Anda di halaman 1dari 30

BAB I 1.

2 Rumusan Masalah

PENDAHULUAN Rumusan masalah mengenai pemanfaatan


abu vulkanik bromo sebagai pengganti dalam
1.1 Latar Belakang campuran beton adalah sebagai berikut:
Perkembangan dunia konstruksi dari 1) Bagaimanakah kandungan kimia abu
tahun ke tahun semakin pesat baik dari vulkanik bromo?
metode-metode maupun desain.Pembangunan 2) Bagaimanakah sifat fisik dan mekanik
infrastrukturpun sangat meningkat seiring beton dengan tambahan abu vulkanik
perkembangan suatu negara dan kebutuhan bromo?
manusia yang beranekaragam.Para konsumen 3) Bagaimanakah peranan dan pengaruh
saat ini lebih menginginkan bangunan abu vulkanik bromo pada campuran
konstruksi yang terbuat dari bahan beton.Oleh beton?
karena itu banyak di lakukan penelitian- 4) Dari penelitian ini berapakah kadar
penelitian teknologi pembuatan beton dengan optimum pemakaian Abu Vulkanik
material ekonomis dan murah dalam bromo untuk mencapai kuat tekan
pembuatannya. rencana?
Semen merupakan pozolan yang 1.3 Tujuan Penelitian
berfungsi mengikat material-material yang
menyusun beton.hal ini yang membuaat beton Tujuan yang hendak dicapai dari
menjadi satu kesatuan yang rigid.Harga semen penelitian ini adalah:
yang mahal menuntut para peneliti untuk
mencari bahan-bahan pengganti semen yang 1) Mengetahui kandungan kimia yang
lebih murah tetapi memilki fungsi yang tidak terdapat pada abu vulkanik gunung
jauh berbeda dengan semen.Material itu harus bromo.
memiliki karakteristik berupa butiran yang 2) Mengetahui secara tepat sifat fisik dan
menyerupai sifat-sifart semen. mekanik beton dengan tambahan abu
vulkanik bromo.
Selama ini banyak sekali dilakukan 3) Mengetahui peranan dan pengaruh abu
penelitian mengenai bahan pengganti vulkanik bromo pada campuran beton.
semen.diantaranya fly ash, abu sekam ,dll. 4) Mengetahui kadar optimum
pemakaina abu vulkanik bromo untuk
Letusan Gunung Bromo mengeluarkan mencapai kuat tekan rencana.
material-material yang berasal dari dalam
perut bumi,di antaranya limbah abu merapi 1.4 Manfaat Penelitian
yang sangat banyak dan mencemari kota-kota
di Probolinggo dan Lumajang.Limbah abu Dengan adanya penelitian ini diharapkan
Vulkanik ini berbahaya jika terhirup oleh akan diperoleh manfaat yaitu:
manusia. "Warna abu vulkanik ini, coklat
kemerahan yang terbawa oleh arah angin ke 1) Limbah abu vulkanik bromo dapat
tenggara atau Lumajang dan tekanannya digunakan sebagai bahan tambahan
sedang sekitar 200-300 meter. Dominasi dalam pembuatan beton oleh
warna coklat kemerahan ini, karena masyarakat
kandungan silikatnya lebih banyak" ujar Gede 2) Penelitian ini dapat menjadi referensi
Suantika, (Kepala Bidang Pengamatan maupun tonggak awal untuk
Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG melakukan penelitian lebih lanjut.
Bandung). Untuk itu juga perlu dilakukan 3) Dapat meningkatakan peran Teknik
penelitian mengenai penggunaan abu bromo Sipil ITS dalam dunia penelitian.
dalam campuran beton sebagai bahan 4) Dapat membantu peneliti dalam
pengganti semen agar abu bromo tidak lagi menyelesaikan study di Teknik Sipil
mencemari lingkungan. ITS
1.5 Batasan Masalah 2.2 Dasar Mix Design

Agar penelitian ini lebih terarah.Maka Metode pencampuran campuran yang


dilakukan pembatasan masalah terhadap hal- digunakan adalah metode DOE (Departement
hal yang di amati selama penelitian sebagai of Environment) SK.SNI.T-15-1990-03
berikut: dengan judul Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal adapun syarat-
1) Metode pencampuran campuran yang syarat yang harus di penuhi :
digunakan adalah metode
TINJAUAN SNI 03-2847-2002 Tata Dalam SNI 03-2847-02 mengenai Tata Cara
Cara Perencanaan Struktur Beton Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
untuk Bangunan Gedung Gedung mengacu dan berhubungan dengan
SNI dan ASTM yang terkait dengan ketentuan
2) Perbandingan semen : abu vulkanik teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur
bromo sebesar 10:0, 90:10, 85:15, beton untuk BANGUNAN GEDUNG.
80:20, 75:25.
3) Mutu beton yang digunakan adalah: fc 2.3 Material
= 30 MPa.
4) Analisa kimia hanya pada mencari Material penyusun beton terdiri dari
kandungan unsur yang semen,pasir,kerikil dan air dan semen. Bahan-
terkandung,tidak termasuk reaksi bahan tersebut harus memenuhi persyaratan-
kimia. persyaratan sesuai peraturan.

BAB II 2.3.1 Semen

TINJAUAN PUSTAKA a. Semen untuk membuat campuran beton


harus memenuhi salah satu dari ketentuan
2.1 Definisi Beton berikut
1. SNI 15 - 2049 1994 Portland
Beton sebagai bahan konstruksi atau cement ( ASTM C 150 )
struktur bangunan, sudah dikenal bahkan 2. Hydraulic cement concrete--
digunakan sejak ratusan tahun bahkan ribuan specifications; Portland cement--
tahun yang lalu. Walaupun istilah semen specifications (ASTM C 595 ),
portland baru dikenal pada abad 19, namun kecuali type S dan type SA yang
bangunan beton sudah dikenal pada jaman tidak diperuntukkan sebagai unsur
Romawi.Abu merapi akan sangat bermanfaat pengikat utama struktur beton.
jika dapat digunakan sebagai bahan 3. Ekspansive Hydraulic cement
pengganti semen dalam campuran beton specifications ( ASTM
normal.Menurut SNI 03 2847 2002, C 845 )
beton adalah bahan yang didapat dengan b. Semen yang digunakan pada pekerjaan
mencampurkan semen portland atau semen konstruksi harus sesuai dengan semen
hidrolik yang lain, agregat halus, agregat yang digunakan pada perhitungan
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan porporsi campuran beton, yang berkaitan
tambahan yang membentuk masa padat. dengan kekuatan dan karakteristik yang
Beton normal : beton yang mempunyai harus diperhatikan.
berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 2.3.2 Agregat
dan dibuat dengan menggunakan agregat a. Agregat untuk beton harus memenuhi
alam yang dipecah atau tanpa dipecah. salah satu dari ketentuan berikut :
Pada penelitian sebelumnya pernah 1. SNI 03-2461-1991
dilakukan terhadap fly ash namun saat ini
penggunaan fly ash juga harus mengeluarkan b. Ukuran maksimum nominal agregat
biaya,karena fly ash sudah di perjual belikan. kasar harus tidak melebihi :
1. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi
cetakan, ataupun
2. 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
3. jarak bersih minimum antara
tulangan-tulangan atau kawat-
kawat, bundel tulangan, atau 2.3.4.2 Pengaruh lingkungan
tendon-tendon prategang atau Beton yang akan mengalami pengaruh
selongsong-selongsong. lingkungan harus memenuhi rasio air semen
dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton
2.3.3 Air yang ditetapkan.
a. Air yang digunakan pada campuran
beton harus bersih dan bebas dari 2.4.1 Penelitian Sebelumnya
bahan-bahan merusak yang FLY ASH
mengandung oli, asam, alkali, garam Fly ash merupakan material yang memiliki
bahan organik, atau bahan-bahan ukuran butiran yang halus, berwarna keabu-
lainnya yang merugikan terhadap abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran
beton atau tulangan. batubara . Pada intinya fly ash mengandung
b. Air pencampur yang digunakan pada unsur kimia antara lain silika (SiO2), alumina
beton prategang atau pada beton yang (Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium
didalamnya tertanam logam oksida (CaO), juga mengandung unsur
aluminium, termasuk air bebas yang tambahan lain yaitu magnesium oksida (MgO),
terkandung dalam agregat, tidak boleh titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2O dan
mengandung ion khlorida dalam K2O), sulfur trioksida (SO3), pospor oksida
jumlah yang membahayakan. (P2O5) dan carbon. Faktor-faktor yang
c. Air yang tidak dapat diminum tidak mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis
boleh digunakan pada beton, kecuali dari fly ash adalah tipe batubara, kemurnian
ketentuan berikut terpenuhi : batubara, tingkat penghancuran, tipe
1. Pemilihan proporsi campuran pemanasan dan operasi, metoda penyimpanan
beton harus didasarkan pada dan penimbunan(Sri Prabandiyani Retno
campuran beton yang Wardani. Pemanfaatan Limbah Batu Bara(fly ash)
menggunakan air dari sumber . Adapun komposisi kimia dan klasifikasinya
yang sama. seperti dapat dilihat pada Tabel 2.
2. Hasil pengujian pada umur 7 dan Tabel 1.2
28 hari pada kubus uji mortar Komposisi dan klasifikasi fly ash
yang dibuat dari adukan dengan SiO2 52.24% Na20 0.52% P205 0.13%
air yang tidak dapat diminum Al 2O3 38.58% K2O 0.44% SO3 1.21%
harus mempunyai kekuatan Fe2O3 2.94% TiO2 2.42% SO2 -
sekurang-kurangnya sama dengan CaO 0.69% MgO 0.49% LIO 1.39%
90 % dari kekuatan benda uji yang Ekaputri,Januarti J. Dan Triwulan, Study on
dibuat dengan air yang dapat Porong Mud-Based Geopolymer Concrete, 2006.
diminum. Perbandingan uji
kekuatan tersebut harus dilakukan Namun Untuk menggunakan fly ash saat ini
pada adukan serupa, harus mengeluarkan biaya,untuk itu peneliti
terkecualipada air pencampur, merasa perlu mencari bahan pengganti semen
yang dibuat dan diuji sesuai yang lain.
ASTM C 109.

