Anda di halaman 1dari 6

PELAKSANAAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK

RUMAH SAKIT SWASTA DI YOGYAKARTA

Margareta Hesti Rahayu

Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta


Jl. Tantular No. 401 Pringwulung, Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta

ABSTRAK

Enam persen dari seluruh rumah sakit di Eropa memberikan kontribusi yang besar terhadap
kejadian infeksi nosokomial. Sekitar 450-700 pasien meninggal dalam setahun karena infeksi
nosokomial. Cuci tangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
kejadian infeksi nosokomial, namun kesadaran perawat untuk melakukan cuci tangan masih
rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pelaksanaan cuci tangan perawat di ruang
perawatan anak. Metode penelitian dengan menggunakan studi kasus. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 63% perawat di ruang anak tidak cuci tangan sebelum melakukan tindakan
dan 33% perawat tidak cuci tangan setelah tindakan. Alasan perawat tidak melakukan cuci tangan
adalah karena banyak pekerjaan, kebiasaan, lupa, dan malas. Kesimpulan: pelaksanaan cuci tangan
perawat di ruang anak masih kurang.

Kata kunci: cuci tangan, perawat

LATAR BELAKANG

Infeksi nosokomial memberikan kontribusi (hand hygiene) merupakan program yang


yang besar terhadap tingginya angka dilakukan oleh WHO untuk mengatasi
kematian pasien. European Centre for infeksi nosokomial. WHO
Disease Prevention and Control (ECDC) mengkampanyekan save lives: clean your
memperkirakan 6% dari seluruh rumah sakit hands untuk mempromosikan tindakan cuci
di Eropa terjadi infeksi nosokomial. Di Itali, tangan. WHO juga membuat program global
kejadian infeksi nosokomial mencapai patient safety challenge dengan clean care is
450.000-700.000 pertahun, dan lebih dari safe care yang merupakan strategi untuk
1% pasien meninggal karena infeksi mempromosikan tindakan cuci tangan pada
nosokomial (Squeri, 2016). Lebih dari 4 juta tenaga kesehatan (WHO, 2011). Cuci tangan
pasien di Eropa yang mengalami infeski adalah cara pencegahan dan pengendalian
nosokomial dan 1,7 juta di Amerika. Angka infeksi yang merupakan hal yang mendasar
infeksi nosokomial tertinggi berada di ruang untuk mencapai sistem pelayanan kesehatan
perawatan intensif (ICU) dan infeksi saluran yang aman dan efektif. Diperkirakan 70%
kemih merupakan infeksi yang paling sering tenaga kesehatan dan 50 % tim bedah tidak
terjadi (WHO, 2002). Dampak infeksi melakukan cuci tangan secara rutin.
nosokomial adalah lama rawat inap dan Beberapa hasil penelitian menunjukkan
disabilitas pasien menjadi lebih panjang, bahwa cuci tangan efektif untuk
resistensi mikroorganisme terhadap anti menurunkan infeksi nosokomial. (WHO,
mikroba menjadi meningkat, biaya 2016). Namun demikian beberapa hasil
perawatan untuk pasien dan keluarga penelitian didapatkan bahwa kepatuhan
meningkat serta tingginya angka kematian tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
Permasalahan yang timbul sebagai dampak melakukan cuci tangan masih rendah.
dari infeksi nosokomial memerlukan Kepatuhan perawat dalam mencuci tangan
penanganan khusus untuk mengatasi hanya 35% dimana kepatuhan mencuci
permasalahan tersebut. WHO mencanangkan tangan tertinggi dilakukan setelah kontak
program keselamatan pasien untuk dengan cairan tubuh pasien dan kepatuhan
mengurangi angka kejadian infeksi terendah sebelum kontak dengan pasien.
nosokomial. (WHO, 2002). Cuci tangan Pengetahuan perawat tentang cuci tangan

