Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. BAGAIMANA SEHARUSNYA
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika
yang baik dinegarra ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita
diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila
ke-2 yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun azas dan fungsi
sendiri sendiri namun secara keseluruan meruapakan suatu kesatuan.
Menurut Para Ahli :
Drs. O.P. Simorangkir
mengatakan bahwa etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik
Drs. H. Burhanudin Salam
mengatakan bahwa etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya
Jadi kesimpulan dari pendapat para ahli, etika adalah perilaku baik
atau buruk manusia yang dilakukan secara alami dan tanpa paksaan
dari orang lain.
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi
menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap
dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.

B. BAGAMAINANA KENYATAANYA
Pada hakikatnya pancasila bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praktis melainkan merupakan suatu sitem
nilai nilai etika yang merupakan sumber norma. Namun pada kenyataanya
sekrang sudah berubah. Tingkah laku masyarakat Indonesia dalam prakteknya
ngsekarang tidak lagi mewujudkan bagaimana bentuk pancasila dan tidak lagi
memperlihatkan ilai etika yang baik itu sendiri. Hanya sebagian kecil yang

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 1


masih menganggap pancasila itu merupakan pedoman dan sesuatu yang
sangat penting bagi pribadi bangsa Indonesia itu sendiri.

C. PERMASALAHAN / PENYIMPANGAN
Kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia hari ini telah
jauh menyimpang dari ajaran etika yang terkandung dalam pancasila. Dalam
hal etika bernegara tidak tampak sekali penerapan pancasila, terbukti daari
berbagai macam regulasi / peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
sangat jauh menyimpang dan tidak didasari atas semangat pancasila sebagai
weltanschauung.Hal ini menjadi keresahan yang berkepanjangan, terutama
melihat tingkah laku para wakil rakyat hari ini yang lebih mementingkan
kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan rakyat.Pola pikir pemimpin
bangsa Indonesia hari ini cenderung mengalami kemunduran dan
kemerosotan terhadap nilai pancasila.Pengamalan dan penghayatan nilai
pancasila tidak menjadi sesuatu yang harus untuk dilakukan. Akan tetapi
sudah mulai ditinggalkan.Terbukti dengan banyaknya contoh yang kita lihat
terjadi hari ini dengan banyaknya para pejabat yang terlibat kasus korupsi dan
penyelewengan. Ini membuktikan bahwa pengamalan terhadap nilai-nilai
ketuahanan, keadilan dan kesejahteraan sosial sudah ditinggalkan atau
bahkan dikubur.

D. JUDUL
Sehubungan dengan permasalahan diatas kami memberi judul
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 2


BAB II
MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan masalah


yang akan dikaji adalah Bagaimana solusi Pancasila sebagai sistem etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 3


BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. PENGERTIAN
1. ETIKA
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang
berarti watak, adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat
diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa patuh
kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan (Kencana Syafiie, 1993).
Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia
dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut dengan
prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku
manusia (Kattsoff, 1986).
Etika adalah ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung
jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah
sebagai berikut :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai
individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika sosial)

Beberapa motivasi manusia berprilaku baik dan berprilaku buruk dan jahat.

Motivasi manusia berprilaku baik, antara lain:


a. Karena adanya kesadaran moral (hati nurani). Manusia berbuat baik,
untuk kebaikan itu sendiri (Immanuel .Kant: Imperatif Kategoris).
b. Karena takut akan sanksi yang diterimanya, karena sanksi /hukuman
pada hakekatnya adalah memberikan rasa yang tidak enak, tidak nyaman.
c. Karena merasa bahagia (senang).
d. Karena merasa berguna berguna (bermanfaat), menurut faham
Utilitarisme.
e. Supaya dapat pujian, simpatis
f. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
g. Merasakan kedamaian dan ketentraman hidup.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 4


Motivasi manusia berprilaku buruk/ jahat, antara lain:
a. Karena keterpaksaan, merasa tidak ada jalan lain, walaupun sejatinya
hidup adalah pilihan.
b. Karena mudah dan cepat mencapai tujuan (menghalalkan segala cara).
c. Tidak takut akan sanksi yang diterimanya
d. Karena kebiasaan dan pengaruh lingkungan
e. Karena tidak tegak dan tegasnya aturan dan sanksi.
f. Meredup dan hilangnya hati nurani sehingga kedap terhadap
penderitaan orang lain.