2.3.4 Persyaratan keawetan beton


2.3.4.1 Rasio semen-air
Rasio air semen yang disyaratkan 2.4 .2 Abu Vulkanik Bromo
harus dihitung menggunakan berat semen,
sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 Kandungan yang terdapat dalam abu
atau ASTM C 845, ditambah dengan berat abu vulkanik bromo banyak mengandung
terbang dan bahan pozzolan lainnya sesuai silika.Kandungan material dari abu yang
dengan ASTM C618, kerak sesuai dengan dimuntahkan itu mengandung SiO2 atau
ASTM C 989, dan silika fume sesuai dengan pasir kuarsa yang biasa digunakan untuk
ASTM C 1240. membuat gelas dr Andreas Dewanto.
Abu vulkanik memiliki ukuran yang
memang tidak lebih kecil. jika di .
bandingkan dengan semen, fly ash dan
silica fume..Abu vulkanik ini memiliki
karakteristik yang tajam,sehingga dapat
merusak paru-paru jika terhirup,berbeda
dengan debu biasa. Saat meletus, gunung
berapi memang umumnya menyemburkan
uap air (H2O), karbon dioksida (CO2),
sulfur dioksida (SO2), asam klorida (HCl),
asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke
atmosfer. Abu vulkanik mengandung
silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang
paling umum adalah sulfat, klorida,
natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan
fluoride. Ada juga unsur lain, seperti seng,
kadmium, dan timah, tapi dalam
konsentrasi yang lebih rendah (id blog Gambar 1.2 Scanning Electron Micrograph
network). "Warna abu vulkanik ini, coklat (SEM)
kemerahan yang terbawa oleh arah angin Mag = 5000 kali
ke tenggara atau Lumajang dan Research center ITS
tekanannya sedang sekitar 200-300 meter.
Dominasi warna coklat kemerahan ini,
karena kandungan silikatnya lebih
banyak" ujar Gede Suantika, (Kepala
Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan
Gerakan Tanah PVMBG Bandung).
Dengan kandungan silika yang cukup
banyak ini kemungkinan abu merapi dapat
digunakan sebagai semen.

Gambar 1. 1 Scanning Electron Micrograph


(SEM)
Mag = 2500 kali
Research center ITS
BAB III 3.2 Diagram Alir Mix Desain Beton Normal
menggunakan Campuran abu Vulkanik
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam pengerjaan Tugas akhir metodologi


sangatlah penting.Hal ini sangat karena,
dengan adanya ini maka penelitian atau tugas
akhir yang akan dilakukan menjadi lebih
terarah untuk mencapai tujuan.

Adapun metodologi penelitian pada


tugas akhir ini, yaitu:

3.1 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN


1. Penentuan ide penelitian
2. Penentuan judul penelitian
3. Studi pustaka
4. Menentukan diagram alir penelitian
5. Persiapan alat dan material
6. Pembuatan benda uji
7. Analisa hasil
8. Penentuan kesimpulan
9. Presentasi
10. Revisi laporan
.3. Studi Literatur 3.4.3. Agregat Halus

Untuk menunjang kelancaran dalam Agregat halu berasal dari kota


penyusunan tugas akhir ini dilakukan studi Lumajang. Secara visual, pasir ini
literatur untuk mencari berbagai informasi memiliki tekstur yang relatif bulat dan
mengenai Beton Normal. Studi literatur ini berwarna hitam keabu-abuan. Pasir
dilakukan dengan membaca Buku-buku Lumajang memiliki kualitas yang baik
panduan Pembuatan Beton Normal,Nawi, sehingga sering digunakan untuk
peraturan-peraturan.SNI 03-2847-02 pemuatan beton mutu tinggi.
mengenai Tata Cara Perencanaan Struktur Selanjutnya dilakukan pengujian yang
Beton untuk Bangunan Gedung mengacu dilakukan di laboratorium Beton dan
dan berhubungan dengan SNI dan ASTM Bahan Bangunan Institut Teknologi
yang terkait dengan ketentuan teknis Sepuluh Nopember untuk mengetahui
perencanaan dan pelaksanaan struktur beton karakteristik dari agregat halus tersebut
untuk BANGUNAN GEDUNG serta buku-
buku yang berkaitan dengan judul tugas
akhir ini. 3.4.4. Abu Vulkanik

