Anda di halaman 1dari 127

File asli diunduh di 8-Spensasi.blogspot.

com

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

A. Bilangan Bulat

I. Pengertian

Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan
bilangan bulat negatif.

Bilangan bulat digambarkan pada garis bilangan sbb:


-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

bilangan bulat negatif bilangan nol bilangan bulat positif

Bilangan bulat terdiri dari


- Bilangan bulat positif : { 1, 2, 3, 4, .....}
- Bilangan bulat negatif : {...., -4, -3, -2, -1}
- Bilangan nol : {0}

Di dalam bilangan bulat termuat bilangan-bilangan :

1. Bilangan Cacah (0,1,2,3,4,...)


bilangan yang dimulai dari nol

2.Bilangan Asli (1,2,3,4,...)


Bilangan yang dimulai dari 1

3.Bilangan Genap (2,4,6,8,...)


Bilangan yang habis dibagi 2

4.Bilangan Ganjil (1,3,5,7,...)


Bilangan yang tidak habis dibagi 2 (bersisa)
5.Bilangan Prima (2,3,5,7,11,...)
Bilangan asli yang hanya habis dibagi oleh bilangan satu dan bilangannya sendiri

II. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat

1. Penjumlahan dan Pengurangan

Berlaku :
1. a + b = a + b
2. a b = a + (-b )
3. -a + (-b) = - (a + b)
4. a (-b) = a + b

contoh:

1. 4+3=7
2. 6 - 4 = 6 + (-4) = 2
3. -3 + (-2) = - (3+2) = -5
4. 9 (-5) = 9 + 5 = 14

2. Perkalian dan Pembagian

- Perkalian merupakan penjumlahan secara berulang.


contoh: 3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15

Berlaku:
1.a x b = ab
2.a x ( b) = - ab
3.(-a) x b = - ab
4. (-a) x (-b) = ab

contoh:
1. 5 x 6 = 30
2. 4 x (-7) = - 28
3. (-3) x 4 = -12
4. (-6) x (-7) = 42
- Pembagian merupakan kebalikan/invers dari perkalian.

contoh: 30 : 5 = 30 x = 6

Berlaku:

1. a : b =
2. a : ( b) = -
3. (-a) : b = -
4. (-a) : (-b) =

III. Sifat-sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat

1. Sifat Komutatif (pertukaran)

- Pada penjumlahan
a+b=b+a

contoh: 4 + 8 = 8 + 4

- Pada perkalian
axb=bxa

contoh : 4 x 8 = 8 x 4

2. Sifat Asosiatif (pengelompokan)

- Pada penjumlahan
a + (b + c) = (a + b) + c

contoh: 4 + ( 5 + 6) = ( 4 + 5 ) + 6 = 15

- Pada perkalian
a x (b x c ) = (a x b) x c

contoh : 4 x (5 x 6) = ( 4 x 5) x 6 = 120
3. Sifat Distributif (penyebaran)

- Pada operasi perkalian terhadap penjumlahan


a x (b + c ) = (a x b ) + ( a x c )

contoh: 2 x ( 3 + 4 ) = (2 x 3 ) + ( 2 x 4 ) = 14

- Pada operasi perkalian terhadap pengurangan


a x (b - c ) = (a x b ) - ( a x c )

contoh: 5 x ( 7 - 6 ) = (5 x 7 ) - ( 5 x 6 ) = 5

IV. Pangkat dan Akar Pangkat Bilangan Bulat

1. Kuadrat dan Pangkat Tiga Bilangan Bulat

- Kuadrat Bilangan Bulat (Pangkat dua)

Diperoleh dengan mengalikan bilangan itu dengan bilangan itu sendiri, atau
mengalikan bilangan tersebut secara berulang sebanyak dua kali.

a2 = a x a

contoh :

42 = 4 x 4 = 16
(-9)2 = (-9) x (-9) = 81

- Pangkat Tiga Bilangan Bulat

Diperoleh dengan mengalikan bilangan tersebut secara berulang sebanyak tiga


kali.

a3 = a x a x a
contoh:

63 = 6 x 6 x 6 = 216
(-5)3 = (-5) x (-5) x (-5) = (25) x (-5) = -125

2. Akar Kuadrat dan Akar Pangkat Tiga

- Akar Kuadrat

Merupakan kebalikan dari kuadrat (pangkat dua).


Lambangnya (akar pangkat dua)

contoh:
2 2
49 = 7, karena 7 = 49 dan (-7) = 49
2 2
121 = 11 karena 11 = 121 dan (-11) = 121

- Akar Pangkat Tiga

Merupakan kebalikan dari pangkat tiga.


Lambangnya (akar pangkat tiga)

contoh:
3
27 = 3, karena 3 = 27
3
125 = 5, karena 5 = 125

(Cara menghitung cepat akar kuadrat dan akar pangkat tiga ada di lampiran
bag akhir)

B. Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan terdiri dari pembilang dan penyebut

; a = pembilang dan b = penyebut


1. Macam-macam bilangan Pecahan

a. Pecahan Biasa
pembilangnya lebih kecil dari penyebut

; a<b

contoh: , ,

b. Pecahan campuran
pembilangnya lebih besar dari penyebut

; a>b

contoh: = , = , =

c. Pecahan desimal
pecahan yang dalam penulisannya menggunakan tanda koma.

contoh: 0, 5 ; 1, 75

Bentuk desimal dapat diubah ke pecahan biasa atau campuran dengan


menggeser tanda koma ke arah kanan dengan memperhatikan persepuluhan,
perseratusan, perseribuan dst.
contoh;
bentuk pecahan dari 0,5 adalah

tanda koma digeser kekanan 1 kali sehingga 0,5 menjadi 5,


pergeseran sebanyak 1 kali, maka nilai hasil pergeseran dikalikan dengan
persepuluhan menjadi

5x = =

bentuk pecahan dari 1,75

tanda koma digeser kekanan 2 kali sehingga 1,75 menjadi 175


pergeseran sebanyak 2 kali, maka nilai hasil pergeseran dikalikan dengan
perseratusan menjadi

175 x = =1 =1

d. Pecahan Persen
pecahan yang menggunakan lamabang % yang berarti perseratus

a% berarti

- Mengubah bentuk persen menjadi pecahan biasa


25 % = = =

- Mengubah bentuk persen menjadi pecahan desimal

35 % = = 0, 35

- Mengubah bentuk pecahan menjadi bentuk persen

= x 100 % = % = 75 %

= = = 40 %


= = = 45 %

e. Pecahan permil
Pecahan yang menggunakan lambang 0/00 yang berarti perseribu
a 0/00 ( a permil)

Contoh :

20 0/00 = = =2%
2. Operasi Hitung pada Bilangan pecahan

a. Penjumlahan

- penjumlahan pada pecahan biasa


penyebutnya disamakan dulu baru dijumlah

contoh:

+ =

+ =

apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu.


KPK dari 3 dan 4 adalah 12 ( cara mencari KPK lihat di Bab FPB dan KPK)
sehingga perhitungannya menjadi:

:
+ = + = = =
:

Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya
dapat dirumuskan sbb:

( ) ( ) ( ) ( ) ) ( )
+ = + = atau (

contoh:

( ) ( )
+ = = =

-Penjumlahan pada pecahan campuran

Apabila penyebutnya sudah sama, penjumlahan bisa langsung dilakukan

contoh:

5 +4 =5+4+ =9+ =9
Apabila penyebutnya tidak sama, maka harus disamakan dulu

1 +3 = 1+ 3+ + =4+ + =4

) ( )
+ =( = =

- Penjumlahan pada pecahan desimal

Dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus ke bawah

contoh:

0,75 + 0,655 = .... 15,546 + 1,75 + 0,40 =

0,75 15,546
0,655 + 1,75
1,405 0.40 +
17,696

b. Pengurangan

sama dengan penjumlahan pengurangan juga terdiri dari

- pengurangan pada pecahan biasa


penyebutnya disamakan dulu baru dijumlah

contoh:
- =

- =
apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu.
KPK dari 4 dan 5 adalah 20 ( cara mencari KPK lihat di Bab FPB dan KPK)
sehingga perhitungannya menjadi:

:
- = - = = =
:
Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya
dapat dirumuskan sbb:

( ) ( ) ( ) ( ) ) ( )
- = - = atau (

contoh:

( ) ( )
- = = =

-Pengurangan pada pecahan campuran

Apabila penyebutnya sudah sama, pengurangan bisa langsung dilakukan

contoh:

4 -3 = (4 3)+( )= 1 + =1

Apabila penyebutnya tidak sama, maka harus disamakan dulu

3 -1 =( 3 1)+ ( - )= 2 + ( - )= 2

) ( ) :
- =( = = = =
:

- Pengurangan pada pecahan desimal

Dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus ke bawah

contoh:

1,25 - 0,65 = .... 13,54 - 1,75 =

1,25 13,54
0,65 - 1,75 -
0,60 11,79
c. Perkalian

- Perkalian pada pecahan biasa

dilakukan dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut


dengan penyebut.

x =

contoh:

x = =

Apabila bialangan pecahan dikalikan dengan bilangan bulat, maka


pembilangan pecahan dikalikan dengan bulangan bulat tersebut.

contoh:

4x = = =1

- Perkalian pada pecahan campuran

Pecahan campuran harus diubah dulu ke dalam pecahan biasa baru


dilakukan pengalian

( ) ( )
2 x 3 = x = x = = =9
- Perkalian pada pecahan desimal

perkalian dilakukan dengan cara bersusun pendek, awalnya tanda koma


diabaikan, tetapi pada hasil perkaliannya diberi tanda koma sesuai dengan
jumlah tanda koma.

contoh:
3,5 x 6,7 =..... jumlah tanda koma 1 + 1 = 2
35
67 x
245
210 +
2345 karena jumlah tanda koma ada 2 maka hasil:
3,5 x 6,7 = 23,45

4,54 x 5,75 =..... jumlah tanda koma 2 + 2 = 4

454
575 x
2270
3178
2270 +
261050 karena jumlah tanda koma ada 4 maka hasil:
4,54 x 5,75 = 26,1050 = 26,105

Hasil perkalian desimal dengan angka 10, 100, 1000 dst hasilnya ditentukan
dengan menggeser tanda koma ke kanan sesuai dengan banyaknya angka
nol.

contoh:

2,456 x 10 = 24,56 bergeser 1 kali ke kanan


2,456 x 1000 = 2456 bergeser 3 kali ke kanan

d. Pembagian

- Pembagian pada pecahan biasa

Apabila pecahan biasa dibagi dengan pecahan biasa, maka hasilnya adalah
perkalian pecahan biasa yang dibagi dengan kebalikan dari pecahan pembagi

: = x

contoh:

: = x = =
Apabila pecahan biasa dibagi dengan bilangan asli, maka

: = x c = bilangan asli

contoh:

:3= x = =

Apabila bilangan asli dibagi dengan pecahan biasa:

: =cx

contoh:

5: =5x = = = 11

- Pembagian pada pecahan campuran

Mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa dulu


Contoh:

7 :3 = : = : = x = =2

- Pembagian pada pecahan desimal


Dilakukan dengan cara bersusun pendek

contoh:

43,5 : 2,9 = .... pembagi dan yang dibagi dikalikan 10 menjadi


435 : 29 = ...
15
29 435
29 -
145
145 -
0

Jadi 43,5 : 2,9 = 15


BAB II
BENTUK ALJABAR

A. Pengertian Bentuk Aljabar

1. x, 2y, x+3y , 3p+5q, a2 + b + 3 disebut bentuk aljabar

2. ax2 + bx + c = 0 ; a,b,c,x dan 0 adalah lambang-lambang aljabar a dan b disebut


koefisien ; c disebut konstanta ; x2 dan x disebut variabel

3. 2x2 ; 2 disebut koefisien dan x2 disebut variabel


5q ; 5 disebut koefisien dan q disebut variabel

4. 2x dan 3x merupakan dua suku sejenis


5 x 2 dan 7 x merupakan dua suku tidak sejenis

B. Operasi Pada Bentuk Aljabar

1. Penjumlahan dan Pengurangan

Suku-suku yang dapat dijumlahan/dikurangkan adalah suku-suku yang sejenis,


yang dijumlahkan/dikurangkan adalah koefisiennya

a. Penjumlahan

ax + bx = (a+b)x
ax + b + cx + d = (a+c)x + (b+d)

contoh:

1. 7x + 3x = ?
2. -2 x2 - 3 x2 = ?
3. 2 x2 -3 + x2 - 4 = ?

