BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Law is a command of the Lawgiver (hukum adalah perintah dari
penguasa), dalam arti perintah dari mereka yang memiliki kekuasaan
tertinggi atau yang memegang kedaulatan. Demikian John Austin, seperti
dikutip oleh Prof Lili Rasyidi.'Hukum adalah sistem yang terpenting dalam
pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. dari bentuk
penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama
dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam
hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku
dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan
hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan
politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari
pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan
peraturan atau tindakan militerfilsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah
"Uli Rasyidi & Ira Rasyidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Cet. ke Vl, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, him. 58supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan
peraturan tirani yang merajalela."
Pengertian politik hukum menurut Padmo Wabhjono mengatakan
bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang menentukan arah,
bentuk, maupun isi hukum yang akan dibentuk. Ini dapat diperjetas
dengan mengatakan bahwa politi hukum adalah —_kebijakan
peneyelenggaraan negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukum sesuatu yang di dalamnya mencakup pembentukan,
penerapan, dan penegakan hukum.
Von Savigny berpendapat Kekuatan untuk membentuk hukum
terletak pada rakyat yg terdiri dr kompleksitas individu dan
perkumpulan.Pembuat undang- undang harus mendapat bahannya dari
rakyat dan ahli hukum dengan mempertimbangkan perasaan hukum dan
perasaan keadilan masyarakat.Hal ini dipertegas pernyataan dari John
Austin yang menyatakan hukum merupakan perintah dari kekuasaan
politik yang berdaulat dalam suatu negara.
Mengenai politik dan hukum dalam suatu negara sebenarnya ada di
tangan pemerintah, sebagai pihak yang berwenang menjalankan roda
kenegaraan bethak untuk mengeluarkan produk hukum yang sesual
dengan corak politik yang berlaku pada saat itu, dengan tujuan untuk
padma Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, him.
160,menciptakan suatu aturan yang mengarah kepada keadilan dan
kesejahteraan. Namun kemauan politik pada tingkat nasional akan kurang
berarti apabila tidak diteruskan sampai ke lapisan kehidupan yang lebih
rendah. Bahkan tidak berlebihan kiranya, apabila dikatakan indikator untuk
keberhasilan pelaksanaan kemauan tersebut sebaiknya dilihat pada
tempat-tempat yang jauh dari pusat kekuasaan atau pemerintah.Bukan
hanya di Jakarta, Bandung, Surabaya atau Semarang, melainkan harus
menjangkau sampai ke pelosok desa yang terpencil di seluruh tanah air.
Dengan demikian ukurannya bukan “sudah berapa jumiah undang-
undang yang dibuat’, “berapa tambahan gedung pengadilan” dan
sebagainya, melainkan apakah “jalan masuk kepada keadilan" itu telah
dirasakan oleh kebanyakan orang di Indonesia, khususnya dari lapisan
bawah. Hukum merupakan alat yang dipergunakan untuk menata
kehidupan sosial yang penuh dengan gejolak dan dinamika.B,IDENTIFIKASI MASALAH
Dari gambaran di atas, maka penulis dalam tulisan ini ingin
memberikan atau membagi permasalahan menjadi 2 pokok permasalahan:
1. Apakah pengaruh politik terhadap hukum
2. Bagaimanakah format kekuasaan polltik dalam negara hukum
Indonesia
3. Apakah Hukum lebih determinan dibandingkan politik atau sebaliknya?BAB Il
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Politik Terhadap Hukum
Banyak sekali peraturan hukum yang tumpul tidak mampu memotong
kesewenang-wenangan. Bahkan produk hukum banyak diwarnal oleh
kepentingan-kepentingan politik pemegang kekuasaan dominan.Politik
kerapkali_meiakukan intervensi atas pembuatan dan pelaksanaan
hukum.Sebelum itu kita lihat dulu asumsi bahwa hukum merupakan produk
politikHukum — dianggap sebagai dependent variable _(variabel
terpengaruh), sedangkan politik diletakan sebagai independent variable
(variabel berpengaruh).Peletakan hukum sebagai variabel yang tergantung
atas politi atau polit yang determinan atas hukum ini mudah
dipahami.Sidang partemen yang dibuat untuk membuat undang-undang
sebagai produk hukum pada hakikatnya merupakan adegan kontestasi
agar kepentingan dan aspirasi semua partai politik dapat termuat dalam
keputusan dan menjadi undang-undang.*
Menurut Daniel S. Lev, yang paling menentukan dalam proses
hukum adalah konsepsi dan struktur kekuasaan politik, Yaitu bahwa
hukum sedikit banyak selalu merupakan alat politik, dan bahwa tempat
* Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, him. 9-20.hukum dalam negara, tergangtung pada keseimbangan politik, defenisi
kekuasaan, evolusi idiologi politik, ekonomi, sosial, dan seterusnya
Walaupun kemudian proses hukum yang dimaksud tersebut tidak
diidentikan dengan maksud pembentukan hukum, namun dalam prateknya
seringkali proses dan dinamika pembentukan hukum mengalami hal yang
sama, yakni konsepsi dan struktur kekuasaan politiklah yang berlaku di
tengah masyarakat yang sangat menentukan terbentuknya suatu produk
hukum. Maka untuk memahami hubungan antara politik dan hukum di
negara mana pun, perlu dipelajari latar belakang kebudayaan, ekonomi,
kekuatan politik di dalam masyarakat, keadaan lembaga negara, dan
struktur sosialnya, selain institusi hukumnya sendii.
