Validasi pembersihan dilakukan sebanyak tiga kali beurutan dengan hasil yang
memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi (CPOB, 2012).
Metode validasi yang digunakan harus memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau
cemaran. Batas deteksi masing-masing metode analisis harus cukup peka untuk mendeteksi
tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima (CPOB, 2012).
Prosedur validasi pembersihan ini hanya dilakukan pada permukaan alat yang
bersentuhan dengan produk, sehingga alat yang tidak bersentuhan langsung dengan produk
harus menjadi pertimbangan. Interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan
hendaklah divalidasi, demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali. Hendaklah
ditentukan metode dan interval pembersihan (CPOB, 2012).
Prosedur pembersihan untuk produk dengan proses yang serupa dapat dipertimbangkan
unutk memilih suatu rentang yang mewakili produknya. Suatu studi validasi dapat dilakukan
menggunakan kondisi terburuk (worstcase) dengan memperhatikan isu kritis. Untuk produk
yang beracun atau berbahaya dalam kondisi tertentu dapat disimulasiikan dengan produk lain
yang mempunyai sifat fisika-kimia yang sama (CPOB, 2012).
Pencatatan harus dilakukan bila pembersihan telah dilakukan. Informasi yang dicatat
meliputi luas atau bagian mesin yang dibersihkan, personel yang melakukan pembersihan,
kapan pembersihan dilakukan, SOP proses pembersihan dan produk, yang sebelumnya
diproses dengan mesin yang melakukan pembersihan dan orang yang bertanggungjawab untuk
produksi harus dikaji oleh Quality Assurance (PUC/S, 2007).
Mesin yang sama dapat digunakan untuk memproses beberapa produk sehingga
diperlukan prosedur pembersihan yang efektif agar tidak terjadi kontaminasi. Untuk
produk yang sulit dibersihkan, sebaiknya digunakan mesin khusus yang memproduksi
produk tersebut (dedicated equipment). Efisiensi prosedur pembersihan untuk
penghilangan residu detergen harus dievaluasi.
Komposisi detergen harus diketahui, bila tidak diketahui komposisi detergen,
maka sebaiknya digunakan detergen alternatif yang komposisinya dapat diketahui.
Menurut WHO, kriteria pemilihan detergen (Startup, 2009):
1. Diloloskan oleh QC dan memenuhi kriteria food standard.
2. Diketahui komposisinya
3. Mudah dibersihkan dengan pembilasan, ditunjukan dengan tercapainya
batas yang disyaratkan
4. Pertimbangan terjadinya degradasi detergen
Operator yang melakukan pembersihan harus dilatih secara rutin dan harus
dilakukan pencatatan pelatihan. Operator yang melakukan prosedur pembersihan
secara manual harus disupervisi secara regular (PIC/S, 2007). Desain mesin harus
diperiksa secara teliti dan harus diidentifikasi bagian mesin yang merupakan area kritis
(area yang paling sulit dibersihkan). Kondisi yang memungkinkan untuk tumbuhnya
mikroorganisme seperti kelembapan, suhu, retakan dan permukaan kasar harus
diperhatikan. Mesin harus disimpan kering dan tidak boleh ada air tertinggal di mesin.
Tujuannya adalah untuk mencegah kontaminasi mikroba.
b.) Metode Sampling
Sampling harus dilakukan sesuai protokol validasi pembersihan. Ada dua
metode sampling yang digunakan yaitu swabbing (penyekaan) dan rinsing (bilasan).
a. Swabbing
Sampling dengan metode swabbing harus menggunakan material dan medium yang
sesuai untuk sampling . Recovery sample secara akurat mungkin dipengaruhi oleh
pemilihan material sampling . Sampling dengan cara swabbing dilakukan dengan
membasahi polyester swab dengan Purified water (bila perlu yang telah diasamkan
dengan asam fosfat) (Wallace, 2003). Pada metode sampling swab ini, tidak seluruh
permukaan pada mesin diswab untuk dijadikan sampel. Dipilih bagian yang paling
berpotensi meninggalkan residu pada mesin dan dihitung total produk yang kontak
dengan mesin. Perhitungan ini yang akan menjadi acuan untuk penentuan Maximum
Allowance Carryover (MACO). Metode ini juga terpilih untuk sampel residu yang
tidak mudah larut dalam air (APIC, 2000). Metode swabbing dilakukan dengan
bantuan swab template 5 x5 cm, dengan pola pada gambar (LeBlanc, 2000).
