PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pre menstrual syndrome gejala fisik, psikologis dan perilaku yang menyusahkan yang tidak disebabkan
oleh penyakit organik, yang secara teratur berulang selama fase siklus yang banyak mengalami regresi atau
menghilang selama waktu haid yang tersisa (Magos). Berdasarkan penelitian Menurut penelitian, hampir 80
persen perempuan mengalami gejala PMS setiap bulan. Gejala PMS ini paling sering terjadi pada perempuan
yang berusia sekitar 20 hingga 40-an tahun. Gejala PMS sangat bervariasi antara satu perempuan dengan
perempuan lainnya. Gejala PMS biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari sebelum menstruasi,
meskipun beberapa perempuan terkadang mengalami gejala-gejala tersebut sampai siklus menstruasi berakhir.
Meskipun tidak ada tes untuk membuktikan keberadaan PMS, namun bagi perempuan yang pernah
mengalaminya bahkan dan menderita karenanya tahu bahwa PMS itu nyata. Gejala-gejala PMS ini diperkirakan
disebabkan oleh fluktuasi kadar hormon menjelang menstruasi.
Oleh karenanya beberapa penelitian tentang pre menstrual syndrome sangat diperlukan untuk mengatasi pre
menstrual syndrome.
Tujuan
1. Untuk mengetahui beberapa penelitian mengenai pre menstrual syndrome
1. Manfaat
1. Mengetahui cara mengatasi PMS
BAB II
PEMBAHASAN
Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu dan
makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001).
Defisiensi zat gizi makro dan mikro
Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B (terutama B6),
vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat (Karyadi, 2007).
Status perkawinan
Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada
umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan
fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang
Wang, 2005).
Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factors Associated
with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka
yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada
mereka yang tidak menikah (12,6%) (Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
Usia
PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun. Faktor
resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan umur, penelitian menemukan
bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30
tahun (Cornforth, 2000 dalam Maulana). Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja
mengalami gejala-gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita
yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008).
Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS)
Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres merupakan predisposisi pada
timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi
dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan
gejala premenstrual syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008).
Kurang berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.
(5). Penanganan Premenstrual Syndrome (PMS)
Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk mengobati
kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan depresi, bromokriptin untuk
menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara,
nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal.
2. Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab dari PMS antara lain
dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6.
3. Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid.
Obat-obatan
Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya
modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.
Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala premenstrual
syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam
mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus
peptikum.
Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia,
namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB
namun mengalami gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala
berkurang.
Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan
kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.
Obat anti depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang parah.
PENELITIAN 1
PMS Escape, Minuman Kentang Pereda PMS
Sebuah hasil penelitian mengungkapkan, satu dari tiga perempuan berusia produktif mengalami Premenstrual
Syndrome (PMS) dan satu dari 20 perempuan mengalami penderitaan PMS yang berlebih hingga mempengaruhi
aktivitas sehari-hari. Gejala PMS juga bervariasi, antara lain perubahan mood hingga penderitaan fisik seperti
sakit kepala, rasa sakit pada payudara, sakit perut hingga muntah-muntah.
Untuk mengurangi derita PMS, segala cara sudah diupayakan. Mulai dari obat-obat penghilang rasa sakit hingga
pengobatan alternatif. Sejumlah ahli juga terus menerus melakukan penelitian untuk menemukan obat
pengurang rasa nyeri tersebut. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang ilmuwan
Amerika, Dr. Judith Wurtman di Massachussets Intstitute of Technology, Amerika Serikat.
Dr. Judith menemukan fakta bahwa minuman ciptaannya yang terbuat dari kentang atau biasa disebut PMS
Escape ini diyakini dapat menghilangkan gejala PMS dalam waktu setengah jam. Dr. Judith juga menjelaskan
bahwa pada saat menjelang premenstrual, hormon penting perempuan yaitu estrogen dan progesteron sedang
dalam kondisi yang tidak stabil, naik dan turun. Kondisi ini tentu saja bisa mempengaruhi kadar serotonin dalam
otak. PMS Escape mengandalkan karbohidrat kentang untuk meningkatkan kadar serotonin. Serotonin adalah
unsur kimiawi yang diproduksi otak, dan memicu perubahan suasana hati, ujarnya.