Dari kenyataan ini disadari, adanya suatu ruang yang absah bagi
masuknya suatu proses politik melalui wadah institusi politik untuk
terbentuknya suatu produk hukum. Sehubungan dengan itu, ada dua kata
kunci yang akan diteliti lebih jauh tentang pengaruh kekuasaan dalam
hukum yakni mencakup kata ‘process” dan kata “institutions,” dalam
mewujudkan suatu peraturan perundang-undangan sebagai produk politik
Pengaruh itu akan semakin nampak pada produk peraturan perundang-
undang oleh suatu institusi politik yang sangat dpengarhi oleh kekuata-
kekuatan politik yang besar dalam institusi politi. Sehubungan dengan
masalah ini, Miriam Budiarjo berpendapat bahwa kekuasaan_ politik
diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum.(pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya, sesuai dengan
pemegang kekuasaan.* Dalam proses pembentukan peraturan hukum
oleh institusi politik peranan kekuatan politk yang duduk dalam institusi
politik itu adalah sangat menentukan. Institusi politik secara resmi
diberikan otoritas untuk membentuk hukum hanyalah sebuah institusi yang
vacum tanpa diisi oleh mereka diberikan kewenangan untuk itu.karena itu
institusi politik hanya alat belaka dari kelompok pemegang kekuasaan
politik. Kekuatan- kekuatan politi dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi
kekuasaan yang dimiliki oleh kekuatan politik formal (institusi politik) dalam
hal ini yang tercermin dalam struktur kekuasaan lembaga negara, seperti
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat dan lembaga-lembaga negara lainnya
dan sisi kekuatan politik dari infrastruktur politik adalah seperti: partai
politik, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, Lembaga
Swadaya Masyarakat, organisasi profesi dan lain-lain. Dengan demikian
dapatiah disimpilkan bahwa pembentukan produk hukum adalah lahir dari
pengaruh kekuatan politik melalui proses politik dalam institusi negara
yang diberikan otoritas untuk itu.
“Miriam Budiardjo, Dasar-Oasar imu Politik, Cet. ke 27, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
him. 238,B. Format Kekuasaan Politik Dalam Negara Hukum Indonesia
Kriteria bagi suatu negara modem adalah apabila kekuasaan
memerintah dalam suatu negara diselenggarakan _berdasarkan
hukum.Dengan pengertian bahwa suatu negara hukum, pemerintah dan
lembagatembaga kenegaraan lainnya, haus sesuai dengan konstitusi
yang telah disepakati bersama demi tegaknya negara hukum.Dalam hal ini
semua komponen bangsa, baik masyarakat, organisasi sosial dan politk,
maupun lembaga legislatif, eksekutit dan yudikatif selaku instrumen politik,
harus secara sadar melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan
aturan hukum, Namun hukum hanya memberikan kerangka idiologis dalam
perubahan-perubahan soslal yang dikehendaki, yaitu jaminan orang akan
diperiakukan sama. Hal ini sangat penting, karena tanpa jaminan tersebut,
maka perubahan-perubahan social yang dikehendaki alam masyarakat
hampir tidak mungkin, karena orang tidak percaya lagi kepada negara
(pemerintah), kepada struktur dalam masyarakat, atau kepada siapa saja
Keadaan tersebut dapat dilihat sekarang, bahwa sikap-sikap dati elit poliik
yang masin berperan pada kepentingan politik yang sempit dan partisan:
daripada memperjuangkan kepentingan masyarakat luas.Retorika populis
yang disampaikan hanya sebatas pada mencari popularitas dan dukungan
politik, bukan sebagai langkah untuk menciptakan budaya politik yang
demokratis dan egalite.Hal ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan krisis yang berkepanjangan di Indonesia, karena runtuhnyapenghormatan institusi negara terhadap ketentuan hukum sebagai
kerangka pengaturan kehidupan sebuah masyarakat modern Akibatnya
suhu politik meningkat terus, sehingga dapat menghilangkan kepercayaan
masyarakat, baik dari dalam negeri maupun dunia Internasional.Padahal
secara normatif UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa Indonesia
berdasarkan negara hukum, bukan negara kekuasaan.Segala sesuatu
kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan institusi negara lainnya harus
berdasarkan kepada hukum.Dengan demikian konstitusi yang telah
diciptakan tersebut untuk mengatur dan membatasi tindakan-tindakan
pemerintah dan rakyat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-
masing.Tentunya konstitusi yang dibuat itu tidaklah statis namun dinamis,
yaitu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh
karena itu konstitusi dapat saja diubah karena tidak sesuai lagi dengan
kondisi yang ada, sebagaimana yang telah dilakukan mulai dari tahun
1999 sampai dengan tahun 2002, melalui perubahan pertama sampai
dengan perubahan keempat, hal ini dengan tujuan untuk menjaga
stabilitas roda kenegaraan, agar tidak terjadi kekacauan. Sehubungan
dengan itu maka pembentukan hukum harus memperlihatkan kesadaran
hukum masyarakat.Di samping itu tidak tertutup kemungkinan bahwa
hukum menciptakan pola-pola baru di dalam masyarakat, sehingga padaakhirnya menciptakan kesadaran hukum baru sesuai dengan kondisi yang
dibutuhkan®
Suatu sistem hukum yang modern haruslah merupakan hukum
yang baik, dalam arti hukum tersebut haus mencerminkan rasa keadilan
bagi semua pihak dan sesuai dengan kondisi masyarakat Hukum dibuat
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, dan juga harus dimengerti
atau dipahami oleh masyarakat secara keseluruhan Supaya hukum benar-
benar dapat mempengaruhi perilaku warga masyarakat, maka ketentuan
hukum tersebut harus disebarluaskan sehingga melembaga dalam
masyarakat. Adanya alat komunikasi merupakan salah satu syarat bagi
penyebaran serta pelembagaan hukum, baik secara formal maupun
informal, sehingga apa yang diinginkan oleh hukum dapat tercapai. Dari
sini kelihatan bahwa jaminan terhadap negara hukum itu adalah ditentukan
oleh dua persoalan, yaitu apakah hukumnya dibuat melalui proses yang
sesuai dan kemudian diratifikasi secara demokratis, serta apakah hukum
itu ditaati dan dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh rakyat yang
diperintahnya secara tersurat maupun tersirat. Jawaban positif terhadap
kedua hal ini menentukan juga kadar keseimbangan politik yang dihasilkan
oleh konstitusi (nukum) yang bersangkutan. Dati pernyataan ini dapat
dipahami bahwa konstitusi (hukum) suatu negara, harus dibuat
“blog Prof DR Zainudin Al “Hlubungan Timbal Bali Antara Hukum Dan Politik Dalam Penegakkan
Hukun Dlinat Dari Aspek Sosiologi Hukum’ wwew google.com. i akses 7 Novernber 2013. Pada jam
23.50 WB,berdasarkan keseimbangan politik yang ada.Sehingga hukum itu dapat
mengakomodir semua kalangan dan tidak cenderung menguntungkan
salah satu pihak
. Dominasi Politik Pada Hukum Di Indonesia
Apabila melihat dari suasana polit di Indonesia.Saat ini negara
Indonesia sedang terjadi relasi Das sein, dimana politik dominan terhadap
produk hukum.Sehingga produk yang dihasilkan tak lebih dari kristalisasi
tawar-menawar antara elite politk, IImu hukum juga merupakan ilmu bantu
dalam ilmu politik. Hal ini dapat dipahami karena sejak dahulu terutama di
Eropa barat ilmu hukum dan politik memang sudah demikian erat.Kedua-
duanya memiliki persamaan daya “mengatur dan memaksakan undang-
undang" (law enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban negara
yang begitu penting.Di samping itu analisis-analisis mengenai hukum serta
hubungannnya dengan Negara
Dengan demikian maka ada kecenderungan pada ilmu hukum untuk
“meremehkan’ kekuatan-kekuatan social dan budaya.Namun, dari aspek-
aspek daya yang “memaksa” inilah ilmu politik memandang perlu untuk
mengungkap dalam kaitannya seprti dengan kesadaran maupun
partisipasi politik.Hal ini sesuai dengan pendapat Hans Kelsen, bahwa
negara sebagai suatu badan hukukm atau —_-Rechtsperson(juristicperson).*Dalam pengertian tersebut badan hukum merupakan
sekelompok orangyang oleh hukum diperiaskukan sebagai suatu kesatuan
sebagai suatu individu yang mempunyai hak dan kewajiban.Setelah
mengurai mengenai hubungan antara politik dan hukum, maka saya
mengambil satu asumsi determinan, yaitu politik yang determinan terhadap
hokum.
