Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANDIRI

STUDI HADIS

OLEH :

RENI HARDIANTI
111555202569

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AJARAN 2017/ 2018


A. Hadis sebagai Sumber Ajaran Islam

Nama Penceramah : Ustad Malik

Kegiatan : Wirid kajian malam Jumat

Waktu & Tempat : 20.00 WIB, 05 Oktober 2017/ Mesjid Al- Ikhlas VIP

Ungkapan Hadis :



Artinya : "Tidaklah sah shalat seseorang apabila ia tidak membaca fatihatul kitab (surat Al
Fatihah) dan selebihnya.

B. Takhrij Hadis

Potongan Hadis diatas adalah Hadis dari Abu Daud tentang perihal Sholat
no. 700, Berikut ungkapan Hadis lengkapnya :

Artinya : (ABUDAUD - 700) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu
Sarh keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Mahmud
bin Ar Rabi' dari 'Ubadah bin As Shamit yang sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam (sabdanya): "Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (surat
Al Fatihah) dan selebihnya." Sufyan berkata; "Bagi siapa yang shalat sendirian.".
Struktur Hadis :

STRUKTUR HADIS

MATAN



Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (surat Al Fatihah).

URUT SANAD

Ubadah bin Ash Shamit bin Qais

Dari

Mahmud bin Ar Rabi bin Suraqah bin Amru

Dari

Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin


Abdullah

Dari

Sufyan bin Uyainah bin Abi Imran Maimun

Telah

Menceritakan

Qutaibah bin Said bin Jamil bin Tharif bin


Abdullah

Telah

Menceritakan
ABU DAUD
) Takhrij Hadis ( Sumber dari Kitab Pokok Hadis

1. Shahih Al Bukhari : 1 Buah Hadis yang terdapat pada aplikasi Hadis kitab 9 Iman Hadis
No. 714 :

(BUKHARI - 714) : Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Adullah berkata, telah
menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepada kami Az Zuhri dari
Mahmud bin Ar Rabi' dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al
"Fatihah).

2. Shahih Muslim : 1 Buah Hadis yang terdapat pada aplikasi Hadis kitab 9 Iman Hadis No.
595 :



(MUSLIM - 595) : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Amru
an-Naqid serta Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Sufyan berkata Abu Bakar telah
menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari az-Zuhri dari Mahmud bin ar-Rabi' dari
Ubadah bin ash-Shamit menyatakan hadits tersebut marfu' kepada Nabi
"Shallallahu'alaihiwasallam, "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah.

3. Jamial Tirmidzi : 1 Buah Hadis yang terdapat pada aplikasi Hadis kitab 9 Iman Hadis
No. 230, 286, dan 287 :



(TIRMIDZI - 230) : telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Abu Umar
Al Makki Abu Abdullah Al 'Adani dan Ali bin Hujr keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Mahmud Ibnu Ar Rabi' dari Ubadah bin
Shamit dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada shalat bagi orang
yang tidak membaca Al Fatihah." Ia berkata; "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Abu
Hurairah, 'Aisyah, Anas, Abu Qatadah dan Abdullah bin 'Amru." Abu Isa berkata; "Hadits
Ubadah bin Ash Shamit derajatnya hasan shahih. Hadits ini diamalkan oleh ulama dari
kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Seperti Umar bin Al Khaththab, Imran
bin Hushain dan selain mereka. Mereka berkata; "Shalat tidak sah tanpa membaca Al
fatihah." Ali bin Abi Thalib berkata; "Setiap shalat yang tidak dibacakan di dalamnya Al
Fatihah adalah kurang dan tidak sempurna." Pendapat ini dipegang oleh bin Al Mubarak,
Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Aku mendengar Ibnu Abu Umar berkata; "Aku berbeda dengan
Ibnu Abu Umar delapan belas tahun, sedangkan Al Humaidi lebih tua satu tahun dari usiaku.
Aku pernah mendengar Ibnu Abu Umar berkata; "Aku melaksanakan haji sebanyak tujuh kali
dengan berjalan kaki".

(TIRMIDZI - 286) : telah menceritakan kepada kami Hannad berkata; telah menceritakan
kepada kami Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin Ishaq dari Makhul bin Ishaq dari
Mahmud bin Ar Rabi' dari Ubadah bin Ash Shamit ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melaksanakan shalat subuh, kemudian nampak berat bagi beliau untuk membaca
(ayat-ayat). Setelah selesai shalat beliau bersabda: "Aku mengetahui bahwa kalian membaca
ayat-ayat di belakangku, " Ubadah bin Ash Shamit berkata; "Kami berkata; "Demi Allah,
benar wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Janganlah kalian lakukan kecuali untuk membaca
surat Al fatihah, sebab shalat seseorang tidak sah tanpa membacanya." Ia berkata; "Dalam
bab ini juga ada riwayat dari Abu Hurairah, 'Aisyah, Anas, Abu Qatadah dan Abdullah bin
'Amru." Abu Isa berkata; "Hadits Ubadah ini derajatnya hasan. Az Zuhri telah meriwayatkan
hadits ini dari Mahmud bin Ar Rabi' dari Ubadah bin Ash Shamit dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab
(Al Fatihah)." Ia berkata; "Hadits ini lebih shahih. Banyak ahli ilmu dari kalangan sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tabi'in yang mengamalkan hadits ini, yaitu membaca
(ayat-ayat Al Qur`an) di belakang imam." Ini adalah pendapat yang diambil oleh Malik bin
Anas, bin Al Mubarak, Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Mereka semua membolehkan membaca di
"belakang imam.

(TIRMIDZI - 287) : telah menceritakan kepada kami Al Anshari berkata; telah menceritakan
kepada kami Ma'n berkata; telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Ibnu Syihab
dari Ibnu Ukaimah Al Laitsi dari Abu Hurairah berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berlalu dari shalat yang bacaan di dalamnya di keraskan, setelah itu beliau
"?bertanya: "Apakah salah seorang ada yang membaca bersama-sama dengan aku barusan
lalu berkatalah seseorang, "Benar wahai Rasulullah." beliau bersabda: "Kenapa aku
ditandingi dalam membaca Al Qur`an!" Abu Hurairah berkata; "Maka orang-orang pun
berhenti dari membaca (berbarengan) bersama-sama Rasulullah pada shalat-shalat yang
bacaannya dikeraskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Yaitu setelah mereka
mendengar (teguran) itu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Ia berkata; "Dalam bab
ini juga ada riwayat dari Ibnu Mas'ud, Imran bin Hushain dan Jabir bin Abdullah." Abu Isa
berkata; "Hadits ini derajatnya hasan. Ibnu Ukaimah Al Laitsi namanya adalah Umarah. Atau
disebut juga dengan 'Amru bin Ukaimah. Sebagian sahabat Az Zuhri juga telah meriwayatkan
hadits ini. Dan mereka menyebutkan persis sebagimana hadits ini. Ia berkata; "Az Zuhri
berkata; "Orang-orang berhenti dari membaca ketika mereka mendengar teguran itu dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dalam hadits ini tidak dimasukkan bagi orang-orang
yang berpendapat atas dibolehkannya membaca di belakang imam, sebab Abu Hurairah lah
yang meriwayatkan hadits ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda:
"Barangsiapa mengerjakan shalat dan tidak membaca di dalamnya Ummul Qur`an (Al
Fatihah) maka shalatnya kurang, kurang dan tidak sempurna." Lalu orang yang meriwayatkan
hadits tersebut bertanya, "Di belakang imam kadang-kadang aku (membaca), " beliau
(langsung) bersabda: "Bacalah dalam hatimu." Abu Utsman An Nahdi meriwayatkan dari
Abu Hurairah, ia berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepadaku untuk
menyerukan kepada manusia bahwa tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca
Fatihatul Kitab (Al fatihah)." Maka para ahli hadits pun memilih pendapat, bahwa seorang
laki-laki tidak boleh membaca jika imam mengeraskan bacaan. Mereka berkata; "Mereka
mengikuti (bacaan) ketika imam berhenti diwaktu jeda." Para ulama berselisih pendapat
mengenai hukum membaca di belakang imam, sebagian besar ulama dari kalangan sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tabi'in dan orang-orang setelah mereka berpendapat atas
bolehnya membaca di belakang imam. Pendapat ini diambil oleh Malik bin Anas, Abdullah
bin Al Mubarak, Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Diriwayatkan dari Abdullah bin Al Mubarak,
bahwa ia berkata; "Aku membaca dan orang-orang membaca di belakang imam, kecuali
sekelompok orang dari penduduk Kufah. Namun aku juga berpendapat bahwa orang yang
tidak membacanya shalatnya tetap sah. Sebagian ulama sangat keras dalam masalah (tidak
bolehnya) meninggalkan bacaan Fatihatul Kitab dalam shalat, meskipun seseorang berada di
belakang imam, mereka berkata; "Shalat tidak dianggap sah kecuali dengan bacaan Fatihatul
Kitab. Baik ia shalat sendirian atau bersama imam." Mereka berpegangan dengan hadits
riwayat Ubadah bin Ash Shamit dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Ubadah bin Ash
Shamit pun tetap membaca di belakang Imam setelah wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam. Dan ia mentakwilkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Tidak ada
(sempurna) shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab." Pendapat ini diambil oleh
Syafi'i, Ishaq dan selain keduanya. Adapun Imam Ahmad, ia mengatakan, "Makna sabda
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Tidak ada (sempurna) shalat bagi orang yang tidak
membaca Fatihatul Kitab, " yakni jika ia shalat sendirian. Lalu Imam Ahmad berdalil dengan
hadits Jabir bin Abdullah, ia berkata; "Barangsiapa shalat satu rakaat dan tidak membaca
Ummul Qur`an di dalamnya maka ia belum shalat, kecuali jika ia shalat di belakang imam."
Imam Ahmad berkata; "Jabir adalah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
(namun) ia tetap mentakwilkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Tidak shalat bagi
orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab, " bahwa hadits ini (berlaku) jika shalat
sendirian." Namun begitu Imam Ahmad tetap memilih untuk membaca di belakang imam,
dan hendaknya seorang laki-laki tidak meninggalkan (dari membaca) Fatihatul Kitab
meskipun berada di belakang imam."
4. Sunan Abu Daud : 1 Buah Hadis yang terdapat pada aplikasi Hadis kitab 9 Iman Hadis
No. 700 :