Jawab :

1. 7x + 3x = (7+3)x = 10x
2. -2 x2 - 3 x2 = (-2-3) x2 = -5 x2
3. 2 x2 -3 + x2 - 4 = (2+1) x2 + (-3-4) = 3 x2 - 7
b. Pengurangan

ax - bx = (a-b)x
ax - b - cx - d = (a - c)x - (b+d)

contoh :

1. 7x 3x = ?
2. 5x 8 2x 1 = ?

jawab :

1. 7x 3x = (7-3)x = 4x
2. 5x 8 2x 1 = (5-2)x (8+1) = 3x - 9

2. Perkalian dan Pembagian

- Perkalian

a. Perkalian konstanta dengan bentuk aljabar

a(bx+cy) = abx + acy

contoh :

1. 5 (2x+4y) = 10x + 20y


2. -3(3x-2y) = -9x + 6y

b. Perkalian bentuk aljabar dengan bentuk aljabar

ax(bx+cy) = ab x2 + acxy
ay(bx+cy) = abxy + ac y 2
(x+a) (x+b) = x2 + bx + ax +ab

contoh :

1. 3x(2x+3y) = 6 x2 + 9xy
2. (3x+y) (x-2y) = 3 x . x + (3x . -2y) + y. x + (y . -2y)

= 3 x2 + (-6xy)+xy+(-2 y2 )
= 3x2 - 5xy - 2 y2
- Pembagian

Contoh:

1. (8x+4):4 = = (8x + 4) = 2x + 1

2. 12a2 : 3a = = = 4a

3. Pemangkatan

Sifat-sifat pemangkatan bilangan bulat berlaku juga pada pemangkatan bentuk


aljabar.

Contoh:

1. (3x)2 = 3x . 3x = 9 x 2
2. (2xy)2 = 2xy . 2xy = 4x2y2

a. Pemangkatan bentuk aljabar dalam bentuk x + y

contoh:
(x + y)2 = (x+y) (x+y)
= (x+y) x + (x+y) y
= x2 + xy + xy + y2
= x2 + 2xy + y2

b.Pemangkatan bentuk aljabar dalam bentuk x - y

contoh:
(x - y)2 = (x - y) (x - y)
= (x- y) x - (x - y) y
= x2 - xy - xy + y2
= x2 - 2xy + y2
Pemangkatan bentuk-bentuk aljabar dapat dilakukan dengan menggunakan
kaidah Segitiga Pascal sbb:

(x+y)0 = 1 1
(x+y)1 = x + y 1 1

(x+y)2 = x2 + 2xy + y2 1 2 1

(x+y)3 = x3 + 3x2y + 3xy2 + y3 1 3 3 1


(x+y)4 = x4 + 4x3y + 6x2y2 + 4xy3 + y4 1 4 6 4 1

dan seterusnya dan seterusnya

Perpangkatan bentuk aljabar (x-y)n dengan n bilangan asli juga menggunakan


kaidah Segitiga Pascal, akan tetapi tanda setiap koefisiennya berganti dari (+)
untuk suku ganjil dan (-) untuk suku genap.

(x - y)0 = 1

(x - y)1 = x - y

(x - y)2 = x2 - 2xy + y2

(x - y)3 = x3 - 3x2y + 3xy2 - y3

(x - y)4 = x4 - 4x3y + 6x2y2 - 4xy3 + y4

dan seterusnya

4. Pemfaktoran

a. Bentuk distributif

ax ay = a (x y) a bisa koefisien atau variabel

contoh:

3x + 9y = 3 (x + 3y) a berbentuk koefisien

ax ay = a (x y) a berbentuk variabel

b. Selisih kuadrat
x2 y2 = (x + y) ( x y)
contoh:

x2 42 = x2 16 = (x + 4) (x 4)
c. Kuadrat sempurna

x2 + 2xy + y2 = (x + y)2

x2 - 2xy + y2 = (x - y)2
contoh:

x2 + 8x + 16 = (x + 4)2

x2 8x + 16 = (x 4)2
d. Bentuk ax2 + bx + c = 0 dimana a = 1

ax2 + bx + c = (x + m) (x + n)
dengan m + n = b dan m.n = c
Contoh:

x2 + 7x + 12 = (x + 4) ( x + 3)

m + n = 7 dan m . n = 12
yang memenuhi adalah m= 4 dan n= 3 atau m= 3 dan n= 4

e. Bentuk ax2 + bx + c = 0 dimana a 1

a.c = m. n dan m + n = b

Contoh:

2x2 + 3x + 1 = 0

2 . 1 = m . n dengan syarat m + n = 3
yang memenuhi adalah m = 2 dan n = 1 atau sebaliknya

maka

2x2 + 3x + 1 = 0 menjadi 2x2 + 2x + x + 1 = 0

2x (x + 1) + 1 (x+1) = 0

(2x + 1 ) (x + 1)
C. Operasi Pecahan dalam Aljabar

Dalam Bentuk Aljabar juga dapat berupa pecahan

Contoh:

, , , , dan sebagainya

1. Penjumlahan dan Pengurangan

Konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam bentuk aljabar sama


dengan penjumlahan/pengurangan pecahan biasa yaitu dengan menyamakan
penyebutnya terlebih dahulu.

Contoh:

1. + = + =

( ) ( )
2. - =
( ) ( ) ( )( )

=
=

2. Perkalian dan Pembagian

a. Perkalian
Pada perkalian bentuk pecahan penyelesaiannya dengan cara mengalikan
pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.

x =

contoh:

x = =
( ) ( ) ( )

b. Pembagian
Pada pembagian bentuk pecahan penyelesaiannya sama dengan bentuk pecahan
biasa.
: = x

Contoh:

: = : :

3. Pemangkatan
Pemangkatan pecahan bentuk aljabar adalah perkalian pecahan bentuk aljabar itu
sendiri sebanyak n kali.
contoh:

= x =

D. Menyederhanakan Pecahan Bentuk Aljabar

Penyederhanaan pecahan bentuk aljabar dapat dilakukan dengan menggunakan


operasi bentuk aljabar. Faktorkan pembilang dan penyebut kemudian faktor yang
sama dari pembilang dan penyebut dibagi.

Contoh:

. .
1. xy2 : x2y = = =
. .

( )
2. = = 3 ( 1 + 2x) = 3 + 6x

)( )
3. =( = x+6
( )

E. FPB dan KPK Bentuk Aljabar

Contoh:

Carilah FPB dan KPK dari bentuk: 12xy2, 24xyz2 dan 8x2yz !

Jawab:
FPB ambil faktor yang sama dengan pangkat terkecil
KPK ambil semua faktor yang sama, pilih faktor dengan pangkat terbesar
Faktor prima:

12xy2 = 22 . 3 . x . y2
24xyz2 = 23 . 3 . x . y . z2
8x2yz = 22. x2. y. z

FPB = 22 .x . y = 4xy
KPK = 23.3. x2. y2. z2 = 24 x2 y2 z2
BAB III
PERSAMAAN dan PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU
VARIBEL

A. Pengertian Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)

Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan


dengan tanda sama dengan (=) dan hanya memiliki satu variabel berpangkat
satu.

1. Bentuk Umum Persamaan Linear Satu Variabel

Bentuk umum Persamaan Linear Satu Variabel :

ax + b = c

dengan:

- a 0 ; x disebut variabel/peubah
- Semua suku di sebelah kiri tanda = disebut ruas kiri
- Semua suku di sebelah kanan tanda = disebut ruas kanan

Contoh:
1. x - 4 = 0
2. 5x + 6 = 16

Catatan :

Kalimat terbuka adalah kalimat yang mengandung satu atau lebih variabel
dan belum diketahui nilai kebenarannya.

contoh:

x + 2 =5
p+1=7

x dan p disebut variabel

Jika x dan p diganti dengan suatu bilangan/angka maka kalimat matematika


terbuka tersebut merupakan suatu pernyataan yang dapat bernilai benar atau
salah.
Jika x dalam kalimat terbuka di atas diganti dengan nilai x = 3 maka x + 2 menjadi
3 + 2 = 5 merupakan pernyataan benar
dan jika diganti dengan nilai x = 1 maka x + 2 = 5 menjadi
1 + 2 = 5 merupakan pernyataan salah

2. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel

1. Menambah atau mengurangi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan

yang sama contoh :

a. Carilah penyelesaian dari : x + 10 = 5

Jawab : hal pertama yang harus kita selesaikan adalah bagaimana


menghilangkan angka 10. Angka 10 dihilangkan dengan menambahkan lawan
dari 10 yaitu -10 sehingga PLSV tersebut menjadi :

x + 10 -10 = 5 10
x = -5

b. Carilah penyelesaian dari : 2x - 5 = 11

jawab :

lawan dari -5 adalah 5

sehingga PLSV tersebut menjadi :

2x - 5 + 5= 11 + 5
2x = 16

x= =8

2. Mengalikan atau membagi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan yang sama

Suatu PLSV dikatakan ekuivalen (sama) apabila kedua ruas dikalikan


atau dibagi dengan bilangan yang sama.

contoh:

Tentukan penyelesaian dari =6


Jawab:

(1) kalikan kedua ruas dengan penyebutnya (dalam soal di atas adalah 3)

. 3 = 6. 3
2x = 18

(2) bagi kedua ruas dengan koefisien dari x yaitu 2

x=9
3. Menyelesaikan PLSV dengan menggunakan gabungan dari 1 dan 2 di atas.
contoh :
Carilah penyelesaian dari :
3 (3x + 2) = 6 ( x -2)

jawab :

9x + 6 = 6x 12
9x + 6 6 = 6x 12 6 kedua ruas dikurang 6
9x = 6x 18
9x 6x = 6x 18 6x kedua ruas dikurangi -6x
3x = -18

= kedua ruas dibagi 3

x=-6

B. Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Pertidaksamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dinyatakan


dengan menggunakan tanda/lambang ketidaksamaan/pertidaksamaan
dengan satu variable (peubah) berpangkat satu.

Lambang pertidaksamaan Arti


> Lebih dari
Lebih dari atau sama dengan
< Kurang dari
Kurang dari atau sama
dengan
Tidak sama dengan

contoh :

3x + 6 2x 5
5q 1 < 0
x dan q disebut variabel

1. Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PLSV)


1. Menambah atau mengurangi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan
yang sama
contoh :
carilah penyelesaian x + 6 8
jawab :
x+66 86
x 2

2. Mengalikan atau membagi kedua ruas (kanan kiri) dengan bilangan yang sama.
Jika dikalikan atau dibagi bilangan negatif maka tanda pertidaksamaannya
dibalik
contoh :
1. Carilah penyelesaian 2x 4 < 10

jawab :

2x 4 + 4 < 10 + 4
2x < 14

<
x<7
2. Carilah penyelesaian 3 4x 19
Jawab:
3 4x - 3 19 3
-4x 16

-x 4
-x . -1 4 . -1 kedua ruas dikalikan -1, sehingga lambang
pertidaksamaannya dibalik
x-4
BAB IV
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

A. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)

Persamaan linear dua variabel ialah persamaan yang mengandung dua variabel
dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu.

Bentuk Umum PLDV :

ax + by = c

x dan y disebut variabel

B. Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)

Sistem persamaan linear dua variable adalah dua persamaan linear dua
variable yang mempunyai hubungan diantara keduanya dan mempunyai satu
penyelesaian.