Maka untuk menjaga:

1. Keberadaan dan tumbuhnya hati nurani di dalam hati, supaya kita, mau
dan berani untuk intropeksi, jawa: mulat sariro hangrosowani (mau dan berani
memeriksa bathin dan perbuatan kita, dan sekaligus berani menyalahkan dan
memberi hukuman untuk diri sendiri). Jika melakukan kesalahan, cepat
diketahui dan cepat minta maaf dan bertobat serta berjanji tidak akan
mengulangi lagi.
2. Terhindar dari prilaku dosa dan buruk/jahat, kita harus selalu sadar
bahwa kita sebagai makhluk Tuhan dan makhluk beragama, maka sebagai
konsekuensinya harus taat hukum Tuhan (hubungan secara vertikal antara
Tuhan dan manusia).

Selain itu kita juga harus sadar secara kodrati manusia adalah makhluk
sosial (Zoon Politicon, Homo Socius), maka kita harus hidup bersama
orang lain, bahkan berbuat sesuatu untuk kebaikan/kesejahteraan lain orang
lain. Konsep mencintai sesama itu bisa
kita temukan dalam filosofis jawa, yakni Asih mring sesamaning dumadi (
mencintai sesama ciptaan Tuhan), dalam agama Kristiani (konsep cinta kasih):
Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri, dalam agama Hindu: Tat Twam Asi
(Itulah Kamu) Ahimsa (tanpa kekerasan dari Mahatma Gandhi) Sosro Kartono(
Tokoh Kebatinan Jawa): Adanya aku karena engkau, dalam agama Islam:
Rahmatan lil alamin( untuk kesejahteraan seluruh umat manusia), Homo
homini sallus: Aku ada, kalau berguna bagi orang lain. Dari konsep ini semua
akan menumbuhkan rasa simpati dan empati pada orang lain, sehingga jika
berbuat jahat pada orang lain, kita akan merasakan sebaliknya, bagaimana
kalau kita yang
mengalami sendiri, dalam jawa disebut tepo sliro (seandainya saya sendiri
yang mengalami).

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 5


Pada dasarnya etika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai
seperti nilai baik dan buruk, nilai susila atau tidak susila, nilai kesopanan,
kerendahan hati dan sebagainya.

1.1 Sumber Kebaikan dan Keburukan


Sumber kebaikan dan keburukan kemauan bebas untuk memilih.
Teori kemauan bebas, yaitu:
a. Determinisme
Manusia sejak semula sudah ditetapkan atau direncanakan
Determinisme materialistis
Manusia serba materi Hukum alam
o Darwinisme: Manusia hasil perkembangan alamiah. Strunggle for
life, survival of the fittest = perjuangan hidup, siapa yang kuat dialah
yang hidup terus menerus
o La Mettic ( Mesin), fourbach (atheisme)
Determinisme Religius
Kekuasaan Tuhan menjadi prinsip penetapan tingkah laku
manusia
b. Indeterminisme
~ Manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat dan memilih
~ Tanpa kemauan bebas manusia tidak mungkin mengetahui moral
yang baik
1.2 Kriteria tentang baik dan buruk
a. Hedonisme = Kenikmatan
b. Utilisme = Kemanfaatan
c. Vitalisme = Kekuatan hidup/Kekuasaan
d. Sosialisme = Pandangan Masyarakat
e. Religiusme = Sesuai dengan kehendak Tuhan
f. Humanisme = Kodrat Manusia (human-nature)
~ Religius dalam Islam memiliki lima kategori
1) Baik Sekali = Wajib
2) Baik = Sunnat
3) Netral = Mubah
4) Buruk = Makruh
5) Buruk Sekali = Haram
~ Humanisme
Tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, tidak
mengurangi atau menentang kemanusiaan.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 6


