Anda di halaman 1dari 2

Penguatan Kedaulatan Pangan dengan Pengembangan

Pangan Lokal
Diunggah : Selasa, 31 Desember 2013 Ika
Kategori :

Liputan/Berita

Penguatan Kedaulatan Pangan dengan Pengembangan Pangan Lokal

Konsumsi pangan manusia saat ini terbatas pada beberapa jenis tanaman pangan. Secara global,
80 persen total asupan energi diperoleh hanya dari 12 spesies. Delapan diantaranya berasal dari
jenis serealia seperti jagung, padi, rye, millet, barley, sorogum, tebu, dan gandum. Sementara
empat lainnya dari jenis umbi-umbian yaitu singkong, kentang, ubi jalar, dan yam.

Ketergantungan pada beberapa jenis bahan pangan tersebut berpotensi menimbulkan berbagai
permasalahan. Salah satunya ketergantungan pada sedikit sumber gizi yang dapat meningkatkan
risiko menderita penyakit degeneratif karena pola makan yang kurang bervariasi. Selain itu,
apabila terjadi gangguan pada budidaya dan suplai tanaman pangan tertentu akan memunculkan
bencana kelaparan dunia.

Sangat disayangkan banyak terjadi kasus kelaparan ditengah keberlimpahan sumber daya
pangan lokal yang sebenarnya bisa dimanfaatkan namun tidak tergali, kata Prof. Dr.Ir. Eni
Harmayani, M.Sc., saat menyampaikan pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas
Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Selasa (31/12) di Balai Senat UGM.
Menurutnya kekayaan pangan lokal yang ada apabila dikembangkan dapat menjadi aset yang
memiliki andil besar dalam perekonomian dan kedaulatan pangan Indonesia. Misalnya saja
umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar, garut, uwi, gembili, dan bengkoang yang
keberadaannya cukup melimpah di Indonesia mempunyai potensi dikembangkan sebagai pangan
pokok maupun sebagai pangan fungsional. Pengembangan umbi-umbian sebagai pangan lokal
diharapkan mampu mengurangi defisit impor terigu serta menjadi komponen pangan fungsional.

Impor pangan Indonesia sangat besar. Hal ini menunjukkan lemahnya kemandirian dan
kedaulatan pangan bangsa. Melalui penyediaan umbi-umbian skala besar bisa menjadi solusi
untuk mengatasi kekurangan penyediaan pangan ini. Di samping itu, umbi-umbian terbukti
berpotensi sebagai sumber prebiotik untuk meningkatkan saluran cerna dan sistem imun,
jelasnya.

Dalam pidato berjudul Penguatan Kedaulatan Pangan Melalui Pengembangan Prebiotik dari
Umbi-Umbian Lokal, Harmayani mengungkapkan tidak sedikit anggapan yang masih beredar di
masyarakat tentang umbi-umbian sebagai makanan kelas dua sehingga kurang diminati. Namun,
dengan strategi pengembangan umbi-umbian sebagai pangan fungsional diyakini bisa
meningkatkan posisi umbi-umbian. Harapannya, umbi-umbian dapat menjadi pangan pilihan
yang bernilai tinggi dengan berbagai aplikasi, bukan sekedar sebagai alternatif pengganti terigu.
Misalnya sebagai bahan utama maupun bahan pendukung untuk produk-produk bakery, snack,
biskuit, mie, bakso, bubur, sosis, nugget, serta sebagai bahan penyalut, pengental, maupun
pengisi.

Industri makanan, pasar mie, dan biskuit di Indonesia cukup besar. Dari segmen biskuit, jenis
cookies, wafer, dan crackers menyumbang kontribusi terbesar sebanyak 85 persen. Karenanya
potensi pengembangan cookies yang mengandung prebiotik dari umbi-umbian lokal cukup
besar, papar wanita kelahiran Yogyakarta, 9 Juni 1963.

Melihat besarnya potensi aplikasi tepung dan pati umbi-umbian lokal pada berbagai produk
pangan, dituturkan Harmayani, pengembangan industri tepung umbi-umbian nantinya dapat
menggeser kedudukan tepung terigu. Ia pun meyakini industri ini sangat menjanjikan mengingat
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Kendati begitu, dalam
pengembangannya perlu sinergi antarpenyedia bahan baku, teknologi proses yang dapat
mengolah umbi-umbian secara efisien menjadi pangan fungsional, kebijakan pemerintah, serta
dukungan ilmiah akan manfaat kesehatan dan pemenuhan tuntutan konsumen yang beragam.

Potensi Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati membuka peluang inovasi
pengembangan pangan fungsional di masa datang untuk kebutuhan domestik maupun pasar
global, pungkasnya. (Humas UGM/Ika)

Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/8564-
penguatan.kedaulatan.pangan.dengan.pengembangan.pangan.lokal

Anda mungkin juga menyukai