Anda di halaman 1dari 4

1.

Identitas Pribadi
Nama : Tridino B. Sandy Illu
Umur : 20 tahun
Suku : Alor-Pantar
Alamat : Liliba
Hobi : Bermain gitar, Bernyanyi, Bermain sepak bola
2. Deskripsi Diri
a) Masa lalu
Saya adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dan kami semua adalah laki-laki.
Bernyanyi merupakan hobi keluarga kami karena ayah saya adalah mantan penyanyi di
caf-caf dan pesta-pesta. Meskipun begitu orang tua kami tidak mengharapkan salah
satu dari kami untuk menjadi seorang penyanyi atau bahkan musisi. Menjadi Pegawai
Negeri Sipil mengikuti ayah, atau menjadi pendeta di gereja, adalah harapan orang tua
saya.
Sejak menginjakan kaki di Sekolah Menengah Pertama, saya terus mengasah
kemampuan olah vokal dan permainan gitar saya. Musik Rock merupakan genre yang
saya pilih dalam hal bermusik. Idola-idola saya mulai dari Metallica, Bon Jovi,
Firehouse, Avenged Sevenfold, Linkin Park dan masih banyak lagi musisi Rock yang
menjadi kiblat musik saya. Pada akhir masa Sekolah Menengah Atas, kemampuan
bermain gitar saya telah cukup dan kemampuan bernyanyi saya sudah lumayan. Bermain
musik dan ngeband adalah salah satu hobi yang wajib selain sepak bola.
Karena lahir dari keluarga yang hidup dekat dengan Tuhan, kemampuan bermusik
dan bernyanyi saya dipakai untuk memuji Tuhan setiap minggunya digereja bersama
orang tua dan saudara-saudara saya.
Meskipun ayah dan ibu saya adalah orang tua yang demokratis, dalam hal
pendidikan kita seperti diarahkan. Orang tua saya selalu berharap agar saya mau untuk
melanjutkan kuliah di jurusan Theologi, agar menjadi seorang pendeta. Namun karena
saya merasa dirinya saya adalah anak yang cukup nakal dan tidak dengar-dengaran, serta
kemampuan otak yang jauh dibandingkan kedua kakak saya yang amat pintar, saya ingin
untuk melanjutkan sekolah di jurusan musik karena saya merasa telah memiliki dasar
yang sudah cukup. Pada beberapa minggu sebelum ujian nasional SMA, ayah saya
memberikan sebuah koran yang memasang iklan tentang beberapa Perguruan Tinggi,
salah satunya ada Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang yang menawarkan
jurusan musik gerejawi. Karena ingin membahagiakan orang tua namun tetap pada minat
dan bakat saya, STAKN Kupang jurusan musik gerejawi adalah tujuan utama saya ketika
lulus nanti.
Ketika lulus SMA, saya tidak langsung bertolak dari Alor ke Kupang untuk
mendaftar pada STAKN, namun masih mengikuti camp pemuda di salah satu desa nan
jauh di Alor. Pada saat yang sama, ayah saya hendak pergi ke Kupang untuk melakukan
perjalanan dinas sehingga saya langsung menyiapkan segala persyaratan pendaftaran dan
menitipkannya pada ayah saya untuk didaftarkan. Salah map adalah yang terjadi ketika
ayah saya mendaftarkan saya waktu itu. Map biru yang sebenarnya untuk Pastoral
Konseling adalah map dimana segala persyaratan saya berada dan bukan map kuning
yang adalah untuk jurusan Musik Gerejawi, hal tersebut mungkin tidak disadari oleh ayah
saya, atau mungkin sengaja dilakukan beliau karena mengingat ia sangat mengidolakan
seorang pendeta yang selalu ia ceritakan, yang selalu melakukan pastoral dari rumah ke
rumah. Ketika saya tiba di Kupang dan pergi ke kampus untuk mengambil tanda pengenal
peserta ujian, saya tidak mendapati nama saya pada jurusan musik gerejawi. Saya lalu
bergegas ke ruangan untuk jurusan pastoral konseling, dan benar adanya bahwa saya
telah terdaftar pada jurusan tersebut. Kecewa, marah, dan sedih adalah perasaan saya kala
itu, namun saya tetap berusaha tersenyum dengan beberapa kenalan baru. Sebenarnya
saya pernah menghadap ketua panitia pendaftaran mahasiswa baru saat itu untuk pindah
jurusan, tetapi karena teringat akan keinginan kedua orang tua saya, terkhususnya ayah
saya yang sering sakit-sakitan, saya akhirnya tidak jadi memutuskan untuk pindah.
Ketika hasil ujian keluar, saya berada di posisi teratas, sehingga saya sangat percaya diri
untuk memasuki bangku perkuliahan di jurusan yang tidak saya tahu sama sekali.