Kebaikan berdasarkan kodratnya kebaikan kodrati
Kebaikan yang mengatasi kodrat kebaikan adi kodrati/kebaikan wahyu
Tuhan
Akal budi penerang baik buruknya tindakan
Hati nurani indeks (petunjuk), indeks (hakim, index (penghukum)
1.3 Pendekatan Etika
a. Normatif Etik : melalui penelaahan dan penyaringan ukuran- ukuran
normatif seseorang berperilaku sesuai dengan norma yang telah disepakati
baik lisan maupun tulisan
b. Deskriptif Etik : sadar akan kebaikan etika tapi tidak merasa perlu
mentaatinya secara keseluruhan
c. Practical Etik : sadar memperlakukan etika sesuai status dan
kemampuannya
1.4 Norma Dasar Etika (metaethics)
a. Norma ke-Tuhanan (Hablum Minallah)
Manusia berperilaku etika melaksanakan perintah/menjauhi
larangan Tuhan
b. Norma kemanusiaan (Hablum Minannas)
Perilaku Etika berakibat baik pada kehidupan bersama
1.5 Prinsip-Prinsip Etika
The Great Ideas : A syntopicon of Great Books of western World. 120
macam ide agung enam landasan prinsipil etika :
a. Prinsip keindahan (beauty)
~ Hidup ini indah/ bahagia
~ Penampilan yang serasi dan indah, penataan ruangan kantor
b. Prinsip persamaan (Equality)
~ Hakekat kemanusiaan persamaan / kesederajatan
~ Menghilangkan perilaku diskriminatif
~ Perlakuan pemerintah terhadap daerah/ warga negara harus sama
tinggi rendahnya urgensi/prioritas
c. Prinsip Kebaikan (Good)
~ Kebaikan sifat/karakterisasi dari sesuatu yang menimbulkan
pujian Good (baik)
~ Good persetujuan, pujian, keunggulan atau ketepatan
~ Kebaikan ilmu pengetahuan objektivitas. Kemanfaat
an dan rasionalitas.
~ Kebaikan tatanan sosial sadar hukum, saling hormat

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 7


d. Prinsip Keadilan (justice)
~ Keadilan kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang semestinya
~ Romawi Kuno (justice) Justice est contants et perpetua
voluntas jus suum curque tribuendi
e. Prinsip Kebebasan (library)
~ Kebebasan keleluasaan untuk bertindak/tidak
bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia
~ Kebebasan
~ Kemampuan menentukan diri sendiri
~ Kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan
~ Syarat-syarat yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan
pilihan-pilihannya beserta konsekuensinya
~ Kebebasan tidak ada tanpa tanggung jawab
Tak ada tanggung jawab tanpa kebebasan
f. Prinsip kebenaran (truth)
~ Teori-teori kebenaran
~ Kebenaran dalam pemikiran (truth in the mid)
Kebenaran dalam kenyataan (truth in the reality)
2. MORAL
Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun
tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar mnejadi
manusia yang lebih baik.
Moral dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran
kritis dan mendasar tetang ajaran-ajaran dan pandangan moral dan etika
merupakan ilmu pengetahuan yang membahas prinsip-prinsip moralitas
(Devos, 1987).
Etika merupakan tingkah laku yang bersifat umum universal berwujud
teori dan bermuara ke moral, sedangkan moral bersifat tindakan lokal,
berwujud praktek dan berupa hasil buah dari etika. Dalam etika seseorang
dapat memahami dan mengerti bahwa mengapa dan atas dasar apa manusia
harus hidup menurut norma-norma tertentu, inilah kelebihan etika
dibandingkan dengan moral. Kekurangan etika adalah tidak berwenang
menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang, sebab
wewenang ini ada pada ajaran moral.
3. NORMA
Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat
warga masyarakat atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan,

