (Nt) (XM)
1 65% 181 65 271 -0,0485

2 75% 172 73 245 -0,0995

3 85% 160 82 242 -0,1719

4 95 % 145 101 246 -0,2703

20
4.2. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 50oC ( skala pompa Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara kontinu


(T=50oC)
0
-0.05 60 65 70 75 80 85 90 95 100

-0.1
ln Nt/No

-0.15
-0.2
-0.25 y = -0.0074x + 0.4427
-0.3
skala pompa %

Temperature Sterilisasi (T1) = 55oC


Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 188 + 192 = 190
2

4.3. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
55oC pada berbagai variasi skala pompa.
No Skala Jumlah sel Jumlah sel Jumlah sel In Nt/No Gambar
pompa hidup mati (XM) total(Xtot)
(XH) (Nt)
1 65% 165 72 237 -0,1411

2 75% 151 86 237 -0,2297

21
3 85% 129 91 220 -0,3872

4 95 % 114 99 213 -0,5108

4.4. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
55oC pada berbagai variasi skala pompa.

grafik kinetika kematian mikroba secara


kontinu (T=55oC)
0
60 65 70 75 80 85 90 95 100
-0.1

-0.2
ln Nt/No

-0.3

-0.4

-0.5 y = -0.0127x + 0.6961


-0.6
skala pompa (%)

22
Temperature Sterilisasi (T1) = 60oC
Jumlah mikroba yang hidup sebelum proses pemanasan adalah sebanyak :
N0 = 188 + 192 = 190
2

4.5. Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada
60oC pada berbagai variasi skala pompa.
No Skala Jumlah sel Jumlah Jumlah sel In Nt/No Gambar
pompa hidup sel mati total(Xtot)
(XH) (Nt) (XM)

1 65% 150 83 233 -0,2364

2 75% 136 93 229 -0,3344

3 85% 128 98 226 -0,3950

4 95 % 115 117 232 -0,5021

23
4.6 Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada 60oC
pada berbagai variasi skala pompa.

grafik kinetika kematian mikroba secara kontinu (T=60oC)


0
60 65 70 75 80 85 90 95 100
-0.1

-0.2
ln Nt/No

-0.3

-0.4

-0.5 y = -0.08x + 0.819

-0.6
skala pompa (%)

24
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan Ambrianto Ghenatya (131424003)
Sterilisasi merupakan suatu cara untuk mengeliminasi semua kehidupan mikroba
yang ada pada suatu bahan atau produk yang dikehendaki. Pada percobaan kali ini kami
melakukan proses sterilisasi untuk mengetahui kinetika kematian mikroba. Teknik
sterilisasi media yang digunakan yaitu secara batch dengan proses pemanasan.
Tujuannya dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu
sterilisasi pada sterilisasi batch, serta pengaruh suhu dan waktu tinggal pada sterilisasi
continue. Media yang digunakan adalah media pertumbuhan untuk bakteri
Saccharomyces cereviciae, yaitu glukosa sebagai sumber C, pepton sebagai sumber
nutrisi dan yeast ekstrak sebagai sumber N.
Media yang mengandung bakteri Saccaromyces cerevisiae, setelah mengalami
pemanasan pada suhu dan waktu sterilisasinya kemudian langsung dimasukkan kedalam
bak yang berisi es agar mikroba tidak mengalami proses kematian lagi. Media yang
telah mengalami proses sterilisasi diamati jumlah mikroba yang hidup dan jumlah
mikroba yang mati dengan menggunakan mikroskop. Mikroba yang mati akan
menyerap warna dari methylen blue karena dinding sel mikroba yang mati telah rusak
sehingga selnya menjadi warna biru. Sementara sel yang hidup akan terlihat
bening/tidak berwarna karena sel yang hidup masih memiliki dinding sel utuh yang
bersifat selektif permeable.
Pada sterilisasi continue, media dialirkan pada coil yang berada pada suhu
sterilisasinya, jadi selama proses sterilisasi berlangsung, media yang akan disterilisasi
masuk dan keluar coil secara continue, sehingga diperlukan kalibrasi pompa terlebih
dahulu untuk mengetahui laju alir media dalam pompa. Skala pompa yang digunakan
adalah pada skala 65.75,85, dan95. Semakin cepat skala pompa, semakin cepat pula laju
alir media dalam coil, hal ini mempengaruhi waktu tinggal media dalam suhu
sterilisasinya. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah pada suhu 50, 55, 65 oC
Energi yang terlibat pada proses sterilisasi continue adalah sebesar 21000,333
Joule, nilai ini lebih besar apabila dibandingkan dengan energi yang terlibat pada
sterilisasi batch.