(ABUDAUD - 700) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Sarh
keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Mahmud bin Ar
Rabi' dari 'Ubadah bin As Shamit yang sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
(sabdanya): "Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (surat Al
Fatihah) dan selebihnya." Sufyan berkata; "Bagi siapa yang shalat sendirian."

5. Sunan Al Nasaii : 2 Buah Hadis yang terdapat pada aplikasi Hadis kitab 9 Iman Hadis
No. 901 dan 902 :

(NASAI - 901) : Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Manshur dari Sufyan dari
Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi' dari 'Ubadah bin Ash Shamit dari Nabi Shallallahu'alaihi
wasallam, beliau Shallallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Tidak sah shalat seseorang yang
tidak membaca Al Fatihah."

(NASAI - 902) : Telah mengabarkan kepada kami Suwaid bin Nashr dia berkata; telah
memberitakan kepada kami 'Abdullah dari Ma'mar dari Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi'
dari 'Ubadah bin Ash Shamit dia berkata; bahwa Rasulullah Shallallallahu'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al Fatihah dan seterusnya"

6. Sunan Ibn Majah : Tidak Ada.


7. Muwaththha Malik : Tidak Ada.

8. Musnad Ahmad Ibn Hanbal : 1 Buah Hadis pada musnad Anas Ibn Malik Hadis. No.
21621 :

(AHMAD - 21621) : Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Az Zuhri
dari Mahmud bin Ar Rabi' dari 'Ubadah bin Ash Shamit secara riwayat yang sampai pada
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam; Tidak dianggap shalat bagi orang yang tidak membaca
alfatihah.

9. Musnad Al Darimi : Tidak Ada.


Kualitas Hadis :

Dilihat dari segi penulisannya, hadis ini termasuk hadis Nabawi/ Nabi yang berstatus
marfuqawli yaitu berupa sabda yang disandarkan secara langsung kepada Nabi Muhammad
SAW. Sementara itu, ditinjau dari jumlah periwayatnya ia termasuk hadis yang mana proses
periwayatannya berlangsung secara ahad ( riwayat perorangan ). Namun demikian, riwayat
hadis ini nampaknya tidak cukup popular karena jarang sekali orang menyebutnya.

Sementara itu dilihat dari segi kebersambungan sanadnya, secara umum hadis tersebut
dikatakan bersambung yaitu musnad dan muttashil / mawshul. Adapun dari sisi sifat sifat
sanad dan cara menyampaikannya, umumnya diawal sanad bersifat musalsal dinyatakan
sanad atau rawinya dengan satu cara, sifat, dan keadaan, atau diriwayatkan dengan kata
kata, umpamanya haddatsana. Namun mendekati penghujung sanad menjeang tabiut
tabiin yang bersifat muanam menggunakan lafal ann.

Dilihat dari kualitas riwayat dan kehujahannya, hadis ini dapat dinyatakan shahihilan
karena terdapat dalam Kitab Shahihal Bukhari dan juga hadis penguat Bukhari.

C. Kandungan Hadis

Al Fatihah terdiri dari tujuh ayat dan menurut mayoritas ulama diturunkan di Mekkah.[1]
Namun menurut pendapat sebagian ulama, seperti Mujahid, surat ini diturunkan di Madinah.
Menurut pendapat lain surat ini diturunkan dua kali, sekali di Mekkah, sekali di Madinah.[2]
Ia merupakan surat pertama dalam daftar surat Al Quran. Meski demikian, ia bukanlah
surat yang pertama kali diturunkan, karena surat pertama kali yang diturunkan adalah surat al
Alaq.[3]