selesai
Keterangan :
MACO = Maximum Allowance Carryover (jumlah maksimum produk
sebelumnya yang diizinkan berada di produk berikutnya)
TDD sebelumnya = Therapeutic Daily Dose sebelumnya (dosis terapeutik harian
produk sebelumnya)
MBS = Minimum Batch Size (jumlah bets minimum untuk produk
berikutnya)
TDS selanjutnya = Total Daily Serve (Total maksimum produk dapat dikonsumsi
selanjutnya (g/hari))
SF = Safety factor
Nilai SF bervariasi tergantung rute administrasi obat:
a. Topikal (10-100)
b. Oral (100-1000)
c. Parenteral (1000-10000)
𝑔
𝑇𝑇𝐷𝐿𝐷50 ( ) 𝑥 70 (𝑘𝑔𝐵𝐵)
𝑘𝑔
NOEL =
2000
Dari angka NOEL yang didapat MACO dapat dihitung dengan persamaan:
𝑁𝑂𝐸𝐿 𝑥 𝑀𝐵𝑆
MACO =
𝑆𝐹 𝑥 𝑇𝐷𝑆 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎
Keterangan :
MACO = Maximum Allowance Carryover (jumlah maksimum produk
sebelumnya yang diizinkan berada di produk berikutnya)
NOEL = No Observed Effect Level (dosis yang tidak menimbulkan
efek farmakologis yang terlihat)
MBS = Minimum Batch Size (jumlah bets minimum untuk produk
berikutnya)
TDS selanjutnya = Total Daily Serve (Total maksimum produk dapat dikonsumsi
selanjutnya (g/hari)
SF = Safety factor
LD 50 = Dosis yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan
coba.
70 = Berat rata-rata dewasa (kg)
2000 = Konstanta
3. Batas general limit 10 ppm atau 100 ppm (tergantung kebijakan masing-masing
institusi) (APIC, 2000).
MACO = MBS x 10ppm
Keterangan :
MACO = Maximum Allowance Carryover (jumlah maksimum produk sebelumnya
yang diizinkan berada di produk berikutnya)
MBS = Minimum Batch Size (jumlah bets minimum untuk produk berikutnya)
4. Untuk beberapa bahan alergenik, penisilin dan sefalosporin atau steroid poten dan
bahan sitotoksik, batas residu harus di bawah LOD dengan metode analisis terbaik.
Secara praktisnya, ini berarti bahwa harus digunakan dedicated equipment untuk
bahan-bahan ini (PIC/S, 2007).
Pustaka :
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI No HK. 03.1.33.12.12.8195 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
Kim, Brian. Juni 2006. Cleaning Process Development and Validation.
LeBlanc, Destin A. 2000. Cleaning Technologies for Pharmaceutical Manufacturing. CRC
Press: USA.
Mollah, A. H. 2008. Cleaning Validation for BiopharmaceuticalManufacturing at Generech,Inc
Part 2 Vol.21. Issue 3.
Prabu, S.L dan Suriyaprakash, T.N.K. 2010. Pharmaceutical Inspection Convention
Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme. 2007. Recommendations on Validation
Master Plan, Installation and Operational Qualification, Non-Sterile Process
Validation,CleaningValidation. Geneva.
Schmidt, Ronald H. & Erickson, Daniel J. 2005. Sanitary Design and Construction of Food
Equipment. University of Florida. P. 1-8.
United States Pharmacopoeia (32nd ed.). (2008). Rockville: The United States
Pharmacopeial Convention.
WHO Expert Committee on Specifications for Pharmaceutical Preparations. Thirty-second
Report. Geneva, World Health Organization, 1992 (WHOTechnical Report Series, No. 823).
Annex 1, 5.1.