Disusun oleh :
Beta Cintoati
Reyza Octarient
Rizka Oktaviana
Shabrina Sari Medina
Pembimbing :
0
Durasi Pemasangan Tampon Hidung dalam Penatalaksanaan Epistaksis
ABSTRAK
Tempat dan waktu penelitian : Kombinasi Rumah Sakit Militer, Nowshera dan
Rumah Sakit Heavy Industries Taxilla, dari Oktober 2012 hingga April 2013.
Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keluhan sakit kepala antara
tampon hidung yang dilepas setelah 12 jam dan 24 jam (p<0,001). Terdapat
perbedaan yang signifikan pada keluhan lakrimasi yang eksesif antara 12 dan 24
jam (p=0,001). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keluhan
perdarahan berulang ketika tampon hidung dilepas setelah 12 dan 24 jam
(p=0,317).
1
PENDAHULUAN
2
dapat menyebabkan toxic shock syndrome. Selain itu, pemasangan tampon hidung
total berefek pada saturasi oksigen nocturnal dan gangguan tidur.
METODOLOGI
3
khusus digunakan untuk mengukur gejala setelah pelepasan tampon. Pasien
diwawancara mengenai pengalaman mereka dipasang tampon intranasal. Pasien
menggambarkan tingkat keparahan dan adanya rasa sakit kepala dan lakrimasi
dengan bahasa mereka sendiri. Berdasarkan deskripsi pasien, keputusan adanya
gejala ditetapkan. Mereka diobservasi selama 30 menit untuk melihat adanya
epistaksis berulang.
Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20. Wilcoxin Signed Rank Test
dan McNemar test digunakan sebagai tes signifikansi perbedaan antara 2
kelompok dan nilai p (p-value) kecil dari 0,01 dianggap sebagai hasil yang
signifikan.
HASIL
Hasil penelitian ini terdapat 24 pasien (40%) laki-laki dan 36 pasien (60%)
perempuan. Usia rata-rata yaitu 36 tahun. Dua kelompok dibandingkan dan
ditemukan perbedaan yang signifikan (p<0,001) mengenai keluhan sakit kepala
antara tampon yang dilepas setelah 12 dan 24 jam. Juga terdapat perbedaan yang
signifikan (p=0,001) mengenai keluhan lakrimasi yang eksesif antara 12 dan 24
jam. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,317) mengenai perdarahan
berulang ketika tampon hidung dilepas setelah 12 dan 24 jam. Tabel 1
menunjukkan jumlah pasien yang memiliki keluhan disetiap kelompok. Frekuensi
pasien dengan sakit kepala, lakrimasi yang eksesif dan perdarahan berulang pada
kelompok A dan B ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2.
A (n=30) B (n=30)
Sakit kepala 4 19
Perdarahan berulang 4 2
4
Gambar 1. Presentase pasien yang mengalami sakit kepala, lakrimasi yang eksesif,
dan perdarahan berulang pada kelompok A
Gambar 2. Presentase pasien yang mengalami sakit kepala, lakrimasi yang eksesif,
dan perdarahan berulang pada kelompok B
5
DISKUSI
6
Dedhia et al.15 membandingkan efektivitas biaya antara tampon hidung dan
ligasi endoskopi terhadap pembuluh darah yang terkena dan ditemukan jika durasi
pemasangan tampon hidung dikurangi, hal ini akan menurunkan biaya pengobatan
yaitu rawat inap pasien. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini bahwa durasi
yang pendek penggunaan tampon hidung berpengaruh pada kualitas penanganan
pasien.
Ardehali et al.18 menemukan tingkat nyeri yang jauh lebih tinggi secara
signifikan pada pasien yang menggunakan tampon hidung.
7
Zayyan et al.21 menggunakan monitor Holter untuk mengevaluasi efek dari
pemasangan tampon hidung terhadap fungsi jantung untuk kompresi mukosa
hidung dan stimulasi vagal. Mereka menjamin pemantauan ketat pada pasien
dengan penyakit kardiopulmoner
Berdasarkan review literatur yang tersedia, tidak ada bukti substantif untuk
durasi pemasangan tampon hidung yang optimal pada pasien epistaksis. Namun,
terdapat banyak bahan dan metode yang tersedia dalam penatalaksanaan
epistaksis.24 Tampon hidung merupakan metode yang paling mudah didapat,
murah dan membutuhkan lebih sedikit keahlian dibandingkan dengan metode
penatalaksanaan epistaksis lainnya.25 Penelitian ini membantu menyediakan bukti
bahwa durasi pemasangan tampon hidung yang lebih pendek akan menciptakan
kenyamanan pasien dan rawatan di rumah sakit yang lebih pendek. Berbagai
bahan yang digunakan sebagai tampon hidung di unit gawat darurat negara barat
sebagian besar tidak tersedia di negara kita sehingga penulis harus mengandalkan
teknik tradisional. Kedua, pusat kesehatan yang maju lebih memilih ligasi arteri
sphenopalatine bahkan sebagai penatalaksanaan awal epistaksis. Alasan yang
paling banyak untuk hal ini adalah tidak tersedianya peralatan nasoendoscopy.