21
juga masih rendah, dari hasil penelitian yang b. Gosok kedua telapak tangan
sama didapatkan data bahwa 64% memiliki c. Gosok kedua punggung tangan
pengetahuan yang kurang, 32% dengan d. Gosok sela-sela jari
pengetahuan cukup dan hanya 4% yang e. Gosok jari-jari dengan gerakan
memiliki pengetahuan baik (Ernawati, Tri & saling mengunci
Wiyanto, 2014). Masih banyak perawat yang f. Gosok ibu jari dengan gerakan
melalukan cuci tangan tidak sesuai dengan memutar
standar operasional prosedur (SPO).
Perilaku cuci tangan perawat yang sesuai g. Gosok dengan cara memutar ujung
dengan SPO hanya 36% dan kepatuhan cuci jari-jari kiri pada telapak kanandan
tangan tertinggi ada di unit stroke. sebaliknya
Kepatuhan terendah dalam tahapan kegiatan h. Biarkan mengering
cuci tangan yang sesuai SPO terutama pada i. Lama cuci tangan 20-30 detik
detil tehnik cuci tangan (Fauzia, Ansyori &
Hariyanto, 2014). Kegiatan cuci tangan
merupakan hal yang penting dilakukan
terutama sebelum dan sesudah kontak 2. Hand wash
dengan pasien untuk menurunkan resiko Langkah-langkah untuk membersihkan
terjadinya infekasi nosokomial. Hampir tangan dengan menggunakan air dan
seluruh aktivitas perawat bersentuhan sabun adalah sebagai berikut:
dengan pasien salah satunya adalah tindakan a. Basahi kedua tangan dengan air
memberikan pengobatan sehingga saat mengalir
sebelum dan sesudah memberikan obat b. Ambil sabun dan tuangkan pada
sebaiknya perawat juga melakukan cuci telapak tangan
tangan. Berdasarkan studi pendahuluan di c. Gosok kedua telapak tangan
salah satu rumah sakit di Yogyakarta d. Gosok kedua punggung tangan
didapatkan data bahwa masih banyak e. Gosok sela-sela jari
perawat yang tidak mencuci tangan sebelum f. Gosok jari-jari dengan gerakan
dan sesudah memberikan obat. Hasil studi saling mengunci
pendahuluan tersebut merekomendasikan g. Gosok ibu jari dengan gerakan
untuk dilakukan penelitian yang bertujuan memutar
melihat pelaksanaan cuci tangan perawat h. Gosok dengan cara memutar ujung
dalam tindakan pemberian obat. jari-jari kiri pada telapak kanan dan
sebaliknya
TINJAUAN PUSTAKA i. Bilas dengan air mengalir
j. Keringkan dengan handuka atau tisu
Cuci tangan adalah segala tindakan untuk sekali pakai
membersihkan tangan (WHO, 2009). Cuci k. Lama cuci tangan 40-60 detik
tangan adalah suatu proses yang dilakukan
secara mekanik untuk melepaskan kotoran 3. Waktu cuci tangan
dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun dan air (Depkes RI, Pelaksanaan cuci tangan dilakukan pada:
2008).
1. Sebelum menyentuh pasien
Cara mencuci tangan 2. Sebelum melakukan prosedur aseptik
3. Setelah terpapar dengan cairan tubuh
Menurut WHO (2009) ada cara yang dapat 4. Setelah menyentuh pasien
dilakukan untuk mencuci tangan yaitu yang 5. Setelah menyentuh lingkungan pasien
pertama membersihkan tangan dengan (WHO, 2009)
menggunakan cairan antiseptik yang berisi
alkohol (hand rub) dan yang kedua adalah METODE PENELITIAN
mencuci tangan dengan sabun dan air (hand
washing). Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan
1. Hand rub studi kasus. Tujuan penelitian ini adalah
Langkah-langkah untuk membersihkan untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan
tangan dengan cara hand rub adalah perawat dalam tindakan pemberian obat.
sebagai berikut: Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan
a. Basahi tangan dengan cairan anak di salah satu rumah sakti swasta di
antiseptik Yogyakarta. Waktu penelitian ini adalah