Bentuk umum SPLDV :

ax + by = c
px + qy = r

dengan :

x , y disebut variabel
a, b, p, q disebut keifisien
c , r disebut konstanta

C. Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)

Cara penyelesaian SPLDV dapat dilakukan dengan cara :

1. Substitusi

Menggantikan satu variable dengan variable dari persamaan yang lain.

contoh :

Carilah penyelesaian sistem persamaan


+2 =8
2 =6
jawab :

Kita ambil persamaan pertama yang akan disubstitusikan yaitu x + 2y = 8


Kemudian persamaan tersebut kita ubah menjadi x = 8 2y,
Kemudian persamaan yang diubah tersebut disubstitusikan ke persamaan
2x y = 6 menjadi :

2 (8 2y) y = 6 (x persamaan kedua menjadi x = 8 2y)


16 4y y = 6
16 5y = 6
-5y = 6 16
-5y = -10
5y = 10
y= =2

masukkan nilai y=2 ke dalam salah satu persamaan :

x + 2y = 8
x + 2. 2 = 8
x+4=8
x=8-4
x=4

+2 =8
Jadi penyelesaian dari sistem adalah x = 4 dan y = 2
2 =6

2. Eliminasi

Dengan cara menghilangkan salah satu variable x atau y

contoh :

Selesaikan soal di atas dengan cara eliminasi:

Jawab ;
x + 2y = 8
2x y = 6

(i) mengeliminasi variable x

x + 2y = 8 | x 2 | 2x + 4y = 16
2x y = 6 | x 1 | 2x - y = 6 -
5y =10
5y = 10
y =
y=5

masukkan nilai y = 2 ke dalam salah satu persamaan

x +2y=8
x + 2. 2 = 8
x+4=8
x=84
x=4

+2 =8
Jadi penyelesaian dari sistem adalah x = 4 dan y = 2
2 =6

(ii) mengeliminasi variable y

x + 2y = 8 | x 1 | x + 2y = 8
2x y = 6 | x 2 | 4x - 2y = 12 +
5x = 20

x =

x = 4

masukkan nilai x = 4 ke dalam salah satu persamaan

x +2y=8
4 + 2y = 8
2y = 8 4
2y = 4

y=

y=2
+2 =8
Jadi penyelesaian dari sistem adalah x = 4 dan y = 2
2 =6

* catatan
nilai + atau digunakan untuk menghilangkan/eliminasi salah satu variable agar
menjadi 0
Contoh di atas:

(i) yang dieliminasi adalah x :


x dalam persamaan satu + dan persamaan dua + , untuk eliminasi digunakan
tanda

(ii) yang dieliminasi adalah y :


y dalam persamaan satu +, persamaan dua - , untuk eliminasi digunakan
tanda +

3. Grafik

Dengan menggambarkan persamaan linearnya pada koordinat Cartesius, titik


potong dari kedua persamaan linier tersebut merupakan penyelesaiannya.

Contoh:

Carilah penyelesaian dari:

+ =8
2 =4

Jawab:

Tentukan titik potong garis x + y = 8 dengan sumbu x dan sumbu y

titik potong dengan sumbu y jika x = 0


jika x = 0 maka y = 8 x = 8 0 = 8

titik potong dengan sumbu x jika y = 0


jika y = 0 x = 8 y = 8 0 = 8

Maka persamaan garis x + y = 8 adalah melalui titik (0.8) dan (8,0)

- Tentukan titik potong garis 2x y = 4 dengan sumbu x dan sumbu y

titik potong dengan sumbu y jika x = 0


jika x = 0 maka y = 2x 4 = 2.0 4 = - 4

titik potong dengan sumbu x jika y = 0


jika y = 0 2 x = y + 4 = 0 + 4 = 4, maka x = =2

Maka persamaan garis 2x y = 4 adalah melalui titik (0, -4) dan (2,0)
Gambar grafiknya sbb:

dari gambar grafik terlihat titik potong garis x + y = 8 dan 2x y = 4 adalah (4,4).
+ =8
Jadi penyelesaian dari adalah x = 4 dan y = 4
2 =4

Contoh soal penggunaan sistem persamaan linear dua variabel :

Harga 2 buah mangga dan 3 buah jeruk adalah Rp. 6000, kemudian apabila harga
untuk membeli 5 buah mangga dan 4 buah jeruk adalah Rp11.500,-

Berapa jumlah uang yang harus dibayar apabila kita akan membeli 4 buah mangga
dan 5 buah jeruk ?

Jawab :

Dalam menyelesaikan persoalan cerita seperti di atas diperlukan penggunaan


model matematika.

Misal: harga 1 buah mangga adalah x dan harga 1 buah jeruk adalah y
Maka model matematika soal tersebut di atas menjadi :
2x + 3 y = 6000
5x + 4 y = 11500

Ditanya 4 x + 5 y = ?

Kita eliminasi variable x :

2x + 3 y = 6000 | x 5 | 10x + 15 y = 30.000


5x + 4 y = 11500 | x 2 | 10x + 8 y = 23.000 - (- karena x persamaan 1 dan 2 +)
7y = 7.000
y = 1.000

masukkan ke dalam salah satu persamaan :


2x + 3 y = 6000
2x + 3 . 1000 = 6000
2x + 3000 = 6000
2x = 6000 3000
2x = 3000
x = 1500

didapatkan x = 1500 (harga sebuah mangga) dan y = 1000 (harga sebuah jeruk)

sehingga uang yang harus dibayar untuk membeli 4 buah mangga dan 5 buah
jeruk adalah 4 x + 5 y = 4. 1500 + 5. 1000
= 6000 + 5000
= Rp. 11.000,-
BAB V
HIMPUNAN

A. Pengertian Himpunan

Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau obyek yang mempunyai definisi yang
jelas.

Contoh:

1. A adalah himpunan bilangan genap antara 1 sampai dengan 11.


Anggota himpunannya adalah 2,4,6,8,10.
Jadi A = {2,4,6,8,10}

2. B adalah himpunan bilangan asli kurang dari 10


Anggota himpunannya adalah 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Jadi B = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}

3. C adalah himpunan nama bulan yang huruf depannya J


Anggota himpunannya adalah Januari, Juni, Juli
Jadi C = {Januari, Juni, Juli}

B. Anggota Himpunan

Anggota himpunan adalah semua benda atau obyek yang terdapat di dalam himpunan.
Anggota himpunan dinyatakan dengan notasi dan jika bukan anggota himpunan
dinyatakan dengan notasi .
Banyaknya anggota himpunan A dinyatakan dengan n(A).

Contoh:

A adalah himpunan bilangan prima kurang dari 10 ditulis:

A={bilangan prima kurang dari 10} atau A = {2,3,5,7}


maka 2 A, 3 A, 5 A, 7 A sedangkan 1 A, 4 A, 6 A, 8 A, 9 A
Banyak anggota himpunan A adalah n(A) = 4
C. Menyatakan Suatu Himpunan

Untuk menyatakan himpunan dapat digunakan 3 cara :


1. Menuliskan dengan kata-kata atau syarat keanggotaannya
2. Memberikan notasi pembentuk himpunan
3. Mendaftarkan anggota-anggotanya

No Dengan Kata-kata Notasi Pembentuk Mendaftarkan


Himpunan Anggotanya
1 A adalah himpunan A={x|x < 10 A= {2,4,6,8}
Bilangan genap di bawah 10 x bilangan genap}
2 B adalah himpunan B={x|x < 20 B={5,10,15}
kelipatan 5 di bawah 20 x kelipatan 5}

D. Macam-macam Himpunan

1. Himpunan kosong
Himpunan yang tidak mempunyai anggota, dilambangkan dengan { } atau
contoh:
P adalah himpunan nama bulan yang diawali huruf K.
Tidak ada nama bulan yang diawali dengan huruf K, maka P={ }

2. Himpunan terhingga
Himpunan yang banyak anggotanya terhingga atau terbatas
contoh:
P adalah himpunan bilangan genap di bawah 5, ditulis P ={2,4}

3. Himpunan tak terhingga


Himpunan yang banyak anggotanya tak terhingga atau tak terbatas.
contoh:
Q adalah himpunan bilangan cacah, ditulis Q={0,1,2,3,...}

4. Himpunan semesta
Himpunan yang memuat semua objek (anggota himpunan) yang dibicarakan.
Himpunan semesta dilambangkan dengan S.
contoh:
R={1,2,3,4,5}
Himpunan semesta yang mungkin adalah:
S={bilangan asli di bawah 10}, S={Bilangan cacah} dsb.
5. Himpunan Bagian
Himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan B jika setiap anggota A
menjadi anggota B, ditulis dengan notasi A B.
contoh:
A={2,4}
B={1,2,3,4,5}
maka A B

Himpunan A dengan banyak anggota n(A) mempunyai himpunan bagian yang


mungkin dari himpunan itu sebanyak 2n(A).
contoh:
Diketahui himpunan A={2,3,5} n(A) = 3
Banyak himpunan yang mungkin dari himpunan A adalah :
2n(A)= 23 = 8
Himpunan bagian dari A adalah:
{ }, {2}, {3}, {5}, {2,3}, {2,5}, {3,5}, {2,3,5}

Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan.

6. Himpunan Ekuivalen
Himpunan A dan B dikatakan Ekuivalen jika banyak anggota kedua himpunan
tersebut sama n(A) = n(B).
contoh:
A={1,2,3} n(A) = 3
B={4,5,6} n(B) = 3
n(A) = n(B), maka A ekuivalen dengan B

E. Diagram Venn
Diagram Venn adalah suatu diagram yang digunakan untuk meyatakan sebuah
himpunan atau beberapa himpunan yang saling berhubungan.
Aturan untuk membuat diagram Venn:
1. Himpunan semesta digambarkan dalam sebuah persegipanjang, simbol S ditulis pada
pojok kiri atas.
2. Setiap himpunan yang dibicarakan ditunjukkan dengan gambar berupa kurva tertutup
sederhana.
3. Setiap anggota himpunan ditunjukkan dengan noktah atau titik
Contoh:
S= {2,4,6,8,10,12,14,16,18,20}
A={2,4,6,8,10,12}
B={10,12,14,16,18,20}

Diagram Vennnya:

S A B
.2 .14

. 4 .10 .16
.6 .12 .18
.8 .20

F. Operasi pada Himpunan

1. Irisan Himpunan
Irisan himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan
anggota himpunan A sekaligus menjadi anggota himpunan B.
Irisan himpunan A dan B dinotasikan dengan:

A B = {x| x A dan x B}

Daerah yang diarsir merupakan daerah A B


Contoh:

Diketahui:

A={bilangan ganjil kurang dari 10}


B={bilangan prima kurang dari 10}
carilah A B dan gambar diagram Vennnya!

Jawab:
A={1,3,5,7,9}
B={2,3,5,7}
A B = { 3,5,7 }

Diagram Vennnya:

S A B

.3
.1 .5 .2
.9 .7

2. Gabungan Himpunan
Gabungan dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya
merupakan himpunan A saja atau himpunan B saja.
Gabungan himpunan A dan B dinotasikan dengan:
A B = {x| x A atau x B}

Daerah yang diarsir merupakan daerah himpunan A B

contoh:
Diketahui:
A={faktor prima dari 30}
B={Nilai genap dibawah 10}
Tentukan A B dan gambar diagram Vennnya!

Jawab:
A={2,3,5}
B={2,4,6,8}
A B ={2,3,4,5,6,8}

Diagram Vennnya:

S A B

.4
.3 .2 .6
.5 .8

3. Selisih Himpunan
Selisih himpunan A dan B adalah himpunan anggota A yang tidak menjadi
anggota B.
Selisih himpunan A dan B dinotasikan dengan: A B, dibaca A kurang B

contoh:
Diketahui:
A={1,2,3,4,5}
B={4,5,6,7,8}
Tentukan A B!

Jawab:
A-B = {1,2,3,4,5} - {4,5,6,7,8} = {1,2,3}

4. Jumlah Himpunan
Jumlah himpunan A dan B adalah himpunan dimana anggotanya adalah
gabungan A dan B tetapi bukan irisan A dan B.
contoh:
Diketahui:
A={a,b,c,d,e,f}
B={d,e,f,g,h,i}
Tentukan A + B!
Jawab:

A+B= {a,b,c,d,e,f} + {d,e,f,g,h,i} = {a,b,c,g,h,i}

5. Komplemen
Jika S adalah himpunan semesta dan A adalah suatu himpunan.
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang terdiri dari semua anggota
himpunan S yang bukan anggota himpunan A.

Komplemen A dinotasikan dengan atau AC

contoh:
S={1,2,3,4,5,6}
A={4,5,6}
tentukan AC !
Jawab:
AC = {1,2,3}
G. Sifat-sifat Operasi pada Himpunan

1. Komutatif.
AB =BA
AB = BA

2. Asosiatif
(A B) C = A (B C)
(A B) C = A (B C)

3. Distributif
A (B C) = (A B) (A C)
A (B C) = (A B) (A C)

4. Dalil De Morgan
Komplemen himpunan A adalah himpunan yang anggota-anggotanya bukan
anggota A dan dilambangkan dengan AC.

(A B)C = AC BC
(A B)C = AC BC
BAB VI
ARITMETIKA SOSIAL

A. Untung dan Rugi

Jika harga jual lebih besar dari harga beli maka didapat keuntungan atau laba.
Sebaliknya jika harga jual lebih rendah dari harga belinya maka akan rugi. Harga
beli biasa disebut dengan modal.

Untung = harga penjualan > harga pembelian

Rugi = harga penjualan < harga pembelian

Besarnya keuntungan = harga jual harga beli


Besarnya kerugian = harga beli harga jual

Contoh soal:

1. Seorang pedagang kambing membeli seekor kambing dengan harga


Rp. 1.200.000. Kemudian kambing tersebut dijual dengan harga Rp. 1.750.000,-
Berapa keuntungan yang didapat?