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 8


padanan dan pengendali sikap dan tingkah laku manusia. Agar manusia
mempunyai harga, moral mengandung integritas dan martabat pribadi
manusia. Sedangkan derajat kepribadian sangat ditentukan oleh moralitas
yang dimilikinya, maka makna moral yang terkandung dalam kepribadian
seseorang
tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, norma sebagai
penuntun, panduan atau pengendali sikap dan tingkah laku manusia.
4. NILAI
Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek, namun bukan objek itu sendiri.Nilai merupakan kualitas dari
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, yang kemudian nilai
dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap dan berperilaku baik
disadari maupuin tidak disadari. Nilai merupakan harga untuk manusia
sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, kemanusiaan (Kamus Bhasa
Indonesia, 2000).
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin
dan menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada
budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku
manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud
kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.
Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud
kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau
dipersepsikan dalam konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan
yang abstrak. Manusia dalam memilih nilai-nilai menempuh berbagai
cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya, pertimbangannya, penalar
annya, dan kenyataannya.
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan
menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik
berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai diatas, Prof. Notonogoro
membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dirinci sebagai berikut
a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan
cipta.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 9


b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau ke
mauan (karsa, etika)
d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai
kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan
dan keimanan manusia kepada Tuhan
Nilai akan lebih bermanfaat dalam menuntun sikap dan tingkah laku
manusia, maka harus lebiih di kongkritkan lagi secara objektif, sehingga
mamudahkannya dalam menjabarkannya dalam tingkah laku, misalnya
kepatuhan dalam norma hukum, norma agama, norma adat istiadat dll.
B. ETIKA PANCASILA
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas masalah baik dan
buruk.
Ranah pembahasannya meliputi kajian praktis dan refleksi filsafati atas
moralitas secara normatif. Kajian praktis menyentuh moralitas sebaga
i perbuatan sadar yang dilakukan dan didasarkan pada norma-norma
masyarakat yang mengatur perbuatan baik (susila) dan buruk
(asusila). Adapun refleksi filsafati mengajarkan bagaimana tentang moral
filsafat mengajarkan bagaimana tentang moral tersebut dapat dijawab secara
rasional dan bertanggungjawab.
Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945
alinea keempat. Dalam
penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa pokok-
pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan,
keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan
beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Dan menurut TAP
MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum.
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu-
satunya sumber nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut
diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian,
persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan
satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat
pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia.
oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak
boleh bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia
yang tinggal di wilayah nusantara.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 10


Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika
memahami Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi
filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segi-
segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segisegi fenomenalnya saja,
tanpa menyentuh inti hakikinya.
Pancasila merupakan hasil
kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama,
tanpa membedakan antara penganut agama mayoritas maupun minoritas.
Selain itu juga tidak membedakan unsur lain seperti gender, budaya, d
an daerah.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas
humanism, karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa
saka. Sekalipun Pancasila memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja
dapat dengan mudah diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak
pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan disahkan
menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap
moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas bangsa Indonesia
dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya
bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila
dapat ditemukan dalam sila-silanya.
Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai
yang terpadu
berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apabi
la kita memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945, yang pada hakikatnya adalah nilai-nilai Pancasila.
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-
pokok kaidah Negara yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula
konsep-konsep sebagai sebagai berikut:
1. Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan Negara, asas politik
Negara (Negara Republik Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan Negara
asas kerohanian Negara (Pancasila).
2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu ..
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu undang-
undang dasar Negara Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya sumber
hukum.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 11


Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempuny
ai hakikat dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti
dengna jalan hukum apapun tidak mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung
Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai dasar yang fundamental, maka
Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila tidak dapat
diubah secara hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945.

Tataran nilai yang terkandung dalam Pancasila


sesuai dengan system nilai
dalam kehidupan manusia. Secara teoritis nilai-
nilai Pancasila dapat dirinci menurut jenjang dan jenisnya.