22
pada bulan Mei sampai dengan Juli 2016. Status Pekerja 5 (15,6)
Populasi penelitian ini adalah seluruh Kepegawaian Kontrak
perawat pelaksana di ruang perawatan anak Waktu
dan penentuan sampel dengan menggunakan Tertentu
total populasi sampling sehingga seluruh (PKWT) 27 (84,4)
perawat pelaksana di ruang anak menjadi Pekerja tetap
sampel dalam penelitian ini. Jumlah Jabatan 7 (21,9)
partisipan dalam penelitian ini adalah 32 Perawat
perawat pelaksana. Semua partisipan dalam pelaksana 25(78,1)
penelitian ini diberikan informed consent Perawat
dan penelitian ini telah mendapatkan ijin pelaksana
dari komite etik Fakultas Kedokteran utama
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara Sumber: Studi dokumentasi
observasi partisipan dan wawancara.
Observasi partisipan dilakukan untuk Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa seluruh
mengamati kegiatan cuci tangan perawat perawat di ruang anak adalah perempuan
saat melakukan tindakan pemberian obat. dengan mayoritas memiliki latar belakang
Kegiatan wawancara dilakukan sebagai pendidikan adalah Diploma 3 keperawatan.
triangulasi metode dan sumber karena
wawancara tidak hanya dilakukan pada Berdasarkan 90 kali observasi cuci tangan
perawat pelaksana tetapi juga pada kepala sebelum tindakan pemberian obat pada 30
ruang dan perawat penanggung jawab mutu perawat pelaksana didapatkan data bahwa
di ruang perawatan anak. kegiatan 70% tindakan, perawat tidak melakukan cuci
wawancara dilakukan setelah semua tangan 6 langkah, 1% cuci tangan tetapi
kegiatan observasi selesai. Observasi tidak 6 langkah dan 28,9 % cuci tangan
partisipan dilakukan selama kurang lebih 4 dengan 6 langkah (Tabel 2)
minggu, masing-masing perawat diobservasi
sebanyak 3 kali sebelum dan sesudah
tindakan memberikan obat pada shift pagi
dan siang. Analisis data hasil observasi Tabel 2: Perilaku cuci tangan perawat
menggunakan analisis deskriptif dengan sebelum tindakan pemberian obat (N:90)
menentukkan prosentase perawat yang
Item Observasi Tidak Sebagian Dilakukan
melakukan cuci tangan dan yang tidak cuci Dilakukan
tangan. N (%) N (%) N (%)
Cuci tangan 6 63 (70%) 1 (1,1%) 26 (28,9%)
HASIL PENELITIAN langkah
Sumber: Hasil observasi
1. Hasil Observasi
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa
Penelitian ini dilakukan 32 perawat mayoritas perawat tidak melakukan cuci
pelaksana yang ada di ruang perawatan tangan sebelum memberikan obat pada
anak. Berikut ini adalah karakteristik pasien.
perawat tersebut:
Tabel 3: Perilaku cuci tangan perawat
Tabel 1: Karakteristik perawat setelah tindakan pemberian obat (N:90)

Variabel Karakteristik N(%) Item Observasi Tidak Sebagian Dilakukan


Dilakukan
Jenis Kelamin Laki-laki 0 N (%) N (%) N (%)
Perempuan 32 (100) Cuci tangan 6 33 (36,7%) 0 57 (63,3%)
langkah
Kelompok < 2 tahun 8 (25) Sumber: Hasil observasi
masa kerja 2-4 tahun 5 (15,6)
5-8 Tahun 6(18,8) Berdasarkan tabel diatas didapatkan data
> 9 tahun 13(40,6) bahwa 63,3% tindakan setelah pemberian
obat, perawat melakukan cuci tangan, dan
Status SPK 5 (15,6) 36,7% tidak mencuci tangan, dengan
Pendidikan DIII 27 (84,4) demikian prosentase perawat yang mencuci
Keperawatan tangan setelah tindakan pemberian obat