Diketahui juga bahwa ada parameter lain untuk melinai komplikasi dari
pemasangan tampon hidung berkepanjangan. Antara lain peningkatan tekanan
8
darah, penurunan saturasi oksigen saat tidur dan gangguan tidur. Parameter ini
bisa digunakan dalam penelitian pemasangan tampon hidung berikutnya.
Demikian pula, penelitian berikutnya dapat membahas efek durasi pemasangan
tampon hidung pada pasien yang menjalani operasi hidung. Masih banyak ruang
untuk penelitian selanjutnya mengenai durasi pemasangan tampon hidung
menggunakan berbagai jenis bahan. Kedua, jenis obat topikal dan sistemik yang
diberikan sebelum dan sesudah pemasangan tampon hidung juga akan
mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk penggunaan tampon hidung.
Dianjurkan agar berbagai macam tampon hidung tersedia secara luas di
Pakistan. Agar insidens komplikasi dapat berkurang dengan penggunaan tampon
hidung dan berkurangnya rasa ketidaknyamanan pasien.
KESIMPULAN
Pemasangan tampon hidung selama 12 jam lebih unggul dibandingkan 24
jam dalam hal mengurangi ketidaknyamanan pasien serta tidak terdapat perbedaan
dalam hal perdarahan berulang.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
13. Kula M, Yuce I, Unlu Y, Tutus A, Cagli S, Ketenci I. Effect of nasal packing
and haemostatic septal suture on mucociliaryactivity after septoplasty: an
assessment by rhinoscintigraphy. Eur Arch Otorhinolaryngol 2010; 267:541-
6.
14. Shargorodsky J, Bleier BS, Holbrook EH, Cohen JM, Busaba N, Metson R, et
al. Outcomes analysis in epistaxis management: development of a therapeutic
algorithm. Otolaryngol Head Neck Surg 2013; 149:390-8.
15. Dedhia RC, Desai SS, Smith KJ, Lee S, Schaitkin BM, Snyderman CH, et al.
Cost-effectiveness of endoscopic sphenopalatine artery ligation versus nasal
packing as first-line treatment for posterior epistaxis. Int Forum Allergy
Rhinol 2013; 3:563-6.
16. Gupta M, Singh S, Chauhan B. Comparative study of complete nasal packing
with and without airways. B-ENT 2011; 7:91-6.
17. Wang M, Xing Z, Yuan X, Liu Y, Han L, Qin N. Effect of nasal septal suture
versus nasal packing after septoplasty. Lin Chung Er Bi Yan Hou Tou Jing
Wai Ke Za Zhi 2011; 25: 1068-75.
18. Ardehali MM, Bastaninejad S. Use of nasal packs and intranasal septal splints
following septoplasty. Int J Oral Maxillofac Surg 2009; 38:1022-4.
19. Cukurova I, Cetinkaya EA, Mercan GC, Demirhan E, Gumussoy M.
Retrospective analysis of 697 septoplasty surgery cases: packing versus trans-
septal suturing method. Acta Otorhinolaryngol Ital 2012; 32:111-4.
20. Ha JF, Hodge JC, Lewis R. Comparison of nasoendoscopicassisted cautery
versus packing for the treatment of epistaxis. ANZ J Surg 2011; 81:336-9.
21. Zayyan E, Bajin MD, Aytemir K, Ylmaz T. The effects on cardiac functions
and arterial blood gases of totally occluding nasal packs and nasal packs with
airway. Laryngoscope 2010; 120:2325-30.
22. Gyawali KR, Pokharel M, Amatya RC. Short duration anterior nasal packing
after submucosal resection of nasal septum. Kathmandu Univ Med J (KUMJ)
2008; 6:173-5.
23. Kazkayasi M, Diner C, Arikan OK, Kili R. [The effect of nasal packing and
suture technique on systemic oxygen saturation and patient comfort after
septoplasty]. Kulak Burun Bogaz Ihtis Derg 2007; 17:318-23. [Turkish]
11
24. Pratt GF, Wilson P. A simple nasal-packing technique for minor nasal surgery
which reduces pain associated with removal of packs: a surgical technique. J
Plast Reconstr Aesthet Surg 2010; 63:e84.
25. Amen F, Pace-Balzan A. Technical tutorial: How to pack a nose with bismuth
iodoform paraffin paste gauze safely and effectively. Emerg Med J 2009;
26:52.
12