1. Menurut jenjangnya sebagai berikut:


~ Nilai Religius ;
Nilai ini menempati nilai yang tertinggi dan melekat / dimiliki Tuhan Yang
Maha Esa yaitu nilai yang Maha Agung, Maha Suci, Absolud yang tercermin
pada Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
~ Nilai Spiritual ;
Nilai ini melekat pada manusia, yaitu budi pekerti, perangai, kemanusiaan
dan kerohanian yang tercermin pada sila kedua Pancasila yaitu
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
~ Nilai Vitalitas ;
Nilai ini melekat pada semua makhluk hidup, yaitu mengenai daya hidup,
kekuatan hidup dan pertahanan hidup semua makhluk. Nilai ini tercermin
pada sila ketiga dan keempat dalam Pancasila yaitu
Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
~ Nilai Moral ;
Nilai ini melekat pada prilaku hidup semua manusia, seperti asusila, perangai,
akhlak, budi pekerti, tata adab, sopan santun, yang tercermin pada sila kedua
Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan Beradab.
~ Nilai Materil;
Nilai ini melekat pada semua benda-benda dunia. Yang wujudnya yaitu
jasmani, badani, lahiriah, dan kongkrit. Yang tercermin dalam sila keli
ma Pancasila yakni Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 12


2. Menurut jenisnya sebagai berikut:
~ Nilai Ilahiah
Nilai yang dimiliki Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat
pada manusia yaitu berwujud harapan, janji, keyakinan, kepercayaan,
persaudaraan, persahabatan.
~ Nilai Etis
Nilai yang dimiliki dan melekat pada manusia, yaitu berwujud keberanian,
kesabaran, rendah hati, murah hati, suka menolong, kesopanan, keramahan.
~ Nilai Estetis
Nilai yang melekat pada semua makhluk duniawi, yaitu berupa keindahan,
seni, kesahduan, keelokan, keharmonisan.
~ Nilai Intelek
Nilai yang melekat pada makhluk manusia, berwujud ilmiah, rasional,
logis, analisis, akaliah. Selanjutnya secara konsepsional nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila terdiri dari nilai dasar, nilai instrumental, nilai
praksis.
~ Nilai dasar
Merupakan prinsip yang bersifat sangat Abstrak, umum-universal dan tidak
terikat oleh ruang dan waktu. Dengan kandungan kebenaran bagaika
n Aksioma, berkenaan dengan eksistensi, sesuai cita-
cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya yang pada dasarnya tidak
berubah sepanjang zaman.
Nilai dasar Pancasila bersifat Abadi, Kekal, yang tidak dapat
berubah, wujudnya ialah sila-sila Pancasila : Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Juga dapat ditemukan dalam 4 alinea pembukaan UUD 1945 dan
pokokpokok pikiran yaitu;
Dalam pembukaan UUD 1945 :
Alinia 1= mencerminkan keyakinan kemerdekaan ialah hak segala
bangsa, perikemanusian dan perikeadilan. Konsekuensi logisnya adalah
penghapusan penjajahan diatas muka bumi.
~ Nilai Instrumental :
Berupa penjabaran nilai dasar, yaitu arahan kinerja untuk kurun waktu
tertentu
dan kondisi tertentu. Sifat kontektual, harus disesuaikan dengan tuntuta

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 13


n jaman. Nilai Instrumental berupa
kebijakan, strategi, system, rencana, program dan proyek.
Pelaksanaan umum dari nilai dasar, biasanya dari wujud norma sosial
ataupun norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga- lembaga yang bersifat
dinamik. Menjabarkan nilai dasar yang umum kedalam wujud
kongkrit, sehingga dapat sesuai dengan perkembangan jaman, merupaka
n semacam tafsir politik terhadap nilai dasar umum tersebut.
Nilai instrummental terpengaruh oleh waktu, keadaan, dan
tempat, sehingga sifat dinamis, berubah, berkembang, dan
enovatif. Kontektualisasi nilai dasar
harus dijabarkan secara kreatif dan dinamik kedalam nilai instrumental
penjabaran nilai dasar terwujud ke dalam:
TAP MPR, PROPENAS UNDANG-UNDANG, DAN PERATURAN
PELAKSANAAN.
~ Nilai Praksis
Nilai yang dilaksanakan dalam kenyataan hidup sehari-hari, istilah PRAKSIS
tidak seluruhnya sama maknanya dengan istilah PRAKTEK. Praksis haru
s selalu Pased on Values, sedangkan Praktek bisa bersifat Value Free, maka
secara hierarkhis praksisi berada dibawah nilai instrumental dan menjabarkan
nilai instrumental tersebut secara taat asas (konsisten).
Merupakan interaksi antara nilai instrumental dengan situasi kongkrit
padatempat dan waktu tertentu.juga merupakan gelanggang pertarungan
antara idealisme dengan realitas, yang tidak dapat sepenuhnya kita kuasai,
ada kalanya justru kondisi objektif itu yang jauh lebih kuat dari nilai praksis
berupa nilai
yang sebenarnya kita laksanakan dalam kehidupan kenyataan sehari-hari,
contohnya = memelihara persahabatan.
Berbagai wujud penerapan Pancasila dalam kenyataan sehari-
hari, baik oleh
para penyelenggara Negara maupun oleh masyarakat Indonesia sendi
ri, misalnya dalam kerukunan hidup beragama, praksisnya: silahturahmi
antar umat beragama, melakukan dialog antar umat beragama, toleransi dan
saling menghormati.antar umat beragama.

Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika tercermin dalam sila-silanya, yaitu:

a. Sila pertama: menghormati setiap orang atau warga negara atas


berbagaikebebasannya dalam menganut agama dan kepercayaannya masing-

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 14


masing, serta menjadikan ajaran-
ajaran sebagai anutan untuk menuntun ataupun mengarahkan jalan
hidupnya.
b. Silakedua: menghormati setiap orang dan warga negara sebagai pri
badi (personal) utuh sebagai manusia, manusia sebagai
subjek pendukung, penyangga, pengemban, serta pengelola hak-hak dasar
kodrati yang merupakan suatu keutuhan dengan eksistensi dirinya secara
bermartabat.
c. Silaketiga: bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segme
ntasi- segmentasi atau primordialisme sempit dengan jiwa dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika-bersatu dalam perbedaan dan berbeda dalam
persatuan.
d. Sila keempat: kebebasan, kemerdekaan, dan kebersamaan dimiliki dan
dikembangkan dengan dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan
secara jujur dan terbuka dalam menata berbagai aspek kehidupan.
e. Silakelima: membina dan mengembangkan masyarakat yang berkea
dilan sosial yang mencakup kesamaan derajat (equality) dan pemerataan
(equity) bagi setiap orang atau setiap warga negara.

Sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan integral dan


integrative menjadikan dirinya sebagai sebagai referensi kritik sosial
kritis, komprehensif, serta sekaligus evaluatif bagi etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa ataupun bernegara. Konsekuensi dan implikasinya
ialah bahwa norma etis yang mencerminkan satu sila akan mendasari dan
mengarahkan sila-sila lain.

Etika Kehidupan Berbangsa (Tap MPR No 01/MPR/2001)

a. Tanda-tanda mundurnya pelaksanaan etika berbangsa


1) Konflik sosial berkepanjangan
2) Berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam kehidupan sosial
3) Melemahnya kejujuran dan sikap amanah
4) Pengabaian ketentuan hukum dan peraturan
b. Faktor-faktor penyebab mundurnya pelaksanaan etika
1) Faktor internal :
~ Lemahnya penghayatan dan pengamalan agama
~ Sentralisasi di masa lalu
~ Tidak berkembangnya pemahaman/penghargaan kebinekaan
~ Ketidakadilan ekonomi