3.4. Persiapan Bahan/Material Abu Vulkanik yang digunakan


pada penelitian ini didapatkan dari
3.4.1. Pemilihan Semen Portland pengambilan limbah dari letusan
Gunung Bromo. Abu vulkanik yang
Semen portland yang dipakai adalah Semen kami gunakan dalam penelitian ini
Tipe 1 dari Semen Gersik dimana jenis semen diambil dari desa Wonokerto kabupaten
ini untuk keperluan membuat beton sangat baik probolinggo,di pemukiman penduduk
sekali.Keseluruhan semen yang dipakai adalah suku Tengger.Gunung bromo yang
dari Semen Gersik yang mengacu pada berada di kabupaten probolinggo ini
standart ASTM C150-83a dengan alasan meletus di akhir-akhir tahun 2010 ini
keseragaman karena diketahui walaupun mengeluarkan banyak material-material
bertipe sama tetapi dari pabrik yang berbeda dari perut bumi seperti batu-batu dan
kemungkinan kekuatan yang dicapai akan abu vulkanik,namun karena kondisi
berbeda, hal tersebut karena banyak faktor, geografis di sekitar Gunung Bromo ini
misalnya bahan baku yang berbeda kualitas, membuat hanya abu vulkanik saja yang
uniformity, proses pembuatan semen itu menimpa desa-desa sekitar di kabupaten
sendiri, kehalusan dan sebagainya (Aman, probolinggo,abu vulkanik ini bergerak
Ferry 1996). Semen Tipe 1 dipakai untuk mengikuti arah angin,ketika arah angin
keperluan konstruksi yang tidak memerlukan ke arah timur maka kebupaten
persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan Lumajang terkena abu vulkanik yang
kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada sangat tebal mencapai 2 cm .Abu
tanah dan air yang mengandung sulfat antara Vulkanik Bromo bahkan mencapai
0,0 - 0,10 % dan dapat digunakan untuk kabupaten jember yang terletak di
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung sebelah timur kabupaten Lumajang.
bertingkat dan lain-lain. (Kursus AplikasiI 3.4.5. Air
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Air yang dipakai adalah air yang
Terkini di Indonesia Oleh Teknik Sipil ITS) berasal dari PDAM. Total air dalam mix
beton terdiri dari air yang diserap oleh
3.4.2. Agregat Kasar agregat sampai mencapai kondisi jenuh-
kering permukaan. (Saturated Surface
Agregat kasar tersebut adalah Dry, SSD) dan air bebas diaplikasikan
batu pecah. Selanjutnya dilakukan pada hidrasi semen dan untuk
pengujian yang dilakukan di workabilitas beton segar. Dalam
laboratorium Beton dan Bahan prakteknya agregat sering dalam kondisi
Bangunan Institut Teknologi Sepuluh basah dan menyerap air dan air bebas
Nopember untuk mengetahui permukaan sehingga kadar air dalam
karakteristik dari agregat kasar tersebut. campuran kurang dari air bebas yang
dibutuhkan. Workabilitas dari beton .
tergantung dari besarnya eksistensi dari
kandungan air bebas. Jumlah kandungan 3.5.2. Penyelidikan Agregat Halus (Pasir)
air yang sama digunakan dalam agregat
kering yang mempunyai perbedaan 3.5.2.1 Percobaan Kelembaban Pasir (
absorbsi sehingga beton tersebut akan ASTM C 556-89 )
mempunyai perbedaan workabilitas. A. Tujuan
Serupa dengan hal di atas, kekuatan Untuk mengetahui/menentukan
beton dapat dikaitkan dengan faktor kelembaban pasir dengan cara kering.
air/semen (FAS) yang secara lebih tepat
karena dasar kekuatan beton tidak 3.5.2.2 Percobaan Berat Jenis Pasir (ASTM
tergantung dari karakteristik absorbsi C128-78)
agregat. A. Tujuan
Menentukan berat jenis pasir pada kondisi
3.5. Analisa Material SSD
3.5.2.3Percobaan Air Resapan Pasir (
Untuk memastikan bahwa bahan- ASTM C 128-93 )
bahan untuk pembuatan benda uji A. Tujuan
memenuhi persyaratan, dilakukan analisa Menentukan kadar air resapan pasir
material.Analisa semen diambil daro 3.5.2.4 Percobaan Berat Volume Pasir (
penelitian-penelitian sebelumnya. ASTM C 29/C29M 91 )
3.5.1.2 Percobaan waktu mengikat dan A. Tujuan
mengeras semen (ASTM C191- Menentukan berat volume pasir baik dalam
92) keadaan lepas maupun padat.
3.5.2.5 Test Kebersihan Pasir Terhadap
Bahan Organik ( ASTM C40-92 )
Waktu mengikat : Periode yang
berlangsung antara permulaan semen menjadi Percobaan ini lakukan dengan tujuan
kaku dan saat semen itu beralih ke dalam untuk mengetahui kadar zat organik di dalam
keadaan keras/padat. Keadaan dapat diartikan pasir yang akan digunakan.
bahwa pasta semen telah menjadi keras, akan 3.5.2.6 Test Kebersihan Pasir Terhadap
tetapi belum cukup kuat. Awal waktu Lumpur (Pencucian) (ASTM
pengikatan ditandai dengan penurunan jarum C117-95)
vicat sebesar 25 mm.
Percobaan ini lakukan dengan tujuan
Waktu mengeras : Periode yang
untuk mengetahui kadar lumpur di dalam pasir
digunakan sebagai patokan untuk membuka
yang akan digunakan. Berikut adalah langkah
cetakan beton. Pada saat ini pasta semen dan
pelaksanaanya:
agregat telah memasuki tahap pengerasan.
A. Tujuan
Waktu pengerasan ini ditandai dengan
Mengetahui kadar lumpur dalam pasir.
penurunan jarum vicat telah menunjukkan
3.5.2.7 Test Kebersihan Pasir Terhadap
angka 0 mm.
Lumpur (Pengendapan) (ASTM
A. Tujuan C 33 93)
Menentukan waktu pengikatan awal (mulai A. Tujuan
mengikat) dan pengikatan akhir (mulai Menentukan banyaknya kadar lumpur
mengeras) semen Portland. dalam pasir.
3.5.2.8 Percobaan Analisa Saringan Pasir
3.5.1.3 Percobaan konsistensi normal (ASTM C 136 95 a)
semen portland (ASTM C 187-
86) A. Tujuan
Menentukan distribusi ukuran butir /
A. Tujuan gradasi pasir.
Mengetahui kadar air normal untuk
mencari kondisi kebasahan pasta yang 3.5.3.1 Percobaan Kelembaban Batu
standart. Pecah (ASTM C 556 89 )
Percobaan ini lakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kelembaban pada agregat Percobaan ini lakukan dengan tujuan
kasar yang akan digunakan. Berikut adalah untuk mengetahui kadar lumpur agregat kasar
langkah pelaksanaanya: yang akan digunakan. Berikut adalah langkah
A. Tujuan pelaksanaanya:
Untuk mengetahui/menentukan A. Tujuan.
kelembapan Batu pecah dengan cara kering. Mengetahui kadar Lumpur dalam batu
3.5.3.2 Percobaan Berat Jenis Batu pecah
Pecah ( ASTM C 127 88 Reapp. 3.5.3.6 Test Keausan Agregat Kasar
93 ) (ASTM C 131 89 )
Percobaan ini lakukan dengan tujuan Percobaan ini lakukan dengan tujuan
untuk mengetahui berat jenis pada agregat untuk mengetahui prosentase kausan agregat
kasar yang akan digunakan. Berikut adalah kasar yang akan digunakan. Berikut adalah
langkah pelaksanaanya: langkah pelaksanaanya:

A. Definisi A. Tujuan.
Berat jenis batu pecah adalah berat batu Mengetahui keausan Batu pecah untuk
pecah saat berada di udara terbuka beton dengan menggunakan mesin Los
dibandingkan dengan berat batu pecah saat Angeles
dimasukkan ke dalam air dimana pori-pori 3.5.3.7 Analisa Saringan (ASTM 136-95
batu pecah tersebut terisi oleh air A)
B. Tujuan.
Menentukan berat jenis Batu pecah pada 3.5.4. Analisa Abu Vulkanik
kondisi SSD
3.5.3.3 Percobaan Air Resapan Pada Analisa Abu Vulkanik dilakukan dengan
Batu Pecah (ASTM C 127- 88 cara mencari jenis dan jumlah senyawa
Reapp 93 ) yang terkandung di dalamnya.
Percobaan ini lakukan dengan tujuan Kehalusan Abu Vulkanik diperoleh dengan
untuk mengetahui kadar air resapan pada menggunakan analisa ayakan.yaitu ayakn
agregat kasar yang akan digunakan. Berikut no 200.
adalah langkah pelaksanaanya:
A. Tujuan. 3.6. Penentuan Komposisi Awal Tiap
Menentukan Kadar air resapan Batu pecah Bahan
3.5.3.4 Percobaan Berat Volume Batu
Pecah (ASTM C 29/C 29 M 91a Penentuan komposisi awal tiap
) bahan adalah sebagai berikut :