Jawab:
harga beli = Rp. 1.200.000
harga jual = Rp. 1.750.000

Besarnya keuntungan = harga jual harga beli

= Rp. 1.750.000 - Rp. 1.200.000


= Rp. 550.000,-

2. Seorang pedagang ayam membeli ayam kampung sebanyak 100 ekor dengan
harga Rp. 2.000.000,- Dalam perjalanan ternyata ada ayam yang mati sebanyak
15 ekor. 30 ekor ayam laku dijual dengan harga Rp.25.000 per ekor, sedangkan
sisanya dengan harga Rp. 20.000,- Berapa besarnya keuntungan atau kerugian
yang didapat ?
Jawab:

Harga pembelian = Rp. 2000.000,-


Harga jual 30 ekor = 30 x Rp. 25.000 = Rp. 750.000

Sisa ayam yang dijual = 100 30 10 = 60 ekor ( 10 ayam yang mati)


Harga jual 60 ekor = 60 x Rp.20.000 = Rp. 1200.000

Harga penjualan = Rp. 750.000 + Rp. 1200.000 = Rp. 1.950.000

Ternyata harga penjualan < harga pembelian maka pedagaang mengalami


kerugian

Besarnya kerugian = harga beli harga jual


= Rp. 2000.000 Rp. 1.950.000
= Rp. 50.000,-

B. Prosentase Untung dan Rugi

Prosentase keuntungan = x 100 %

Prosentase kerugian = x 100 %

Contoh:

1. Seorang pedagang di pasar membeli sekeranjang jeruk yang berisi 200 buah
seharga Rp.100.000. Jika tiap jeruk dijual dengan harga Rp.750, berapa %
keuntungannya?

Jawab:

Besarnya keuntungan = harga jual harga beli


= (Rp. 750 x 200) Rp. 100.000
= Rp. 150.000 Rp. 100.000
= Rp. 50.000

Prosentase keuntungan = x 100 %


.
= x 100 %
.
= 0,5 x 100%
= 50 %

2. Adnan membeli sepeda baru dengan harga Rp. 400.000, setelah beberapa
bulan
sepedanya dijual dengan kerugian 10% . Berapa harga penjualannya?

Jawab:

Harga pembelian = Rp. 400.000,-


Rugi = 10 %
Rugi dalam rupiah = 10 % x Rp. 400.000
= x Rp. 400.000
= Rp. 40.000

Maka harga jualnya adalah = Rp. 400.000 Rp. 40.000 = Rp. 360.000,-

Jika diketahui prosentase untung atau ruginya saja:

%
Harga pembelian = x untung
%

%
Harga pembelian = x rugi
%

Contoh soal:

1. Sebuah tas dijual dengan mendapat untung 20 % atau Rp.20.000,-


Berapa harga pembelian dan penjualannya ?

Jawab:

%
Harga pembelian = x untung
%
%
= x Rp. 20.000
%
= 5 x Rp. 20.000
= Rp.100.000,-

Harga jual = harga beli + untung


= Rp.100.000 + Rp.20.000,-
= Rp. 120.000,-

2. Pak Ali, seorang pedagang sepeda mendapat kerugian 25 % atau


Rp.150.000,-

Berapa harga pembelian dan penjualannya?

Jawab:
%
Harga pembelian = x rugi
%

%
= x Rp. 150.000
%
= 4 x Rp. 150.000
= Rp. 600.000

Harga jual = harga beli rugi


= Rp. 600.000 Rp. 150.000
= Rp. 450.000,-

C. Pajak, Diskon/Potongan Harga/Rabat, Bruto, Tara dan Neto

1. Pajak

- Pajak penghasilan (PPh)


PPh = gaji awal gaji yang diterima
- Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN = harga beli konsumen harga awal

2. Diskon/Potongan Harga/Rabat
Diskon/Potongan Harga/Rabat = Harga Semula Harga yang dibayar

3. Bruto
Bruto adalah berat kotor barang, berat barang beserta tempatnya

4. Tara
Berat kemasan atau berat tempat suatu barang
5. Neto
Berat bersih barang atau berat barangnya saja

Hubungan Bruto, Tara dan Neto

Bruto = Tara + Netto


Tara = Bruto Netto
Neto = Bruto Tarra

Persen Tarra = x 100 %

pengertian:
kita ambil contoh beras dalam karung.

Bruto berat beras + karungnya


Tara berat karungnya saja
Neto berat berasnya saja

Contoh soal:

1. Seorang pegawai Negri di suatu Departemen mendapat gaji perbulan


Rp. 2500.000,- dengan penghasilan tidak kena pajak Rp. 900.000,- Jika besar pajak
penghasilan 15 %. Berapa besar gaji yang diterima pegawai Negeri tersebut?

Jawab:

Besar gaji kena pajak = Rp.2500.000 - Rp.900.000 = Rp. 1.600.000


Besar pajak penghasilan = 15 % x Rp.1600.000 = Rp. 240.000

Jadi besar gaji yang diterima = Rp. 2.500.000 Rp.240.000


= Rp. 2.260.000

2. Sebuah kaleng susu bertuliskan Netto 400 gram. Setelah dibeli kaleng susu yang
masih utuh tersebut ditimbang di rumah didapat beratmya 550 gram. Berapakah
Tarranya?
Jawab:
Netto = 400 gr
Bruto = 550 gr

Tarra = Bruto Netto


= 550 gr 400 gr
= 150 gr

3. Seorang pedagang sembako membeli sekarung kacang tanah seberat 60 kg dengan


tarra 3kg. Berapa Netto dan prosentase taranya?

Jawab:

Bruto = 60 kg
Tarra = 3 kg

Netto = Bruto Tarra


= 60 -3
= 57 kg

Persen Tarra = x 100 %

= x 100 %
=5%

D. Bunga Bank dan Tabungan

Bunga Tunggal bunga yang dihitung dari tabungan awal


Tabungan awal modal

1. Perhitungan Bunga Harian

Bunga =

Modal =

Waktu = x 360
Suku bunga = x 100 %

2. Perhitungan Bunga Bulanan

Bunga =

Modal =

Waktu = x 12

Suku bunga = x 100 %

3. Perhitungan Bunga Tahunan

Bunga =

Modal =

Waktu =

Suku bunga = x 100 %

Ketentuan:

1 bulan = 30 hari
1 tahun = 360 hari
Contoh soal:

Bunga Harian

1. Sebuah Bank memberikan bunga 18 % pada setiap nasabahnya. Jika dalam


waktu 20 hari seorang nasabah memperoleh bunga Rp. 50.000,- Berapa besar
tabungan nasabah tersebut?

Jawab:

suku bunga = 20 %
bunga = Rp. 50.000,-
waktu = 20 hari

%
Bunga Harian =

M= untuk harian
%

.
=
= 18 x 5 x 50.000

= 90 x 50.000
= Rp. 4.500.000,-

Jadi besar tabungan nasabah tersebut adalah Rp. 4.500.000,-

2. Bu Ade menyimpan uang di Bank BCA sebesar Rp. 2000.000,- dengan suku
bunga 14% tiap tahun. Setelah berapa lama Bu Ade mendapat bunga
Rp. 70.000,- ?

Jawab:

Modal = Rp. 2.000.000


Suku bunga = 14 %
Bunga 1 tahun = x Rp, 2000.000

= Rp. 280.000,-
lama hari = x 360

.
= x 360
.

= 630 hari

Jadi Bu Ade mendapat bunga Rp. 70.000 setelah menabung selama 630 hari

Bunga Bulanan

1. Amir menyimpan uang di BNI sebesar Rp. 1.500.000 dengan bunga 12 % tiap
tahun. Berapa bunga yang diterimaAmir selama 5 bulan?

Jawab:

Modal = Rp. 1.500.000


Suku bunga = Rp. 12 %
Waktu = 6 bulan

Bunga =

. .
=

= 6 x 15000
= Rp. 90.000,-
Jadi bunga yang diterima Amir selama 6 bulan adalah Rp. 90.000,-

2. Uang tabungan Ali di suatu bank sebesar Rp. 1.000.000,- 9 bulan kemudian uang
tabungannya menjadi Rp. 1.090.000,-. Berapa prosentase bunga yang diterima
Ali?

Jawab:

Modal = Rp. 1.000.000


Bunga 9 bulan = Rp. 1.090.000 Rp. 1000.000 = Rp. 90.000
Bunga setahun = x Rp. 90.000 = Rp. 120.000
Suku bunga = x 100 %
.
= x 100 %
.
= 12 %
Jadi prosentase bunga yang diterima Ali adalah 12 %

Bunga Tahunan

1. Pak Zakaria menabung di suatu bank sebesar Rp. 5000.000,- Dengan suku
bunga 12 % . Berapa bunga yang diterimanya selama 3 tahun?

Jawab:

Modal = Rp. 5.000.000


Suku bunga = 12 %
waktu = 3 tahun

Bunga =
. .
=
= 36 x 50.000
= Rp. 1800.000,-

2. Besar bunga selama 4 tahun Rp. 450.000 dengan suku bunga 15 %, Berapakah
Besarnya tabungan yang dimiliki?

Jawab:

Bunga = Rp. 450.000


Suku bunga = 15 %
Waktu = 3 tahun
Modal =

.
=
= 25 x 30.000 ( 25 dari 100/4 ; 30.000 dari 450.000/15)
= Rp. 750.000
BAB VII
PERBANDINGAN

A. SKALA

Skala adalah perbandingan antara ukuran pada gambar (peta) dengan ukuran
sebenarnya.

( )
Skala =

skala 1 : n artinya setiap 1 cm pada gambar (peta) mewakili n cm pada ukuran


sebenarnya.

contoh:
skala 1 : 10.000 artinya 1 cm mewakili 10.000 cm atau 100 m jarak sebenarnya.

contoh soal:

1. Jarak kota A ke kota B adalah 200 km. Jarak pada peta 10 cm. Berapakah skalanya?

Jawab:

Skala = = =
. .

= 1 : 2000.000

2. Jarak kota A ke kota B pada peta 5 cm dengan skala 500.000. Berapakah jarak
sesungguhnya?

Jawab:

Skala = jarak sebenarnya =

jarak sebenarnya = = 5 cm . 500.000 = 2500.000 cm


/ .
= 250.000 m = 250 km
3. Seorang drafter membuat peta jalan yang panjangnya 100 km dengan skala
1:200.000.
Berapa jarak jalan tersebut pada peta?

Jawab:

Skala = Jarak pada peta = jarak sebenarnya x skala


.
jarak pada peta = 100 km x = = 0,5 m = 50 cm
. .

B. Perbandingan

1. Perbandingan Senilai
Perbandingan antara a dan b selalu berbanding lurus yang artinya jika nilai a naik
maka nilai b juga naik demikian juga jika nilai a turun maka nilai b juga turun.

a : b = c : d atau =

perhatikan tabel!

No Banyaknya Mangga (Kg) Harga (Rp)


1 1 kg 10.000
2 5 kg 50.000
3 10 kg 100.000

Banyak Mangga dan harga berbanding lurus, artinya jika mangga bertambah
banyak berarti harga juga bertambah naik.

contoh:
Perbandingan jumlah uang Budi dan Tono adalah 4:5, jika uang Budi Rp.1000.000,
berapa jumlah uang Tono?

Jawab:

Uang Tono = x Rp. 1000.000 = Rp.1.250.000,-

2. Perbandingan Berbalik Nilai


Perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan antara a dan b berbanding terbalik
yang artinya jika nilai a naik maka nilai b turun demikian juga sebaliknya.
Perhatikan tabel!

No Kecepatan (Km/jam) Waktu (Jam)


1 60 km/jam 2 jam
2 30 km/jam 4 jam
3 15 km/jam 8 jam
Tabel di atas memperlihatkan perbadingan yang berbalik nilai antara kecepatan
dan waktu, jika kecepatan naik maka waktu tempuhnya berkurang, demikian juga
sebaliknya jika waktu tempuhnya naik maka kecepatannya berkurang.

contoh:

Suatu pekerjaan pembangunan rumah jika dikerjakan oleh 8 orang akan selesai
dalam waktu 2 bulan, berapa lama jika pekerjaan pembangunan rumah itu
dikerjakan oleh 16 orang?

