Anda di halaman 1dari 4

Beban hidup

- Distribution Load, qudl 1.546 t/m


- Line Load, PKEL 12.692 t
Beban angin 0.741 t/m

4.3. Analisa momen


Adanya beban-beban akan menimbulkan momen. Besarnya momen di tengah bentang dapat dihitung
menggunakan rumus : = (6)
Perhitungan momen dilakukan pada tengah bentang karena pada perencanaan sederhana diatas dua buah
perletakan momen maksimum terjadi di tengah bentang.

Tabel 4.3. Analisa Momen


Tengah bentang
Type Description
(tm)
DL Precast beam 257,365
Subtotal 257,365
DL Slab 177,051
ADL Asphaltic Layer 31,161
DL Diaphragm+deck slab 35,267
Subtotal 243,479
LL Distribution load 236,742
KEL 111,046
Windload 113,466
Subtotal 347,788
Total (DL + LL) 848,632
Ultimate total 1405,825

Dari tabel 4.3. diatas didapat besarnya momen ultimate yang terjadi di tengah bentang adalah 1405.825 tm
dimana perhitungan momen ultimate dalam hal ini mengacu pada BMS atau Bridge Managament System
(Anonim, 1992).

4.4. Profil kabel


Jenis kabel yang digunakan Uncoated stress relieve seven wires strand, ASTM A 416 Grade 270 Low
Relaxation dengan spesifikasi diameter strand 1.27 cm, modulus elastisitas 1960000 kg/cm2 dan effective
section area (Ast) sebesar 0.987 cm2.

Tabel 4.4. Profil Kabel


Profile Jacking Force
Jumlah Asp Fu
Tendon Tepi Tengah Po (kg)
Strand cm2 kg/cm2
(cm) (cm)
0 0 150,00 30,00 0,987 19000 75% 0,00
1 19 95,00 15,00 0,987 19000 75% 267230,25
2 19 65,00 10,00 0,987 19000 75% 267230,25
3 19 35,00 10,00 0,987 19000 75% 267230,25
Total 57 65,00 11,667 75% 801690,75

Gaya prategang yang diberikan pada kabel strand merupakan gaya prategang initial (jacking force) yang
besarnya belum dikurangi oleh besar kehilangan gaya prategang akibat kehilangan jangka pendek dan
jangka panjang. Jumlah tendon yang digunakan sebanyak tiga buah tendon dimana terdapat 19 buah strand
untuk setiap tendon. Total strand yang digunakan adalah 57 strand. Besarnya jacking force yang terjadi
untuk setiap tendon adalah 267230.25 kg. Sehingga nilai total jacking force yang didapat adalah sebesar
801690.75 kg.
4.5. Analisa Tegangan
a. Tegangan izin pada saat initial
Merupakan tahap dimana gaya prategang dipindahkan pada beton dan belum memiliki beban luar yang
bekerja selain berat sendiri. Besarnya nilai tegangan izin pada saat initial adalah sebagai berikut :
- Tegangan tekan = 0.6 fci = 0.6 (449.010) kgcm = 269.406 kgcm
- Tegangan tarik = 0.8 fci = 0.8 449.010 kgcm = 16.914 kgcm
Sedangkan besarnya tegangan yang terjadi pada pada saat initial dapat dilihat pada Tabel 4.5.a berikut ini.

Tabel 4.5.a. Analisa Tegangan saat Initial


Keterangan Tengah
x - [m] Bentang
Moment DL [ton.m] 257,365
Pi [ton] 752,188
e (eksentrisitas) [m] 0,703
Pi.e [ton.m] -529,133
Moment Net. [ton.m] -271,769
2
Pi / A [kg/cm ] 111,883
M / Wa [kg/cm2] -100,295
2
M / Wb [kg/cm ] 93,484
Tegangan initial top ( sT ) 11,588
2
[kg/cm ] bottom ( sB ) 205,367

b. Tegangan izin pada saat servis


Merupakan tahap beban kerja setelah memperhitungkan kehilangan gaya prategang. Besarnya nilai
tegangan izin pada saat servis adalah sebagai berikut :
- Tegangan tekan = 0.45 fc = 0.45 (528.2) kgcm = 237.711 kgcm
- Tegangan tarik = 1.59 fc = 1.59 528.2 kgcm = 36.691 kgcm

Nilai tegangan yang terjadi pada saat servis dapat dilihat pada Tabel 4.5.b berikut ini

Tabel 4.5.b. Analisa Tegangan saat Servis


Keterangan Tengah
x - [m] Bentang
Moment DL [t-m] 469,683
P [t] 648,264
P.e [t-m] -456,027
Moment --- M1 [t-m] 13,656
Moment --- M2 [t-m] 378,949
2
P/A [kg/cm ] 96,425
2
M 1 / Wa [kg/cm ] 5,040
M 1 / Wb [kg/cm2] -4,697
2
M 2 / Wa' [kg/cm ] 43,545
M 2 / Wb' [kg/cm2] -93,560
Tegangan service slab ( sS ) 63,707