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 15


~ Keteladanan tokoh/pemimpin yang kurang
~ Penegakan hukum yang tidak optimal
~ Keterbatasan budaya lokal merespon pengaruh dari luar
~ Meningkatnya prostitusi, media pornografi, perjudian dan narkoba
2) Faktor Eksternal :
~ Pengaruh globalisasi
~ Intervensi kekuatan global dalam panutan kebijakan nasional
c. Pokok-Pokok Etika Berbangsa
1) Etika sosial budaya
2) Etika politik pemerintahan
3) Etika ekonomi dan bisnis
4) Etika penegakan hukum
5) Etika keilmuan
6) Etika lingkungan
d. Good Governance Sebagai Etika Pemerintahan
1) Partisipasi
2) Aturan Hukum (rule of law)
3) Transparansi
4) Daya tanggap (responsiveness)
5) Berorientasi konsensus (Consensus Orientation)
6) Berkeadilan (Equity)
7) Akuntabilitas (Accountability)
8) Bervisi strategis (Strategic vision)
9) Efektifitas dan efisiensi
10) Saling keterkaitan (interrelated)
e. Strategi/pendekatan peningkatan etika
1) Pendekatan larangan (Dont Approach)
2) Pendekatan Untung-rugi (Cost Benefit Approach)
3) Pendekatan sistem (system approach)
4) Pendekatan kerjakan (Do Approach)
C. PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA
Pakar etika politik Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa Pancasila
dicetuskan sebagai solusi dalam menghadapi berbagai masalah bangsa yang
tersirat dalam lima sila di dalamnya.
Pancasila yang dirumuskan oleh tokoh-tokoh besar pendiri bangsa ini
merupakan pedoman yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi problem
atau permasalahan bangsa. Masing-masing sila memiliki makna khusus yang
sejatinya merupakan solusi pemecahan masalah bangsa ini.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 16


Pancasila yang lebih kita kenal sebagai ideologi dan dasar negara. Dimana
di dalam butir-butir Pancasila terdapat nilai-nilai yang sangat penting bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun, nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila dinilai belum diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. sehingga di era reformasi ini masih banyak rakyat Indonesia yang
belum dapat merasakan makna Pancasila yang sebenarnya, yaitu menjunjung
tinggi rasa keadilan, persatuan, kesatuan dan mensejahterakan rakyat.
Kemiskinan, pendidikan yang mahal, keadilan yang diperjual-belikan,
korupsi yang merajalela serta tidak adanya kebebasan memeluk agama
merupakan sedikit polemik yang dihadapi rakyat pada saat sekarang ini.
Banyak kesan yang didapat rakyat dari masalah-masalah tersebut, namun
mereka tidak sanggup untuk mengungapkannya. Sehingga seolah-olah rakyat
tidak dapat merasakan adanya Pancasila.
Pancasila lebih sering kita dengar di dalam upacara bendera, dan
dijadikan syarat pokok yang tidak boleh terlupakan didalam pelaksanaan
upacara bendera. Dimana dapat kita sadari bahwa Pancasila tersebut
Mengandung nilai-nilai penting, yang apabila diimplementasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat mewujudkan sebuah Negara yang
berdaulat dan bermatabat, yaitu Negara yang menjunjung tinggi rasa keadilan,
persatuan dan kesatuan.
Banyak kasus-kasus pada saat ini yang bertitik tolak dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila seperti kasus mpok minah yang divonis 1,5
bulan kurungan dengan masa percobaan 3 bulan akibat mencuri tiga buah
kakao. Melihat dari kasus Mpok Minah tersebut teringat oleh kita salah satu
butir Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dimana
butir Pancasila tersebut Mengandung makna bahwa setiap warga Negara
mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum.
Tetapi bandingkan dengan kasus-kasus besar yang terjadi di Indonesia.
Seperti korupsi yang menjadi budaya di masyarakat kita. Birokrasi yang korup
yang menjadikan masyarakat kita terdidik secara tak langsung. Semua urusan
bisa lancar apabila ada uang suap. Masalah jeratan hukum bisa dibantu dan
direkayasa dengan bantuan uang.
Bukan hanya masalah hukum, terdapat berbagai macam permasalahan
dan persoalan lainnya. Merosotnya moral bangsa, kerusakan lingkungan,
kasus narkoba, dan sebagainya. Pancasila menjadi jalan keluar dalam
menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 17


