PERTAMINA EP PPGM
Bab-3
METODE STUDI
1.
Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan
terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
2.
Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang diperkirakan akan
terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
3.
Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya,
4.
Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek.
Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek,
serta
beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran
dampak.
Dengan cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi -lokasi calon
penerima
dampak dapat terukur/teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi
dapat
diprakirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur dan dicatat beserta
metode
pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut.
Sumber:Schmidtdanfergusson(1951)
12H
A
D
B
C
E
F
G
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jumlah
rata-rata
bulan
ke
ring
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2) Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat Sound LevelMeterdi
lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku
mutu tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah penelitian yaitu di tapak BS, GPF,
Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan dilakukan untuk memperbaiki
dan/atau merevisi peta lereng yang telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan
lereng di lapangan menggunakan abney level dan kompas ge ologi. Apabila belum ada
peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan data pokok dari Peta Rupa Bumi.
Dengan menggunakan Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, Peta Lereng Daerah Penelitian
Peta Kemiringan Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite (gridsystem).
tinggi (kontur)
. hitung panjang diagonal (L) dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N).
. Hitung dengan menggunakan rumus:
(N-1) x Ci
= ------------- x 100%
L
Catatan : = besar lereng (%)
N = jumlah kontur yang terpotong diagonal
Ci = kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala
1:25.000 dan 25 m untuk skala 1:50.000)
L = panjang diagonal (m)
Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing grid maka peta lereng
dapat
disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng tersebut. Hasil pemetaan kemudian dicek
di
lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi sampel, hasilnya kemudian
dianalisis untuk mengetahui klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian.
No Parameter
Metode Pengumpulan
Data Metode Analisis Data Keterangan
A
1.
1.a.
1.b.
1.c.
1.d.
Hidrologi/Air Permukaan
Karakteristik fisik
sungai
Pola alur sungai Berdasar peta rupa bumi
skala 1:25.000 dan
observasi cek lapangan
Pola drainase Observasi visual dari peta
rupa bumi skala 1:25.000
Dan interview serta data
sekunder aliran
Kerapatan drainase Pengukuran pada peta dari
peta rupa bumi skala
1:25.000
Kondisi dasar sungai Observasi visual lapangan
Analisis secara deskriptif
terhadap pola aliran sungai
(drentitik, paralel, trelis,
rektangular dll)
Obsrvasi dan analisis data
sekunder tentang keajegan
aliran sungai sepanjang
tahun.
Analisis Kerapatan
Drainase dengan rumus:
Dd= L / A
Dd= Kerapatan drainase
(km/km2)
L= Panjang seluruh alur
sungai (km)
A = Luas DAS (km2)
Deskriptif observasional
Dari pola alur sungai dapat
memberikan informasi tentang
struktur geologi dan jenis
batuan.
Nilai Dd dapat digunakan untuk
memberikan informasi tentang
kondisi pengatusan (drainage)
apakah pengatusannya : jelek,
sedang atau baik, dan
intensitas proses torehan
akibat erosi pada lokasi
tersebut
Dapat memberikan informasi
bagaimana sedimen transport
sungai tersebut.
No Parameter
Metode Pengumpulan
Data Metode Analisis Data Keterangan
1.e. Prakiraan ketinggian
muka air sungai
maksimum
Pengukuran dengan jalan
atau tongkat berskala di
lapangan, atau tanaya
kepada penduduk
setempat
Deskriptif observasional
1.f. Kedalaman sungai
rata rata
Pengukuran dengan jalan
atau tongkat berskala di
lapangan
Deskriptif observasional
1.h. Lebar sungai ratarata
Pengukuran dengan pita
ukur di lapangan
1.i. Kemiringan dinding
sungai
Pengukuran dengan abney
levelatau kompasgeologi
Visual dan deskriptif
1.j. Kondisi banjir Data sekunder Deskripsif observasional Data yang dikumpulkan
antara
lain, periodisasi banjir, lokasilokasi
banjir, luasan area
banjir
2 Debit/Discharge
Sungai
Data sekunder
Dan data primer
Matematik
Q = V * A
Data debit dekade, bulanan,
tahunan
3. Debit aliran
permukan
Metode rasional
Data primer
Matematik
R = 0,028C.I.A
(m3/dt)
Butuh data hujan, luas daerah
dan data penutup lahan
4. Kualitas air
permukaan *)
Menerapkan Standard
MethodsforThe
ExaminationofWaterand
WastesWater,APHA,edisi
ke20,tahun200.Baku
Mutu Air yang akan
dipergunakan adalah PP
No. 82 tahun 2001.
Menerapkan National
SanitationFoundations
WaterQualityIndex(NSF-
WQI),(Ott,1998).
Pengukuran parameter fisik
seperti suhu, pH, TDS, DO dan
DHL dilakukan langsung di
lapangan (insitu
measurement)
5. Tingkat erosi Observasi visual, peta rupa
bumi, kemiringan dan
panjang lereng, sifat fisik
tanah, data hujan
USLE Method
A = R.K.L.C.P (ton/ha/th)
Pengukuran parameter erosi
dilakukan di lapangan dan
analisis laboratorium
No Parameter
Metode Pengumpulan
Data Metode Analisis Data Keterangan
6. Kondisi fisik daerah
resapan
6.a. Topografi Observasi visual dan
pengukuran langsung di
lapangan dan peta rupa
bumi
Analisis morfologi (kaitan
lereng dengan relief)
Data ini didapatkan pada
survei komponen fisiografi
6.b. Air larian permukaan
(runoff)
Observasi visual dan
pengukuran luas DAS pada
peta dengan planimeter
Persamaan empiris dengan
rumus Q = 0,028.C.I.A.
(Rationalequation)
Lokasi dimana terjadi
pembukaan lahan (tapak
sumur, jalur pipa dll.