23
lebih tinggi dibandingkan perawat yang untuk itu... tapi susah-susah sekali
tidak cuci tangan. ndak tau apa faktornya buru-buru...
faktornya pengen cepet tapi
Kedua tabel diatas menunjukkan bahwa memang belum memperhatikan
jumlah perawat yang melakukan cuci tangan kepentingan itu tapi di kamar-
lebih tinggi pada saat setelah tindakan kamar sudah ada hands rub semua
pemberian obat dengan pasien yaitu setelah five moment juga saya sosialisasi...
kontak dengan pasien. Jika kegiatan cuci itu hampir paling sering sosialisasi
tangan perawat diakumulasi sebelum dan itu... tapi tidak semudah yang kita
sesudah tindakan pemberian obat maka bayangkan untuk merubah orang
prosentase jumlah perawat yang tidak cuci banyak. Mungkin five moment nya
tangan lebih tinggi dibandingkan perawat yang susah ke pasien satu ke pasien
yang melakukan cuci tangan. yang lain... (Partisipan 4)
2. Hasil Wawancara b. Kebiasaan
Cuci tangan belum menjadi
Data hasil observasi ini kemudian divalidasi kebiasaan perawat karena
dengan melakukan wawancara pada perawat kesadaran untuk cuci tangan masih
pelaksana yang menyebutkan bahwa mereka kurang. Kebiasaan untuk selalu
mengakui sering tidak melakukan cuci mencuci tangan masih rendah
tangan. Cuci tangan lebih banyak dilakukan meskipun sudah sering dilakukan
setelah kontak dari pasien sedangkan sosialisasi pentingnya cuci tangan.
sebelum kontak dengan pasien perawat
jarang melakukan cuci tangan. .....Mungkin masih sering yang
belum cuci tangan, belum
Kalau untuk cuci tangan itu hampir melakukan. Kendalanya mungkin
semua temen kita itu sebelum melakukan budaya ya mbak masih belum..
tindakan itu hampir semua itu tidak masih belum padahal kita setiap
pernah cuci tangan, cuci tangannya kali mensosialisasikan untuk five
setelah ke pasien.... (Partisipan 5) moment itu sehingga itu harus
diaplikasikan jadi harus maksudnya
Berdasarkan hasil wawancara juga kadang-kadang e mungkin kalau
didapatkan data tentang alasan perawat tidak kalau ya sebetulnya di kamar
melakukan cuci tangan yaitu: banyak suster itu, e di kamar pasien itu
pekerjaan, kebiasaan, lupa dan malas. sudah ada handrub tapi teman-
teman kita itu ya memang belum,
a. Banyak pekerjaan
kesadarannya kurang...(Partisipan
Banyaknya pekerjaan menjadi
5).
alasan perawat tidak melakukan
cuci tangan. Banyaknya pekerjaan c. Lupa
menyebabkan perawat menjadi Perawat juga mengatakan sering
tergesa-gesa sehingga ingin segera lupa saat harus mencuci tangan
menyelesaikan pekerjaannya, dan sebelum ke pasien.
hal ini yang menyebabkan perawat . Cuci tangan terus sebelum ke
tidak melakukan cuci tangan. pasien, tapi sering kalinya kelupaan
Penanggung jawab ruang perawatan itu lho yang pakai handscrub itu.
anak menyatakan masih banyak Tapi nanti kalau sudah ganti ke
perawat yang tidak mencuci tangan pasien kadang itu seringnya lupa.
meskipun antiseptik untuk cuci (Partisipan 3)
tangan secara handsrub sudah
dipasang di setiap kamar dan sudah d. Malas
seringkali dilakukan sosialisasi Malas menjadi salah alasan
tentang pentingnya cuci tangan. mengapa perawat tidak melakukan
cuci tangan. Rasa malas ini
..... Susah e mbak (Tertawa), saya
disebabkan karena perawatnya
juga sampai bingung saya juga
merasa tangannya sudah bersih
sudah nyontohi misalnya saya
sehingga tidak melakukan cuci
keliling kalau pagi itu ayo pakai
tangan.
hands rub, hands rub sudah di
pasang di kamar-kamar fungsinya