a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar
mengandung makna bahwa Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang
tentu saja agama diakui di Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya sesuai
dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk memeluk
agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau
kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh
suburnya kehidupan beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni
saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung
makna bahwa setiap warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di
mata hukum, karena Indonesia berdasarkan atas Negara hukum. mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan
adab dan norma yang berlaku di masyarakat.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa
seluruh penduduk yang mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini
merupakan saudara, tanpa pernah membedakan suku, agama ras bahkan adat
istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia adalah satu yakni satu bangsa
Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap
pengambilan keputusan hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah
untuk mufakat, bukan hanya mementingkan segelintir golongan saja yang
pada akhirnya hanya akan menimbulkan anarkisme. tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan
putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama.
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia.
Mengandung maksud bahwa setiap penduduk Indonesia berhak
mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan amanat UUD 1945
dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap sesama,
menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata
bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi
kepentingan bersama menurut potensi masing-masing. Segala usaha

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 18


diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan
kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata. Penghidupan
disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan dalam hal
mengenyam pendidikan.

Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di


implikasikan di dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita
temukan di Negara kita namanya ketidak adilan, terorisme, koruptor serta
kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin semuanya norma-
norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga
tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila
menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 19


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu-
satunya sumber nilai yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut
diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian,
persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan
satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat pada
setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia. oleh
sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh
bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang
tinggal di wilayah nusantara.
Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika
memahami Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi filsafatnya,
maka yang ditangkap hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap
hanyalah segisegi fenomenalnya saja, tanpa menyentuh inti hakikinya.
Pancasila merupakan hasil
kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama,
tanpa membedakan antara penganut agama mayoritas maupun minoritas.
Selain itu juga tidak membedakan unsur lain seperti gender, budaya, dan
daerah.
Keberadaan Pancasila merupakan oase bangsa ini untuk tetap
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Indonesia Raya. Semangat
Pancasila yang menyakini bahwa keutuhan berbangsa dan bernegara merupakan
harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun, Pancasila juga memiliki
keluasan makna yang dalam jika dikaji dengan mendalam dan komprehensif.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila
dengan sila lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri.
B. SARAN
Kami hanya lah seorang warga atau rakyat biasa. Saran yang diberikan pun hanya
berupa saran sederhana sesuai pola pikir rakyat kecil. Di antara saran penulis
antara lain:

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 20


1. Hendaknya setiap warga negara lebih memahami makna yang terkandung
di dalam Pancasila
2. Sebagaimana kita ketahui bahwa Pancasila sebagai solusi problem bangsa.
Maka diharapkan elemen bangsa ini ikut berperan serta dalam pengoptimalan
Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila baiknya harus diaplikasikan di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 21


DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku

Djanarko, Indri, Modul Pancasila, Surabaya: Univ. Narotama

Rahmatullah, 2008, Modul Pendidikan Pancasila, Makasar: Univ. Hasanudin

Sapriya, 2012, Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI

Sapriya, 2012, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI

Online

daroelazis.blogspot.com/2013/03/penguatan-identitas-bangsa-dalam_4688.html?m=1

elib.unikom.ac.id/files/disk1/389/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-19403-4-(pertemu-k.pdf

file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Memahami_Pancasila%2C_Elly_Malihah/PANCASILA_SEBAGAI_ETIKA.pdf

ibelboyz.wordpress.com/2011/06/21/pancasila-menjadi-solusi-dalam-permasalahan-
bangsa-dan-negara/

metrotvnews.com/mobile-site/read/news/2013/06/03/158834/Romo-Franz-Pancasila-
Solusi-Masalah-Bangsa

rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2012/10/bab-4-pancasila-sebagai-etika-politik1.pdf

http://siswanto1994.blogspot.co.id/2014/11/pancasila-sebagai-suatu-sistem-etika.html
http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/pancasila-sebagai-sistem-etika-42332292

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Page 22

Anda mungkin juga menyukai