B. Tingkat penyediaan
dan kebutuhan/
pemanfaatan air
Data sekunder Perhitungan tingkat
kebutuhan/pemanfaatan
air dihitung berdasarkan
rata-rata penggunaan
volume air per satuan luas
lahan untuk pertanian,
rata-rata penggunaan air
untuk industri, dan ratarata
penggunaan air untuk
kegiatan lainnya
pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-parameter kualitas air tanah yang
No. Parameter
1 Antimony
2 Air raksa (Hg)
3 Arsenic (As)
4 Barium (Ba)
5 Boron (Bo)
6 Cadmium (Cd)
7 Kromium (Cr)
8 Tembaga (Cu)
9 Sianida (CN)
10 Fluorida (F)
11 Timah (Pb)
12 Nikel (Ni)
13 Nitrat (NO 3)
14 Nitrit (NO2)
15 Selenium (Se)
16 Amonia (NH3)
17 Alumunium (Al)
18 Klorida (Cl)19
Tembaga (Cu)
20 Kesadahan (Ca CO 3)
21 Hidrogen Sulfida (H2S)
22 Besi (Fe)
23 Mangan (Mn)
24 pH
25 Sodium (Na)
26 Sulfat (SO4)
27 TDS
28 Seng (Zn)
29 Kekeruhan
30 E. Coli
31 Fecal coli
32 Suhu
33 Total zat padat terlarut (TDS)
sungai terdekat yang terpengaruh oleh kegiatan di BS, GPF , Kilang LNG, sumur dan
jalur pipa
dan sekitarnya. Parameter-parameter kualitas air permukaan yang akan diukur
disajikan
pada tabel berikut.
No. Parameter
1 pH
2 DO
3 Kekeruhan
4 DHL
5 BOD
6 COD
7 Total fosfat sebagai P
8 NO3
9 NH3
10 Kobalt (Co)
11 Barium (Ba)
12 Boron (Bo)
13 Kadmium (Cd)
14 Khrom (VI)
15 Tembaga (Cu)
16 Besi (Fe)
17 Timbal (Pb)
18 Mangan (Mn)
19 Air Raksa (Hg)
20 Seng (Zn)
21 Khlorida (Cl)
22 Sianida (CN)
23 Fluor ida (F)
24 Nitrit (NO 2)
25 Sulfat (SO 4)
26 Khlorin bebas
27 Belerang sbg H 2S
28 Minyak dan Lemak
29 Detergen
30 Residu Terlarut
31 Residu Tersuspensi
32 Total Coliform
33 Fecal Coliform
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-14
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-15
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang
diprakirakan akan terkena dampak kegiatan proyek. Penetapan lokasi ini juga
mempertimbangkan:
1. Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah resapan,
2. Arah aliran sungai,
3. Arah aliran air tanah.
Pengambilan sampel air tanah akan dilakukan pada 10 titik/lokasi yang didasarkan
pada
perbedaan jenis tanah dan pertimbangan lain, yaitu kemungkinan sebidang tanah
tercemar
oleh limbah pemboran, sedangkan sampel air sungai akan diambil di 6 lokasi. Titik-
titik
lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Peta Lokasi Pengambilan Sampel
(Gambar 3.3), sedangkan justifikasi penentuan lokasi tersebut diuraikan sebagai
berikut:
. Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sekitar tapak proyek
Pengukuran debit sungai dilakukan pada muara-muara sungai-sungai minor yang
mensuplai air dan sedimen ke dalam Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS, Kilang
LNG,
sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Debit memiliki hubungan erat dengan jumlah
sedimen
yang dibawanya. Dengan mengetahui besarnya debit aliran maka dapat diperkirakan
besarnya beban debit dari sungai tersebut, sehingga dapat diprakirakan pasokan
debit ke
daerah hilir yang memungkinkan dapat terjadinya banjir.
Hal ini penting dilakukan karena diperkirakan selama pekerjaan proyek, erosi akan
semakin besar sehingga sedimen yang terbawa oleh air akan semakin banyak dan beban
sedimen yang masuk kedalam sungai-sungai itu akan semakin besar.
. Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sepanjang jalur pipa
Pengukuran debit sungai ditujukan untuk mengetahui volume air sungai yang tersedia
sepanjang tahun. Lokasi pengukuran dilakukan pada upstream dan downstream sungai.
Tujuan utama pengukuran ini untuk mengetahui jumlah volume air in reservoir (Qin
Qout), sehingga prediksi akibat pengambilan air sungai ini serta perkiraan volume
air
yang boleh diambil dapat dilakukan. Sungai-sungai yang akan diambil debitnya adalah
untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi
utama
pengambilan sampel air sungai dilakukan pada Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS,
Kilang LNG, sumur dan jalur pipa. Lokasi sampling ditetapkan pada posisi hulu,
tengah
dan hilir sungai sehingga kondisi kualitas alamiah air sungai dan interaksinya
dengan tata
guna air sekitar dapat diketahui.
. Justifikasi lokasi sampling kualitas air tanah
Lokasi sampling kualitas airtanah ditetapkan sedemikian rupa dengan tujuan utama
untuk
mengetahui kondisi kualitas airtanah dangkal sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi
utama
pengambilan sampel air tanah adalah di area rencana GPF, BS, Kilang LNG, sumur dan
jalur pipa. Di area rencana tapak proyek lokasi sampling ditentukan dengan
menggunakan
prinsip purposive sampling yang mewakili kondisi daerah upstream dan downstream
aliran
airtanah. Tujuannya agar perubahan kualitas dari daerah upstream ke downstream
dapat
termonitor, sehingga diketahui pengaruh lingkungan saat ini terhadap perubahan
kondisi
kualitas airtanah dangkal sebelum proyek. Pada lokasi-lokasi sepanjang pipa, tujuan
utamanya adalah mengetahui kondisi awal kualitas airtanah di daerah ini sebelum
keberadaan pipa penyalur gas.
b. Metode analisis data
Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan metode
seperti
yang diuraikan dalam Tabel 3.8.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-17
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.8. Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi Metode
Pengujian Kualitas Air
No Parameter Teknik Pengujian
Spesifikasi
MetodePengujian
1 Amonium Spektrofotometri dengan Nessler SNI 06-2479-1991
2 Besi Spektrometri serapan atom SNI 06-2523-1991
3 BOD Inkubasi Winkler SNI 06-2503-1991
4 COD Refluk secara tertutup SNI 06-2504-1991
5 Fenol Spektrofotometri dengan aminoantipirin SNI 19-1656-1989
6 Krom Spektrometri serapan atom SNI 06-2511-1991
7 Kadmium Spektrometri serapan atom SIN-06-2465-1991
8 Minyak dan lemak Ekstraksi dengan petroleum eter SNI 19-1660-1989
9 Nitrat Spektrofotometri dengan brusin sulfat SNI 06-2480-1991
10 Nitrit Spektrofotometri dengan Asam sulfanilat SNI 06-2484-1991
11 Perak Spektrometri serapan atom SNI 06-4162-1996
12 Sulfida Spektrofotometri dengan para aminodimetil anilin SNI 19-1664-1989
13 Sianida Titrimetri dan kolorimetri SNI 19-1504-1989
14 Seng Spektrometri serapan atom SNI 06-2507-1991
Sumber : Kepmen LH No. 37 tahun 2003
Berikut ini disajikan persamaan-persamaan matematik untuk menghitung besar data
debit,
sedimen transport total dan erosi dari metode analisis data hidrologi, suspensi dan
parameter
erosi.