Jawab:

Jumlah orang waktu pengerjaan


8 orang 2 bulan
16 orang a bulan

Lama waktu pengerjaan :

8 x 2 = 16 x a

a= = = 1 bulan

C. Faktor Perbesaran dan Faktor Pengecilan

1. Faktor perbesaran.
Perbandingan ukuran hasil perbesaran dengan ukuran semula

2. Faktor pengecilan
Perbandingan ukuran hasil pengecilan dengan ukuran semula

contoh:

Sebuah gambar dengan tinggi 10 cm akan dikecilkan ukurannya dengan tingginya


menjadi 5 cm, berapa faktor pengecilannya?
Jawab:

Faktor pengecilannya adalah :

= = kali
BAB VIII
BILANGAN BERPANGKAT

A. Pangkat Positif, Nol dan Negatif

Pangkat atau eksponen adalah salah satu operasi hitung.

Bentuk Umum:

an = a x a x a x a x .....x a

banyaknya n faktor

contoh: 25 = 2 x 2 x 2 x 2 x 2 = 32

Sifat-sifat:

1. ap x aq = ap + q

2. = ap q

3. (ap)q = ap x q

4. (a x b)p = ap x bp

5. =

6. a-p =

7. a0 = 1
Contoh:

Sederhanakan bentuk

Jawab:

= 3x y- 4 y- 2

= 3x y- 6

=3

B. Pangkat Pecahan

Bilangan berpangkat pecahan dapat dinyatakan dalam bentuk:

= = dengan n 0

Bentuk Akar:
bentuk akar merupakan suatu bilangan positif di dalam pangkat pecahan

=
=b a = bn

sifat-sifat bentuk akar:


1. = x

2. =

Contoh soal:


Bentuk sederhana dari adalah....

Jawab:


= =5 .5 =5 =5 =5 = =

C. Merasionalkan Bentuk Akar

Merasionalkan akar-akar yang bebentuk pecahan dapat diabuah dengan mengalikan


akar-akar sekawannya.
1. Mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan akar yang sama dengan
penyebutnya.

= x =
=

Contoh:
Rasionalkan bentuk akar

Jawab:

= x = 5

2. Mengalikan pembilang dan pernyebutnya dengan akar sekawan dari penyebutnya

Penyebut + mempunyai sekawan -


Penyebut - mempunyai sekawan +

Contoh:

Rasionalkan bentuk akar


Jawab:

= x =
= 3 5 + 6

BAB IX
BARISAN BILANGAN dan DERET

A. Pola Bilangan

Pola bilangan adalah aturan terbentuknya sebuah kelompok bilangan dengan suatu
aturan yang telah diurutkan. Macam-macam pola bilangan dengan pola-pola
tertentu sbb:

1. Bilangan asli
Barisan bilangan : 1,2,3,4,5,...
pola bilangan: n, n bilangan asli

2. Bilangan Genap
Barisan bilangan: 2, 4, 6, 8, 10, ...
Pola bilangan: 2n, n bilangan asli

3. Bilangan ganjil
Barisan bilangan : 1,3,5,7,9,...
pola bilangan: 2n - 1, n bilangan asli

4. Bilangan persegi
Barisan bilangan: 1, 4, 9, 16, ...
Pola bilangan: n2, n bilangan asli
Pola gambar:

5. Bilangan segitiga
Barisan bilangan : 1,3,6,10,...
pola bilangan: n (n + 1) , n bilangan asli
Pola gambar:
6. Bilangan persegipanjang
Barisan bilangan: 2, 6, 12, 20, ...
Pola bilangan: n (n+1), n bilangan asli
Pola gambar:

7. Bilangan Segitiga Pascal


Barisan bilangan : 1,2,,4,8,16, ...
pola bilangan: 2 n - 1 , n bilangan asli
Pola gambar:

1 1
1 1 2
1 2 1 4

1 3 3 1 8
1 4 6 4 1 16

B. Barisan dan Deret


Barisan bilangan adalah urutan suatu bilangan yang mempunyai aturan tertentu.

1. Barisan dan Deret Aritmetika

a. Barisan Aritmetika

Barisan Aritmetika adalah suatu barisan bilangan dengan pola tertentu berupa
penjumlahan yang mempunyai beda (selisih) yang sama/tetap.

Suku-sukunya dinyatakan dengan:

U1, U2, U3, ....Un


a, a+ b, a+2b, a + 3b, ...., a + (n-1) b

Selisih(beda) dinyatakan dengan b:

b = U2 U1 = U3 U2 = Un Un - 1
Suku ke n barisan aritmetika (Un) dinyatakan dengan rumus:

Un = a + (n-1) b

Keterangan:

Un = suku ke n dengan n = 1,2,3, ...


a = suku pertama U1 = a
b = selisih/beda

Contoh soal:

Tentukan suku ke 15 barisan 2, 6, 10,14,...

Jawab:

Un = a + (n-1) b
n = 15
b = 6-2 = 10 6 = 4
U1 = a = 2

U15 = 2 + (15-1)4
= 2 + 14.4
= 2 + 56 = 58

b. Deret Aritmetika

Deret Aritmetika merupakan jumlah suku-suku pada barisan aritmetika.

Bentuk umum deret aritmetika:

a + (a + b) + (a+2b) + (a+3b) + ...+ (a+(n-1)b )

Jumlah suku sampai suku ke n pada barisan aritmetika dirumuskan dengan:

Sn = (2a + (n-1) b ) atau Sn = ( a + Un )


contoh soal:

Suatu deret aritmetika 5, 15, 25, 35, ...


Berapa jumlah 10 suku pertama dari deret aritmetika tersebut?

Jawab:

Sn = (2a + (n-1) b )

n = 10
U1 = a = 5
b = 15 5 = 25 15 = 10

S10 = ( 2. 5 + (10 -1) 10)

= 5 ( 10 + 9.10)
= 5 . 100 = 500

2. Barisan dan Deret Geometri

a. Barisan Geometri

Barisan Geometri adalah suatu barisan bilangan dengan pola tertentu berupa
perkalian yang mempunyai rasio yang sama/tetap.

Suku-sukunya dinyatakan dengan:

U1, U2, U3, ....Un


a, ar, ar2, ar3, ...., arn 1

Rasio dinyatakan dengan r :

r= = = =

Suku ke n barisan Geometri (Un) dinyatakan dengan rumus:

Un = a . r n - 1
Keterangan:

Un = suku ke n dengan n = 1,2,3, ...


a = suku pertama U1 = a
r = rasio

Contoh soal:

Suku ke 10 dari barisan 2, 4, 8, 16, 32, ... adalah....

Jawab:

Un = a . r n - 1
n = 10
a=2
r= = = = =2

U10 = 2 . 210 1
= 2 . 29
= 210 = 1.024

b. Deret Aritmetika

Deret Geometri merupakan jumlah suku-suku pada barisan geometri.

Bentuk umum deret geometri:

a + ar + ar2 + ar3 + ... + arn 1

Jumlah suku sampai suku ke n pada barisan geometri dirumuskan dengan:

( )
Jika Rasio (r) > 1 Sn =

( )
Jika Rasio 0 < (r) < 1 Sn =
Contoh soal:

Jumlah 7 suku pertama dari barisan 3, 9 , 27, ....

Jawab:

r= = = = =3

( )
karena r > 1 maka menggunakan rumus Sn =
n=7
a=3
( )
S7 =
( )
=
( )
=
= = 1.093
BAB X
RELASI dan FUNGSI

A. Relasi

1. Pengertian Relasi

Relasi adalah hubungan antara anggota suatu himpunan dengan anggota


himpunan yang lain. Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah
menghubungkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota
himpunan B.

contoh:
Himpunan A ={1,2,3} dan B={A,B,C}.
Anggota-anggota himpunan A dan B dapat dihubungkan dengan relasi yaitu
faktor dari

2. Cara menyatakan Relasi

Cara menyatakan Relasi dapat dilakukan dengan:

a. Diagram Panah
Contoh di atas dapat dinyatakan dengan diagram panah sbb:

1 A

2 B

3 C
b. Diagram Cartesius
Contoh di atas dapat dinyatakan dengan diagram panah sbb:

0 1 2 3

c. Himpunan Pasangan Berurutan

Contoh di atas dapat dinyatakan dalam himpunan pasangan berurutan dengan


memasangkan secara berurutan anggota-anggota himpunan A dan anggota-
anggota himpunan B yaitu:

{(1,A), (1,B), (2,B), (3,B), (3,C)}

B. Fungsi (Pemetaan)
1. Pengertian Fungsi (pemetaan)
Fungsi dari himpunan A ke himpunan B merupakan relasi yang menghubungkan
setiap anggota himpunan A ke tepat satu anggota himpunan B.
contoh:


contoh bukan pemetaan:
A B

Tidak semua anggota himpunan A dihubungkan dengan anggota himpunan B

2. Domain, Kodomain dan Range

Domain daerah asal


Kodomain daerah kawan
Range daerah hasil

A B

1 A

2 B
3 C

Himpunan A={1,2,3} disebut domain


Himpunan A={A,B,C} disebut kodomain
Hasil pemetaan yaitu {A,B} disebut range

3. Banyaknya Fungsi
Jika banyaknya anggota himpunan A adalah n(A) dan
banyaknya anggota himpunan B adalah n(B) maka:

Banyaknya fungsi yang mungkin dari A ke B = n(B)n(A)


Banyaknya fungsi yang mungkin dari B ke A = n(A)n(B)
Contoh:
Himpunan A ={1,2,3,4} dan B={A,B,C}, carilah:
a. Banyaknya fungsi yang mungkin dari A ke B
b. Banyaknya fungsi yang mungkin dari B ke A

Jawab:

Diketahui:
n(A) = 4 dan n(B) = 3

a. Banyaknya fungsi yang mungkin dari A ke B = n(B)n(A) = 34 = 81


b. Banyaknya fungsi yang mungkin dari B ke A = n(A)n(B) = 43 = 64

4. Notasi dan Rumus Fungsi Linear


a. Notasi fungsi linear
Fungsi linear dinotasikan dengan f : x ax + b
dimana:
f = nama fungsi
x = anggota daerah asal
ax+ b = bayangan dari x

b. Rumus fungsi linear


f(x) = ax + b

x variabel dan f(x) nilai fungsi

contoh:

f(x) = 2x + 2
Nilai fungsi untuk x = 2 adalah f(2) = 2 x 2 + 2 = 6

c. Grafik fungsi linear


contoh: gambarlah grafik fungsi f(x) = 2x + 2

jawab:
tentukan titik potong dengan sumbu x dan y terlebih dahulu:

titik potong dengan sumbu x jika f(x) = 0


0 = 2x + 2 2x = -2, maka x = -1
diperoleh titik (-1,0)

titik potong dengan sumbu y jika x = 0


f(x) = 2x + 2 f(x) = 2. 0 + 2 = 2
diperoleh titik (0,2)

Buat sumbu koordinat dengan titik-titik (-1,0) dan (0,2) tersebut, kemudian
tarik garis lurus yang melewati titik-titik koordinat tersebut

5. Korespondensi Satu-satu
Suatu fungsi disebut korespondensi satu-satu jika setiap anggota A tepat
berpasangan dengan setiap anggota B

A B

1 A

2 B
3 C
Banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin antara himpunan A dan B
adalah:

1 x 2 x 3 x .......x(n-1) x n

contoh:

Himpunan A={1,2,3} dan himpunan B={A,B,C}.


Banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin untuk himpunan A dan B
adalah 1 x 2 x 3 = 6
BAB XI
PERSAMAAN GARIS LURUS

A. Pengertian Pesamaan Garis Lurus

Persamaan garis lurus adalah suatu fungsi yang apabila digambarkan ke dalam
bidang Cartesius akan berbentuk garis lurus. Garis lurus ini mempunyai nilai
kemiringan suatu gris yang dinamakan Gradien (m).

Bentuk umum :

y = mx + c

dimana:

m = gradien (kemiringan garis)


c = konstanta

B. Gradien Garis Lurus (m)

Gradien adalah nilai yang menyatakan kemiringan suatu garis yang dinyatakan
dengan m.

Untuk mencari nilai gradien suatu garis dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Garis melalui dua titik (x1, y1) dan (x2, y2)


Y
Gradiennya m = (x1,y1)

(x2,y2)

X
contoh soal:
gradien garis lurus yang melalui titik (5,2) dan (-1,8) adalah....

Jawab:
m= x1= 5 ; x2 = -1 ; y1= 2 dan y2 = 8

m= = = -1

2. Garis melalui pusat koordinat 0 dan melalui titik (x1, y1)

gradien m =

(x1, y1)

contoh:
Gradien garis lurus melalui titik (0,0) dan (4,8) adalah....

