Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu

rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat

(Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk. (2009). Depkes R.I (1988) dalam

Setiadi (2008), mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yaitu terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tingggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004), keluarga

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing

masing yang merupakan bagian dari keluarga.


Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan Makhfudli

(2009), keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena

hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga

berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.


Menurut Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009),

keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga

mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interaksi sosial,

peran dan tugas.


Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara

umum bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan adopsi yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang

mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

2. Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009) karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah,

perkawinan, atau adopsi.


b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap

memperhatikan satu sama lain.


c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial, sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004) bergantung pada konteks

keilmuan dan orang yang mengelompokkan adalah :


a. Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya.


2) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek, nenek, paman, bibi).


b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang

mengikutinya, diantaranya menurut Mubarak, dkk.(2009) adalah :


1) Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah

ditetapkan oleh sanksi sanksi legal dalm suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.


2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan

anak anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun

dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar

rumah.

3) Niddle Age atau Aging Couple


Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya

bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah atau perkawinan atau meniti karier.


4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.


5) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar

rumah.
6) Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu waktu

tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada

keinginan untuk kawin.


9) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional
Anak anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti

panti.
11) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak anaknya dan bersama sama dalam penyediaan

fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak anak.


13) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian

anaknya diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama.

4. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008) struktur keluarga terdiri dari bermacam

macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung

melalui jalur garis bapak.


b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung

melalui jalur garis ibu.


c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara

istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara

suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan hubungan dengan suami istri.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004), secara umum fungsi

keluarga adalah sebagi berikut :


a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.


b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.


c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.


d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care

function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

6. Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli

(2009), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan, meliputi :


a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan,

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga

habis. Orang tua perlu mengenal masalah kesehatan dan perubahan

perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun

yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya

perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang

terjadi dan seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga

mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang

mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.


b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal

sebagai berikut :
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah.
2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang

dialaminya.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah

kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan

dalam mengatasi masalah.


c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga

harus mengetahui hal-hal berikut :


1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn

perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggungjawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik,

dan psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah

yang sehat
Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang

dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,

pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan sikap

atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.


e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008), tahap perkembangan

keluarga adalah :
a. Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :


1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok

sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan

menjadi orang tua).


b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan

menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan tahap ini antara

lain :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual,

dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Memfasilitasi role bearing.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4) Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
5) Pembagian tanggung jawab.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang

anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

sekolah, dan lingkungan lebih luas.


2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan

anak.
5) Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan

dan kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab).


2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota

keluarga untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru

dimasyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah

minat sosial dan waktu santai.


2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3) Keakraban dengan pasangannya.
4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan

kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

B. Konsep Rematik
1. Definisi Rematik
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana

terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan

berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan

sendi besar yang menanggung beban.


Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,

pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi

besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang

berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit

sendi lainnya.

2. Etiologi Rematik
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa

faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun


Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan
berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering


Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan
laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis
kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50
tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada
wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.

4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis
sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping
faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis),
diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya
kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan
resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.

8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.
3. Manifestasi Klinik Rematik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-

lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang

dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,

krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi

terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri

tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,

antara lain;

1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)


Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan


Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

4. Penatalaksanaan Rematik

a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat
g. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan

5. Diet Rendah Purin


Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam

urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan

mempertahankannya dalam batas normal.


Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita

osteoartritis:

Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh


makanan diberikan diberikan

Karbohidrat Semua --

Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung, hati,
tongkol, bandeng 50 gr/hari, usus, limpa, paru-paru, otak,
telur, susu, keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.

Protein nabati --
Kacang-kacangan kering 25
gr atau tahu, tempe, oncom

Lemak --

Minyak dalam jumlah


terbatas.

Sayuran Asparagus, kacang polong,


Semua sayuran sekehendak kacang buncis, kembang kol,
kecuali: asparagus, kacang bayam, jamur maksimum 50
polong, kacang buncis, gr sehari
kembang kol, bayam, jamur
maksimum 50 gr sehari

Buah-buahan
Semua macam buah --

Minuman
Teh, kopi, minuman yang Alkohol

Bumbu, dll mengandung soda

Semua macam bumbu Ragi

Anda mungkin juga menyukai