Selain pendekatan yuridis normatif dalam pengkajian hukum,
hukum juga masih mempunyai sisinya yang lain, yaitu hukum dalam
kenyataannya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.Dalam kenyataan
sosial itulah hukum menemukan kenyataannya yang paling hakiki, bahwa
sebagai salah satu dari sub sistem sosial, hukum tidak lepas dari pengaruh
sub sistem sosial lainnya, termasuk politik.
Dalam Black's Law Dictionary, dominasi (dominate) diartikan
sebagai to master (someone or something) or to control (someone or
something).’ Yaitu, keadaan menguasai seseorang atau sesuatu. Tanpa
disadari oleh manusia, politik merupakan sub sistem sosial yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan sub sistem sosial lainnya.Politik dapat
mempengaruhi kehidupan sosial, mempengaruhi keadaan ekonomi,
mempengaruhi keberlangsungan budaya, dan tentunya mempengaruhi
“Hans Kelson, General Theory of Law and State (New York: Russell & Russell, 3961), Hal, 181-191
"Bryan A Garner, Black's Law Dictionary, seventh edition, West Group, St.Paul Minn, 1999.hukum.Jadi, dapat dikatakan bahwa politik merupakan dominasi dalam
sistem sosial
Max steiner, mengutarakan idiom bahwa “sejemput kekuasaan lebih
bermanfaat daripada sekarung hak’.’ Hal ini menggambarkan betapa
besarnya pengaruh politik pada hukum. Secara politis historis, terbuktikan
bahwa perkembangan masyarakat dapat dihambat oleh beberapa negara
yang mampunyai pemerintahan absolut atau pemerintahan colonial.?
Seperti Indonesia pada masa 200 tahun pertama pemerintahan Hindia
Belanda, pada masa tersebut, masyarakat cederung bersifat keaderahan,
belum menyadari kesatuannya Karena dijejali politik devide et impera
sehingga belum bersatu padu.
SLI. Van Appledoom, Pengantarllmu Hukum, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2008, Hal. 57
bid, Hal. 163BAB Ill
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum tidak bisa dipisahkan dengan politik, hukum membentuk suatu
peraturan yang berguna bagi masyarakat untuk mengatur kehidupan.Tetapi
hukum di buat oleh lembaga politik yaitu legislatit. Hal ini membuat hasil yang
dibuat oleh DPR adalah produk politik bukan produk hukum.
konstitusi suatu negara, harus dibuat berdasarkan keseimbangan politik yang
ada. Sehingga hukum itu dapat mengakomodir semua kalangan dan tidak
cenderung menguntungkan salah satu pihak.Disinilah perlu adanya
kesamaan pandangan atau persepsi terhadap kandungan dari peraturan
hukum yang diciptakan dari berbagai pihak, baik dari unsur masyarakat,
partai politik, organisasi sosial maupun pemerintah dan lembaga-lembaga
kenegaraan lainnya.
Adanya perbedaan jawaban pertanyaan tentang mana yang lebih
determinan diantara keduanya, terutama perbedaan antara alternatif jawaban
yang pertama dan kedua pada bab terdahulu, disebabkan oleh perbedaan
cara para ahli memandang kedua subsistem kemasyarakatan tersebut,
Mereka yang hanya memandang hukum dari sudut das sollen (keharusan)
atau para idealis berpegang teguh pada pandangan bahwa hukum harusmerupakan pedoman daDAFFARPUSIRAKA hubungan antar anggota
masyarakat termasuk daam segala kegiatan politik.Sedangkan mereka yang
TAPRESRNE et HES CERO, BESaPHNSAHT USI Rab lds Gils aly
hi ih i hi Ik hukt it
paham, mois, gnetngh .gecara realsis bahwa produk hukum sanga
BEIAWaKienoe hidonesa” Néljats Belessenan Aas FaGh dig? hala
kenyatiedoneaiamakartaphaeha,"°
MahtukMQn 2 Qtitis eAW"BOMIRIRBR AAI ROlReAl Ber enka GP }AnG VBI besar
SMPBmPHRG A n Rea qe tatud Bella Pde GAMBOA BEAR,
SRS PEER PARED inl BPE Seas AEN BOSAL
energi Aalare, Penagatéqnat waste s Pilate Rar AsRatesPOsi@lag! blake
www.google.com. Di akses 7 November 2013. Pada jam 23.50 WIB.
otonomi hukum di Indonesia ini diintervensi oleh politik.
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, New York: Russell & Russell,
1961
Bryan A Gamer, Black's Law Dictionary, seventh edition, West Group, St.Paul
Minn, 1999
LJ. Van Appledoorn, Pengantar limu Hukum, Pradnya Paramitha, Jakarta,
2008
Moh Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Pustaka LP3ES, Jakarta, 1998, hal. &
“ibid, Hal. 23,