Jawab:
m= x 1 = 4 ; y 1= 8

= =2

3. Garis memotong kedua sumbu

a. Garis miring ke kanan


m=
(0,a)

(- b,0)
b. Garis miring ke kiri

m=-
(0,a)

(b,0)

4. Persamaan garis ax + by + c = 0 maka


gradiennya (m) = =-

contoh:
Gradien garis dengan persamaan 2x y - 5 = 0 adalah...

Jawab:

2x y - 5 = 0 ax + by + c = 0, maka a = 2 ; b = -1 dan c = -5

m=- =- = 2

5. Garis sejajar sumbu x


m = = 0 y = 0x + b (y = b)

y=b
contoh:
Gradien garis y = 4 adalah....

jawab:

y = mx + c y = 0x + 4

dijadikan ke bentuk persamaan ax + by + c = 0 menjadi

0x y + 4 = 0 a = 0 ; b = -1

m= =- =- =0

6. Garis sejajar sumbu y


m= = ~ x = 0y + a (x = a)
x=a

contoh:

gradien garis x = 2 adalah....

Jawab:
y = mx + c mx = y c x = 0y + 2

dijadikan ke bentuk persamaan ax + by + c = 0 menjadi

x 0y - 2 = 0 a = 1; b = 0

m= =- =- = ~
C. Menentukan Persamaan Garis Lurus

1. Persamaan garis yang melalui titik O (0,0) dan bergradien m.


Persamaan garisnya :

y = mx (x,y)

2. Persamaan garis yang melalui titik (0,c) dan bergradien m


Persamaan garisnya:

y = mx + c
(x,y)

(0,c)

3. Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan bergradien m

Persamaan garisnya:
(x1,y1) gradien m y y1 = m(x - x1)

contoh:
persamaan garis lurus melalui titik (5,10) dan bergradien 2 adalah...

Jawab:

Persamaan garisnya:
y y1 = m(x - x1) m = 2 ; x1= 5 ; y1 = 10
y 10 = 2 (x - 5)
y 10 = 2x 10
y = 2x 10 + 10
y = 2x

4. Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2)

(x1, y1) Persamaan garisnya:


=

(x2, y2)

contoh:

Persamaan garis lurus melalui titik (2,4) dan (-3,-2) adalah....

Jawab:

persamaan garisnya:

= x1 = 2 ; x2 = 4 ; y1 = -3 ; y2 = -2

( )
=
( )

2(y+3) = x 2
2y + 6 = x 2
2y = x 2 6
2y = x 8
5. Persamaan garis yang memotong sumbu x dan sumbu y di titik (x 1, 0) dan (0,y1)

(0,y1) Persamaan garisnya:


y 1. x + x 1. y = x 1. y 1

(x1, 0)

contoh:

Persamaan garis lurus melalui titik (4,0) dan (0,8) adalah....

Jawab:

persamaan garisnya:

y1. x + x1. y = x1. y1 x1 = 4 dan y1 = 8

8x + 4y = 4 . 8
8x + 4 y = 32
2x + y = 8
y = 8 2x

D. Hubungan antara dua Garis Lurus

1. Gradien dua garis sejajar


gradien dua garis lurus adalah sama
a Garis a sejajar dengan garis b.
Jika gradien garis a = ma dan
b gradien garis b = mb , maka
ma = mb

Persamaan garis yang sejajar dengan garis ax + by + c = 0 dan melalui titik (x1, y1)
adalah ax + by = ax1+ by1
contoh :

Persamaan garis yang melalui titik (2,3)dan sejajar dengan garis 3x+5y 15 = 0
adalah...

Jawab:

cara1:
cari gradien garis 3x+5y 15 = 0 5y= -3x + 15
y= x + 3 gradiennya = m= -

Karena sejajar maka persamaan garis yang dicari gradiennya adalah sama.

Persamaan garis yang melalui titik (2,3) dengan gradien m = - adalah


y y1 = m(x - x1) x1 = 2 ; y1 = 3
y3=- (x 2)
y3= - x+ dikali 5
5y 15 = -3x + 6
3x + 5y = 21

cara2:
Persamaan garis yang sejajar dengan garis ax + by + c = 0 dan melalui titik (x1, y1)
adalah ax + by = ax1+ by1

Garis 3x+5y 15 = 0, melalui titik (2,3)


a = 3 ; b = 5 ; x1 = 2 ; y1 = 3

Persamaan garisnya:

3x + 5y = 3 . 2 + 5 . 3
3x + 5y = 21
2. Gradien dua garis tegak lurus

a Garis a sejajar dengan garis b.


Jika gradien garis a = ma dan
b gradien garis b = mb , maka
ma x mb = -1 atau ma =

Persamaan garis yang tegak lurus dengan garis ax + by + c = 0 dan melalui titik
(x1, y1) adalah ay - bx = ay1 bx1

contoh:

Persamaan garis lurus melalui titik (3,5) dan tegak lurus garis 2x + y 5 = 0
adalah...

Jawab:

Cara1:

Ditentukan dulu gradien garis 2x + y 5 = 0


y = -2x + 5 gradiennya = m = -2

Karena tegak lurus maka gradien persamaan melalui titik (3,5) = = =

Persamaan garis lurus melalui titik (3,5) dengan gradien adalah:


y y1 = m(x - x1) x1 = 3 ; y1 = 5
y 5 = ( x 3)
y5= x- dikalikan 2
2y 10 = x 3
2y x = 7
Cara2:

Persamaan garis yang tegak lurus dengan garis ax + by + c = 0 dan melalui titik
(x1, y1) adalah ay - bx = ay1 bx1

Garis 2x + y 5 = 0 melalui titik (3,5) adalah

a = 2 ; b=1 ; x1 = 3 ; y1 = 5

Persamaan garisnya
2y x = 2 . 5 1. 3
2y x = 7

E. Menentukan titik potong dari dua garis lurus

Titik potong dari dua garis lurus dapat dilakukan dengan 2 cara:

1. Substitusi

Dengan memasukkan salah satu varibel dari persamaan yang satu ke persamaan
yang lain.

2. Eliminasi

Dengan mengeliminasi (menghilangkan) salah satu variabel dengan cara


menyamakan variabel yang akan dieliminasi.

contoh:

Tentukan titik potong garis 2x + y 6 = 0 dengan garis 2y x - 7 = 0

Jawab:

Cara 1 (substitusi):

2x + y 6 = 0 ...(1)
2y x - 7 = 0 x = 2y 7 ..(2)
Substitusi (2) ke (1)

2 (2y-7) + y 6 = 0
4y 14 + y 6 = 0
5y 20 = 0
5y = 20
y=4

masukkan nilai y ke (1) lagi:

2x + 4 6 = 0
2x 2 = 0
2x = 2
x=1

diperoleh titik potongnya adalah (1,4)

Cara 2 (eliminasi):

2x + y 6 = 0
2y x - 7 = 0 x 2y + 7 = 0

Eliminasi variabel x
2x + y 6 = 0 |x 1| 2x + y 6 = 0
x 2y + 7 = 0 |x 2| 2x 4y + 14 = 0 -
5y 20 = 0
5y = 20
y =4

masukkan y = 4 :
2.4x7=0
8x7=0
1x=0
x=1

didapat titik potong (1,4)


BAB XII
GARIS dan SUDUT

A. Garis

1. Pengertian Garis
Garis adalah kumpulan titik-titik yang banyaknya tak terhingga yang jaraknya
sangat dekat dan memanjang ke dua arah.

contoh:

Garis lurus Garis Melengkung

2. Kedudukan dua garis

a. Sejajar
a

Garis a sejajar dengan garis b ( a // b)

Dua buah garis dikatakan sejajar jika kedua garis tersebut tidak berpotongan
dan jarak kedua garis selalu tetap, serta terletak pada satu bidang.

b. Berpotongan
a
O

b
Dua buah garis lurus hanya dapat berpotongan pada satu titik. Garis a dan
garis b berpotongan di titik O.

c. Berimpit

A C D B

Dua garis yang berimpit merupakan dua garis yang terletak pada satu garis
lurus, sehingga dua garis tersebut hanya tampak satu garis lurus.
Garis AB dan garis CD berimpit sehingga keduanya terletak pada satu garis

B. Sudut

1. Pengertian sudut
Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh dua sinar garis yang bertemu pada satu
titik pangkal.

B O = titik sudut
OA dan OB = sinar garis/titik sudut
AOB = O = , nama sudut

O A

2. Jenis-Jenis Sudut

a. Sudut Lancip
Sudut yang besarnya lebih dari 00 dan kurang dari 900

00 < a0 < 900


a0
b. Sudut Tumpul
Sudut yang besarnya lebih dari 900 dan kurang dari 1800

900 < a0 < 1800

a0

c. Sudut Siku-siku
Sudut yang besarnya 900

a0 = 900

a0

d. Sudut Lurus
Sudut yang besarnya 1800
a0 = 1800
a0

e. Sudut Refleks
Sudut yang besarnya antara 1800 sampai 3600

1800 < a0 < 3600


ao

f. Sudut Putaran Penuh


Sudut yang besarnya 3600, disebut juga dengan sudut satu putaran penuh
3. Hubungan Antar Sudut

a. Sudut berpelurus (suplemen)


dua sudut yang jumlah sudutnya 1800

A O B

AOC + BOC = 1800 AOC dan BOC saling berpelurus

b. Sudut berpenyiku (komplemen)


dua sudut yang jumlah sudutnya 900
B C

O A

AOC + BOC = 900 AOC dan BOC saling berpenyiku

c. Sudut bertolak belakang


Sudut-sudut yang bertolak-belakang mempunyai sudut yang sama
A = B ; C = D

A
C D
B
d. Dua garis sejajar yang yang dipotong oleh sebuah garis akan membentuk
sudut-sudut:

A1 A2
A3 A4

B1 B2
B3 B4

1. Sudut-sudut sehadap (sama besar)


A1 = B1
A2 = B2
A3 = B3
A4 = B4

2. Sudut bersebarangan dalam (sama besar)


A3 = B2
A4 = B1

3. Sudut bersebarangan luar (sama besar)


A1 = B4
A2 = B3

4. Sudut-sudut dalam sepihak (berjumlah 1800)


A4 + B2 = 1800
A3 + B1 = 1800

5. Sudut-sudut luar sepihak (berjumlah 1800)


A2 + B4 = 1800
A1 + B3 = 1800
Contoh-contoh soal:

1. Sudut x dan y saling berpelurus, jika besar sudut y = 300, berapa besar sudut x?

Jawab:

Sudut x dan y saling berpelurus maka


x + y = 1800
x = 1800 - y
= 1800 300
= 1500

2. Perhatikan gambar di bawah:


D C

x B
3x
2x
O A

Berapa besar sudut BOC?


Jawab:
Sudut adalah siku-siku maka:
AOB + BOC + COD = 900
2x + 3x + x = 900
6x = 900

x= = 150

BOC = 3x = 3 . 150 = 450

3.
5x + 200 8x + 300
Berapa nilai x?
Jawab:
Sudut adalah Sudut-sudut dalam sepihak yang berjumlah 1800
(5x + 200 ) + (8x + 300 ) = 1800
13x + 500 = 1800
13x = 1800 500
13x = 1300

x= = 100
BAB XIII
SEGITIGA dan TEOREMA PHYTAGORAS

A. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis dan mempunyai tiga
titik sudut.
Jenis-jenis segitiga dapat dibedakan berdasarkan panjang sisi-sisinya atau
berdasarkan besar sudut-sudutnya.

1. Jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisi-sisinya


a. Segitiga sama kaki
Segitiga yang dua sisinya sama panjang

Panjang AC = BC
A = B
A + B + = 1800

A B

b. Segitiga sama sisi


Segitiga yang ketiga sisinya sama panjang
C

panjang AB = BC = CA
A = B = = 600
A + B + = 1800
A B

c. Segitiga sembarang
Segitiga yang panjang ketiga sisinya berbeda
C

A B
- Ketiga sisinya tidak sama panjang ( AB BC CA )
- Ketiga sudutnya tidak sama besar ( A B C )
A + B + C = 1800

2. Jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya

a. Segitiga siku-siku
Segitiga yang salah satu sudutnya 900
C

A = 900

A B

b. Segitiga lancip
Segitiga yang besar tiap-tiap sudutnya kurang dari 900
C

A , B dan C kurang dari 900

A B

c. Segitiga tumpul
Segitiga yang salah satu sudutnya lebih besar dari 90 0

C
C lebih besar dari 900

A B
3. Keliling dan Luas Segitiga C C
C
tinggi = t

t t

A alas = a B A B A B D

Keliling segitiga ABC (K) = AB + BC + CA


Luas segitiga ABC (L) = x alas x tinggi = xaxt

Dengan tidak menghitung tingginya tetapi dengan ketiga sisinya , luas segitiga
dapat dicari dengan rumus:
C
L= ( )( )( )
b a
s = keliling segitiga = (a + b + c)
A B
4. Segitiga-segitiga Sebangun c

a. Syarat dua segitiga sebangun


Dua segitiga sebangun jika:
- panjang sisi-sisi yang besesuaian sebanding
- Susut-sudut yang bersesuaian sama besar
C
F

A B D E

ABC sebangun dengan ABC


A = D ; B = E ; C = F
= =
b. Sifat Dua Segitiga Sebangun

C
AD2 = BD x CD
AB2 = BD x BC
AC2 = CD x CB

A B

a c = =
e
= =
b d
f

B. TEOREMA PHYTAGORAS

Teorema atau Dalil Phytagoras hanya berlaku pada segitiga siku-siku, dimana kuadrat
sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi yang lainnya.
C

(BC)2 = (AB)2 + (AC)2


b a atau
a = c2 + b 2
2

A c B
Tripel Phytagoras
Merupakan rangkaian tiga bilangan positif yang merupakan sisi-sisi dari segitiga siku-
siku yang memenuhi dalil Phytagoras. Bilangan yang terbesar merupakan sisi
miringnya.