1. Pengukuran debit sungai dan debit aliran permukaan
a. Pengukuran langsung lapangan
Data debit, terutama diperoleh dari data sekunder dari instansi terkait (Bappeda
Kabupaten Banggai (2006) yang telah ada dengan pencatatan data jangka panjang,
sedangkan data pengukuran debit secara langsung dilakukan untuk ceking kondisi
debit tetapi sifatnya hanya debit sesaat.
Pengukuran debit sungai dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Lebar sungai di lokasi pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
2) Masing-masing seksi diukur kedalaman airnya, kemudian diukur kecepatan aliran
air sungai pada kedalaman tertentu (0,2 dan 0,8 dari kedalaman air sungai) dengan
current meter, dan selanjutnya dihitung luas penampang masing-masing seksi.
3) Debit sungai dihitung dengan mengkalikan kecepatan aliran dengan luas
penampang masing-masing seksi.
4) Debit total air sungai adalah jumlah seluruh debit masing-masing seksi dalam
penampang sungai tersebut, dengan rumus sebagai berikut:
Catatan :Qw = debit total sungai (m3/detik)
Q = debit masing-masing seksi penampang sungai (m3/detik)
n = banyaknya seksi pengukuran
..
.
n
q
Qw Qn
1
PT. PERTAMINA EP PPGM PT. PERTAMINA EP PPGM
b. RationalMethod
Perhitungan debit aliran permukan dengan menggunakan rumus rasional (empiris)
sebagai berikut:
R = 0,028C.I.A
Sumber:SitanalaArsyad,1989
(USLE)yaitu:
E = R.K.L.S.C.P
3.1.1.4. Hidro-oseanografi
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data lingkungan dilakukan melalui pemetikan data primer dan pengumpulan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan di perairan laut di sekitar sumur
lepas
pantai di sekitar dermaga dalam kompleks kilang LNG dengan pengambilan sampel yang
kemudian diuji di laboratorium atau pengukuran langsung. Parameter hidro-
oseanografi yang
diukur/diamati meliputi:
a. Batimetri
Data hidrometri diperoleh dari data sekunder berupa peta yang dikeluarkan DISHIDROS
c.
Arus
Data arus didasarkan pada data sekunder DISHIDROS dan dari studi terdahulu. Selama
pengambilan sampel juga dilakukan pengukuran arus di lokasi pengambilan sampel
selama minimal tiga hari. Pengukuran dilakukan dengan current meter pada kedalaman
0,2; 0,6 dan 0,8 kali kedalaman untuk mendapatkan arah dan kecepatan rata-rata
sesaat.
Data arus diperlukan untuk memperkirakan kegiatan konstruksi pembangunan dermaga
dan pemboran sumur lepas pantai.
d.
Gelombang
Sama halnya dengan data arus, data gelombang juga didasarkan pada data sekunder
dari
kajian-kajian yang pernah dilakukan di sekitar lokasi.
e.
Temperatur air
Parameter temperatur air diukur pada saat pengambilan sampel dengan termome ter
lapangan. Untuk mendapatkan keadaan temperatur dalam rentang waktu yang lebih
panjang, data sekunder hasil pengukuran/studi yang lampau akan digunakan.
f.
Kualitas air laut
Untuk mengetahui kualitas air laut di lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air laut. Evaluasi kualitas air laut berpedoman pada Keputusan
MENLH
No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran I untuk Perairan Pelabuhan.
Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sekitar lokasi
rencana
pembangunan dermaga. Parameter-parameter kualitas air laut yang akan diukur
disajikan
pada Tabel 3.9.
g. Salinitas
Salinitas pada saat pengambilan sampel diukur dengan salinometer. Sedangkan variasi
salinitas dalam jangka panjang akan didasarkan pada kajian data sekunder.
Selain itu juga dilakukan penyelaman untuk mencek keadaan dasar laut.
Tabel 3.9. Parameter Kualitas Air Laut untuk Perairan Pelabuhan
(sesuai dengan KEPMENLH No. 51 Tahun 2004)
No. Parameter
1 Kecerahan
2 Padatan tersuspensi total
3 Suhu
4 Ph
5 Salinitas
6 Amonia total (NH3)
7 Sulfida (H2S)
8 Hidrokarbon total
9 Senyawa Fenol total
10 PCB (poliklor bifenil)
11 Surfaktan (Deterjen)
12 Minyak dan lemak
13 Suhu
14 Cadmium (Cd)
15 Tembaga (Cu)
16 Timbal (Pb)
17 Seng (Zn)
18 Coliform (total)
19 Kekeruhan
20 BOD5
21 DO
Lokasi pengumpulan data meliputi zona pantai, yaitu kurang lebih 2 km ke arah kanan
Tabel 3.10.
Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Hidro-Oseanografi
Dinamika proses sedimentasi sepanjang pantai sangat tergantung dengan dinamika air
laut
dekat pantai. Dinamika air laut maupun gelombang pecah (surf)berpengaruh pada
dinamika
morfologi pantai terutama dalam proses erosi dan sedimentasi pantai. Dinamika air
laut
dapat didekati dengan dengan menggunakan formula tentang skala faktor pecah
gelombang
(surf scaling factor) oleh Guza dan Bowen, 1975 (dalam Pethick, 1984) dan koefisien
pecah
gelombang (wave breaker coefficient) menurut Galvin, 1968, 1972 (dalam Pethick,
1984)
seba gai berikut.
factor ).
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-23
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.11. Perbandingan Koefisien Pecah Gelombang dan
Faktor Skala Pecah Gelombang
Pengarang Teori Rumus
Transisi Tipe Pecah Gelombang
Surging ke
plunging
Plunging ke
spiling
Galvin, 1968,
1972
Guza and
Bowen, 1975
Koefisien Pecah
Gelombang (Breaker
coefficient)
Faktor Skala Pecah
Gelombang (Surf
scaling factor)
..
.
..
.
. 2
b
b g.s.T
H
B
..
.
..
.
.
g.Ttan
e a.2p2
0,003
2.5
0.068
33
Source: Pethick, 1984
3.1.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah
1) Tata Ruang
a. Metode pengumpulan data
Dua pendekatan akan digunakan dalam studi tata ruang ini, yaitu :
1) Kajian data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini adalah pengumpulan berbagai peta
yang memuat data tata ruang wilayah studi yaitu wilayah Kecamatan Batui, Toili dan
Toili Barat (Kabupaten Banggai). Dalam metode ini akan dikaji keberadaan rencana
tata ruang yang ada. Lebih lanjut akan dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan
2) Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, dan rencana tata guna lahan
dianalisis secara deskriptif untuk men getahui persebaran, kepadatan dan pola
penggunaan lahan di masing-masing fungsi ruang.