25
Nilai Kd bergantung pada suhu sterilisasinya. Berdasarkan persamaan arrhenius
1
yaitu ln = ln 0 semakin besar suhu, maka nilai Kd nya akan semakin kecil.

Untuk menghitung jumlah energi yang terlibat, nilai ln Kd yang diperoleh


dialurkan terhadap 1/T, maka akan didapatkan garis dengan slope yang merupakan nilai
Ed/R. Dari percobaan, energi yang terlibat dalam proses sterilisasi ini adalah sebesar
59,3434.
Nilai Decimal Reduction Time atau waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi
jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi
1/10nya berbeda tergantung pada suhu sterilisasinya. Nilai D pada sterlirisasi batch dan
continue ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Temperatur Kd
(oC)
46 2,8 x 10-4

52 4,3 x 10-4

58 7,6 x 10-4

Hasil yang didapatkan kurang akurat, karena pada intinya semakin tinggi suhu
sterilisasi, jumlah mikroba yang mati seharusnya lebih banyak, begitupun semakin lama
waktu sterilisasi semakin banyak pula mikroba yang mati. Ketidakakuratan tersebut
dapat terjadi dikarenakan beberapa hal diantaranya : kemungkinan terdapat pengotor
pada mikroskop yang digunakan, penanganan yang kurang aseptis sehingga
menyebabkan kontaminasi dengan mikroba di udara, dan penanaman mikroba tidak
tepat karena belum terinkubasi secara menyeluruh serta faktor ketelitian saat
menghitung jumlah sel.

26
Pembahasan Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004)

Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme dengan


cara menghilangkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain: Jenis
dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan, Morfologi mikroorganisme, Komposisi media
fermentasi, pH, Ukuran partikel tersuspensi, Temperatur yang digunakan, Durasi proses
sterilisasi dan Keberadaan air.
Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu. Sterilisasi Batch dapat
dilakukan dengan cara menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode
langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni. Proses Sterilisasi Batch
mempunyai keuntungan antara lain: Prosesnya relatif sederhana dan proses pemanasan serta
pedinginan dapat dilakukan dalam satu periode waktu sterilisasi, resiko bahan terkontaminasi
sangat kecil dan biaya peralatan yang digunakan relative lebih rendah dan pengendalian secara
manual relative lebih mudah. Kekurangan dari sterilisasi batch ini adalah tingkat panas
menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen yang dibutuhkan serta proses pemanasan
berlangsung lambat hingga mencapai lethal temperature juga pendinginan berlangsung lambat.
Sedangkan Sterilisasi Kontinyu memiliki keunggulan dibandingkan Sterilisasi Batch antara lain:
Kualitas media dapat dipertahankan, peningkatan skala yang relative mudah, pengendalian
secara otomatis relative lebih mudah dan kapasitas steam yang digunakan dan waktu siklus
sterilisasi lebih rendah. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan yang
paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain. Suhu yang semakin
tinggi pada proses sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin
berkurang. Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan
karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal proses
sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu
sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses justru
akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperature pemanasan mencapai
temperature yang mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature), maka secara perlahan
jumlah mikroba yang hidup berkurang.
Praktikum yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba baik dengan sterilisasi
secara batch maupun kontinyu. Pada teknik sterilisasi secara batch kami menghitung jumlah sel