[kg/cm2] top ( sT ) 145,009


bottom ( sB ) -1,832
4.6. Kontrol tegangan
Kontrol tegangan berfungsi untuk mengetahui seberapa besar tegangan yang terjadi pada jembatan akibat
pembebanan yang terjadi sehingga kita dapat mengetahui apakah tegangan tersebut akan berefek yang
signifikan pada struktur jembatan atau tidak. Pada tahap ini berlaku tegangan izin yang berbeda-beda sesuai
kondisi beton dan tendon. Kontrol tegangan dilakukan dua tahap
1. Kontrol tegangan saat initial (tinjauan tengah bentang)
Teg. Top (T) = 11.588 kg/cm2 Teg. Ijin = -16.914 kg/cm2
Teg. Bott (B) = 205.367 kg/cm2 Teg. Ijin = 269.406 kg/cm2
2. Kontrol tegangan pada saat service (tinjauan tengan bentang)
Teg. Top (T) = 145.009 kg/cm2 Teg. Ijin = 237.711 kg/cm2
Teg. Bott (B) = -1.832 kg/cm2 Teg. Ijin = -36.691 kg/cm2

4.7. Kehilangan gaya prategang


Kehilangan tegangan pada balok prategang adalah proses menurunnya tegangan prategang yang dapat
diakibatkan oleh beton maupun tendonnya. Kehilangan gaya prategang terbagi dalam dua tahapan yaitu saat
gaya prategang diberikan pada beton (saat transfer) yang disebut kehilangan seketika dan kehilangan yang
dipengaruhi oleh waktu (kehilangan jangka panjang). Rumus kehilangan prategang akibat pemendekan elastic
(ES), gesekan kabel (Px), slip angker (P), Rangkak (CR), susut (SH) dan relaksasi (RE) yang berdasarkan pada
ACI dapat dilihat pada (Edward. G. Nawy. 2001). Dalam tulisan ini besar kehilangan prategang dapat dilihat
pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7. Kehilangan Gaya Prategang


Keterangan Besar kehilangan (kg)
1. Pemendekan elastis (ES) 471.07
2. Gesekan kabel (Px) 12327.816
3. Slip angker (P) 13198.224
4. Rangkak (CR) 943.501
5. Susut (SH) 208.101
6. Relaksasi (RE) 200.617

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kehilangan prategang yang terbesar terjadi pada slip angker yaitu sebesar
13198.224 kg. Total kehilangan prategang yang terjadi terdapat di tengah bentang dimana persentase
perhitungan kehilangan prategang dapat dilihat dibawah ini.

- Kehilangan prategang akibat Jacking force atau gaya dongkrak awal yaitu :
Jumlah strand x Po
57 x 14064.750 kg = 801690.750 kg (75%)
- Kehilangan prategang yang terjadi pada saat intial yaitu :
Jumlah strand Px + z
57 x 13196.283 kg = 752188.140 kg (70.369%)

- Kehilangan prategang yang terjadi pada saat servis yaitu :


Jumlah strand x (z ES CR SH RE)
57 x 11373.047 kg = 648263.684 kg (60.647%)

Maka, total persentase kehilangan prategang pada jangka panjang adalah:


.
100 x100% = . %
.

4.8. Perhitungan lendutan


Lendutan yang terjadi pada kombinasi jembatan tidak boleh lebih dari = dimana L adalah panjang
jembatan yang ditinjau. Kontrol lendutan dilakukan pada saat transfer dimana beban luar belum bekerja dan
juga pada saat servis setelah beban luar bekerja. Dalam kasus ini lendutan yang terjadi sebesar 2.163 cm,
dimana lendutan yang diizinkan adalah sebesar 4.375 cm. Hal ini membuktikan bahwa struktur aman terhadap
lendutan yang terjadi.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan dari hasil perancangan pada bab-bab sebelumnya adalah sebagai
berikut :
a. Dari hasil perhitungan, tegangan yang diperoleh lebih kecil dari tegangan yang diijinkan, baik dalam
kondisi transfer (initial) maupun pada saat beban kerja (servis), maka perencanaan jembatan memenuhi
syarat dan aman.
b. Total kehilangan prategang yang terjadi sebesar 19.138%.
Dari hasil perhitungan terdapat perbedaan hasil antara perhitungan secara manual dan perhitungan dengan
menggunakan alat bantu software, oleh karena itu disarankan agar para pendesain berikutnya menggunakan
software dengan ketelitian yang jauh lebih baik sehingga tingkat keamanan struktur lebih terjamin.

DAFTAR PUSTAKA

Annur, Dini Fitria. 2013. Perencanaan Precast Concrete I Girder pada Jembatan Prestressed Post-tension dengan
Bantuan Program Microsoft Office Excel. Tugas Akhir Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Anonim1. 1992. Bridge Management System (BMS). Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan. Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan.

Anonim2. 2005. Standar Nasional Indonesia. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Departemen Pekerjaan
Umum.

Anonim3. 2004. Standar nasional Indonesia. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan. Departemen Pekerjaan
Umum.

Anonim4. ACI-ASCE Joint Committee 423. 1957.

Hadipratomo, Winarni. 1994. Struktur Beton Prategang Teori dan Prinsip Desain. Bandung : Nova.

Lin, T. Y dan Burns, Ned. H. 2000. Desain Struktur Beton Prategang Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Binarupa
Aksara.

Nawy, Edward. G. 2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar. Jilid I Edisi III. Terjemahan Bambang
Suryoatmono. Jakarta : Erlangga.

Supriyadi, Bambang dan Seto Muntohar, Agus. 2007. Jembatan. Diktat Kuliah Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai