Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, tugas makalah tentang
klasifikasi sains menurut al-farabi ini terselesaikan dengan baik. Dengan
membuat tugas ini diharapkan mampu untuk lebih menghargai sejarah
dan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu islam
pada khususnya.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat


memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT sangat haus akan ilmu pengetahuan. Karena
sebagai manusia, kita tidak luput dari berbagai macam kekurangan.
BAB I
KLASIFIKASI SAINS MENURUT AL-FARABI

A.SEJARAH AL-FARABI

Abu Nashr Muhammad bin Muhammad Bin Tharkhan, sebutan al-


Farabi diambil dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan. Sejak kecil ia
suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang
bahasa. Sebagai pembangun sistem filsafat, ia telah membaktikan diri
untuk berkontemplasi, menjauhkan diri dari dunia politik walaupun menulis
karya-karya politik yang monumental. Ia meninggalkan risalah penting.
Filsafatnya menjadi acuan pemikiran ilmiah bagi dunia Barat dan Timur,
lama sepeninggalnya Al-Farabi hidup di tengah kegoncangan masyarakat
dan politik Islam. Pemerintah pusat Abbasiyah di Baghdad sedang berada
di dalam kekacauan di bawah pimpinan khalifah-khalifah Radli, Muttaqi,
Mustakfi. Saat itu bermunculan negara-negara di daerah yang mengambil
alih kekuasaan.

Al-Farabi dengan cemas hati melihat perpecahan khalifah dan


kemunduran masyarakat Islam. Sebagaimana sudah disinggung di atas,
ia tidak aktif dalam bidang politik, tetapi memberikan kontribusi pemikiran
dengan menulis buku politik untuk memperbarui tata negara. Pembaruan
itu menurutnya hanya dapat berhasil bila berakar kokoh dalam fondasi
filsafat. Al-Farabi menunjukkan kehidupan spiritual dalam usianya yang
masih sangat muda dan mempraktekkan kehidupan sufi. Ia juga ahli
musik terbesar dalam sejarah Islam dan komponis beberapa irama musik,
yang masih dapat didengarkan dalam perbendaharaan lagu sufi musik
India
Al-Farabi telah mengarang ilmu musik dalam lima bagian. Buku-
buku ini masih berupa naskah dalam bahasa Arab, akan tetapi
sebagiannya sudah diterbitkan dalam bahasa Perancis oleh DErlenger.
Teorinya tentang harmoni belum dipelajari secara mendalam.
Pengetahuan estetika al-Farabi bergandengan dengan kemampuan
logikanya. Ia meninggal pada tahun 950 M dalam usia 80 tahun.

KARYA-KARYA AL-FARABI

Kebanyakan pemikiran yang dikembangkan oleh al-Farabi sangat


berafiliasi dengan system pemikiran Hellenik berdasarkan Plato dan
Aristoteles :

Diantara judul karya al-Farabi yang terkenal adalah :


1. Maqalah fi Aghradhi ma Bada al-Thabiah
2. Ihsha al-Ulum 25
3. Kitab Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah
4. Kitab Tahshil al-Saadah
5. Uyun al-Masail
6. Risalah fi al-Aql
7. Kitab al-Jami bain Ray al-Hakimain : al-Aflatun wa Aristhu
8. Risalah fi Masail Mutafariqah
9. Al-Taliqat
10. Risalah fi Itsbat al-Mufaraqat.

Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat


ditinjau menjdi 6 bagian.

1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwaah).

Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah


(Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian
kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang
paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam.
Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai
penguasa kota utama mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam
Syi'ah.
Klasifikasinya dalam perincian ilmu pengetahuan dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Ilmu bahasa: syntaksis, gramatika, pengucapan dan tuturan, dan


puisi.

2. Logika: pembagian, definisi dan komposisi gagasan-gagasan yang


sederhana.

3. Sains persiapan:
a. Aritmetika: praktis teoritis
b. Geometri: praktis teoritis
c. Optika
d. Sains tentang langit: astrologi, gerak dan sosok benda-benda
langit.
e. Musik: praktis teoritis
f. Ilmu tentang timbangan.
g. Ilmu membuat alat-alat (pembuatan mesin-mesin dan instrumen-
instrumen sederhana untuk digunakan dalam berbagai seni dan
sains, seperti astronomi dan musik).
4. Fisika (sains kealaman), metafisika (sains yang berhubungan
dengan Tuhan dan prinsip-prinsip benda).

Fisika:
a. Ilmu tentang prinsip-prinsip yang mendasari benda-benda alam.
b. Ilmu tentang sifat dan ciri elemen, dan prinsip yang mengatur kombinasi
elemen menjadi benda.
c. Ilmu tentang pembentukan dan kerusakan benda.
d. Ilmu tentang reaksi yang terjadi pada elemen-elemen dalam
membentuk ikatan.
e. Ilmu tentang benda-benda ikatan yang terbentuk dari empat elemen
dan sifat-sifatnya.
f. Ilmu mineral.
g. Ilmu tumbuhan.
h. Ilmu hewan.

Metafisika:
a. Ilmu tentang hakikat benda.
b. Ilmu tentang prinsip-prinsip sains khusus dan sains pengamatan.
c. Ilmu tentang benda non-jasadi, kualitas-kualitas dan ciri-cirinya yang
akhirnya menuju kepada ilmu tentang kebenaran, yaitu mengenai Allah
yang salah satu nama-Nya ialah kebenaran(al-Haqq).

5. Ilmu kemasyarakatan:
a. Jurisprudensi
b. Retorik
KESIMPULAN

Al-Farabi merupakan salah satu tokoh filosof muslim yang banyak


dikenal di dunia Barat dengan sebutan al-Parabius atau guru kedua
setelah Aristoteles sebagai guru pertama. Banyak pemikiran-pemikiran al-
Farabi yang diambil dari Aristoteles, akan tetapi al-Farabi tidak hanya
menerima begitu saja. Beliau dalam menelaah pemikiran Aristoteles selalu
dihubungkan dengan al-Quran dan Hadist. Seperti pendapat Aristoteles
yang menyatakan bahwa dunia ini kekal, tetapi menurut al-Farabi dunia ini
tidak akan selamanya kekal. Karena al-Farabi masih mempercayai akan
adanya hari kiamat, maka beliau berpendapat bahwa dunia ini tidak akan
kekal selamanya. Al-Farabi mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke
dalam tujuh bagian, yaitu: logika, percakapan, matematika, physika,
metaphysika, politik, dan ilmu fikih (jurisprudence).

Pada hakikatnya semua ilmu itu sama kecuali ilmu-ilmu yang


dilarang oleh Allah untuk dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Mutiara. 2011. PEMIKIRAN AL-FARABI TENTANG KONSEP ILMU


PENGETAHUAN dalam
http://adibazhamutiara.blogspot.com/2011/03/pemikiran-al-farabi-
tentang-konsep-ilmu.html. Di akses pada Senin, 15 Oktober 2012.

http://www.infoakademika.com/tradisi-sains-dan-teknologi-dalam-sejarah-
islam/

Anda mungkin juga menyukai