2) Tanah
Pengamatan dilakukan dengan interval waktu tiap 15 (lima belas) menitan yang
mencakup periode waktu jam sibuk. Prakiraan jam sibuk didasarkan pada kondisi tata
guna lahan di sekitar jalan/simpang yang akan diamati. Dari hasil observasi awal di
Tipe
Jalan
Kelas
hambatan
Lebar Bahu efektif Ws
0,5 m 1,0 m 1,5 m 2,0 m
V L 0 , 9 6 0 , 9 8 1 , 0 1 1 , 0 3
4 / 2 D
L
M
0 , 9 4
0 , 9 2
0 , 9 7
0 , 9 5
1 , 0 0
0 , 9 8
1 , 0 2
1 , 0 0
H 0 , 8 8 0 , 9 2 0 , 9 5 0 , 9 8
V H 0 , 8 4 0 , 8 8 0 , 9 2 0 , 9 6
V L 0 , 9 6 0 , 9 9 1 , 0 1 1 , 0 3
L 0 , 9 4 0 , 9 7 1 , 0 0 1 , 0 2
4 / 2 U D M 0 , 9 2 0 , 9 5 0 , 9 8 1 , 0 0
H 0 , 8 7 0 , 9 1 0 , 9 4 0 , 9 8
V H 0 , 8 0 0 , 8 6 0 , 9 0 0 , 9 5
V L 0 , 9 4 0 , 9 6 0 , 9 9 1 , 0 1
L 0 , 9 2 0 , 9 4 0 , 9 7 1 , 0 0
2 / 2 U D a t a u
J a la n se a r a h M 0 , 8 9 0 , 9 2 0 , 9 5 0 , 9 8
H 0 , 8 2 0 , 8 6 0 , 9 0 0 , 9 5
V H 0 , 7 3 0 , 7 9 0 , 8 5 0 , 9 1
Tipe
Jalan
Kelas
hambatan
Lebar Bahu efektif Ws
0,5 m 1,0 m 1,5 m 2,0 m
V L 0 , 9 5 0 , 9 7 0 , 9 9 1 , 0 1
L 0 , 9 4 0 , 9 6 0 , 9 8 1 , 0 0
4 / 2 D M 0 , 9 1 0 , 9 3 0 , 9 5 0 , 9 8
H 0 , 8 6 0 , 8 9 0 , 9 2 0 , 9 5
V H 0 , 8 1 0 , 8 5 0 , 8 8 0 , 9 2
V L 0 , 9 5 0 , 9 7 0 , 9 9 1 , 0 1
L 0 , 9 3 0 , 9 5 0 , 9 7 1 , 0 0
4 / 2 U D M 0 , 9 0 0 , 9 2 0 , 9 5 0 , 9 7
H 0 , 8 4 0 , 8 7 0 , 9 0 0 , 9 3
V H 0 , 7 7 0 , 8 1 0 , 8 5 0 , 9 0
V L 0 , 9 3 0 , 9 5 0 , 9 7 0 , 9 9
2 / 2 U D a t a u
J a la n se a r a h
L
M
0 , 9 0
0 , 8 6
0 , 9 2
0 , 8 8
0 , 9 5
0 , 9 1
0 , 9 7
0 , 9 4
H 0 , 7 8 0 , 8 1 0 , 8 4 0 , 8 8
V H 0 , 6 8 0 , 7 2 0 , 7 7 0 , 8 2
yang ada saat ini dan kondisi setelah ada perubahan kondisi arus lalulintas
berdasarkan perbandingan antara volume kendaraan yang lewat (V) dibandingkan
kapasitas ruas jalan (C).
DS = V/C
dengan:
DS : Degree of Saturation (derajat kejenuhan)
V : Volume (smp/jam)
C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam)
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-29
PT. PERTAMINA EP - PPGM
. Simpang Tidak Bersinyal
Berdasarkan pedoman dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, kapasitas
persimpangan untuk simpang tidak bersinyal dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut:
C = Co x Fw x FM x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI
dengan:
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
Fw = Faktor penyesuaian lebar masuk
FM = Faktor penyesuaian median jalan utama
FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor
FRT = Faktor penyesuaian belok kanan
FLT = Faktor penyesuaian belok kiri
FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
. Kinerja Simpang Tak Bersinyal
Kinerja simpang tidak bersinyal ditentukan berdasarkan nilai tundaan lalulintas
yang
terjadi (DT) terjadi sebagai berikut :
- Tundaan Lalulintas ( DT )
DT = c x A + (NQ1 x 3600) / c
Keterangan :
DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)
A = 0,5 x (1- GR)2 / (1-GR x DS)
- Tundaan Geometri (DG)
DGj = (1-Psv) x Pt x 6 (Psv x 4)
Keterangan :
DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat j (detik/smp)
Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat j =min (NS,1)
Pt = Rasio kendaraan berbelok pada sutau pendekat.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-30
PT. PERTAMINA EP - PPGM
- Tundaan rata-rata (D)
D = DT + DG
Keterangan :
DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)
DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat j (detik /smp)
. Identifikasi Daerah Rawan Kecelakaan
Untuk mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan dengan area pengamatan sepanjang
1 km, maka digunakan rumus sebagai berikut:
JKRi x 106
TKRi = ---------------
KLi x 365
3.1.2. Komponen Biologi
Komponen biologi yang diamati meliputi:
1) Biota air tawar
2) Biota air laut
3) Vegetasi alami dan budidaya
4) Satwa liar
3.1.2.1. Biota Air Tawar
Pengamatan biota sungai dilakukan di 25 (dua puluh lima) lokasi perairan di sekitar
rencana
tapak proyek sesuai dengan lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan. Dasar
pengambilan sampel adalah media hidup biota sungai berada di sekitar tapak proyek
sehingga
apabila kegiatan berlangsung diprakirakan dapat berpengaruh terhadap biota sungai.
