TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PARASETAMOL
Rumus bangun :
Rumus molekul :
C8H9NO2
Nama Kimia : 4-
hidroksiasetanilida [103-90-2]
Berat Molekul : 151,16
Kandungan : Tidak Kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2
dihitung terhadap zat anhidrat.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;
mudah larut dalam etanol.
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang telah
digunakan sejak tahun 1893. efek antipiretik ditimbulkan oleh gugu aminobenzen.
Parasetamol untuk meredakan demam (antipiretik) tidak seluas penggunaanya sebagai
analgesik. Efek analgesik dari parasetamol yaitu meredakan rasa nyeri ringan hingga
sedang.
Dosis untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimal 4 g/hari, pada
penggunaan kronis maksimal 2,5 g/hari. Anak-anak: 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata
usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360
mg, 4-6 kali sehari. Dosis rektal 20 mg/kg setiap kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak
usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 tahun 2-3 dd 240 mg, 4-6 tahun 4 dd 240 mg dan
7-12 tahun 2-3 tahun dd 0,5 g.
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma
antara 1-3 jam. Pengikatan obat ini terhadap protein plasma beragam, hanya 20-50%
yang mungkin terikat pada konsentrasi yang ditemukan selama intoksisitas akut.
Setelah dosis terapeutik, 90-100% obat ini ditemukan dalam urin selama hari pertama.
Sebagian besar parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sisanya
dengan asam sulfat. Parasetamol mengalami proses N-hidroksilasi yang diperantarai
sitokrom P450 membentuk N-asetil-benzokuinoneimin yang sangat reaktif dan dapat
bereaksi dengan gugus sulfihidril pada glutation. Namun, setelah ingesti parasetamol
dosis besar, metabolit ini terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk menghilangkan
glutation hepatic (ApHA,2008).
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir taahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang
diterima secara luas dan paling cepat berkembang untuk analisis dan pemurnian
senyawa tertentu dalam suatu sampel.
Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik,
anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities), analisis
senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil), penentuan molekul-molekul
netral, ionik, maupun zwitter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan
senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam
jumlah sekelumit (trace element), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses
industri. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Gandjar & Rohman, 2007; Harnita, 2006)
Wadah fase gerak harus bersih dan inert. Wadah pelarut kosong ataupun labu
laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat
menampung fase gerak antara 1-2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus
dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas
yang terkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehinggaa
akan mengacaukan analisis (Gandjar & Rohman, 2007).
Pompa yang cocok digunakan pada KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat
sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak.
Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan
batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai
5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 3ml/menit. Untuk
tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan 20 ml/menit (Gandjar & Rohman, 2007).
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak
yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang
terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan lekuk
sampel (sampel loop) internal atau eksternal.
Pada saat pengisian sampel, sampel digelontor melewati sampel loop dan
kelebihannya dikeluarkan ke pembuangan. Pada saat penyuntikan, katup diputar
sehingga fase gerak mengalir melewati sampel loop dan menggelontor sampel ke
kolom. Presisi penyuntikan dengan sampel loop ini dapat mencapai nilai RSD 0,1%
(Gandjar & Rohman, 2007).
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor.
Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom
konvensional, yakni:
a. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase
gerak lebih lambat (10-100 l/menit).
b. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal
jika digabung dengan spektrofotometer massa.
c. Sensitifitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya
jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel
klinis.
Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom
konvensional dan kurang bermanfat untuk analisis rutin (Gandjar & Rohman, 2007).
2.2.6 Fase Diam pada KCKT
Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara
kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan
divinilbenzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu
gugus silanol (Si-OH).
Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen
seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan
menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain. Hasil reaksi yang diperoleh
disebut dengan silika fase terikat yang stabil terhadap hidrolisis karena terbentuk
ikatan-ikatan siloksan (Si-O-O-Si). Silika yang dimodifikasi ini mempunyai
karakteristik kromatografi dan selektifitas yang berbeda jika dibandingkan dengan
silika yang tidak dimodifikasi (Gandjar & Rohman, 2007).
Metode KCKT merupakan metode yang sangat populer untuk menetapkan kadar
senyawa obat, baik dalam bentuk sediaan maupun dalam sampel hayati. Hal ini
disebabkan KCKT merupakan metode yang memberikan sensitifitas dan spesifitas
yang tinggi (Gandjar & Rohman, 2007).
Validasi merupakan suatu proses yang terdiri atas paling tidak 4 langkah nyata,
yaitu: (1) validasi perangkat lunak (software validation), (2) vlidasi perangkat
keras/instrument (instrument/hardware validation), (3) validasi metode, dan (4)
kesesuaian sistem (system suitability).
Validasi metode analisis menurut United States Pharmacopoeia (USP) dilakukan
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada
kisaran analit yang akan dianalisis.
Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa
parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis,
karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika:
a. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.
b. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau karena
munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku tersebut harus
direvisi.
c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah seiring
dengan berjalannya waktu.
d. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh analis yang
berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.
e. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara metode baru
dan metode baku (Gandjar & Rohman, 2007).