Untuk segitiga siku-siku di atas tripel Phytagorasnya adalah:

b c a
3 4 5
5 12 13
7 24 25
8 15 17
11 60 61
20 21 29

Pasangan tripel ini berlaku untuk kelipatannya:


misal 6, 8 , 10 merupakan kelipatan dari 3, 4, 5 yang berarti juga merupakan tripel
Phytagoras.
BAB XIV
LINGKARAN

Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap satu titik tetap yang
dinamakan titik pusat lingkaran.

A. Unsur-unsur Lingkaran

Keterangan:

1. Titik O = pusat lingkaran


2. Garis OA =OB = OD = jari-jari lingkaran
3. AB = diameter lingkaran
4. Garis lurus BD = tali busur
5. Garis lengkung AD dab BD = busur
6. Garis OE = apotema
7. Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan satu busur = juring misal AOD
6. Daerah yang dibatasi oleh sebuah tali busur dan dua jari-jari = tembereng
(yang diarsir)
B. Keliling dan Luas lingkaran

Keliling lingkaran = 2r = d
Luas lingkaran = r2 = ( d )2 = d2

Keterangan: r = jari-jari lingkaran


d = diameter lingkaran
= atau 3,14
C. Panjang Busur dan Luas Juring

Pada lingkaran di samping berlaku:


= = O

maka: A D

Panjang Busur AD = x keliling lingkaran


Luas juring AOD = x luas lingkaran

Luas tembereng = luas juring AOD luas segitiga AOD

D. Sudut Pusat dan Sudut Keliling


C
Perhatikan gambar di samping
AOB = sudut pusat
ACB = sudut keliling

Sudut pusat dan sudut keliling saling berhubungan O


jika sama-sama menghadap busur yang sama

Terlihat bahwa AOB menghadap busur AB


ACB juga menghadap busur AB, A B

sehingga : AOB = 2 x ACB

E. Segiempat Tali Busur

Segiempat Tali Busur adalah segiempat yang dibatasi oleh empat tali busur dimana
keempat titik sudutnya menyinggung sisi lingkaran.
Jumlah dua sudut yang berhadapan adalah 1800. B
A
0
A + C = 180
B + D = 1800

D
F. Sudut Antara Dua Tali Busur
B
AEC = ( BOD + AOC ) C

E O

A
D
Pada gambar di samping: B
BC dan AD diperpanjang sehingga C
berpotongan di P,
maka:
P O
APC = BPD = ( BOD - AOC )

A
D

G. Garis Singgung Lingkaran


A

r
B
O garis a

Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran di satu titik dan
tegak lurus dengan jari-jari yang melalui titik singgungnya.
Garis a adalah garis singgung lingkaran yang menyinggung lingkaran di titik A. Garis a
tegak lurus OA.
Maka panjang AB =
1. Garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran

C
A r

P r Q

AB disebut garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran P dan Q.


R = jari-jari lingkaran P dan r = jari-jari lingkaran Q
Panjang AB = CQ.

Panjang garis singgung persekutuan dalam AB adalah:

AB = ( + )

2. Garis singgung persekutuan luar dua lingkaran

A
B
r
R C r

P Q

AB disebut garis singgung persekutuan luar dua lingkaran P dan Q.


R = jari-jari lingkaran P dan r = jari-jari lingkaran Q
Panjang AB = CQ.

Panjang garis singgung persekutuan luar AB adalah:

AB = ( )
H. Lingkaran Dalam dan Lingkaran Luar Segitiga

1. Lingkaran Dalam Segitiga


C

Panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga:


r
r=

A B =

2. Lingkaran Luar Segitiga


C

Panjang jari-jari lingkaran luar segitiga:


r
. .
r=

A B
BAB XV
BANGUN DATAR

Bangun datar adalah bangunan geometri yang seluruh bagiannya terletak pada satu
bidang datar. Disebut juga banngun berdimensi dua.

A. Macam-macam Bangun Datar

1. Segitiga
Sudah dibahas pada bab sebelumnya

2. Persegi (Bujur Sangkar)

D C

A B

Sifat-sifat:
1. Keempat sisinya sama panjang (AB = BC = CD = DA)
2. Mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar ( AB // CD dan AD // BC)
3. Mempunyai 4 sudut siku-siku (90o) ( A, B, C, D )
4. Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan tegak lurus/siku-siku
(AC = BD , AC BD )
5. Mempunyai 4 simetri lipat
1. DA dan CB 3. D B
2. DC dan A B 4. C A

6. Mempunyai 4 simetri putar ( A DCDA)


3. Persegi panjang

D C

A B

Sifat-sifat:
1. Mempunyai 4 buah sisi, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
(AB = CD dan AD = BC)
2. Mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar
(AB // CD dan AD//BC)
3. Mempunyai 4 sudut siku-siku (90o) ( A, B, C, D )
4. Mempunyai 2 diagonal yang saling berpotongan dan mempunyai panjang yang
sama (AC = BD)
5. Mempunyai 2 simetri lipat (1. DA dan CB 2. D C dan AB)
6. Mempunyai 2 simetri putar (1.AC dan BD 2. A A dan B B)

4. Jajaran Genjang
D C

A B

Sifat-sifat:
1. Mempunyai 4 buah sisi, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
(AB = CD dan AD = BC)
2. Mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar
(AB // CD dan AD//BC)
3. Mempunyai 4 buah sudut, sudut-sudut yang berhadapan sama besar
(A = C, B = D)
4. Jumlah dua sudut yang berdekatan adalah 1800
(A + B = B + C = C + D = D + A = 1800)
5. Mempunyai 2 buah diagonal yang saling berpotongan dan sama panjang
(AC=BD)
6. Mempunyai 2 simetri putar dan tidak mempunyai simetri lipat
5. Belah Ketupat
C

D B

Sifat-sifat:
1. Mempunyai 4 buah sisi yang sama panjang
(AB = CD = AD = BC)
2. Mempunyai 2 pasang sisi yang sejajar
(AB // CD dan AD//BC)
3. Mempunyai 4 buah sudut, sudut-sudut yang berhadapan sama besar
(A = C, B = D)
4. Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan tegak lurus/siku-siku
(AC BD )
5. Mempunyai 4 simetri lipat dan putar (*)

*beberapa literatur ada yang menyebutkan 2 simetri lipat dan putar dan ada
yang menyebutkan 4 simetri lipat dan putar, saya pribadi mengatakan 4
karena belah ketupat mempunyai 4 buah sisi yang sama, sehingga kalau
dilipat mempunyai 4 lipatan dan kalau diputar menempati 4 bingkai putar

6. Layang-layang
A

D B

C
Sifat-sifat:
1. Mempunyai 2 pasang sisi yang sama panjang
(AD = AB dan BC = CD)
2. Mempunyai sepasang sudut yang sama besar (B = D)
3. Mempunyai 2 garis diagonal (AC dan BD) yang berpotongan tegak lurus dan
panjangnya berbeda.
4. mempunyai 1 simetri lipat dan 1 simetri putar

7. Trapesium

Berdasarkan bentuk sisi-sisinya trapesium dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Trapesium sama kaki


D C

A B

Sifat-sifat:
1. Sepasang sisinya sama panjang (AD = BC)
2. Sepasang sisi berhadapan yang sejajar (AB // CD)
3. Mempunyai 2 pasang sudut yang jumlahnya 1800
(A + D dan B + C = 1800)
4. Mempunyai 2 pasang sudut yang besarnya sama
(A = B dan C = D )
5. mempunyai 2 buah diagonal yang saling berpotongan dan mempunyai
panjang yang sama
6. t = tinggi trapesium

b. Trapesium Siku-siku

D C

A B
Sifat-sifat:
1. Mempunyai sepasang sudut siku-siku (A = D = 900)
2. Sepasang sisi berhadapan yang sejajar (AB // CD)
3. Mempunyai 2 pasang sudut yang jumlahnya 1800
(A + D dan B + C = 1800)
4. AD adalah tinggi trapesium

c. Trapesium Sembarang

D C

A B

Sifat-sifat:
1. Panjang sisinya tidak sama
2. Sepasang sisi berhadapan yang sejajar (AB // CD)
3. Mempunyai 2 pasang sudut yang jumlahnya 1800
(A + D dan B + C = 1800)
4. t = tinggi trapesium
B. Keliling dan Luas Bangun Datar
No Bangun Datar Nama Bangun Keliling Luas

s Persegi
1 4s s2
(Bujur Sangkar)

2 l Persegi panjang 2 (p + l ) p. l

3 t Segitiga sama sisi a+b+c . a. t

s
a
4 b Belah Ketupat 4s ab

l
b
5 Layang-layang 2 (p + l ) ab
a p

6 t l Jajaran Genjang 2 (p + l ) p. t

p
c

d b
7 t Trapesium a+b+c+d t (a+ c)

d
8 Lingkaran d atau 2r r2
r
BAB XVI
BANGUN RUANG SISI DATAR

A. KUBUS

H G
AF = diagonal bidang
E F AG = diagonal ruang
s

D C

A s B

Beberapa contoh jaring-jaring kubus:

Sifat-sifat Kubus:

1. Memiliki 6 buah sisi berbentuk persegi (bujur sangkar)


(ABCD, EFGH, ABFE, CDHG, ADHE dan BCGF)
2. Memiliki 12 rusuk yang sama panjang
(AB,BC,CD,DA,EF,FG,GH,HE,EA,FB,HD,GC)
3. Memiliki 8 titik sudut yang sama besar (siku-siku)
(A, B, C, D, E, F, G, H)
4. Mempunyai 12 diagonal bidang yang sama panjang
(AC, BD,EG,HF,AF,EB,CH,DG,AH,ED,BG,CF)
5. Mempunyai 4 diagonal ruang
(AG,BH,CE,DF)
Volume = sisi x sisi x sisi = s3
Luas = 6 x sisi x sisi = 6s2
Keliling = 12 x s
Diagonal bidang = + = 2 = s 2
Diagonal ruang = + + = 3 = s 3

B. Balok

H G
l AF= BG = diagonal bidang
E F AG = diagonal ruang
t

D l C

A p B

Beberapa contoh jaring-jaring balok:

Sifat-sifat Balok:

1. Memiliki 6 buah sisi yang terdiri dari 3 pasang sisi yang besarnya sama
(ABCD dengan EFGH, EFGH dengan ABCD, ADHE dengan BCGF)
2. Memiliki 12 rusuk yang terdiri dari 3 keleompok rusuk-rusuk yang sama dan sejajar
AB = CD = EF = GH = panjang
BC = FG = AD = EH = lebar
AE = BF = CG = DH = tinggi
3. Memiliki 8 titik sudut
(A, B, C, D, E, F, G, H)
4. Mempunyai 12 diagonal bidang
(AC, BD,EG,HF,AF,EB,CH,DG,AH,ED,BG,CF)
5. Mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang
(AG,BH,CE,DF)
Volume = p x l x t
Luas = 2 x { (p x l ) + (p x t) + (l x t) }
Keliling = 4 x (p + l + t )
Diagonal ruang = + l + l=l

C. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 2 buah bidang berbentuk segi banyak
yang sejajar dan sisi-sisi tegak yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar.