27
yang hidup dan jumlah sel yang mati sebelum dan sesudah mengalami proses pemanasan dan
pendinginan. Sampel berisi biakan dipanaskan pada temperature yang berbeda-beda yaitu : 460C,
520C, 580C dan rentang waktu yang berbeda yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit.
Perhitungan jumlah sel dilakukan menggunakan mikroskup dengan bantuan methylen blue
sebagai penunjuk sel yang hidup dan sel yang mati. Sel hidup warna didalam sel tetap bening,
sedangkan sel yang sudah mati dinding selnya rusak sehingga sel berubah menjadi warna biru.
Semua proses yang dilakukan harus dengan cara aseptis agar samapai tidak terkontaminasi.
Berdasarkan percobaan, jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring dengan bertambahnya
waktu dan suhu pemanasan. Berdasarkan grafik, diperoleh nilai Kd 2,8 x 10-4 pada suhu 460C,
pada suhu 520C dengan nilai Kd 4,3 x 10-4 dan pada suhu 580C dengan nilai Kd 7,6 x 10-4.
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd terhadap 1/T
sehingga diperoleh nilai Ed, yaitu = 18,163. Sedangkan nilai Desimal reduction time akan
semakin berkurang seiring dengan menurunnya suhu pemanasan.
Pada teknik sterilisasi secara kontinyu kami menghitung jumlah sel yang hidup dan
jumlah sel yang mati dibawah mikroskup dengan bantuan metylen blue yang berfungsi sebagai
pewarna seperti pada teknik sterilisasi batch, namun yang divariasikan dalam teknik sterilisasi
kontinyu adalah laju alir serta temperature. Setelah mengkalibrasi skala pompa peristaltik
didapatkan:
- laju alir 0,1917 mL/s dengan skala pompa 65% sehingga didapatkan waktu tinggal
selama 135,63 s
- laju alir 0,2167 mL/s dengan skala pompa 75% didapatkan waktu tinggal selama
119,98 s
- laju alir 0,2667 mL/s dengan skala pompa 85% didapatkan waktu tinggal selama
97,49 s
- laju alir 0,3 mL/s dengan skala pompa 95% didapatkan waktu tinggal selama 86,67 s

Teknik sterilisasi ini dilakukan dengan variasi temperature, semakin tinggi temperature
maka semakin banyak pula jumlah sel yang mengalami kematian. Variasi skala pompa juga
berpengaruh pada kenaikan kematian jumlah sel yang terjadi, semakin tinggi laju alir atau besar
skala pompa yang diatur maka semakin banyak pula jumlah sel yang mengalami kematian. Dari

28
grafik yang telah dibuat maka didapat nilai Kd sebesar 7 x 10-3 pada suhu 500C, pada suhu 550C
didapat nilai Kd sebesar 1.2 x 10-2 dan pada suhu 600C didapat nilai Kd sebesar 0.08
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd terhadap 1/T
sehingga diperoleh nilai Ed, yaitu = Ed = 59,3434.