PMS Escape dibuat dibuat dari tepung kabrohidrat kentang padat yang dicampur dengan 250 cc air dan jus
buah-buah alami untuk memberi rasa manis. Dalam dua penelitian klinis yang dilakukan Dr. Judith ditemukan
bahwa minuman kentang ini dapat menurunkan gejala depresi, marah, pusing dan meningkatkan ingatan pada
perempuan yang menderita PMS.
Minuman kentang ini diyakini bekerja lebih cepat dibandingkan kentang yang diolah menjadi bubur atau
keripik. Cairan lebih cepat masuk dalam aliran darah dibandingkan kentang dalam bentuk lain yang
membutuhkan waktu dua jam untuk diserap oleh tubuh.
PENELITIAN 2
Pendidikan Gizi untuk Pencegahan PMS
Beberapa wanita dengan prevalensi cukup tinggi mengalami PMS.Dengan semakin meningkatnya usia wanita
tersebut, gejala PMSumumnya muncul semakin parah. Akan tetapi bukan berarti gejalaPMS tidak dapat dicegah
atau dikurangi. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, telah terbukti bahwa konsumsi makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan seimbang terutama vitamin B6, kalsium, dan magnesium dapat
mencegah dan mengurangi gejala PMS. Kebiasaan makan yang baik, olahraga dan istirahat yang cukup juga
membantu mengurangi keluhan masalahPMS.
Upaya-upaya penanggulangan seperti yang telah diuraikan sebelumnya lebih kepada upaya kuratif melalui
penggunaan obat-obatan dan suplementasi vitamin dan mineral tertentu. Penggunaan obat-obatan akan aman
jika berada di bawah pengawasan dokter dan tentunya memiliki efek samping yang berbeda antar jenis obat.
Penggunaan suplemen yang tidak tepat juga berisiko mengalami overdosis terutama vitamin larut lemak yang
dapat disimpan kelebihannya jika asupannya berlebihan. Overdosis zat-zat gizi tertentu terutama vitamin larut
lemak dan mineral-mineral tertentu dapat menyebabkan timbulnya gejala keracunan dan gangguan fisiologi
tubuh. Hal tersebut adalah resiko yang seharusnya dapat dihindari dengan metode pencegahan.Risiko-risiko
yang mungkin muncul dari pengobatan kuratif tersebut hendaknya mendorong kita lebih mengusahakan
pencegahan dan upaya minimalisasi gejala PMS melalui makanan bergizi dan seimbang.
Menurut Ritchie (1971), salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi masyarakat adalah dengan
mengintervensi individunya. Intervensi tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan gizi. Upaya
penanggulangan PMS melalui pendidikan tentang makanan bergizi dan seimbang ini akan lebih ditujukan pada
anak usia sekolah khususnya siswi SD kelas 6. Menurut Riyadi (2003), usia menarcherata-rata adalah 12,5
tahun atau kelas 1 SMP. Oleh karena itu, pendidikan gizi ini sangat baik dilakukan pada anak kelas 6 SD untuk
mempersiapkan diri sebelum mengalami menstruasi. Selain itu, usia sekolah merupakan usia dimana anak lebih
cepat menyerap suatu informasi dibandingkan usia dewasa. Anak usia sekolah umumnya juga lebih mudah
diintervensi kebiasaan makannya dibandingkan orang dewasa. Dengan adanya pendidikan gizi tersebut, siswi-
siswi SD akan lebih siap menghadapi pubertas yang ditandai dengan adanya menarche sekaligus
memperkenalkan kepada mereka kemungkinan akan terjadinyaPMS serta upaya pencegahan dan
penanggulangannya dari aspek gizi.