Tahapan validasi metode analisis dilakukan dalam dua bagian besar, yaitu:
1. Tahap persiapan
i. Kalibrasi instrumen dan alat-alat gelas yang digunakan dalam proses validasi
ii. Penyiapan bahan acuan baku dan matriks sediaan (plasebo)
iii. Uji kesesuaian sistem untuk metode kromatografi
2. Tahap Validasi
i. Spesifitas
ii. Linieritas dan rentang
iii Batas deteksi
iv. Batas kuantitasi
v. Akurasi
vi. Presisi
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur
dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan.
Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu
pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk pengujian senyawa
obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil pengukuran dengan bahan
rujukan standar (standard reference material, SRM). Suatu metode dikatakan tepat
jika ia menghasilkan hasil yang sama dalam sederet penentuan ulangan (Gandjar &
Rohman, 2007; Johnson & Stevenson, 1991). Akurasi ini ditentukan dengan empat
cara sebagai persen perolehan kembali (% recovery):
a. Analisis kadar analit dengan metode yang divalidasi terhadap sampel yang telah
diketahui kadarnya
b. Analisis kadar analit yang ditambahkan kedalam matriks sampel yang dianalisis
(spiked method). Yang dapat dinyatakan dalam persamaan:
Dengan Ch adalah kadar analit yang dihitung dari metode yang divalidasi, Cb adalah
kadar tanpa analit (blanko) dan Cs adalah kadar analit teoritis.
c. Jika matriks dan eksipien tidak tersedia, maka akurasi dinyatakan dengan persen
perolehan kembali kadar analit yang ditambahkan pada produk jadi yang sudah
mengandung analit (Standar addition method)
d. Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang divalidasi terhadap
hasil dengan metode baku (Cara grafik)
2.3.2 Presisi
SD
( xi x) 2
2.3.5 Linieritas
n2
Seorang analis harus memastikan bahwa sistem dan prosedur yang digunakan
harus mampu memberikan data yang dapat diterima. Hal ini dapat dilakukan dengan
percobaan kesesuaian sistem yang didefinisikan sebagai serangkaian uji untuk
menjamin bahwa metode tersebut dapat menghasilkan akurasi dan presisi yang dapat
diterima. Persyaratan-persyaratan kesesuaian sistem biasanya dilakukan setelah
dilakukan pengembangan metode dan validasi metode.
United State Pharmacopoeia (USP) menentukan parameter yang dapat digunakan
utnuk menetapkan kesesuaian sistem sebelum analisis. Parameter-parameter yang
digunakan meliputi: bilangan lempeng teori (N), faktor tailing, kapasitas (k atau )
dan nilai standar deviasi relatif (RSD) tinggi puncak dan luas puncak dari serangkaian
injeksi. Pada umumnya, paling tidak ada 2 kriteria yang biasanya dipersyaratkan
untuk menunjukkan kesesuaian sistem suatu metode. Nilai RSD tinggi puncak atau
luas puncak dari 5 kali injeksi larutan baku pada dasarnya dapat diterima sebagai
salah satu kriteria baku untuk pengujian komponen yang jumlahnya banyak
(komponen mayor) jika nilai RSD 1% untuk 5 kali injeksi. Sementara untuk
senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, niai RSD dapat diterima jika antar 5-15%
(Gandjar & Rohman, 2007).
Robustness merupakan ukuran kemampuan metode untuk tak terpengaruh dan bertahan
terhadap pengaruh kecil. Tapi dilakukan dengan sengaja dengan membuat variasi dalam faktor
metode yang memberikan indikasi realibilitas metode normal pada pengujian. Contoh perubahan atau
variasi parameter metode analisis adalah stabilitas larutan contoh dan waktu ekstraksi contoh. Bila
pengukuran peka terhadap variasi kondisi analisis maka kondisi tersebut harus dikendalikan atau harus
berhati-hati terhadap kondisi tersebut. Kesesuaian sistem harus ditetapkan pada evaluasi robustness
untuk menjamin keabsahan metode analisis tetap terpelihara ketika digunakan (Meyer, 2010).
PUSTAKA
Gandjar, Ibnu G. & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Harmita. (2008). Petunjuk Praktikum Analisis Fisikokimia. Departemen Farmasi
MIPA Universitas Indonesia, Depok
Food and Drug Administration & Centre for Frug Evaluation and Research. (2001).
Guidance for industri: Bioanalytical method validation.
http://www.fda.gov/downloads/Drugs Guidance Compliance Regulatory
Information/Guidance/UCM070107.pdf, 17 november, 2017.
Johnson, E.L. dan R. Stevenson. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Terj. Kosasih
Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB Press.
Anonim, 2006, The United State Pharmacopoeia, 37 th Ed. United State
Pharmacopoeia Inc, Rockville.
American Pharmacists Association (APhA). (2008). Drug Information Handbook 17 th
Ed. Ohio: Lexi-Comp.
Meyer, Veronika R. (2010). Practical High-Performance Liquid Chromatography 5t h
Ed, Chichester: Wiley.