29
Pembhahasan Annisa Novita Nurisma (131424005)
Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dengan
sterilisasi secara batch dan kontinu. Sterilisasi merupakan teknik untuk mengeliminasi
semua kehidupan mikroba yang ada pada suatu bahan atau produk yang dikehendaki.
Pada teknik sterilisasi secara batch prosesnya relative lebih sederhana dan proses
pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan pada satu perioda waktu yang sam.
Namun proses pemanasan dan pendinginan pada sterilisasi batch berlangsung lambat,
hingga mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature).
Pada proses sterilisasi secara batch, kami menghitung jumlah sel yang hidup
dan jumlah sel yang mati setelah mengalami proses pemansan dan pendinginan.
Sebelum melakukan perhitungan jumlah mikroba setelah pemanasan dan pendinginan
terlebih dahulu dilakukan perhitungan jumlah mikroba awal sebelum pemanasan.
Sampel berisi biakan dipanaskan pada temperature yang berbeda beda yaitu : 46oC,
52oC, 58oC dan pada rentang waktu yang berbada pula yaitu 5 menit, 10 menit, 15
menit, 20 menit. Setelah proses pemanasan dan pendinginan, jumlah sel dihitung
dengan menggunakan mikroskop dengan bantuan methylen blue sebagai penunjuk sel
yang hidup dan sel yang mati. Sel hidup warna didalam sel tetap bening tidak
berubah menjadi warna biru, sedangkan sel yang sudah mati dinding selnya rusak
sehingga dapat menyerap warna dari methylen blue sehingga sel berubah menjadi
warna biru. Semua proses yang dilakukan harus dengan cara aseptis agar samapai
tidak terkontaminasi.
Berdasarkan percobaan, jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya waktu dan suhu pemanasan
Berdasarkan grafik, diperoleh nilai Kd yakni :
Temperatur (oC) Kd
46 2,8 x 10-4
52 4,3 x 10-4
58 7,6 x 10-4

30
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln
Kd terhadap 1/T sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh nilai
Ed, yakni = 18,163.
Nilai Desimal reduction time akan semakin berkurang seiring dengan
menurunnya suhu pemanasan.
Teknik sterilisasi kedua adalah teknik sterilisasi secara kontinu. Sebelum
menggunakan alat sterilisasi ini, alat (pompa) yang digunakan harus dikalibrasi
terlebih dahulu. Data laju alir yang diperoleh pada saat kalibrasi skala pompa adalah
sebagai berikut :
% Q kalibrasi Q (laju alir) m/s
65 0,1917
75 0,2167
85 0,2667
95 0,3
Untuk menghitung laju alir sampel, terlebih dahulu dihitung volume
pipa.volume pipa yang diperoleh adalah 26x10-3 dm3. Berdasarkan data pengamatan
semakin besar laju alir pada alat maka semakin sedikit waktu tinggal sampel biakan
dalam pipa. Berdasarkan perhitungan diperoleh waktu tingal sampel yaitu:
Detik
1 135,63
2 119,98
3 97,49
4 86,67
Berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh nilai Ed, yakni = 59,3434.
Nilai Desimal reduction time akan semakin berkurang seiring dengan
menurunnya suhu pemanasan.

31
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan sterilisasi batch yang telah dilakukan dapat disimpulkan
beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Jumkah mikroba yang hidup pada sterilisasi batch, diperoleh nilai Kd untuk

berbagai variasi dengan berdasarka nilai ln dan membuat grafik ln

terhadap waktu. Nilai Kd yang diperoleh untuk berbagai variasi suhu


diantaranya sebagai berikut :
Temperatur (oC) Kd
46 2,8 x 10-4
52 4,3 x 10-4
58 7,6 x 10-4
Kemudian dibuat grafik ln Kd terhadap 1/T untuk memperoleh nilai Ed.
Berdasarkan perhitungan grafik diperoleh nilai Ed sebesar 18,163.
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh nilai Desimal Reduction Time dari
berbagai variasi waktu sebagai berikut ;
Temperatur (oC) D
46 8223,52
52 5354,85
58 3029,72

2. Berdasarkan percobaan sterilisasi kontinu yang telah dilakukan dapat disimpulkan


beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Jumkah mikroba yang hidup pada sterilisasi batch, diperoleh nilai Kd untuk

berbagai variasi dengan berdasarka nilai ln dan membuat grafik ln

terhadap waktu.

