Indo
Indo
Abstract: The study of small mammal diversity in three different habitats in Lhokseumawe Aceh
province has been conducted. The three locations are the plantation, the bush, and riparian areas.
Samples was collected by using 45 local traps. 40 samples have been colected consist of seven
species. The recorded species are Bandikota bengalensis (Lesser Bandicoot Rat), Mus Caroli (Rice
field Mouse), Mus castaneus (Southeastern Asian house mouse), Rattus exulans (Polynesian rat),
Rattus rattus (House rat), Rattus tiomanicus (Malaysian wood rat), and Sundamys muelleri (Muller's
Rat). The most widely caught is Rattus tiomanicus by 15 individuals and captured on all three
locations. These indicated that Rattus tiomanicus species have a wide regional spread and range of
foods. The highest diversity was Station II (the bush) with Diversity Index H=1.2252, and followed
by Station III (riparian areas) and Station I (farm plantation) with diversity indexs H=1.0579 and
H=0.9503, respectively.
Keywords: small mammals, muridae, PT. Arun LNG, Lhokseumawe
Abstrak: Kajian mengenai keanekaragaman jenis mamalia kecil pada tiga tipe habitat berbeda di
Lhokseumawe Provinsi Aceh. Ketiga lokasi tersebut yaitu areal kebun campuran, kawasan semak
belukar dan kawasan riparian (alur air). Pengoleksian sampel mamalia kecil dilakukan dengan
menggunakan 45 perangkap lokal. Selama penelitian berhasil mendapatkan 40 sampel yang terdiri
dari tujuh jenis. Jenis yang terdata adalah Bandikota bengalensis (wirok kecil), Mus caroli (mencit
sawah), Mus castaneus (mencit rumah), Rattus exulans (tikus ladang), Rattus rattus (tikus rumah),
Rattus tiomanicus (tikus belukar), dan Sundamys muelleri (tikus lembah). Jenis yang paling banyak
tertangkap adalah Rattus tiomanicus sebanyak 15 individu dan tertangkap pada ketiga lokasi. Hal
ini menandakan bahwa jenis tikus Rattus tiomanicus memiliki daerah penyebaran dan kisaran
makanan yang luas. Keanekaragaman tertinggi dimiliki oleh Stasiun II (kawasan semak belukar)
dengan Indeks Keanekaragaman H=1.2252, selanjutnya diikuti oleh Stasiun III (kawasan riparian)
dan Stasiun I (areal kebun campuran) dengan Indeks Keanekaragaman masing-masing H=1.0579
dan H=0.9503. Semak belukar alami merupakan habitat yang sesuai untuk berlindung bagi mamalia
kecil.
(semak belukar) didominasi oleh semak mudah curiga terhadap benda baru.
belukar yang lebat. Kondisi seperti ini Syamsuddin (2007) menyatakan bahwa
menyediakan tempat berlindung sehingga sifat tikus yang mudah curiga terhadap
tipe habitat seperti ini cocok untuk mamalia benda yang ditemuinya disebut neophobia.
kecil. Selain itu, kondisi alam pada stasiun
ini lebih alami.
Stasiun III (riparian) merupakan
kawasan yang berdekatan dengan alur air.
Tikus dapat memakan banyak jenis pakan
yang tersedia di alam diantaranya yang
terbawa melalui aliran air. Pada kawasan
ini, tikus dapat memperoleh makanannya
dari biji-biji, buah, daun dan makanan yang
hanyut terbawa aliran air. Tersedianya
makanan yang cukup diduga menjadi
penyebab banyaknya jumlah individu
mamalia kecil yang ditemukan. Stasiun ini
juga didominasi oleh pohon dan anakan
petai di sekeliling kawasan riparian.
Sementara itu, Stasiun I (kebun binaan)
paling sedikit ditemukannya individu.
Stasiun ini merupakan kebun binaan
masyarakat dengan kondisi agak terbuka,
tidak begitu banyak terdapat tempat
persembunyian namun daerah ini
didominasi oleh tanaman pisang dan
pinang. Dengan adanya tanaman pisang dan
pinang diduga ketersediaan pakan bagi
satwa disni melimpah sehingga asumsinya
tikus juga banyak. Namun demikian, tidak
banyak yang tertangkap. Pada stasiun ini Gambar 3. Foto beberapa spesies mamalia
banyak terdapat tumpukan batu-batu besar kecil Famili Muridae di lokasi
di antara tanaman perkebunan sehingga sampling: a. Rattus exulans, b.
diyakini tikus lebih bersikap hati-hati dalam Rattus tiomanicus dan c.
mencari makan (neophobia). Sundamys muelleri
Berdasarkan hari sampling, jenis
Rattus tiomanicus tertangkap setiap hari Berdasarkan perbedaan kelamin dan
(Gambar 3), lalu diikuti degan Rattus rattus. umur, diperoleh hasil 27 individu
Jenis Bandikota bengalensis, Mus caroli, berkelamin jantan yang terdiri dari 16
dan Mus castaneus tidak tertangkap setiap dewasa dan 11 remaja. Sementara itu,
hari dan masing-masing spesies tersebut jumlah individu yang berkelamin betina
hanya tertangkap satu (Tabel 2). Data adalah 13 individu yang terdiri dari 7
menunjukkan jenis Bandicota bengalensis dewasa dan 6 remaja. Data selengkapnya
dan Mus Caroli mulai masuk perangkap dapat dilihat pada Gambar 4.
pada hari ketiga. Jenis Rattus exulans
masuk perangkap pada hari pertama dan
kedua, dan Sundamys muelleri hanya masuk
perangkap pada hari pertama. Hal ini
menandakan bahwa kebanyakan dari tikus
yang ditemukan pada daerah sampling tidak
4
BioLeuser, 1(1):1-6
April 2017
Tabel 2. Jumlah spesies dan jumlah dalam perangkap (Nasir, 2012b). Selain itu
individu masing-masing spesies yang penggunaan kelapa bakar sebagai umpan
berhasil dikoleksi berdasarkan hari. karena dapat bertahan lebih lama meskipun
terkena hujan dan tidak terlalu cepat
Hari sampling
No. Spesies Jumlah mengering jika terkena panas.
1 2 3 4
1 Bandikota 1 1
bengalensis
2 Mus Caroli 1 1 100%
Persentase
3 Mus castaneus 1 1 2
4 Rattus exulans 4 2 6
50%
5 Rattus rattus 5 3 3 14
6 Rattus tiomanicus 5 3 4 15
7 Sundamys muelleri 1 1 0%
Total 16 8 9 7 40 Kelapa Ketela
Jenis umpan
20
Jumlah individu