Biota
sungai yang akan ditelaah meliputi plankton, benthos, dan ikan. Adapun parameter
yang diukur
meliputi, kelimpahan dan indek keanekaragaman untuk kelompok plankton dan benthos;
dan
kekayaan jenis untuk ikan.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-31
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.2.1.1. Plankton
1) Metode pengumpulan data
Plankton diambil dengan menggunakan plankton net, mengingat air yang berada di
sungai
dan laut cukup dinamis, maka jumlah air yang disampling dan disaring dengan
plankton net
sebanyak 100 liter dan dipekatkan dalam botol plakton 10 ml dan diawetkan dengan
larutan
formalin 4%, untuk dilakukan pengamatan di laboratorium. Plankton akan dipisahkan
menjadi kelompok fitoplankton dan zooplankton, untuk diketahui keanekaragaman jenis
dan
kelimpahannya. Determinasi plankton menggunakan kunci determinasi yang dibuat oleh
Shirota (1966), Needham (1972), serta Ward and Whipple (1959).
2) Metode analisis data
Data plankton dianalisis untuk mengetahui densitas dan indeks diversitas. Densitas/
kerapatan plankton dihitung dengan rumus Welch (1948) dan untuk mengetahui indeks
keanekaragamannya, dengan indeks diversitas Shannon dan Weiner (Krebs, 1978).
Indeks
keanekaragaman ini digunakan untuk mengetahui kondisi perairan.
L
N .( a.1000) c
catatan : N = kerapatan plankton per liter
a = rerata cacah plankton dari semua hitungan dalam SRCC
(Sedgwick Rafter Counting Cell) dengan kapasitas 1 mm3
c = volume air saring (cc)
L = volume air asli yang disaring (liter)
Indeks Keanekaragaman : H = -.pi log pi
catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis
Kerapatan Plankton:
PT. PERTAMINA EP PPGM PT. PERTAMINA EP PPGM
3.1.2.1.2. Benthos
1) Metode pengumpulan data
Sampel yang akan dicuplik dilakukan secara purposive random sampling dari perairan
di
sekitar rencana kegiatan dengan menggunakan Eikman grap, dengan mengikuti prosedur
standar. Benthos yang telah diambil dari badan air, selanjutnya dipisahkan dari
tanah
dengan cara menyaringnya agar bebas dari kotoran dan lumpur atau pasir. Setelah
benthos
dipisahkan dari tanah, selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik atau botol
koleksi
serta diberi pewarnaan terlebih dahulu menggunakan easin atau lugol dan diawetkan
dengan formalin 4% untuk diidentifikasikan di laboratorium.
2)
Metode analisis data
Analisis data benthos dilakukan dengan menelaah kelimpahan dan indeks
keanekaragaman
menggunakan indeks diversitas Shannon-Wiener.
3.1.2.1.3. Nekton
1)
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ikan, udang dll didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil
tangkapan pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan
masyarakat setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan
Kabupaten
Banggai.
2)
Metode analisis data
Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
Pengumpulan data ikan didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan
pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat
setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banggai.
Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
dilakukan dengan pengamatan langsung (dengan bantuan teropong binokuler) dan tidak
langsung (jejak, kotoran, bagian tubuh yang ditinggalkan, wawancara) dan atau
dengan
menggunakan data sekunder. Parameter yang akan ditelaah terdiri dari:
a) Kekayaan jenis
Untuk mengetahui kekayaan jenis satwa liar di lokasi kegiatan dan sekitarnya,
diperlukan pemahaman pengenalan jenis/spesies berdasarkan hasil identifikasi.
Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku identifikasi satwa liar:
mammal,
burung dan reptil.
b) Tingkat kelimpahan jenis
Tingkat kelimpahan jenis akan dibedakan menjadi banyak, sedang, dan sedikit.
2) Metode analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah adanya jenis-jenis
yang
dilindungi atau nilai lain bagi masyarakat sekitarnya.
PT. PERTAMINA EP PPGM PT. PERTAMINA EP PPGM
Tabel 3.19. Metode Sampling/Analisis Data dan Peralatan
Untuk Pengamatan Komponen Biologi
budaya dari adanya rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok. Selengkapnya
rencana pengambilan sampel komponen sosial disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.20. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Sosial
Komponen
Lingkungan/
Parameter
Lokasi Jumlah
Sampel Dasar Penentuan
1. Demografi
(kependudukan)
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
2. Sosial Ekonomi
.Kesempatan kerja
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
.Kesempatan
berusaha
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
50
responden
Umumnya kesempatan usaha banyak
berkembang di lokasi-lokasi strategis
.Pendapatan
penduduk
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
.Perekonomian
lokal
Kantor Kecamatan dan
Kantor Dispenda
Kabupaten
- Sumber data aktivitas ekonomi tingkat
kecamatan dan kabupaten
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-38
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.20. Lanjutan
Komponen
Lingkungan/
Parameter
Lokasi Jumlah
Sampel
Dasar Penentuan
3. Sosial Budaya
.Proses sosial
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
.Sikap dan persepsi
masyarakat
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
Parameter, metode pengumpulan dan analisis data demografi, sosial ekonomi dan
budaya
adalah sebagai berikut.
3.1.3.1. Demografi
Data kependudukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung kepada masyarakat yang diprakirakan terkena dampak kegiatan.
Data
sekunder diperoleh melalui data statistik di kecamatan dan kabupaten yang menjadi
lokasi
rencana kegiatan. Adapun parameter kependudukan yang diteliti meliputi:
. Struktur penduduk (kelompok umur menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan
tingkat pendidikan) serta kepadatan penduduk
. Perkembangan penduduk khususnya pertumbuhan penduduk
. Mobilitas penduduk yang meliputi migrasi keluar/masuk, pola migrasi dan pola
persebaran penduduk
. Tenaga kerja, meliputi angkatan kerja dan tingkat pengangguran
Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan
analisis statistik,
sedangkan yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analisis.
Metode analisis data demografi bersifat kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan
menggunakan beberapa rumus:
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-39
PT. PERTAMINA EP - PPGM
a) Rumus kepadatan penduduk:
X 100%
Luas wilayah (km 2 )
Jumlah penduduk (jiwa)
Kp .
b) Rumus pertumbuhan penduduk
Pt = Po (l + r)t
Dimana :
Po = jumlah penduduk tahun ke 0/awal perhitungan (jiwa)
Pt = jumlah penduduk tahun ke-t/akhir perhitungan (jiwa)
t = jangka waktu antara Po dan Pt (tahun)
r = rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun selama t tahun (%)
c) Sex ratio
x 100%
Jumlah penduduk perempuan
Sex ratio . Jumlah penduduk laki - laki
3.1.3.2. Sosial Ekonomi
Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data primer.
Data
sekunder meliputi data monografi, data statistik pada instansi terkait di daerah
yang diteliti.
Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap masyarakat di
daerah
sekitar proyek dan pada kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter
sosial
ekonomi yang akan diteliti meliputi:
. Ekonomi rumah tangga terdiri dari: (a) tingkat pendapatan, (b) pola nafkah ganda.
. Ekonomi sumber daya alam yang terdiri dari : (a) pola pemanfaatan sumberdaya
alam,
(b) pola penggunaan lahan.
. Perekonomian lokal yang terdiri dari: (a) kesempatan kerja dan berusaha, (b)
jenis dan
jumlah aktivitas ekonomi nonformal, (c) pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, (d)
Pendapatan Asli Daerah (PAD), (e) aksesibilitas wilayah, (f) fasilitas umum dan
fasilitas
sosial.
Analisis data sosial ekonomi yang bersifat kuantitatif akan dilakukan dengan
analisis statistik,
sedangkan yang bersifat kualitatif akan dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif
analisis.
Beberapa rumus yang digunakan dalam analisis data sosial ekonomi adalah sebagai
berikut.
PT. PERTAMINA EP PPGM PT. PERTAMINA EP PPGM
a) Angka beban ketergantungan (DependencyRatio) =
x K
dimana:
DR = angka beban tanggungan (%)
P15-= jumlah penduduk usia 0 14 tahun
P65+ = jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas
P15-64 = jumlah penduduk usia 1564 tahun
K = konstanta (100)
(Nurdini,1981)
Angkatan kerja
x 100
Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu
sebelum
pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu tidak
bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
c) Pendapatan
I = TR .......................(dari sudut penerimaan)
dimana :
I = pendapatan (income)
TR = penerimaan total (totalrevenue)
dimana:
I = Penerimaan (income)
C = Konsumsi (consumption)
S = Tabungan (saving)
I = investasi
primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sosial budaya yang
pernah
dilakukan di wilayah yang menjadi lokasi proyek, serta buku-buku referensi yang
menunjang
penelitian ini. Data primer diperoleh melalui penelitian di lapangan yang meliputi
observasi
dan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance) terhadap
responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang terarah/terfokus (indepth
interview) terhadap beberapa informan kunci (key person) seperti tokoh masyarakat,
tokoh
adat dan tokoh agama yang dianggap sangat berpengaruh dalam masyarakat. Adapun
parameter sosial budaya yang akan diteliti adalah:
. Kebudayaan masyarakat setempat yang meliputi : (a) adat istiadat, (b) nilai dan
norma
budaya.
. Proses sosial dalam masyarakat yang meliputi: (a) proses asosiatif (kerjasama),
(b)
proses disosiatif (konflik sosial), (c) akulturasi, (d) asimilasi dan integrasi,
(e) kohesi
sosial.
. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.
2) Metode analisis data
Metode analisis data sosial budaya dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analisis yang mendasarkan pada pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang
diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu, diperoleh
data dari
hasil wawancara terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci, serta
dengan
menggunakan metode analogi yang mendasarkan pada data referensi hasil penelitian
mengenai topik serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk data yang bersifat
kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk deskripsi dan untuk data yang
bersifat
kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi.
Secara rinci jenis komponen lingkungan sosial yang akan diteliti beserta metode
pengumpulan dan analisis datanya disajikan pada Tabel 3.21.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-42
PT. PERTAMINA EP - PPGM
Tabel 3.21. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Demografi,
Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data
1. Demografi
.Kependudukan
Observasi/pengamatan lapangan,
wawancara, pengumpulan data
sekunder
Kualitatif dan kuantitatif
2. Sosial Ekonomi
.Kesempatan kerja dan
berusaha
Wawancara, penelusuran data dan
informasi
Kualitatif dan kuantitatif
.Kesempatan berusaha Wawancara, penelusuran data dan
informasi
Kualitatif dan kuantitatif
.Pendapatan masyarakat Wawancara, pengumpulan data
sekunder
Kualitatif dan kuantitatif
.Pendapatan daerah Penelusuran data dan informasi Kualitatif dan kuantitatif
3. Sosial Budaya
.Nilai dan norma budaya
masyarakat setempat
Pengumpulan data sekunder Kualitatif
.Proses sosial Wawancara, penelusuran data dan
informasi
Kualitatif
.Sikap dan persepsi
masyarakat
Wawancara, penelusuran data dan
informasi
Kualitatif
Sedangkan dalam menentukan skoring untuk kualitas lingkungan hidup sebelum dan
sesudah
terkena dampak digunakan pedoman yang didasarkan pada dua sumber atau referensi.
Referensi pertama yaitu yang bersumber dari parameter-parameter baku yang sudah
dipublikasikan secara umum dan memiliki nilai legalitas (seperti dari BPS, Depkes,
WHO, dan
sebagainya). Referensi kedua untuk aspek-aspek sosial yang parameternya belum ada
ketentuan atau ukuran resminya ditentukan dengan mengacu pada konsep-konsep ilmu
sosial dan dianalogikan dengan kegiatan sejenis yang pernah ada namun disesuaikan
dengan
kondisi sosial budaya masyarakat dimana rencana kegiatan ini akan berlangsung.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-43
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat
Data komponen kesehatan masyarakat meliputi data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan pengamatan lapangan. Jumlah dan
kriteria responden ditetapkan sama dengan komponen sosial ekonomi dan budaya.
Sementara
itu data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Puskesmas dan rumah
sakit
setempat.
Dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor: KEP-124/12/1997 tentang Panduan
diantaranya melalui: (1) statistik sederhana, (2) deskriptif evaluatif, dan (3)
pedoman resmi
(formal) yang sesuai dengan kepentingannya (misalnya mengenai status gizi balita,
tingkat
kematian bayi, sumberdaya kesehatan, dan lain sebagainya).
Tabel 3.2 3.
Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Kesehatan Masyarakat
data dan lokasi penga mbilan data disajikan pada Tabel 3.24.