32
Nilai Kd yang diperoleh untuk berbagai variasi suhu diantaranya sebagai
berikut :
Temperatur (oC) Kd
50 0,007
55 0,012
60 0,08
Kemudian dibuat grafik ln Kd terhadap 1/T untuk memperoleh nilai Ed.
Berdasarkan perhitungan grafik diperoleh nilai Ed sebesar 59,3434
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh nilai Desimal Reduction Time dari
berbagai variasi waktu sebagai berikut ;
Temperatur (oC) D
46 328,94
52 191,88
58 28,78

6.2. Saran
Setiap langkah pada praktikum kinematika kematian mikroba harus dilakukan secara
aseptis agar tidak terjadi kontaminasi dari lingkungan.
Pada saat pendinginan sebaiknya menggunakan es batu agar proses pemanasan benar-
benar terhenti sehingga waktu yang diinginkan untuk pemanasan akurat.
Mikroba yang sudah siap diamati pada kaca preparat tidak boleh didiamkan terlalu
lama karena akan mengakibatkan kematian mikroba yang hidup.

33
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E dan David F Ollis.1986.Biochemical Engineering Fundamentals.2nd.


McGraw-Hill Book Co: Singapore

Kamaludi, D, dkk.2007.Pengaruh Proses Pengawetan Baso Tahu Terhadap Cemara Mikroba.


Teknik Kimia politeknik Negeri Bandung: Bandung.

Perry, J.H. (ed).1988.Cehemical Enginers Hand Book, 6th. Mc Graw Hill Book Co :Singapore

Suharto, Ign.1995. Bioteknologi dalam Dunia Industri.Andi Offset :Yogyakarta

Stanbury, Peter F dan A Whitaker.1984.Principles of Fermentation Technology. Great Britain:


A Wheaton & Co.Ltd,.Exeter.

34
LAMPIRAN
Perhitungan
A. Perhitungan kinematika kematian dan sterlisasi secara batch
Temperature Sterilisasi (T1) = 46oC

1. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara batch ( T= 46oC)


0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-0.05

-0.1

-0.15
ln Nt/No

-0.2

-0.25

-0.3
y = -0.00028x + 0.062
-0.35

-0.4
waktu (detik)

Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.00028x + 0.062

berdasarkan persamaan =
0

Kd = -(-0.00028)
Kd = 2.8 x 10-4

35
Temperature Sterilisasi (T1) = 52oC
2. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara batch ( T= 52oC)


0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-0.1

-0.2
ln Nt/No

-0.3

-0.4

-0.5
y = -0.00043x + 0.044

-0.6
waktu (detik)

Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.00043x + 0.06244

berdasarkan persamaan =
0

Kd = -(-0.00043)
Kd = 4.3 x 10-4

36
Temperature Sterilisasi (T1) = 58oC
3. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara batch ( T= 58oC)


0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-0.1

-0.2

-0.3
ln Nt/No

-0.4

-0.5

-0.6

-0.7
y = -0.00076x - 0.125
-0.8

-0.9
waktu (detik)

Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.00076x + 0.125

berdasarkan persamaan =
0

Kd = -(-0.00076)
Kd = 7.6 x 10-4

37
4. Table Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch
T (temperatur) oC 1/T Kd ln Kd
46 0.0217 0.00028 -8.1807
52 0.0192 0.00043 -7.7512
58 0.01724 0.00076 -7.1822

5. Grafik ln Nt/No Vs 1/T

grafik ln Nt/No terhadap 1/T


-7
0.016 0.017 0.018 0.019 0.02 0.021 0.022
-7.2

-7.4
ln Nt/No

-7.6

-7.8

-8

-8.2 y = -221.53x - 3.4114


R = 0.9776
-8.4
1/T

Perhitungan Ed :
y = -221.5x - 3.411
berdasarkan persamaan:
1
ln = ln 0


Maka = -221.5 x R

-Ed = -221.5 x 0.082


Ed = 18,163

38
Perhitungan Desimal Reduction Time/ Destruction Value
ln 10
=

ln 10
DT1 = 0,00028 = 8223,52
ln 10
DT2 = 0,00043 = 5354,85
ln 10
DT3 = 0,00076 = 3029,72

