3.7. Pembebanan
Pembebanan pada balok prategang digunakan untuk mengetahui apakah penampang balok prategang tersebut
bisa menahan beban-beban yang bekerja pada penampang. Beban-beban yang bekerja pada desain struktur
girder dalam tugas akhir ini adalah beban mati tetap, beban mati tambahan dan beban hidup yang mengacu pada
RSNI T-02-2005.
Beban-beban yang bekerja adalah :
a. Beban mati adalah beban semua bagian dari suatu jembatan yang bersifat tetap, termasuk segala beban
tambahan yang tidak terpisahkan dari suatu struktur jembatan. Beban mati tetap dan beban mati tambahan
merupakan berat sendiri beton girder, slab lantai, aspal dan diaphragma.
b. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban lalu lintas
kendaraan sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang berlaku.
Beban D
Beban Lajur D terdiri atas beban tersebar merata, Uniform Distributed Load (UDL) yang
digabung dengan beban garis, Knife Edge Load (KEL)
Beban Tersebar Merata (UDL), mempunyai intensitas q t/m2 dimana besarnya q tergantung pada
panjang total wilayah yang dibebani, L (span), seperti berikut :
q = 0.9 t/m2 span 30 m
q = 0.9 x (0.5 + 15/L) t/m2 > 30 m
Beban Garis atau Knife Edge Load (KEL) dengan intensitas p ton/m harus ditempatkan tegak
lurus terhadap lalu lintas jembatan. Besarnya intensitas p adalah 4.90 ton/m
c. Gaya angin
Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata tambahan arah horizontal harus
diterapkan pada permukaan lantai seperti diberikan pada rumus dibawah ini :
= 0.0012 (kN) (5)
dengan Cw = 1.2, dan Ab = Luas bagian samping kendaraan (m2).
Gambar 4.1
Dari tabel 4.3. diatas didapat besarnya momen ultimate yang terjadi di tengah bentang adalah 1405.825 tm
dimana perhitungan momen ultimate dalam hal ini mengacu pada BMS atau Bridge Managament System
(Anonim, 1992).
Gaya prategang yang diberikan pada kabel strand merupakan gaya prategang initial (jacking force) yang
besarnya belum dikurangi oleh besar kehilangan gaya prategang akibat kehilangan jangka pendek dan
jangka panjang. Jumlah tendon yang digunakan sebanyak tiga buah tendon dimana terdapat 19 buah strand
untuk setiap tendon. Total strand yang digunakan adalah 57 strand. Besarnya jacking force yang terjadi
untuk setiap tendon adalah 267230.25 kg. Sehingga nilai total jacking force yang didapat adalah sebesar
801690.75 kg.
4.5. Analisa Tegangan
a. Tegangan izin pada saat initial
Merupakan tahap dimana gaya prategang dipindahkan pada beton dan belum memiliki beban luar yang
bekerja selain berat sendiri. Besarnya nilai tegangan izin pada saat initial adalah sebagai berikut :
- Tegangan tekan = 0.6 fci = 0.6 (449.010) kgcm = 269.406 kgcm
- Tegangan tarik = 0.8 fci = 0.8 449.010 kgcm = 16.914 kgcm
Sedangkan besarnya tegangan yang terjadi pada pada saat initial dapat dilihat pada Tabel 4.5.a berikut ini.
Nilai tegangan yang terjadi pada saat servis dapat dilihat pada Tabel 4.5.b berikut ini
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kehilangan prategang yang terbesar terjadi pada slip angker yaitu sebesar
13198.224 kg. Total kehilangan prategang yang terjadi terdapat di tengah bentang dimana persentase
perhitungan kehilangan prategang dapat dilihat dibawah ini.
- Kehilangan prategang akibat Jacking force atau gaya dongkrak awal yaitu :
Jumlah strand x Po
57 x 14064.750 kg = 801690.750 kg (75%)
- Kehilangan prategang yang terjadi pada saat intial yaitu :
Jumlah strand Px + z
57 x 13196.283 kg = 752188.140 kg (70.369%)
DAFTAR PUSTAKA
Annur, Dini Fitria. 2013. Perencanaan Precast Concrete I Girder pada Jembatan Prestressed Post-tension dengan
Bantuan Program Microsoft Office Excel. Tugas Akhir Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Anonim1. 1992. Bridge Management System (BMS). Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan. Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan.
Anonim2. 2005. Standar Nasional Indonesia. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Departemen Pekerjaan
Umum.
Anonim3. 2004. Standar nasional Indonesia. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Departemen Pekerjaan
Umum.
Hadipratomo, Winarni. 1994. Struktur Beton Prategang Teori dan Prinsip Desain. Bandung : Nova.
Lin, T. Y dan Burns, Ned. H. 2000. Desain Struktur Beton Prategang Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Nawy, Edward. G. 2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar. Jilid I Edisi III. Terjemahan Bambang
Suryoatmono. Jakarta : Erlangga.
Supriyadi, Bambang dan Seto Muntohar, Agus. 2007. Jembatan. Diktat Kuliah Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.