III-45
No Komponen
Lingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan
Titik
Sampel
13 Biota air laut Terumbu karang Pengamatan langsung di Peralatan 3 titik sampel
Badan air laut terdekat di Lokasi sampel berada di
lapangan, Peta Dinas Hidro snorkeling/ SCUBA, sekitar sumur lepas pantai sekitar
kegiatan sehingga
-oseanografi TNI AL/ Peta
LPI Bakosurtanal
GPS sekitar dermaga di kompleks
Kilang LNG (sesuai dengan
diprakirakan akan berdampak
pada terumbu karang
pengambilan sampel air
laut);
Nekton Wawancara langsung 3 titik sampel Wilayah laut yang masuk Lokasi sampel
berada di
dengan masyarakat, data
dinas terkait (Dinas
pada batas wilayah studi sekitar kegiatan sehingga
diprakirakan akan berdampak
Perikanan) pada nekton
14 Biota darat Vegetasi alami dan Pengamatan/pengukuran Peta kerja, GPS, 14 titik
sampel Prinsip keterwakilan Lokasi pengambilan sampel
budaya metode kuadrat/jalur tambang berskala, ekosistem di area rencana tersebut
terletak di sekitar
berpetak pada transek pH band, tapak kegiatan (sumur bor, kegiatan. Apabila rencana
lokasi sampel hagameter, parang, BS, Kilang LNG, jalur pipa), kegiatan berlangsung
teropong bino, misalnya hutan di SM dikhawatirkan akan
counter & tally Bangkiriang, HL Mangrove menyebabkan hilangn ya flora
sheet atau berubahnya struktur
vegetasi
Satwa liar Observasi, pengamatan 14 titik pengamatan Prinsip keterwakilan Lokasi
pengambilan sampel
burung dengan metode IPA ekosistem di area rencana tersebut terletak di sekitar
& wawancara tentang
keberadaan satwa liar
tapak kegiatan (sumur bor,
BS, Kilang LNG, jalur pipa),
kegiatan. Apabila rencana
kegiatan berlangsung
endemik/dilindungi misalnya hutan di SM dikhawatirkan akan
Bangkiriang, HL Mangrove berdampak pada fauna
No Komponen
Lingkungan Parameter Metode/ Sumber Data Alat Jumlah Sampel Lokasi Alasan Penetapan
Titik
Sampel
15 Sosial ekonomi
dan budaya
Kependudukan (struktur
penduduk, kepadatan
penduduk, mobilitas
penduduk)
Kuesioner dengan jumlah
responden proporsional
terhadap jumlah penduduk
di desa dalam wilayah
studi;
Data BPS, Kantor
Kecamatan Kantor Desa
Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapak
proyek ( 37 desa, lihat hal. II169)
Desa -desa yang merupakan
konsentrasi penduduk dan
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Pola kepemilikan lahan;
pendapatan masyarakat;
kesempatan berusaha
Observasi wawancara
terstruktur dengan
responden (masyarakat,
tokoh masyarakat) dengan
jumlah responden 200
penduduk desa di wilayah
studi
Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapak
proyek (37 desa, lihat hal. II169))
Desa -desa yang merupakan
konsentrasi penduduk dan
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Proses sosial
Wawancara terstruktur
dengan responden
(masyarakat dan tokoh
masyarakat)
Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapak
proyek (37 desa, lihat hal. II169)
Desa -desa yang merupakan
konsentrasi penduduk dan
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Sikap dan persepsi
masyarakat
Wawancara terstruktur
dengan responden
(masyarakat dan tokoh
masyarakat)
Kuesioner 200 responden Desa-desa di sekitar tapak
proyek (37 desa, lihat hal. II169)
Desa -desa yang merupakan
konsentrasi penduduk dan
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Pengambilan sample (Hasil analisis data, terutama untuk parameter -parameter dari
jenis -jenis
dampak hipotetik dikonversi menjadi bentuk skala setelah dicocokkan dengan Tabel
Skala
Kualitas Lingkungan (Lampiran 12). Dalam tabel itu skala kualitas lingkungan hidup
untuk
masing-masing komponen lingkungan hidup dan dampak penting hipotetik ditetapkan ke
dalam
lima kelas yaitu:
Tabel 3.25. Ringkasan Hasil Analisis Data dan Skala Kualitas Lingkungan Awal
Masing-masing Parameter Lingkungan yang Terkena Dampak
No.
Komponen
Lingkungan
Parameter
Hasil Analisis Data Skala
Kualitas
Lingkungan
Ket. Pengukuran
Pengamatan
Lokasi
KOMPONEN G EO-FI SIKKIMIA
1. Kualitas udara SO
NO2
CO
PM10
Debu (TSP)
Kebisngan
2 Erosi tanah Erosivitas hujan
Erodibilitas tanah
Kelerengan
Penutupan dan pengelolaan tanah
3 Drainase dan
irigasi, debit
Pola aliran
Jaringan irigasi
Kecepatan aliran & luas penampang sungai
4 Kualitas air tawar Sifat fisik air
Sedimen
Sifat kimia air
5 Kualitas air laut Sifat fisik air
Sifat kimia air
6 Transportasi darat Kerusakan jalan dan jembatan
Gangguan kelancaran lalulintas
Gangguan keselamatan pengguna jalan
Pengotoran jalan
KOMPONEN BIOLOGI
1 Biota air tawar ID Plankton
ID Benthos
Kekayaan jenis nekton
2 Biota air laut Persentase penutupan terumbu karang
Kekayaan jenis nekton
3 Biota darat Vegetasi alami
Vegetasi budaya
Kekayaan jenis satwa liar
No.
Komponen
Lingkungan
Parameter
Hasil Analisis Data Skala
Kualitas
Lingkungan
Ket. Pengukuran
Pengamatan
Lokasi
KOMPONEN SOSIAL
1 Sosial
Kependudukan
Kependudukan (struktur dan mobilitas
penduduk)
2 Sosial Ekonomi Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
3 Sosial Budaya Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
1. Sanitasi
lingkungan
Tingkat sanitasi lingkungan
2. Tingkat Kesehatan
masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat
No Komponen
Lingkungan
Parameter Metode Prakiraan
Besaran Dampak
Keterangan
1. Kualitas Udara SO
NO2
CO
PM10
Debu (TSP)
Kebisingan
Matematik dan
komparatif dengan
analog kegiatan lain
yang sama
Analogi dengan kegiatan
AMDAL Pengembangan
Lapangan Gas Senoro dan
Pemipaan Gas Senoro-Kintom
Kab. Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah
2 Erosi Tanah Erosivitas hujan,
Erodibilitas tanah,
Kelerengan,
Penutupan dan pengelolaan tanah
Matematik:
A = R.K.L.C.P.
Adanya perubahan penutup
lahan dan pengelolaan lahan
berbeda akan menghasilkan
besar erosi berbeda.