B. Perhitungan Kinematika Kematian Mikrobadan Sterilisasi Secara Kontinu


Spesifikasi pipa spiral

Banyaknya lilitan : 22 lilitan


D luar :3,6 mm = 3,6 x 10-2 dm
D dalam :2,3 mm =2,3 x 10-2 dm
T antena 1 : 108-42,7 mm (pipa yang terendam) = 66mm
T antena 2 : 111-42,7 mm(pipa yang terendam) = 68,3 mm
Volume pipa : 27 mL = 27 x 10-3 dm3

Tabel kalibrasi laju alir


No Skala Pompa (%) Volume (mL) Waktu (detik)
1 65 11,5 60
2 75 13 60
3 85 16 60
4 95 18 60

39
Perhitungan Q (saat kalbrasi)
65% V = 11,5 mL 85% V = 11,5 mL
() ()
Q= Q=
() ()
11,5 16
Q= Q=
60 60

Q = 0,1917 mL/s Q = 0,2667 mL/s

75% V = 11,5 mL 95% V = 11,5 mL


() ()
Q= Q=
() ()
13 18
Q= Q=
60 60

Q = 0,2167 mL/s Q = 0,3 mL/s

Perhitungan waktu tinggal ()


26
1 = = 0,1917 / = 135,63 s
26
2 = = 0,2167 / = 119,98 s
26
3 = = = 97,49s
0,2667 /
26
4 = = 0,3 / = 86,67 s

40
4.1. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 55oC ( skala pompa Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara kontinu


(55oC)
0
-0.05 60 65 70 75 80 85 90 95 100

-0.1
ln Nt/No

-0.15
-0.2
-0.25 y = -0.0074x + 0.4427
-0.3
skala pompa %

Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.007x + 0.442

berdasarkan persamaan =
0

Kd = -(-0.007)
Kd = 7 x 10-3

2. Grafik kinematika kematian mikroba pada pemanasan 46oC ( waktu Vs ln Nt/No)

grafik kinetika kematian mikroba secara batch ( T=


52oC)
0
60 65 70 75 80 85 90 95 100
-0.1

-0.2
ln Nt/No

-0.3

-0.4

-0.5 y = -0.0127x + 0.6961

-0.6
skala pompa (%)

41
Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.012x + 0.696

berdasarkan persamaan =
0

Kd = -(-0.012)
Kd = 1.2 x 10-2

4.3 Tabel data jumlah mikroba yang hidup dan mikroba yang mati setelah pemansan pada 60oC
pada berbagai variasi skala pompa.

grafik kinetika kematian mikroba secara kontinu (T=60oC)


0
60 65 70 75 80 85 90 95 100
-0.1

-0.2
ln Nt/No

-0.3

-0.4

-0.5 y = -0.08x + 0.819

-0.6
skala pompa (%)

Penentuan K ( T= 46oC)
y = -0.08x + 0.819

berdasarkan persamaan =
0

Kd = -(-0.08)
Kd = 0.08

42
4. Table Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch
T (temperatur) oC 1/T Kd ln Kd
50 0.02 0.007 -4,9618
55 0.0182 0.012 -4,4228
60 0.0167 0.08 -2,5257

5. Grafik ln Nt/No Vs 1/T

grafik ln Nt/No terhadap 1/T


0
0.016 0.017 0.018 0.019 0.02 0.021
-1

-2
ln Nt/No

-3

-4

-5
y = -723.75x + 9.2745

-6
1/T

Perhitungan Ed :
y = -723.7x + 9.274
berdasarkan persamaan:
1
ln = ln 0


Maka = -221.5 x R

-Ed = -723,7 x 0.082


Ed = 59,3434

43
6. Perhitungan Desimal Reduction Time/ Destruction Value
ln 10
=

ln 10
DT1 = 0,007 =328,94
ln 10
DT1 = 0,012 = 191,88
ln 10
DT1 = = 28,78
0,08

44

Anda mungkin juga menyukai