Percobaan ini lakukan dengan tujuan 1. Perbandingan volume agregat halus dan
untuk mengetahui berat volume pada agregat agregat kasar adalah 39:61.
kasar yang akan digunakan baik pada kondisi 2. Perbandingan semen:Abu Vulkanik
lepas ataupun kondisi padat. Berikut adalah sebesar 100:0, 85:15, 75:25, 65:35, 5:5.
langkah pelaksanaanya: Kemudian dilanjutkan dengan
A. Definsi prosentase perbandingan 100:0 , 90:10,
Berat volume batu pecah adalah berat batu 85:15, 80:20, 75:25.
pecah dalam kondisi asli dibandingkan 3. Jumlah air yang diberikan pada saat
dengan berat batu pecah ketika pori-pori dilakukan trial mix adalah sesuai dari
batu pecah tersebut dimampatkan dengan hasil perhitungan Mix design.
cara dirojok tetapi pori-pori batu pecah
tersebut masih terisi oleh udara tetapi tidak 1.7.1.1 Percobaan Slump Test (ASTM C
penuh 143 78)
B. Tujuan. A. Tujuan
Menentukan berat volume batu pecah baik Untuk mengukur workability
dalam keadaan lepas maupun padat. (kemampuan dikerjakan) dari
3.5.3.5 Test Kebersihan Batu Pecah campuran beton. Dan memperoleh
Terhadap Lumpur ( Pencucian ) keseragaman pemakaian air.
(ASTM C 117 95)
3.8.1 Pembuatan Benda Uji Pasta pori yang terbuka membuat menjadi keropos
3.8.1.1 Benda Uji Pasta Ukuran 20 x 40 (menurunkan kuat tekan).
mm (AFNOR NF B 49104)
Tes porositas binder abu vulkanik bertujuan
Pengetesan benda uji pasta ukuran 20 untuk mengetahui besarnya pori terbuka dan
x 40 mm ini digunakan untuk menghitung tertutup yang ada didalam binder (pasta)
prosentase optimum campuran semen dengan
dengan abu vulkanik tersebut:
fly ash. Yang nantinya digunakan sebagai
campuran dasar untuk membuat beton yang 3.9.1.1 Benda Uji Mortar Ukuran 50 x 50
akan diuji temperaturnya.
mm (SKSNI M-111-1990-03)
3.8.1.2 Uji Setting Time (ASTM C 191-01a)
1.10.1 Tes Kuat Tekan (ASTM C 39/C
Setting time merupakan suatu uji untuk
39M-01) Pasta dan Mortar
mengetahui pengikatan awal dan pengikatan
Pertama-tama tes kuat tekan
akhir pada pasta binder, dimana indikasi
dilakukan pada binder ukuran 20x40 mm
pengikatan awal terjadi ketika penurunan
dengan variasi prosentase abu vulkanik 0%,
jarum vicat tercatat sebesar 25 mm. Sedangkan
15%, 25%, 35% dan 50%, pada umur 3, 7, 14,
untuk pengikatan akhir tercatat kurang lebih 0
28, 56, dan 91, hari untuk mendapatkan
mm, dengan kata lain tidak terjadi penurunan
prosentase yang paling optimum. Jumlah
jarum vicat.
sampel yang dibuat untuk masing-masing
prosentase adalah 6 buah binder dengan 3
3.8.1.3 Pengujian Panas Hidrasi (ASTM C benda uji untuk masing-masing umur
1074-98) pengujian. Nantinya prosentase optimum
Dalam penelitian ini yang menjadi tersebut akan digunakan pada beton ukuran
salah satu analisa adalah pada pendataan suhu 10x20 cm yang akan diuji tekan pada umur 3,
7, 14, 28, 56, dan 91 hari untuk mencari nilai
b. Pengujian kuat tekan dimaksudkan untuk
mengetahui kuat tekan pasta dan beton yang
telah mengeras.:

3.10.2. Pengujian Susut (Shrinkage)


mortar (ASTM C-490)
A. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya nilai susut
(shrinkage) beton dari benda uji yang diukur

Gambar Pengujian Panas Hidrasi menggunakan


termokopel

3.8.1.2 Pengujian Porositas Pasta

Ada dua macam pori yaitu por terbuka dan pori


tertutup. Pori terbuka yaitu pori yang bersifat
permeable (dapat ditembus,baik oleh udara
maupun air). Pori tertutup yaitu pori yang
bersifat impermeable (tidak dapat ditembus).
Pori yang tertutup lebih baik daripada pori Gambar pengujian Susut mortar menggunakan
yang terbuka karena pori yang tertutup strain gauge
memilki tekanan hidrostatis yang menambah
kuat tekan dan terhindar dari retak, sedangkan 3.11 Pembuatan Benda Uji Beton
Prosedur pembuatan benda uji mewakili spesimen beton dalam mix
yang digunakan mengacu pada standar desain.
ASTM C-192-90a.
A. Tujuan 3.14. Analisa Data Trial Mix
Membuat silinder benda uji dengan ukuran
diameter 10 cm tinggi 20 cm untuk evaluasi Hasil tes benda uji yang dilakukan
mutu beton. dicatat dan dibuat tabel. Nantinya dari
. 3.12 Proses Pemeliharaan Beton beberapa trial yang dilakukan, yang
Prosedur perawatan (curing) nantinya hasil trial mix tersebut akan
benda uji yang digunakan mengacu pada dibuat benda uji untuk dilakukan
standar ASTM C-192-81. pengujian beton fisik maupun
A. Tujuan mekaniknya.
Perawatan (curing) benda uji
setelah dikeluarkan dari cetakan sampai 3.15. Pelaksanaan Pembuatan Beton
hatri pengetesan bertujuan untuk : Normal.
1. Mencegah penguapan air secara Mix desain 30 MPa berdasarkan
berlebihan dari lapisan beton yang data hasil trial mix yang sudah
belum mengeras yang justru dilakukan sebelumnya. Untuk prosedur
dibutuhkan untuk proses pengerasan pelaksanaan mix desain menggunakan
beton. metode doe
2. Mencegah pengurangan kebutuhan air
selama proses hidratasi semen. 3.16. Analisa Data Beton Normal = 30
MPa.
A. Tujuan Hasil tes benda uji yang dilakukan
Mencegah penguapan air dicatat dan dibuat grafik atau tabel.
dalam beton benda uji. Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal
7.6(3) tentang benda uji yang dirawat di
laboratorium, perlu dilakukan
pengecekan terhadap nilai dari hasil uji
3.13 .Pengetesan Beton Normal Keras kuat tekan rata-rata yang dihasilkan.

3.13.1. Capping Silinder Beton (ASTM 3.17. Cek Standard Deviasi Beton
C-617-83) Normal = 30 MPa. Sebagai Quality
Control.
Caping merupakan suatu cara Untuk mengetahui kualitas dari
meratakan ujung benda uji dengan beton yang telah dibuat, perlu dilakukan
menutupnya menggunakan bahan yang kontrol kualitas beton agar nantinya
cocok, sehingga terbentuk ujung dapat diketahui kelas dari beton yang
permukaan silinder yang berbidang telah dibuat.
datar. Hal ini diperlukan agar Standart deviasi dinyatakan dengan simbol S
pembagian tekanan dapat merata ke dengan rumus sebagai berikut :
semua permukaan benda uji sehingga ( )
tidak hanya terpusat pada bagian yang
cembung saja. Bahan yang digunakan .......................................( Rumus 21)
untuk caping bisa berupa campuran X = niali benda uji
semen, ataupun dari bahan mortar yang = rata -rata
mengandung belerang. n = jumlah benda uji

3.18. Kesimpulan Beton Normal

3.13.2. Pengujian Kuat Tekan Beton Merupakan kumpulan hasil


(ASTM C-39-81) hasil yang diperoleh dari seluruh
A. Tujuan percobaan. Kesimpulan ini meliputi
Untuk mengetahui kuat tekan hasil tes kuat tekan dari berbagai variasi
hancur dari silinder beton yang campuran, hasil susut dari beton dan
Bisa tidaknya Abu Vulkanik ini Tabel.4.16 Mix Design Beton Abu Vulkanik Bromo
digunakan untuk campuran Beton.

BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
DATA
Kondisi Pasir :
1. Lolos saringan No. 200 :
2. Berat jenis (SSD) : 2.72 gr/cm3
3. Berat Volume : 1.485gr/cm3
4. Kelembaban : 5.82 %
5. Resapan : 1.52 %
6. Modulus Kehalusan : 2.2495
7. Grading zone :2

Kesimpulan analisa ayakan batu pecah


Kondisi Batu Pecah :
1. Berat jenis (SSD) : 2.745 gr / cm3
2. Berat Volume : 1.405 gr / cm3
3. Kelembaban : 1.25 %
4. Resapan : 1.35 %
5. Modulus Kehalusan : 6.69
6. Diameter Maximum : 20mm/10mm

1.2.4 Mix Design


Dari hasil analisa material kita bisa
mencari mix design yang tepat untuk
merencanakan beton pada umur 28
hari denga mutu fc 30MPa. Campuran
mix design ini dalam penelitian ini
menggunakan 1 macam saja. Namun
yang berubah-ubah adalah prosentase
abu vulkanik dan semen. Abu vulkanik
digunakan sebagai pengganti semen.
Yaitu dengan prosentase 0%,10%,
15%, 20%, dan 25%.berikut kami
tampilkan tabel mix design dalam
penelitian ini.
4.2.5 Pengujian Beton Kondisi Segar Untuk mencari kadar air campuran
Binder maka perlu dilakukan pengujian
Slump Tes konsistensi normal untuk tiap-tiap komposisi
(SNI 03-6826-2002).
Slump tes ini digunakan sebagai kontrol Konsistensi Normal Binder Semen dan Abu
terhadap pembuatan campuran beton. berikut Vulkanik Bromo
kami tampilkan hasil slump tes.
Tabel.4.18 Dengan Alat Vikat
Tabel.4.17 hasil Slump Tes Beton Abu Vulkanik.

Prosentase Slump Tes 80 + 20 % Abu Vulkanik Air (ml)


0% 10
0 72.9
10% 9
15% 8 15 73.075
20% 7 25 73.35
25% 7 35 74.3
50 74.8
Dari tabel diatas bahwa hasil slump tes masih
memenuhi sesuai slump tes rencana . 70 77.31

Tabel 4.19 Dengan pengamatan


4.3 Uji Parameter Mekanik

4.3.1 Tes Kuat Tekan (ASTM C 823-75) % Abu Vulkanik Air (ml)
Test kuat tekan dilakukan pada 3 jenis 0 72.9
benda uji, yaitu benda uji binder ukuran 20 x 40 10 75.36
mm,benda uji mortar ukuran 50 x 50mm dan 15 77.5
benda uji beton ukuran 10 x 20 cm.
Adapun tes kuat tekan yang dilakukan 20 78.6
pada binder 20 x40 mm adalah untuk 25 79.3
mengetahui nilai kuat tekan optimum pada 30 79.95
campuran semen dan abu vulkanik dengan 35 80.04
prosentase tertentu. Prosentase abu vulkanik
yang digunakan pada awalnya yaitu 0%, 15%,
25%, 35%, 50%. Namun dikarenakan pada saat Keterangan : Berat Semen + Abu = 300 gram.
percobaan ternyata yang optimum antara
15%,maka dilakukan uji ulang dengan
komposisi 0%, 10%, 15% ,20%dan 25%. Tes Berikut disajikan grafik konsistensi
kuat tekan untuk binder dilakukan pada umur 3, normal semen dengan Abu Vulkanik pada
7, 14, 21 dan 28 hari. Gambar 4.4 dibawah ini:
Untuk tes kuat tekan yang dilakukan
pada mortar 50 x 50 mm adalah untuk
mengetahui nilai kuat optimum dan trend yang
terjadi akibat penambahan abu
vulkanik.prosentase abu vulkanik yang di
tambahkan yaitu 0%, 10%, 15%, 20%, 25%.Tes
kuat tekan untuk mortar dilakukan pada umur 3,
7, 14, 21 dan 28 hari.
Sedangkan untuk benda uji ukuran 10 x
20 cm dilakukan beberapa pengetesan untuk
beberapa tujuan.Diantaranya untuk mengetahui
kuat tekan beton dengan campuran abu vulkanik
bromo dan mendapatkan prosentase abu
vulkanik bromo optimum yang ditambahkan
pada campuran beton. Gambar 4.1 Grafik Konsistensi Normal
binder dengan pengamatan.
untuk mengetahui dari variasi prosentase Abu
Vulkanik. Pada awalnya dilakukan pengujian
terhadap pasta dengan prosentase 0%, 15%,
25%,35% dan 50% Abu Vulkanik, manakah
prosentase yang memberikan nilai kuat tekan
paling optimum.pengujian kuat tekan ini
menggunakan mesin Old UTM .

Tabel 4.25 kuat tekan binder umur 28 Hari


spesi spesi spesi rata
1 2 3 rata
KOMPOSISI (Mpa) (Mpa) (Mpa) (Mpa)
0% 70.06 79.62 79.62 76.43
Gambar 4.2 Grafik konsistensi Normal dengan 15% 80.57 74.52 86.62 80.57
percobaan menggunakan alat Vikat.
25% 71.34 77.71 66.56 71.87
Untuk mencari kadar air campuran Mortar 35% 49.36 49.68 56.05 38.86
maka perlu dilakukan pengujian konsistensi 50% 35.67 30.25 35.35 33.76
normal untuk tiap-tiap komposisi.(SK SNI M
111-1990-03)
Dapat dilihat pada Gambar dibawah ini grafik
Tabel.4.20 konsistensi normal Mortar prosentase optimum Abu Vulkanik
Bromo,yaitu:
% Abu Vulkanik Air (ml)
0 242
10 238
15 235
20 230
25 225
Keterangan : Berat Pasir = 1375 gram

Berat Semen + Abu = 500 gram.

Berikut disajikan grafik konsistensi normal


Mortar.
Gambar 4.4 Grafik kuat tekan pasta

Dari grafik tersebut didapatkan hasil yang


tidak beraturan, kemungkinan ini terjadi akibat
dari alat yang digunakan untuk pengetesan
masih baru, belum terkalibrasi, dan sifat Abu
Vulkanik yang masih baru meletus,diduga sifat
Abu ini sangat reaktif. Didapatka optimum di
perosentase 0%, 15% , 25%. Sehingga perlu
dilakukan pengujian ulang terhadap prosentase
Gambar 4.3 Grafik konsistensi normal
diantara range tersebut,sehingga dilakukan
Mortar.
pengujian ulang terhadap prosentase 0%, 10%,
4.3.1.1 Kuat Tekan Benda Uji 20 x 40 mm 15%, 20%, 25%. Pengujian kuat tekan ini
4.3.1.1.1 Penentuan Prosentase Optimum menggunakan Old UTM seperti gamabar
Campuran Semen dengan Abu Vulkanik berikut:
Bromo (pasta).
Penentuan prosentase optimum Abu
Vulkanik Bromo ini dilakukan dengan tujuan
Dari grafik diatas menunjukan bahwa Kuat
tekan optimum pada Umur 28 Hari berada di
prosentase 15%.

Gambar 4.7 Grafik gabungan Kuat tekan binder

Gamabar 4.5. Pengujian kuat tekan


Dari grafik uji kuat tekan binder diatas
didapatkan kesimpulan bahwa penambahan abu
Di bawah ini tabel berikut grafik hasil dari uji vulkanik dapat menurunkan kuat tekan
kuat tekan terhadap binder 0%, 10%, 15%, 20%, binder,semakin banyak jumlah Abu vulkanik
25% ditambahkan maka semakin besar pula
Dapat dilihat pada Gambar dibawah ini penurunan kuat tekan binder,namun hal ini
gabungan tabel dan grafik prosentase optimum terkecuali pada binder dengna prosentase 10 %,
Abu Vulkanik Bromo,yaitu: walaupun jumlah semen yang tersubtitusi tidak
terlalu besar tetapi penurunan kuat tekan sangat
Tabel 4.31gabungan kuat tekan binder.
besar,ini akibat dari sifat abu vulkanik yang
sangat reaktif,disuga dengan penambahan abu
14 21 28
vulkanik 10% itu hanya akan mengganggu
Abu 3 hari 7 hari hari hari hari
semen,jadi jika dilakukan penggantian jumlah
0% 68.94 72.76 74.45 82.09 85.27 semen dengan abu vulkanik disarankan antara
10% 66.50 68.52 71.06 76.68 67.24 penambahan optimum sebesar 15%.
15% 51.55 63.64 67.61 68.09 79.55 4.3.1.2 Kuat Tekan Benda Uji 50 x 50 mm
20% 35.11 48.89 70.64 71.48 76.47 4.3.1.1.1 Penentuan Prosentase Optimum
25% 50.91 59.08 60.67 65.65 67.24 Campuran Mortar dengan Abu Vulkanik Bromo
(pasta).
Setelah dilakukan uji kuat tekan binder,maka
dilakukan uji kuat tekan mortar yang bertujuan
untuk mendapatkan kekuatan tekan dari mortar
dengan campuran abu vulkanik bromo sebagai
subtitusi semen,dengan prosentase 0%, 10%,
15%, 20%, 25%.dari percobaan tersebut
didapatkan hasil yang disajikan dalam tebel dan
grafik dibawah ini:

Gambar 4.6 Grafik gabungan Kuat tekan binder


(Pasta) Umur 28 Hari.
Hubungan Faktor Air Semen Denga Kuat
Tekan.
Berikut kami tampilkan grafik hubungan faktor air
semen dengan kuat tekan.

