Aditia Guntara
NIM : 14640016
Kelompok : planetarium
Selain harus mengandung subyek filosofis muatan bahan ajar STAIN-UIN juga harus
mengandung subyek praktis-pragmatis yang sesuai dengan peribadatan dan hidup keseharian
muslim. Subyek tersebut adalah ilmu falak yang di dalamnya terdiri dari pengetahuan dan
penentuan arah kiblat, awal waktu shalat dan awal bulan qamariyah. Ilmu falak juga dapat
dikembangkan sebagai laboratorium alternatif yang unik karena berbeda dari laboratrium
konvensional, laboratorium falak dapat memadukan intelektualitas dan spiritualitas.
Al-Quran: Bumi Bundar
Sebagai ilustrasi pentingnya bahasa Arab dalam memahami teks tentang fenomena alam.
Di dalam al-Quran terdapat delapan ayat dengan kata masyriq , tujuh di antaranya
berpasangan dengan maghrib, dan hanya satu ayat yang tanpa pasangan maghrib. Kata
masyriq muncul dalam bentuk isim tunggal, dua dan jamak. Dalam redaksional berpasangan,
kata masyriq selalu muncul lebih dulu dari maghrib.
Tuhan timur dan barat, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai
Pelindung. (QS al-Muzammil 73:9)
Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya, jika kamu berfikir". (QS asy-Syuaraa 26:28)
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan timur dan barat, Sesungguhnya Kami benar-benar
Mahakuasa. (QS al-Maarij 70:40)
Di ketiga ayat di depan, al-masyriq dan al-maghrib berposisi sebagai mudhaf ilaih
dan dihubungkan dengan dengan huruf athaf yaitu wawu . Mudhaf-nya
adalah rabbun-arbaabun yang merupakan isim mashdar yaitu rabba-yarubbu-
rabban - -mengasuh, memimpin. Rabbun berarti Tuhan, tuan, yang mengasuh, yang
memelihara atau yang memiliki.
Al-masyriq dan al-maghrib adalah isim waktu dan tempat .
Pertama, masyriqun-masyaariqun dari syaraqa-yasyruqu-syarqan-syuruuqan -
- - terbit; masyriqunberarti tempat atau waktu terbit. Kedua maghribun-
maghaaribun dari gharaba-yaghribu-ghuruuban - -terbenam,
tenggelam, lenyap; maghribun berarti tempat dan waktu terbenam)matahari(. Sebagai isim
waktu, masyriqun berarti waktu fajar (sunrise), sedangkan maghribun berarti saat maghrib.
Sebagai isim tempat, masyriqun berarti timur, sedangkan maghribun berarti barat atau negeri
Afrika.
Dengan demikian, dapat diartikan sebagai Tuhan penjaga fajar dan
maghrib, Tuhan pemelihara tempat terbit dan tempat terbenam Matahari, atau Tuhan timur dan
barat. Pemahaman pemilik atau yang memiliki waktu atau tempat terbit dan terbenam muncul
secara eksplisit dua kali
Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui. (QS al-Baqarah 2:115)
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang
memalingkan mereka dari kiblatnya yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?"
Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus". (QS al-Baqarah 2:142)
Hal yang perlu mendapat perhatian adalah kenyataan bahwa al-masyriq selalu
dipasangkan dengan al-maghrib dengan redaksi al-masyriq disebut terlebih dahulu dibanding al-
maghrib. Kenyataan ini meneguhkan alur waktu kehidupan dan aktivitas manusia secara umum
yang dimulai ketika bangun tidur di kisaran Matahari terbit sampai saat manusia bersiap istirahat
di waktu maghrib, bukan sebaliknya.
Pemahaman demikian merupakan pemahaman alamiah, dalam arti sesuatu dimulai saat
kelahiran atau kemuculan dan diakhiri saat kepergian. Kemunculan Matahari menandai awal
waktu yang disebut siang hari dan diakhiri saat terbenamnya. Siang dan malam membetuk siklus
tetapi dalam kasus ini alur waktu siang memperoleh perhatian khusus. Pemahaman ini
diisyaratkan oleh surat asy-Syuaraa 28, ada sesuatu di antara masyriq dan maghrib bagi orang
yang berfikir. Apa itu?
Masyriq dan maghrib, timur dan barat telah menjadi hal yang lumrah bagi kebanyakan
orang. Tidak ada yang istimewa. Tetapi al-Quran menyentak kesadaran kita melalui surat ar-
Rahman 55 dengan tidak menggunakan redaksi al-masyriq wa al-maghrib. Al-masyriq dan al-
maghrib terpisah tetapi masih sebagai mudhaf ilaih dan tidak berbentuk isim tunggal melainkan
isim dua.
Al-masyriqaini dua tempat terbit atau dua timur; dan al-maghribaini, dua
tempat terbenam atau dua barat. Dengan demikian, surat ar-Rahman 55 juga dapat
diartikan Tuhan dua timur dan Tuhan dua barat
Apa itu dua tempat terbit, dua timur dan dua tempat terbenam, dua barat? Di ayat yang
lain, al-masyriq tidak muncul berpasangan dengan al-maghrib dan muncul dalam bentuk jamak
(taksir) al-masyaariq.
Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat
terbit Matahari. (QS ash-Shaaffat 37:5)
Menariknya, selain muncul dalam bentuk jamak dan tidak berpasangan, ayat ini didahului
oleh langit, Bumi dan sesuatu di antara keduanya. Artinya, ada kaitan antara tempat dan waktu
terbit matahari dengan Bumi dan langit dengan isinya.
Dalam redaksi isim tunggal, al-masyriq wa al-maghrib dapat dipahami sebagai hubungan
satu-satu antara tempat terbit dan tempat terbenam Matahari, tidak peduli posisi terbit dan
terbenam di mana, akan memberi arah timur-barat tunggal dan tertentu.
Tetapi keadaan menjadi lain bila digunakan redaksi isim dua atau jamak berpasangan,
arah timur barat menjadi tidak menentu. Ada banyak pilihan arah timur-barat seperti gambar
berikut.
Saudi Arabia mengalami musim panas dan musim dingin. Pemahaman langsung dari
masyarakat Arab atas al-masyriqaini dan al-maghribaini adalah dua tempat terbit Matahari dan
dua tempat terbenamnya ialah tempat dan terbenam Matahari di waktu musim panas dan musim
dingin.
Negeri yang tidak mempunyai musim panas dan musim dingin seperti Indonesia tetap
dapat memaknai dua tempat terbit dan dua tempat terbenam dengan memperhatikan bayangan
benda. Bayangan tubuh kita ternyata suatu waktu ada di sebelah selatan, di waktu yang lain ada
di sebelah utara diri kita. Artinya, tempat terbit dan lintasan matahari ada dua yaitu di utara dan
di selatan dari kebanyakan kita, demikian pula tempat terbenamnya. Bayangan benda memberi
petunjuk pada posisi Matahari.