3 Drainase dan irigasi,
debit
Pola aliran,
Jaringan irigasi,
Kecepatan arus
ProfessionalJudgement,
Komparatif
4 Kualitas air tawar Sifat fisik air
Sifat kimia air
Matematik
5 Kualitas air laut Sifat fisik air
Sifat kimia air
Matematik
6 Transportasi darat Gangguan kelancaran lalulintas
Gangguan keselamatan pengguna
jalan
Kerusakan jalan dan jembatan
Pengotoran jalan
Matematik
ProfessionalJudgement
Komparatif dengan
analog kegiatan lain
yang sama
Analogi dengan kegiatan
AMDAL Pengembangan
Lapangan Gas Senoro dan
Pemipaan Gas Senoro-Kintom
Kab. Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah
No
Komponen
Lingkungan
Parameter
Metode Prakiraan Besaran
Dampak
Keterangan
7 Biota air tawar ID Plankton
ID Benthos
Kekayaan Jenis Nekton
ProfessionalJudgementdan
analog dengan kegiatan sejenis
Analogi dengan kegiatan
AMDAL Pengembangan
Lapangan Gas Senoro
dan Pemipaan Gas
Senoro-Kintom Kab.
Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah;
8 Biota air laut % penutupan terumbu karang
Kekayaan jenis nekton
9 Biota darat Vegetasi alami
Vegetasi budaya
Kekayaan jenis satwa liar
10 Sosial ekonomi
dan budaya
Kepend udukan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Analogi dengan kegiatan AMDAL
Pengembangan Lapangan Gas
Senoro dan Pemipaan Gas
Senoro-Kintom Kab. Banggai,
Prov. Sulawesi Tengah;
ProfessionalJudgement
11 Kesehatan
Masyarakat
Kondisi sanitasi lingkungan
Tingkat kesehatan ma syarakat
Analogi dengan kegiatan AMDAL
Pengembangan Lapangan Gas
Senoro dan Pemipaan Gas
Senoro-Kintom Kab. Banggai,
Prov. Sulawesi Tengah;
ProfessionalJudgement
Berdasarkan metode (Tabel 3.26) tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing
-masing
parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk skala.
Besaran
dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas
lingkungan
hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup
saat rona
lingkungan hidup awal (mula-mula sebelum adanya proyek (KLRLA) atau Besar prakiraan
Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4, dengan
pengertian:
Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku,
khususnya
untuk parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu dan atau telah
mendekati
angka batas pada perubahan skala kualitas lingkungan.
No Komponen Lingkungan
Komponen Rencana Kegiatan
Pra-
Konst Konstruksi Operasi Pasca
Operasi
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
GEO-FISIK-KIMIA
1 Kualitas udara ambien -? -? +?
2 Kebisingan -? -? +?
3 Erosi tanah -? -? -?
4 Sistem drainase dan irigasi -? -? -?
5 Kualitas air permukaan -? -? -? -? -? +?
6 Kualitas air laut -? -? -? +?
7 Transportasi darat -? -? -? -? -? -? +?
BIOLOGI
1 Vegetasi -? -?
2 Satwa liar -? -? -?
3 Biota air tawar -? -? -? -? -?
4 Biota air laut -? -? -?
SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
1 Kependudukan +?
2 Pola kepemilikan lahan -?
3 Pendapatan masyarakat +? +? + ? +? +? + ? + ? +? +? -?
4 Kesempatan berusaha +? +? + ? +? +? + ? + ? +? +? -?
5 Proses sosial -? -? -? -? -? -?
6 Sikap & persepsi masyarakat -? -? +? -? -? -? -? -? -? -? -? -? -? -?
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Sanitasi lingkungan -? -? -? -?
2 Tingkat kesehatan masyarakat -? -?
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh -? : diprakirakan berdampak negatif
2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat +? : diprakirkaan berdampak positif
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG
4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa
4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat
5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)
6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya
7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG
2. Demobilisasi peralatan
3. Penglepasan Tenaga Kerja
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-57
PT. PERTAMINA EP PPGM PT. PERTAMINA EP PPGM
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI
No.
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting
merupakan satu kesatuan makna dampak penting. Hal ini berarti bahwa tidak selalu
yang
hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil
pun
dapat bersifat penting.
dari proyek.
Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak <25% dari manusia yang
terkena
dampak.
3)
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku
mutu,
dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan
dampaknya
berlangsung hanya sesaat).
4)
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
5)
Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi .
6)
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia, maka
dalam
penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak diberi
bobot 3.
Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk setiap parameter
penentu
tingkat kepentingan dampak ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 3.28 .
TAHAP
RENCANA
KEGIATAN
RENCANA
KEGIATAN
JENIS
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK
Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak
JUMLAH
NILAI
P
Kesimpulan
Jumlah
manusia
terkena
dampak
(bobot 1)
Luas
wilayah
persebara
n dampak
(bobot 1)
Lama dan
intensitas
dampak
(bobot 1)
Banyaknya
komponen
lain terkena
dampak
(bobot 1)
Sifat
kumulatif
dampak
(bobot 1)
Berbalik/tida
k berbalik
nya dampak
(bobot 1)
No Komponen Lingkungan
Komponen Rencana Kegiatan
Pra-
Konst
Konstruksi Operasi Pasca
Operasi
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
GEO-FISIK-KIMIA
1 Kualitas udara ambien P/TP P/TP P/TP
2 Kebisingan P/TP P/TP P/TP
3 Erosi tanah P/TP P/TP P/TP
4 Sistem drainase dan irigasi P/TP P/TP P/TP
5 Kualitas air permukaan P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
6 Kualitas air laut P/TP P/TP P/TP P/TP
7 Transportasi darat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
BIOLOGI P/TP
1 Vegetasi P/TP P/TP
2 Satwa liar P/TP P/TP P/TP
3 Biota air tawar P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
4 Biota air laut P/TP P/TP P/TP
SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
1 Kependudukan P/TP
2 Pola kepemilikan lahan P/TP
3 Pendapatan masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
4 Kesempatan berusaha P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
5 Proses sosial P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
6 Sikap & persepsi masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
P/TP P/TP P/TP P/TP
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Sanitasi lingkungan P/TP P/TP P/TP P/TP
2 Tingkat kesehatan masyarakat P/TP P/TP
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh P = dampak penting
2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat TP= dampak tidak penting
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG
4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa
4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat
5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)
6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya
7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG
2. Demobilisasi peralatan
3. Penglepasan Tenaga Kerja
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-62
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok III-63
PT. PERTAMINA EP - PPGM
3.3. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen
kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang
akan
dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan
atau alternatif
pengelolaannya.
Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah non matrik yaitu dengan
pendekatan
deskriptif-kualitas berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-
masing jenis
dampak penting hipotetik dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak
hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak
penting
yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
a) Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat
kepentingannya (SP) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan
melebihi
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak
penting yang dikelola (PK).
b) Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (SP) .