24
...mmmm...menyebabkan ga cuci dalam mencuci tangan rendah (Fauzia,
tangan?... lupa bu... malas mungkin Ansyori & Hariyanto, 2014).Beban kerja
bu... kadang kan sudah merasa.. apa yang tinggi merupakan alasan yang paling
ya.... mmmm bersih gitu sih bu... sering diungkapkan oleh perawat. Salah satu
jadi tadi ya sudah cuci tangan jadi penelitian yang dilakukan di Kuwait juga
ga cuci tangan lagi.......... Mungkin mendapatkan data bahwa beban pekerjaan
masih sering yang belum cuci yang tinggi menjadi alasan perawat untuk
tangan... (Partisipan 1) tidak melakukan cuci tangan (Al-Wazzan,
et.al., (2011).

Lupa untuk mencuci tangan dapat


PEMBAHASAN disebabkan oleh beban kerja perawat yang
tinggi. Beban kerja yang tinggi
Hasil penelitian yang yang dilakukan oleh menyebabkan perawat lupa untuk mencuci
Pakowska, Sobala & Szatko (2013) bahwa tangan karena terfokus dengan kegiatan
perawat lebih sering melakukan cuci tangan pemenuhan kebutuhan pasien di ruangan
setelah melakukan tindakan dibandingkan (Sukron dan Kariasa, 2013). Kurangnya
sebelum melakukan tindakan. Hasil kesadaran perawat akan pentingnya cuci
penelitian yang serupa ditemukan pada tangan juga menjadi penyebab tidak
penelitian yang dilakukan oleh Al-Wazzan, terbentuknya kebiasaan untuk melakukan
et.al., (2011) yang mendapatkan data bahwa cuci tangan (Qushmaq, 2008).
lebih banyak perawat yang melakukan cuci
tangan setelah tindakan, sedangkan sebelum Rendahnya kepatuhan perawat untuk cuci
tindakan sering tidak melakukan cuci tangan menjadi keprihatinan bersama
tangan. Perawat menggunakan sarung sehingga perlu upaya untuk perbaikan dan
tangan sebagai pengganti tindakan cuci meningkatkan kepatuhan perawat untuk cuci
tangan, perawat percaya bahwa dengan tangan. Pemberian pelatihan, workshop,
menggunakan sarung tangan tidak perlu lagi audit dan umpan balik mampu efektif untuk
melakukan cuci tangan. meningkatkan kepatuhan perawat untuk
Squeri, et.al., (2016) dalam sebuah melakukan cuci tangan. Salah satu cara
penelitian yang dilakukan di Italia untuk meningkatkan kepatuhan, kesadaran
mendapatkan data bahwa perawat yang dan pengetahuan tentang cuci tangan adalah
mencuci tangan setelah prosedur tindakan dengan memberikan pembelajaran
lebih banyak dibandingkan dengan sebelum menggunakan modul, melakukan
melakukan prosedur tindakan dan 30,6% pengawasan terhadap tenaga kesehatan dan
tenaga kesehatan yang melakukan cuci melakukan diskusi, memberikan feedback
tangan dengan benar. Bebeapa hasil pada partisipan dan memeriksa kebersihan
penelitian diatas menunjukkan bahwa tangan. Hal ini terbukti efektif untuk
kesadaran dan kepatuhan tenaga kesehatan meningkatkan kepatuhan dan kesadaran
khususnya perawat untuk mencuci tangan perawat untuk cuci tangan (Watson, 2016).
masih rendah.
KESIMPULAN
Banyak pekerjaan yang harus dilakukan
merupakan alasan perawat untuk tidak Pelaksanaan cuci tangan di ruang perawatan
melakukan cuci tangan sebelum melakukan anak masih kurang, hal ini dibuktikan
tindakan Pakowska, Sobala & Szatko dengan masih banyak perawat yang belum
(2013). Banyaknya pekerjaan perawat cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
membuat perawat tergesa-gesa dalam pemberian obat. Jumlah perawat yang tidak
melakukan pekerjaannya karena ingin segera cuci tangan lebih tinggi pada sebelum
selesai dan dapat melakukan pekerjaan tindakan pemberian obat. Banyaknya
perawatan lainnya. Tergesa-gesa pekerjaan, kebiasaan, lupa, dan malas
menyebabkan perawat kurang motivasi merupakan alasan perawat untuk tidak cuci
untuk melakukan cuci tangan. Sukron dan tangan. Peningkatan terhadap kepatuhan dan
Kariasa (2013) mengatakan bahwa beban pengetahuan perawat terhadap cuci tangan
kerja perawat yang tinggi mempengaruhi sangat diperlukan. Usaha perbaikan dalam
kepatuhan perawat dalam mencuci tangan. rangka meningkatkan hal tersebut dapat
Beban kerja perawat merupakan faktor dilakukan dengan cara pelatihan,
individu yang mempengaruhi kepatuhan cuci pengawasan dan pemberian umpan balik
tangan, sehingga beban kerja perawat yang secara rutin.
tinggi menyebabkan kepatuhan perawat