Dari grafik diatas menunjukan bahwa Kuat


tekan optimum pada Umur 28 Hari berada di
prosentase 15%.
Dari data di atas didapat hasil kuat tekan Gambar 4.10 Grafik kuat tekan pasta
mortar,sehingga jika di gabungkan
menjadiseperti di bawah ini :
Tabel 4.37 kuat tekan mortar abu vulkanik Gabungan

Mortar 0% 10% 15% 20% 25%


3 hari 27.307 25.653 24.400 20.960 21.600
7 hari 29.600 26.080 29.467 21.653 24.800
14 hari 30.400 26.560 32.453 25.547 31.573
21 hari 32.560 28.400 34.933 31.280 32.053
28 hari 39.013 31.387 35.013 34.773 34.000

Gambar 4.11 Grafik hubungan kuat tekan Mortar


dengan FAS

Dari Grafik Hubungan Kuat Faktor air semen dengan


Kuat tekan pasta menunjukan jumlah abu vulkanik
yang bisa ditambahkan adalah 15 %,begitu juga
dengan mortar yaitu 15 %.

4.3.1.3 Kuat Tekan Benda Uji 10 x 20 cm

Untuk membuktikan kebenaran dari penelitian


ini perlu dilakukan uji kuat tekan terhadap
beton.untuk itu dibuat beton dengan prosentase
Abu vulkanik yang menggantikan semen sebesar
0%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Dari uji kuat
Gambar 4.9 Grafik kuat tekan Mortar gabungan tekan terhadap beton didapat data yang di
tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik
berikut:
Dari Tabel dan grafik pengujian kuat tekan mortar
dapat dianalisa komposisi mortar campuran abu
vulkanik,semakin banyak komposisi abu vulkanik
yang mengganti semen maka akan semakin besar
penurunan kuat tekannya,sehingga didapatkan
penggunaan abu vulkaniuk yang di sarankan untuk
pembuatan mortar adalah 15%.
Beton terbukti dari hasi XRD yang menunjukan
(Mpa) 0% 10% 15% 20% 25% kandungan unsur kimia dalam abu vulkanik
yang sangat reaktif.
3 hari 22.082 16.015 19.812 16.715 16.355
4.3.1.4 Kuat Tekan Umur 28 Hari
7 hari 26.833 25.221 24.330 18.964 17.415
14 Benda uji dianggap matang ketika berumur 28
hari 28.233 26.146 29.888 21.785 19.846 hari. Berikut kami tampilkan gabungan kuat
21 tekan benda uji ke Pasta, Mortar dan Beton
hari 34.364 27.215 29.909 22.273 23.121 ketika berumur 28 hari.
28
hari 35.212 28.085 31.903 29.485 26.727

Gambar 4.14 Grafik Gabungan kuat tekan


Pasta, Mortar dan Beton umur 28 hari

Dari garfik diatas kita dapat mengamati bahwa


Gambar 4.12 Grafik kuat tekan Mortar Umur 28 Hari hasil dari kuat tekan Binder (Pasta), Mortar dan
Beton Memiliki trand yang sama, hal ini
Dari grafik diatas menunjukan bahwa Kuat
menunjukan bahwa sifat abu vulkanik ini yang
tekan optimum pada Umur 28 Hari berada di
masih belum stabil, untuk itu perlu di lakukan
prosentase 15%.
penelitian lebih mendalam oleh peneliti-peneliti
yang lain sehingga bisa didapatkan kesimpulan
yang tepat.

4.3.1.5 Standart deviasi

Standart deviasi ini di perlukan sebagai kontrol


terhadap kualitas benda uji dan pembuatan.
Berikut kami tampilkan hasil standart deviasi
dari hasil kuat tekan binder, mortar dan beton
dengan satuan MPa diatas dalam asebuah tabel.

Gambar 4.13 Grafik kuat tekan beton subtitusi semen


dengan abu vulkanik 25% Dari hasil Tes kuat
tekan beton subtitusi semen dengan abu
vulkanik bromo diatas dapat dianalisa bahwa
kecenderungannya sama dengan pada benda uji
binder dan mortar,yaitu terjadi penurunan kuat
tekan seiring ditambahnya prosentase abu
vulkanik yang menggantikan semen kedalam
beton.namun terjadi keanehan pada beton
dengan prosentase abu vulkanik 10%.di
mungkinkan hal ini terjadi karena sifat abu
vulkanik yang sangat reaktif,sehingga hasil dari
kuat tekan menjadi kurang beraturan,dan
Tabel 4.44 hasil standart deviasi dari bendau uji kuat menunjukan bahwa benda uji yang di buat sudah
tekan binder dalam Mpa. seragam.
14 21 28 4.4 Uji Parameter Fisik
STDV 3 hari 7 hari hari hari hari 4.4.1 Setting Time (ASTM C 191-92)
0% 9.45 7.06 3.82 2.55 3.59
10% 5.31 2.43 5.11 4.30 4.24 Telah dijelaskan didepan bahwa setting time
merupakan suatu uji untuk mengetahui
15% 3.32 8.74 3.31 2.96 5.33
pengikatan awal dan pengikatan akhir pada pasta
20% 5.46 0.37 7.34 4.95 6.37 binder, dimana indikasi pengikatan awal terjadi
25% 1.65 1.57 2.39 4.15 5.14 ketika penurunan jarum vicat tercatat sebesar 25
mm. Sedangkan untuk pengikatan akhir tercatat
kurang lebih 0 mm, dengan kata lain tidak
Dari hasil diatas didapat bahwa standart deviasi terjadi penurunan jarum vicat.pengujian setting
lebih dari 3,5 hal ini krena satuan yang dipakai time dilakukan 2 kali. Pertama terhadap binder
adalah Mpa sementara benda uji yang dibuat dengan prosentase abu vulkanik 0%, 15%, 25%,
berukuran 10 x 20 mm. 35%, dan 50% dengan jumlah air sesuai dengan
konsistensi normal dengan uji vikat dan kedua
Tabel 4.45 hasil standart deviasi dari bendau uji kuat dilakukan uji setting time dengan prosentse abu
tekan Mortar dalam Mpa. vulkanik 0%. 10%, 15%, 20% dan 25% dengan
jumlah air sesuai konsistensi normal dengan cara
14 21 28 pengamatan.pengujian setting time ini
STDV 3 hari 7 hari hari hari hari menggunakan dua metode yaitu menggunakan
0% 0.65 0.40 0.69 0.65 1.69 alat vikat dan menggunakan termokopel dan
10% 1.92 1.35 4.04 0.00 1.44 data loger.
15% 2.12 1.39 0.41 1.62 1.99
20% 1.08 1.60 3.28 1.91 3.41
25% 0.00 2.12 3.13 2.59 0.80

Dari hasil diatas didapat bahwa standart deviasi


lebih dari 3.5 hanya 1 kali yaitu terjadi pada
pengujian mortar prosentase 10% pada umur 14
hari, namun hal ini masih dapat di tolelir karena
4 tidak terlalu jauh dengan 3.5 dan juag tidak
terlalu signifikan pengaruhnya.
Tabel 4.46 hasil standart deviasi dari bendau uji kuat
tekan Beton dalam Mpa.