Macam-macam prisma:
1. Prisma segitiga
2. Prisma segiempat
3. Prisma segi-n

Prisma segitiga Prisma segiempat Prisma segilima

Unsur-unsur dari prisma segi-n


1. Jumlah titik sudut = 2n
2. Jumlah bidang = n + 2
3. Jumlah rusuk = 3n
4. Jumlah diagonal bidang = n(n+1)
5. Jumlah diagonal ruang = n(n-3)

Volume = Luas alas x tinggi


Luas Permukaan = ( 2 x luas alas) + jumlah luas sisi tegak
D. Limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh alas berbentuk segi-n yang kemudian
dari sisi alas tersebut dibentuk sisi tegak berbentuk segitiga yang bertemu pada satu
titik puncak.

Unsur-unsur limas segi-n


1. Jumlah titik sudut = n + 1
2. Jumlah bidang = n + 1
3. Jumlah rusuk = 2n
4. Jumlah diagonal bidang = (n - 3)
5. Tidak memiliki diagonal ruang

Volume = x Luas alas x tinggi


Luas Permukaan = luas alas + jumlah luas sisi tegak
BAB XVII
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

A. Tabung

Tabung adalah suatu bangun ruang berbentuk prisma tegak beraturan yang alas dan
tutupnya berupa lingkaran.

Sifat-sifat Tabung:
1. Mempunyai 3 bidang sisi : alas, tutup dan selimut (sisi tegak)
2. Bidang alas dan tutup berupa lingkaran
3. Sisi tegak berupa bidang lengkung yang dinamakan selimut tabung
4. Mempunyai 2 rusuk : rusuk alas dan tutup
5. Tinggi tabung: jarak titik pusat alas dan titik pusat tutup
6. Jari-jari lingkaran alas dan tutup besarnya sama

Jaring-jaring tabung:

sisi tutup

selimut tabung

sisi alas
Luas alas = luas tutup = luas lingkaran = r2
Luas selimut = 2rt
Luas permukaan tabung = 2 x luas alas + luas selimut
= 2 r2 + 2rt
= 2r(r + t)
Volume = luas alas x tinggi
= r2t

B. Kerucut
Kerucut adalah bangun ruang berbentuk prisma dengan alas yang berbentuk
lingkaran.
T

r = jari-jari
t = tinggi
t s s = garis pelukis

Sifat-sifat Kerucut:
1. Mempunyai 2 bidang sisi : alas dan bidang lengkung (selimut kerucut)
2. Mempunyai sebuah rusuk berupa lingkaran alas
3. Tinggi tabung: jarak titik pusat alas dan puncak kerucut
4. Mempunya satu buah titik sudut yaitu T

Contoh jaring kerucut:

selimut

alas
Luas alas = luas lingkaran = r2
Luas selimut = rs
Luas permukaan = luas alas + luas selimut
= r2 + rs
= r ( r+ s )

Volume = luas alas x tinggi

= r2 t

C. Bola

Bola adalah bangun ruang yang seluruh permukaannya lengkung/

Sifat-sifat bola:
1. Mempunyai 1 sisi lengkung
2. Tidak mempunyai rusuk dan sudut
3. Jari-jari bola adalah r

Luas permukaan = 4r2


Volume = r3
BAB XVIII
KESEBANGUNAN dan KONGRUENSI

A. Kesebangunan

Dua bangun dikatakan sebangun jika:


1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar
2. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama.

contoh:

D C

H G

A B E F

Gambar di atas menunjukkan dua jajarangenjang yang sebangun.

Syarat kesebangunannya terpenuhi yaitu:


1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama:
A = E , B = F, C = G, D = H
2. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama:

= = =

1. Kesebangunan pada Segitiga


C
F

A B D E
Sudut-sudut yang bersesuaian pada dua segitiga di atas adalah sama:

A = D , B = E, C = F

Jika segitiga ABC dan DEF sebangun maka panjang sisi-sisi yang bersesuaian
mempunyai perbandingan yang sama:

= =

Perbandingan Panjang Sisi Dua Segitiga Sebangun


a. AB sejajar DE :
C

D a c E

b d
A B

Pada segitiga di atas berlaku:

1. = = atau = =

2. a = b dan c = d

b. AD tegak lurus BC ( AD BC):


C

A B
1. ABC sebangun dengan ADC maka AC2 = CD x CB atau AC =
2. ABC sebangun dengan ABD maka AB2 = BD x BC atau AB =
3. ABD sebangun dengan ADC maka AD2 = BD x CD atau AD =

c. a

b c

d f

berlaku : = =

2. Kesebangunan pada segiempat ( trapesium) :

D C

E F

A B

berlaku :

. .
EF =

B. Kekongruenan

Dua bangun datar dikatakan kongruen jika kedua bangun tersesebut memiliki bentuk
dan ukuran yang sama.
Dua segitiga kongruen jika:

1. Dua sisi sama panjang dan sudut apitnya sama besar


(sisi, sudut, sisi)
C F

A B D E

- AB = DE sisi
- A = D sudut
- AC = DF sisi

2. Dua sudut sama besar dan sisi yang diapit sama panjang
(sudut, sisi, sudut)

C F

A B D E

- A = D sudut
- AB = DE sisi
- B = E sudut
3. Ketiga sisi sama panjang (sisi,sisi,sisi)

C F

A B D E

- AC = DF sisi
- AB = DE sisi
- BC = EF sisi
BAB XIX
STATISTIKA

A. Pengertian

Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan


data, pengolahan data, penyajian data, penganalisaan data serta penyimpulan data.

Data adalah suatu informasi yang diperoleh dari pengamatan atau penelitian.

Macam-macam data:
1. Data kuantitatif yaitu data berupa angka
contoh: data-data nilai ujian
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata (bukan angka)
contoh: data tentang hobi seseorang

Populasi adalah kumpulan dari seluruh objek yang mempunyai sifat atau karakteristik
yang sama yang menjadi objek/sasasan pengamatan.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai objek pengamatan langsung
dan dapat dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan.

B. Penyajian Data

Penyajian data dapat disajikan dalam beberapa bentuk:

1. Tabel

Contoh : data-data nilai ulangan matematika dari siswa kelas IX suatu SMP

No Nilai Jumlah
Siswa
1 50 5
2 60 15
3 70 20
4 80 10
5 90 10
6 100 5
2. Dalam bentuk diagram

a. Diagram batang
Jumlah Siswa

Nilai Ulangan Matematika

Garis mendatar menunjukkan nilai ulangan Matematika dan garis tegak


menunjukkan jumlah siswa

b. Diagram lingkaran

jumlah siswa yang mengikuti ulangan adalah:


5 + 15 + 20 + 10 + 10 + 5 = 60 siswa

Menentukan besarnya sudut:

I Nilai 50 = x 3600 = 300

II Nilai 60 = x 3600 = 900

III Nilai 70 = x 3600 = 1200

IV Nilai 80 = x 3600 = 600

V Nilai 90 = x 3600 = 620


VI Nilai 100 = x 3600 = 300

Diagram lingkarannya sbb:

c. Diagram gambar (Piktogram)

Penyajian data dengan diagram gambar sbb:

Siswa dengan nilai 50

Siswa dengan nilai 60

Siswa dengan nilai 70

Siswa dengan nilai 80

Siswa dengan nilai 90

Siswa dengan nilai 100


Mewakili 5 siswa
d. Diagram Garis

C. Ukuran Pemusatan Data

1. Rata-rata (Mean)

Rata-rata =

Ditulis dalam bentuk rumus:


..
Data tunggal : = = , n = banyaknya data


..
Data kelompok : = = , = frekuensi ke i

2. Modus (Mo)
Modus adalah data yang paling sering muncul atau data yang mempunyai frekuensi
terbesar.
3. Median (Me) dan Quartil

a. Median adalah nilai tengah data setelah diurutkan


Data ganjil: Me =

Data Genap: Me =

b. Quartil
Quartil adalah aturan yang membagi data menjadi 4 bagian
Q1 = Quartil pertama (bawah)
Q2 = Quartil kedua (Median)
Q3 = Quartil ketiga (atas)
contoh:

3 3 4 5 5 6 7

Q1 Q2 Q3

Q1 = = 3,5

Q2 (median) = 5

Q3 = = 5,5

D.Ukuran Penyebaran data

Jenis penyebaran data dibagi menjadi 3 :


1. Jangkauan (range)

Selisih antara data yang terbesar dengan yang terkecil.

Jangkauan(range) = xmaks xmin = data terbesar data terkecil

2. Jangkauan Kuartil (Hamparan)

H = Q3 Q 1
3. Jangkauan Semi Kuartil/ Simpangan kuartil

SK = (Q3 Q1)
BAB XX
PELUANG

A. Pengertian
Percobaan = usaha yang memunculkan kemungkinan-kemungkinan tertentu
Ruang Sampel = kumpulan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan.
Titik sampel = semua anggota ruang sampel.
n(S) = banyak anggota sampel

contoh:

Percobaan melempar uang logam, diperoleh


- titik sampelnya adalah gambar dan angka
- Himpunan ruang sampel , S = { Gambar, Angka}
- n(S) = 2

1. Menentukan ruang sampel dapat dilakukan dengan cara sbb:

1. Membuat tabel

contoh:
sebuah percobaan melempar dua buah dadu , Ruang sampelnya dapat
dibuatkan tabel seperti tabel berikut.
Dadu 2
1 2 3 4 5 6
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
Dadu 1

3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)


4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)

Keterangan:
Titik sampel (1,2) berarti Dadu ke 1 muncul angka 1 dan dadu 2 muncul angka 2.
Ruang sampelnya S ={(1,1), (1,2),(1,3),..., (6,6)}
n(S) = 36
2. Membuat Diagram Pohon

Contoh 1: Percobaan pelemparan 2 buah dadu

- Ruang sampel dari sebuah dadu adalah angka 1, 2, 3, 4, 5,6


- Ruang sampel dari dua buah dadu adalah:

Dadu 1 Dadu 2 Kejadian

1 (1,1)
2 (1,2)
1 3 (1,3)
4 (1,4)
5 (1,5)
6 (1,6)
-
1 (2,1)
2 (2,2)
2 3 (2,3)
4 (2,4)
5 (2,5)
6 (2,6)
-
1 (3,1)
2 (3,2)
3 3 (3,3)
4 (3,4)
5 (3,5)
6 (3,6)
-
1 (4,1)
2 (4,2)
4 3 (4,3)
4 (4,4)
5 (4,5)
6 (4,6)
-
1 (5,1)
2 (5,2)
5 3 (5,3)
4 (5,4)
5 (5,5)
6 (5,6)
-
1 (6,1)
2 (6,2)
6 3 (6,3)
4 (6,4)
5 (6,5)
6 (6,6)

Ruang sampelnya adalah S ={(1,1), (1,2),(1,3),..., (6,6)}


Banyaknya ruang sampel n(S) = 36

Contoh 2: Percoban pelemparan 3 buah koin uang

- Ruang sampel dari sebuah koin adalah angka (A) dan Gambar (G)
- Ruang sampel dari 3 buah koin adalah:

Koin 1 Koin 2 Koin 3 Kejadian

A AAA

G AAG
A
A AGA

G AGG
A BAA

G BAG
BA
A BGA

G BGG

Ruang sampelnya adalah = {AAA, AAG, AGA, AGG, BAA, BAG,BGA,BGG}


Banyak ruang sampelnya n(S) = 8

Menentukan banyaknya ruang sampel adalah mengalikan banyaknya sampel


dari benda-benda tersebut.

contoh 1 di atas = 6 x 6 =36 ruang sampel


contoh 2 di atas = 2 x 2 x 2 = 8 ruang sampel

B. Peluang Suatu Kejadian


Peluang suatu kejadian adalah perbandingan banyaknya kejadian (titik sampel) dengan
banyaknya ruang sampel.

( )
P(A) =
( )

P(A) = nilai peluang kejadian A


n(A) = Banyaknya kejadian A
n(S) = Banyaknya ruang sampel

nilai peluang berada diantara 0 dan1 atau 0 P(A) 1


C. Komplemen Suatu Kejadian
Jika A adalah suatu kejadian maka adalah kejadian yang bukan merupakan
kejadian A yang disebut dengan komplemen.

P(A) + P( ) = 1 maka P( ) = 1 P(A)

D. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan adalah banyaknya kejadian yang bisa diharapkan dari bebearpa kali
percobaan yang dilakukan.
Misal: A adalahsebuah kejadian pada ruang sampel S, jika percobaan dilakukan n kali
maka frekuensi harapan kejadian A atau f(A) dari n kali percobaan adalah:

f(A) = n x P(A)

f(A) = frekuensi harapan A


n = banyak percobaan yang dilakukan
P(A) peluang kejadian A

Anda mungkin juga menyukai