25
DAFTAR PUSTAKA moment hand hygiene.
www.lib.ui.ac.id
Al-Wazzan, Batool., Salmeen, Yasmeen.,
Al-Amiri, Eisa., Abul, Alaa., Watson, Jo Andrea., (2016). Role of a
Bouhaimed, Manal., Al-Taiar, multimodal educational strategy on
Abdullah., (2011). Hand Hygiene health care workers handwashing.
Practices among Nursing Staffin AJIC. Volume 44, Issue 4: 400-
Public Secondary Care Hospitals in 404.doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.aji
Kuwait:Self-Report and Direct c.2015.10.030
Observation. Med Princ Pract
2011;20:326331. 326331. DOI: WHO. (2002). Prevention of hospital-
10.1159/000324545 acquired infections. WHO

Depkes RI. , (2008). Pedoman pencegahan WHO. (2009). Hand Hygiene: Why, how
dan pengendalian infeksi di Rumah and when?. WHO
sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya: Kesiapan WHO. (2016)., Save lives: Clean your hands
menghadapi emerging infectious WHOs global annual campaign
disease. Departemen kesehatan RI advocacy toolkit., WHO

WHO (2011)., Report on the burden of


Ernawati, Elies., Tri, Asih., Wiyanta, Satra.,
endemic health care-association
(2014).Penerapan Hand Hygiene
worldwide: Clean care is safe care.
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
WHO
Sakit. Jurnal kedokteran Brawijaya,
Vol. 28, Suplemen No. 1; 89-94

Fauzia, Neila., Ansyori, Anis., Hariyanto,


Tuti., (2014). Kepatuhan standar
prosedur operasional Hand Hygiene
pada perawat di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1.

Pakowska, Garus., Sobala, W., Szatko, F.,


(2013).Observance of hand washing
procedures performed by the medical
personnel before patient contact. Part
I. Int. J Occop Med Environ Health.
Mar;26(1):113-21. doi:
10.2478/s13382-013-0092-4. Epub
2013 Mar 26.
Qushmaq, Ismael A., Heels-Ansdell, Diane.,
Cook, Deborah J., Loeb, Mark B.,
Meade, Maureen O., (2008). Hand
hygiene in the intensive care
unit:prospective observations of
clinical practice.Polskie archiwum
medycyny wewntrznej

Squeri, R., Genovese, C., Palamara, MAR.,


Trimarchi, G., Fauci, La F., (2016).
Clean saferis care safer: correct
handwashing in the prevention of
health care associated infections. Ann
Ig 2016; 28: 409-415
doi:10.7416/ai.2016.2123

Sukron, Kariasa, I Made., (2013). Tingkat


kepatuhan perawat dalam five

26

Anda mungkin juga menyukai