Surat ini dinamakan al Fatihah ( pembuka ) karena secara tekstual ia merupakan surat
yang membuka atau yang mengawali Al Quran, dan sebagai bacaan yang mengawali
dibacanya surat lain dalam sholat.[4] Selain al Fatihah, surat ini juga dinamakan mayoritas
ulama dengan Ummul Kitab. Namun, nama kitab ini tidak disukai oleh Anas, al Hasan, dan
Ibnu Sirin. Menurut mereka , nama Ummul Kitab adalah sebutan untuk al Lauh al
Mahfuzh.[5]

Selain kedua nama di atas, menurut as Suyuthi memiliki lebih dari dua puluh nama, di
antaranya adalah al Wafiyah ( yang mecakup)[6], asy Syafiyah (yang

menyembuhkan)[7], dan as Sabul Matsani ( tujuh ayat yang diulang ulang


).[8]

1
Fakhruddin Ar Razi, Mafatih al Ghaib, ( Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, 2000), juz 1, hal.17.
2
Alaudin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al Baghdadi ( al Khazin ), Lubab at Tawil fi Maani at Tanzil, (Beirut : Dar al
Fikr, 1979), juz 1 hal. 15.
3
Muhammad bin Bahadur bin Abdullah az Zarkasyi, Al Burhan fi Ulum al Quran, (Beirut : Dar al Marifah, 1391 H),
juz 1, hal.206.
4
Ismail bin Umar bin Katsir al Qarsyi ad Damsyiqi , Tafsir al Quran al Ahzim, (Beirut : Dar al Fikr, 1994) juz 1, hal.
101.
5
Ibid
6
Jalaudin as Suyuthi, al Itqan fi Ulum al Quran, ( Mesir : al Haiah al Mishriyyah al Ammah li al Kitab, 1974),juz
1. hal.190.
7
Ibnu Jazi, at Tashil fi Ulum at Tanzil, juz 1 hal. 61.
8
Muhammad al Amin bin Muhammad al Mukhtar, Adhwa al Bayan fi Idhah al Quran, Beirut : Dar al Fir, 1995), juz 2,
hal : 315.
Dinamakannya Al Fatihah sebagai Ummul Kitab ( Induk Kitab ) karena ia
mengandung seluruh tema pokok dalam Al Quran, yaitu tema pujian kepada
Allah yang memang berhak untuk mendapatkan pujian, tema ibadah dalam
bentuk perintah maupun larangan, serta tema ancaman dan janji tentang hari
kiamat.[9] Dengan kata lain, Al Fatihah mencakup seluruh aspek ajaran pokok
dalam Islam, yaitu ajaran tentang Tauhid, kepercayaan terhadap Hari Kiamat,
cara beribadah, dan petunjuk dalam menjalami kehidupan di dunia.

Paling tidak, ada dua keutamaan surat Al Fatihah, pertama: membaca surat
Al Fatihah adalah salah satu rukun sholat. Dengan demikian, ia pun selalu
dibaca dalam setiap sholat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

Tidak sah shalat orang yang tidak membaca al-Fatihah. (H.R. Ibnu Hibban).[10]

Keutamaan kedua adalah bahwa Al Fatihah merupakan surat yang paling agung dalam Al
Quran. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW :


}
{

[Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Syu'bah] ia berkata, telah
menceritakan kepadaku [Khabib bin Abdurrahman] dari [Hafsh bin Ashim] dari [Abu Sa'id
Al Mu'alla] ia berkata, "Suatu saat saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memanggilku, namun saya tidak menjawab panggilannya hingga
shalatku selesai. Ketika aku datang, beliau pun bertanya: "Apa yang menghalangimu untuk
mendatangiku?" saya menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sedang shalat."
beliau bersabda: "Bukankah Allah 'azza wajalla telah berfirman: '(Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu) ' (Qs. Al
Anfaal: 24). Beliau bersabda lagi: "Sungguh, saya akan mengajarimu satu surat paling agung
yang terdapat di dalam Al Qur`an, atau dari Al Qur`an sebelum kamu keluar dari Masjid."
Abu Sa'id berkata; Kemudian beliau memegang tanganku, dan saat beliau hendak keluar
Masjid, saya pun berkata, "Wahai Rasulullah, engkau telah mengatakan 'Saya akan
mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an? ' Beliau menjawab,
"Benar. Yaitu AL HAMDU LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN (Segala puji bagi Allah, Rabb
semesta Alam). Ia adalah As Sab'u Al Matsani, dan Al Qur`an Al Azhim yang telah
diwahyukan kepadaku."]

9
Mahmud bin Hibban bin Abdullah al Husaini al Ausi, Ruh al Maani fi Tafsir al Quran wa as Sabi al Matsani, juz
1, hal.35.
10
Muhammad bin Hibban bin Ahmad Abu Hatim, Shahih Ibn Hibban, (Beirut : Muassasah ar Risalah, 1993), juz 5, hal.81.

Anda mungkin juga menyukai