3 7 14 21 28
STDV hari hari hari hari hari
0% 0.45 0.86 3.51 2.98 2.57
10% 2.71 0.99 1.55 1.31 2.81
15% 3.03 0.16 3.49 1.80 1.51
20% 0.15 0.46 1.23 0.00 2.96
25% 1.47 1.80 3.05 3.14 3.18

Dari hasil diatas didapat bahwa tidak ada


standart deviasi lebih dari 3.5 hal ini
Gambar 4.16 grafik Setting time binder dengan
alat vicat.

Gambar 4.17 Grafik Setting time binder dengan data loger.


Berdasarkan grafik diatas, pengikatan awal dna
pengikatan akhir dapat di jelaskan melalui tabel
berikut.
Tabel 4.47 penjelasan setting time

Prosentase pengikatan pengikatan


abu awal (menit) akhir (menit)
0% 84 120
15% 122 150

Gambar4.18 Grafik Setting Time binder 2 dengan alat vikat


25% 183 240
35% 214 255
50% 288 345

Dari tabel diatas dapat di analisa bahwa semakin


banyak prosentase abu vulkanik yang
ditambahkan maka semakin lama pula waktu
pengikatan yang diperlukan.ini menunjukan
bahawa penambahan abu vulkanik dapat
memperlambat reaksi yang terjadi dalam
campuran binder.Abu vulkanik berpengaruh
menurunkan suhu dalam campuran binder, dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.48 Hasil panas hidrasi

Panas Hidrasi Panas Maksimum (C) Panas Akhir (C) C) Komulatif (C)
0% 52.85 28
15% 48.85 28 4 4
25% 44.9 28 3.95 7.95
35% 42.8 28 2.1 10.05
50% 38.05 28 4.75 14.8

Dari tabel tersebut dapat di ketahui bahwa


penambahan Abu Vulkanik 50% dapat
menurunkan suhu dalam pasta sebesar 14.8C.
hal ini menunjukan bahwa Abu vulkanik tidak
dapat bereaksi secara cepat semen.sehingga
semen memerlukan waktu yang cukup lama
untyk mengikat abu vulkanik tersebut.
Gambar 4.19 Grafik Setting Tiem Binder Mmenggunakan
Data Loger
Tabel 4.49 Hasil panas hidrasi Keterangan 0% 10% 15% 20% 25%
Prosentase Pengikatan Awal (menit) Pengikatan Awal (menit)
Dalam air () gram 16.10 15.70 14.90 14.90 15.50
0% 81 120 SSD (Mh) gram 29.10 28.70 27.80 27.80 28.90
10% 103 135 Kering oven (Mo) gram 25.00 25.60 24.50 24.50 25.50
15% 116 150
20% 120 165 kondisi halus (mo) gram 23.00 24.00 23.60 22.80 24.00
25% 132 195 volume benda (Vo) gram 8.00 9.00 9.00 8.50 9.00
r (Kepadatan Absolut) 2.88 2.67 2.62 2.68 2.67
Kepadatan Visual) 1.92 1.97 1.90 1.90 1.90
Dari tabel diatas dapat di analisa bahwa semakin pt (porositas total) 33.11 26.15 27.57 29.20 28.64
banyak prosentase abu vulkanik yang po (Porositas terbuka) 31.54 23.85 25.58 25.58 25.37
ditambahkan maka semakin lama pula waktu pf (porositas tertutup) 1.57 2.31 1.99 3.61 3.26
pengikatan yang diperlukan.ini menunjukan
bahawa penambahan abu vulkanik dapat Dari tabel diatas dapat diketahui ternyata
mengahambat reaksi yang terjadi dalam didalam binder terdapat rongaa yan cukup baik
campuran binder.Abu vulkanik berpengaruh tidak begitu banyak.
menurunkan suhu dalam campuran binder, dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.52 hasil pengujian porositas Mortar

awal
Tabel 4.50 Hasil panas hidrasi
Prosentase 1 (gram) 2 (gram) 3 (gram)
Panas Hidrasi Setting awal (C) setting akhir (C) C) Komulatif (C) 0% 289.5 301 300.5
0% 54.8 28 10% 312.5 306.5 304.5
15% 51.3 28 3.5 3.5 15% 294 299.2 297
20% 49.5 28 1.8 5.3 20% 292 298 300.5
25% 47.3 28 2.2 7.5
25% 302.6 301 304
PercobaanDari tabel tersebut dapat di ketahui
bahwa penambahan Abu Vulkanik 25% dapat akhir
menurunkan suhu dalam pasta sebesar 7.5C. hal Prosentase 1 (gram) 2 (gram) 3 (gram)
ini menunjukan bahwa Abu vulkanik tidak dapat 0% 278.8 278.4 279.5
bereaksi secara cepat semen.sehingga semen
memerlukan waktu yang cukup lama untyk 10% 289.4 284 283
mengikat abu vulkanik tersebut. 15% 273.7 279.1 267.3
20% 271.4 277.2 270.2
25% 275.3 274.7 279.8
4.4.3 Uji porositas
Tabel 4.53 hasil pengujian porositas Mortar
Pengujian porositas ini sangat perlu
dilakukan,hal dilakukan agar kita dapat rata-
mengetahui kualitas benda uji yang kita buat. porositas 1 (%) 2 (%) 3 (%) rata(%)
Dalam penelitian ini juga dilakukan uji porositas 0% 3.696028 7.508306 6.988353 6.064229
terhadap binder (pasta),mortar dan beton hanya 10% 7.392 7.340946 7.060755 7.264567
pada prosentase 0%, 10%, 15%, 20%, 25%. 15% 6.904762 6.717914 10 7.874225
Karena prosentase tersebut marupakan titik-titik
20% 7.054795 6.979866 10.08319 8.039285
optimum penambahan abu vulkanik berdasarkan
percobaan sebelumnya diatas.berikut disajikan 25% 9.021811 8.737542 7.960526 8.573293
hasil dari .porositas dalam bentuk tabel.
Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui 4.4.5 Tes Kuat Tarik beton.
bahwa porositas yang terdapat di dalam Tes kuat tarik beton juga diperlukan
campuran mortar maksimum mencapai untuk mengetahui kemampuan tarik yang bisa
10,08319, namum hal tersebut masih bisa di pikul oleh campuran beton. Hasil dari tes
diterima karena porositas maksimum yang bisa kuat tarik kami tampilkan sebagai berikut:
ditolelir sebesar 12 %.
Tabel 4.55 Tes belah beton pada umur 28 hari
Tabel 4.54 porositas terbuka Beton

Awal 1 2 3 rata-rata
Prosent 1 2 3 Prosentase (ton) (ton) (ton) (ton)
ase (gram) (gram) (gram) umur 0% 8.50 11.00 10.50 10.00
0% 3925 3900 3965 28 10% 7.80 8.50 9.50 8.60
10% 3845 3840 3855 28 15% 12.35 10.00 8.55 10.30
15% 3860 3845 3865 28 20% 9.65 10.10 8.00 9.25
20% 3925 3905 3940 28 25% 7.00 9.00 9.00 8.33
25% 3860 3855 3865 28
Akhir 1 2 3 rata-rata
Prosent 1 2 3 Prosentase (Mpa) (Mpa) (Mpa) (Mpa)
ase (gram) (gram) (gram) umur 0% 27.57 35.68 34.05 32.43
0% 3725 3700 3760 34-37 10% 25.30 27.57 30.81 27.89
10% 3725 3720 3715 34-37
15% 40.05 32.43 27.73 33.41
15% 3725 3720 3740 34-37
20% 31.30 32.76 25.95 30.00
20% 3715 3705 3755 34-37
25% 3675 3675 3696 34-37 25% 22.70 29.19 29.19 27.03

rata- Dari tabel diatas didapatkan bahwa kuat tarik


porosit rata beton rata-rata maksimum mencapai 33.41
as 1 (%) 2 (%) 3 (%) (%) yang dialami oleh 15% abu vulkanik disusul
5.0955 5.1282 5.1702 5.1313 dengan prosentase 0%.hal ini menunnjukkan
0% 41 05 4 29 prosentase tersebut lebih kuat menahan tarik
3.1209 3.6316 3.2925 dari pada presentase lainnya
10% 36 3.125 47 28 4.4.6 Susut.
3.4974 3.2509 3.2341 3.3275
15% 09 75 53 12 Susut yang di ujikan disini adalh susut
5.3503 5.1216 4.6954 5.0557 mortar.Uji susut ini sangat penting untuk
20% 18 39 31 96 mengetahui perubahan panjang pada
4.7927 4.6692 4.3725 4.6115 campuran.perubahan panjang sangat
25% 46 61 74 27 mempengaruhi kuat tekan.

Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui


bahwa porositas yang terdapat di dalam
campuran beton maksimum mencapai
5.350318, namum hal tersebut masih bisa
diterima karena porositas maksimum yang bisa
ditolelir sebesar 12 %.
Gambar 4.21 hasil analisa strain dengan data loger

Dari Grafik dapat ditarik kesimpulan bahwa


Mortar pada prosentase 10% mengalami susut
yang sangat besar. Sedangkan pada prosentase
0% mengalami susut yang terkecil.untuk
mengetahui pengaruh susut terhadap kuat
tekan dapat kita loihat pada grafik sebagai

Gambar 4.22 X-Ray Diffractometer Bromo Volcano Ash


berikut.

Dari grafik dapat di simpulkan bahwa semakin


besar susut yang terjadi mengakibatkan
penurunan kuat tekan yang besar, hal ini dapat
kita tarik kesimpulan penyebab dari
menurunya kuat tekan Pasta, Mortar dan Beton
akibat dari Penyusutan pada Prosentase 10 %
paling besar daripada lainya, sehingg akuat
teknya lebih rendah daripada prosentase 15%.

4.5 Uji Mikrostruktur

Untuk memahami lebih dalam tentang


mikrostruktur dan mengetahui senyawa-
senyawa di dalam Abu Vulkanik Bromo yang
digunakan dalam penelitian maka perlu
dilakukan pengujian mikrostruktur, yakni
dengan tes XRD (X-Ray Diffractometer).
Dengan tes tersebut maka kita akan
mengetahui susunan senyawa kimia yang
terkandung di dalam material tersebut.
. Dari hasil uji XRD diatas
diketahui bahwa Kandungan unsur kimia
yang terdapat pada Abu Vulkanik yang
digunakan pada penelitian ini
mengandung quartz (SiO2) yang sangat
tinggi melebihi unsur yang lainyat. Dari
Uji XRF diketahui kandungan Abu
Vulkanik Bromo Adalah sebgai berikut.

Tabel 4.56 Analisa XRF

Compound SiO2 Na20 Fe2O3 Al2O3 CaO K2O TiO2 SO3 MgO P205
conc unit 35.70% 22% 15.80% 9.90% 8.32% 3.37% 1.50% 1.30% 1% 0.73
Selain unsur silika,ternyata terdapat kandungan
unsur-unsur lain seperti Ferat (Fe2O3 15,8%),
Nitrit (Na2O 22%), dan Alumunium Oksida
(Al2O3 9.9%).
Gambar 4.23 X-Ray Diffractometer Merapi Volcano Ash

Tabel Perbandingan Pozolan yang dibakar


Pengetesan dengan metode XRF
Unsur Kimia Syarat ASTM (1996) Syarat SK-SNI15-1990-F Abu Vulkanik Keterangan

SiO2+Al2O3+Fe2O3 >70% >70% 61.40% Not OK


SO3 < 4% < 5% 1.30% OK
Na2O < 1.5% < 1.5% 22% NOT OK

Berdasarkan tabel perbandingan pozolan


tersebut ada mineral yang terkandung dalam
Abu Vulkanik Bromo yang melebihi dari
persyaratan yang ditentukan yaitu mengandung
22% Na2O, dengan adanya kandungan yang
yang tinggi tidak baik terhadap campuran
beton., hal ini dikarenakan reaksi alkali yang
terjadi membuat agreagt terlepas dari
campuran pasta dan menyebabkan retak pada
beton. adapun hasil analisa kimia yang
dilakukan oleh lab TAKI Teknik Kimia ITS
sebagai berikut:
Mineral Prosentase Metode
SiO2 62% Titrimetri
CaO 19.88% Gravimetri

Lab Taki Teknik Kimia ITS

Dari ketiga hasil Analisa Kimi tersebut


menunjukan Hasil yang berbeda-beda. Hal ini
menunjukan bahwa kandungan mineral abu
vulkanik dalam satu tempat tidak selalu sama,
Waktu letusan yang berbeda dimungkinakan
juga membawa mineral yang berbeda pula
BAB V
5.2 Saran
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terkhir ini akan disampaikan 1. Ketepatan Hasil Analisa ini
beberapa kesimpulan dan saran dari pengujian bergantung pada Kuat tekan dan
yang telah dilakukan. perawatan dan kontrol pada saat
pengujian, untuk itu pada saat
pembuatan benda uji,pemeliharaan
5.1 Kesimpulan
,capping, suhu,kondisi alat,serta
kondisi benda uji sebelum dan pada
1. Kandungan Kimia dari abu vulkanik saat dilakukan pengetesan harus benar-
ini sebagian besar adalah unsur yang benar terjaga dan berhati-hati dalam
digunakan sebagai pozolan,yaitu 35% melaksanakanya agar didapatkan hasil
SiO2, (Fe2O3 15,8%), (Al2O3 9.9%). yang sangat akurat.
2. Dari Hasil percobaan yang kami 2. Penelitian ini tidak menggunakan
lakukan menunjukan sifat kuat tekan terlalu banyak benda uji
beton semakin menurun seiring dengan beton.dikarenakan jumlah abu
bertambahnya prosentase abu vulkanik yang cukup terbatas dan
vulkaanik. Pada saat pelaksaan pengolahanya sebelum dijadikan
pengecoran terlihat benda uji waktu pengganti semen yang cukup lama,
basah mengeluarkan air dan terjadi oeleh karena ini diharapkan pada
segregasi,ada indikasi bahwa reaksi penelitian selanjutnya gunakan benda
antara beton denga abu vulkanik uji yang cukup banyak dengan ukuran
melambat. Hal ini terbukti melalui uji 15x30 supaya didapatkan hasil yang
setting time dan panas hidrasi. lebih akurat lebih baik.
3. Abu vulkanik pada prosentase 10% 3. Dalam penelitian ini metode yang
kurang berperan dalam campuran digunakan adalah metode beton
beton, hal ini di indikasi karena pada normal bisasa.untuk itu diharapkan
prosentase tersebut jumlah silika yang pada penelitian selanjutnya digunakan
bereaksi tidak cukup untuk metode-metode lain yang
menggantikan jumlah semen yang memungkinkan hasil dari penggunaan
hilang, sehingga terjadi kekacauan di abu vulkanik ini jauh lebih baik.
prosentase tersebut.namun ketika 4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
prosentase di tambah menjadi 15% digunakan sebagai pembanding oleh
maka didalam campuran tersebut peneliti-peneliti selanjutnya.
prosentase silika dan bahan pozolan
yang terkanding dalam abu vulkanik
cukup untuk bereaksi menggantikan
jumlah semen yang hilang.
4. Hasil Kuat tekan beton pada Umur 28
hari menunjukan bahwa penambahan
abu vulkanik tidak menunjukan
penurunan yang signifikan. Dari
prosentase abu vulkanik yang
ditambahkan didapatkan kekuatan
pada komposisi 0% = 35.212 MPa,
10% = 28. 085 MPa, 15% = 31.903
MPa, 20% =29.485, 25%= 26.727.
dengan hal tersebut dapat disimpulkan
abu vulkanik ini dapat digunakan
namun dengan prosentase dibawah
25%. Dan komposisi teroptimum
disarankan menggunakan prosentase
15%.
.

Anda mungkin juga menyukai