Pendidikan gizi yang diberikan berupa pendidikan gizi seimbang dan gaya hidup sehat. Gizi seimbang harus
mempertimbangkan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat makanan dalam pangan
yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi individu masing-masing. Jika kebutuhan gizi sudah tercukupi maka
daya tahan tubuh akan tetap terjaga sehingga mengurangi risiko timbulnya gejala-gejala PMS.
Menurut Hardinsyah (2004), upaya untuk meminimalkan keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan
mengurangi konsumsi garam, kopi, gula dan makanan yang mengandung karbohidrat sederhana (refined
carhohydrate) seperti mie dan roti; disertai dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah (termasuk jus),
meningkatkan konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, Zink (Zn), zat besi (Fe), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), Chromium (Cr) dan asam lemak omega-3, omega-6 dan meningkatkan konsumsi
protein hewani.
Gaya hidup juga sangat mempengaruhi keadaan penderita PMS. Materi penyuluhan tentang pola hidup sehat
yang dapat diberikan adalah menghindari konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan, konsumsi pangan
sumber kalsium, magnesium, vitamin B6 dalam jumlah yang cukup, meningkatkan aktivitas fisik dan olah raga
yang teratur, dan menghindari konsumsi garam yang berebihan menjelang menstruasi. Selain itu, dapat juga
ditambahkan materi tentang konsumsi air putih dalam jumlah yang cukup, dan manajemen stres yang baik.
Berdasarkan telaah pustaka yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa beberapa zat gizi seperti kalsium,
magnesium, dan vitamin B6 dapat mencegah dan mengurangi gejala-gejala PMS. Kalsium merupakan mineral
yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih
sebanyak 1 kg. Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi oleh tubuh..
Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan. Angka kecukupan rata-rata sehari kalsium untuk
anak-anak adalah 500 mg/hari. Sumber kalsium utama yaitu susu dan produk olahannya, seperti keju. Ikan
dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan
dan produk olahannya seperti tahu tempe serta sayuran hijau merupakan yang baik juga, tetapi bahan makanan
ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier
2004).
Magnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan interseluler. Sekitar 60%
dari 20-28% mg magnesium di dalam tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot dan selebihnya di
dalam jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh. Peranan magnesium berlawanan dengan kalsium. Kalsium
merangsang kontraksi otot, sedangkan magnesium mengendurkan otot. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf
sedangkan magnesium melemaskan saraf. Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk,
biji-bijian, dan kacang-kacangan (Almatsier 2004).
Vitamin B6 terdapat di alam dalam tiga bentuk; piridoksin, piridoksal dan piridoksamin.Vitamin B6 berfungsi
dalam metabolisme protein. Sumber vitamin B6 paling banyak terdapat di dalam khamir, kecambah gandum,
hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang dan pisang. Vitamin B6 di dalam bahan makanan
hewani lebih mudah diabsorpsi daripada yang terdapat di dalam bahan makanan nabati (Almatsier 2004).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pendidikan gizi dapat dijadikan alternatif untuk mencegah dan menanggulangi gangguan selama menstruasi
yang jumlah penderitanya semakin banyak. Pendidikan gizi ini termasuk metode pencegahan yang baru untuk
melengkapi dan mengatasi kelemahan metode pencegahan yang lainnya sehingga prevalensi penderita sindrom
gangguan menstruasi dapat berkurang.
1. Saran
Remaja hendaknya mengonsumsi makanan yang bergizi dan berimbang untuk mencegah gangguan selama
menstruasi. Selain itu, harus waspada terhadap propaganda iklan mengenai produk yang dapat mengatasi
keluhan menstruasi. Masyarakat hendaknya mencari informasi lebih lanjut tentang kandungan zat gizi suatu
produk kesehatan sehingga dapat terhindar dari penipuan. Saran untuk pemerintah adalah hendaknya lebih
mengintensifkan program penanggulangan gangguan menstruasi dengan mempertimbangkan kondisi
masyarakat.
1. Daftar Pustaka
2. http://www.menstruasi.com/node/203
3. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-premenstrual-syndrome- pms.html
4. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/19766/kerangka%20pkm%20gtku.docx?sequence=4