b) Masa Sekarang
Lima semester sudah saya lewati, dan sekarang memasuki semester yang ke-enam,
artinya sudah hampir tiga tahun saya berada dijurusan Pastoral Konseling. Meskipun
setiap semester selalu mendapat IPK yang tinggi, bahagia yang saya rasa hanya sesaat.
Bahagianya adalah mampu membuat kedua orang tua saya bangga dan bahagia, tetapi
sesungguhnya saya masih tetap merasakan ketidaknyamanan bahkan hingga sekarang.
Semester 6, artinya 2 semester lagi untuk selesai namun tidak ada persiapan untuk
menjadi seorang guru BK ataupun seorang konselor Kristen. Ketika saya sendiri, saya
selalu merenung, dimanakah nanti saya bekerja, apa yang akan saya lakukan nanti,
mampukah saya, atau bahagiakah saya nanti?.
Meskipun sekarang waktu saya untuk bermain gitar dan berlatih vokal makin
sedikit, saya tetap meluangkan waktu untuk melakukannya. Memuji Tuhan di gereja juga
masih saya lakukan, sebagai seorang gitaris pada vokal grup Betlehem atau mungkin
lebih cocok disebut sebuah band akustik, dimana berkumpul mantan penyanyi dan
pemain band dikota Kupang. Meskipun bangga, terkadang saya merasa kurang nyaman
karena kebanyakan lagu yang dibawakan adalah yang slow dan sedikit sekali untuk rock.
Saya sering merenung bahwa mungkin minat dan bakat saya sudah tersalurkan lewat
jalan ini, namun rasa kurang nyaman dan tidak puas masih tetap membelenggu. Namun
saya tetap realistis, tidak mungkin mengakhiri perkuliahan yang tinggal 3 semester ini.

c) Masa Depan
Hal yang saya anggap sebagai yang paling realistis mengenai masa depan saya
adalah menjadi seorang guru BK di salah satu sekolah di Alor, menjadi Konselor Kristen
di gereja saya di Alor, dan atau menjadi seorang pegawai pada kantor Kementerian
Agama di Alor sehingga saya akan amat sibuk dan tidak ada aktivitas lagi yang berkaitan
dengan musik. Tetapi menyadari bahwa adik saya yang telah mahir bermain gitar ingin
melanjutkan sekolah dijurusan musik jika lulus nanti, maka yang saya harapkan akan
masa depan saya adalah menjadi seorang guru BK di sebuah SMA, menjadi seorang
Konselor Kristen disebuah gereja dan membentuk sebuah band bersama saudara-saudara
saya, menjadi seorang rythem gitaris atau mungkin melodic gitaris dan seorang pencipta
lagu.

3. Jenis Monster Diri


Jenis monster diri yang ada dalam diri saya adalah Putus asa dan Kelebihan beban.
Saya memilih putus asa karena memang hal tersebut yang selalu saya rasakan ketika
berpikir apa yang akan saya lakukan jika lulus, bagaimana dengan minat dan bakat saya
nanti. Masakan saya harus melupakan hal yang sangat saya sukai dan melakukan hal
yang kurang atau mungkin tidak saya sukai?
Menurut saya kelebihan beban juga merupakan monster dalam diri saya, bagaimana
tidak, saya merasa terbeban untuk membahagiakan orang tua saya, bahkan sejak saya
masih SMP, tidak pernah saya meminta-minta kepada kedua orang tua saya mengenai
barang saya sukai, bahkan barang mahal sekalipun adalah dari hasil uang saya sendiri,
termasuk dua gitar saya. Ayah saya yang sakit-sakitan membuat saya harus melakukan
hal-hal yang dapat membuat beliau senang agar tetap kuat, sehingga saya masih bertahan
dengan keadaan saya sekarang.
4. Cara Mengelola Monster Diri
Seni yang saya pakai untuk mengelolah monster dalam diri saya adalah Hidup
tanpa topeng dan Merayakan hidup. Saya ingin menunjukan saya yang sebenarnya,
melepaskan topeng yang selama ini menutupi wajah saya dan berkata ada hal lain yang
labih saya minati dan menjadi bakat saya dan saya akan tetap melakukannya, meskipun
saya akan tetap melanjutkan perkuliahan saya. Saya akan tetap bersuka cita dan tertawa
merayakan hidup, sambil berpikir positif bahwa mungkin ini jalan Tuhan, dan ada
rencana indah yang Ia siapkan untuk saya, sembari berdoa impian saya mengenai masa
depan saya terkabulkan.

5. Kesimpulan
Saya merasa bahwa selama ini saya hidup dengan memakai sebuah topeng sambil
memikul sebuah beban yang berat, yaitu membahagiakan orang tua. Semua hal yang
mereka ingini saya ikuti termasuk sekolah yang akan mempertaruhkan masa depan saya.
Karena beban tersebut, saya sering merasa putus asa seorang diri karena merasa tidak
sanggup dengan jurusan saya sekarang, karena tidak diminati. Bermusik yang menjadi
minat saya harus dilupakan. Namun saya merasa bahwa hal tersebut mungkin membuat
saya menjadi lebih terbeban sehingga saya harus melepaskan topeng yang saya pakai,
melanjutkan perkuliahan tetapi tetap bermusik, karena saya yakin Tuhan memiliki
rencana yang indah untuk setiap ciptaan-Nya, termasuk Tridino B. Sandy Illu.
6. Daftar Pustaka
Simanjuntak, J. 2014. Mengenali Monster Pribadi, Seni Pemulihan Diri dan Pohon
Keluarga. Yayasan Pelikan Indonesia: Tanggerang.

Anda mungkin juga menyukai