Anda di halaman 1dari 3

Aditya Otniel Papa (071611233029) / DHIK / Week 9 / Kelas A

Integrasi di Amerika Selatan: Upaya Menghadapi Krisis Ekonomi

Regionalisme dapat terbentuk oleh beberapa faktor yang mendukung adanya integrasi di suatu
kawasan tertentu. Proses integrasi di suatu kawasan dapat berbeda dengan proses integrasi di
kawasan yang lain. Faktor-faktor yang memengaruhi proses integrasi tersebut dapat disebabkan
oleh faktor internal maupun eksternal. Amerika Selatan sebagai salah satu sub-continent di benua
Amerika memiliki proses integrasi yang unik jika dibandingkan dengan Eropa, yang mana proses
integrasi di Eropa merupakan integrasi kawasan pertama di dunia. Tulisan ini akan membahas
proses integrasi di Amerika Selatan tersbeut dengan memberikan beberapa faktor pendukung
terjadinya regionalisasi di kawasan tersebut.

Krisis ekonomi yang melanda negara-negara di dunia pada tahun 1980-an, berdampak pula pada
negara-negara yang berada di kawasan Amerika Selatan. Meluasnya krisis ekonomi tersebut
disebabkan oleh kehadiran globalisasi yang menggiring negara-negara di dunia dalam suatu
platform ekonomi global di era informasi dan revolusi digital. Meningkatnya globalisasi atau
hyper-globalization dapat berkontribusi pada perubahan tatanan politik internasional, dan
menyebabkan terbentuknya suatu kawasan maupun insitusi multinasional sebagai respon
terhadap isu-isu global tersebut. Hal tersebut selanjutnya memengaruhi negara-negara di
Amerika Selatan untuk berintegrasi membentuk suatu kawasan dalam menghadapi fenomena
global (Phillips, 2002).

Terdapat tiga faktor yang mendukung timbulnya regionalisme di kawasan Amerika Selatan.
Pertama, yakni krisis finansial yang melanda negara-negara di Amerika Selatan. Hal tersebut
mendorong adanya kerja sama di antara negara-negara di Amerika Selatan untuk terbebas dari
krisis finansial tersebut, yang mana menggiring negara-negara di Amerika Selatan untuk
membentuk suatu kebijakan bersama dengan tujuan untuk mencapai kepentingan nasional.
Kedua, yaitu adanaya volatilitas finansial yang membutuhkan respon dari dari suatu kawasan
untuk meregulasi isu terkait keuangan tersebut. Ketiga, ialah perlunya suatu regionalisme
sebagai upaya untuk menghadapi ketidakstabilan global. Pandangan ketiga tersebut lebih
berfokus pada gambaran terkait pemerintahan global guna meregulasi seluruh fenomena yang
terjadi di tingkat global (Phillips, 2002).
Aditya Otniel Papa (071611233029) / DHIK / Week 9 / Kelas A

Dalam teori-teori terkait regionalisme yang telah ada sebelumnya mengemukakan bahwa
regionalisme berbicara mengenai signifikansi peran pemerintah nasional dalam kaitannya dengan
pembuatan kebijakan regional. Secara tidak langsung, regionalisme telah membuat kaburnya
batasan dan kedaulatan suatu negara, yang mana dalam hal ini terdapat pemerintahan
supranasional maupun multilevel governance yang menjadi dasar dari adanya regionalisme.
Adanya penyerahan otoritas suatu negara pada suatu institusi supranasional di Uni Eropa
menginsiprasi terjadinya regionalisme di Amerika Selatan yakni Mercosur. Letak perbedaan
yang paling mendasar dari integrasi di kedua kawasan tersebut terletak pada sifatnya, yang mana
Uni Eropa lebih bersifat inklusif dengan mengembangkan kerjasama di dalam kawasan regional,
sedangkan pada Mercosur bersifat eksklusif dengan membuka kesempatan untuk kerjasama
dengan negara lain atau kawasan lain (Phillips, 2002).

Lain dengan Uni Eropa, Mercosur tidak mengimitasi dalam proses integrasi kawasan seperti di
Eropa. Jika negara-negara di Eropa dalam Uni Eropa membentuk suatu badan supranasional
yang meregulasi kebijakan-kebijakan yang berlaku di setiap negara anggotanya, Mercosur lebih
berfokus pada pembentukan badan intergovernmental yang hanya memberikan alternatif pada
negara-negara anggotanya untuk menghadapi suatu isu tertentu. Dapat dikatakan bahwa
Mercosur tidak dapat meligitimasi suatu kebijakan yang untuk diberlakukan secara utuh pada
negara-negara anggotanya. Hal tersebut disebabkan karena adanya krisis kepercayaan dengan
negara-negara lain selaku anggota dalam Mercosur sehingga sulit untuk bekerjasama secara utuh
dengan memberikan otoritas nasional kepada badan regional (Phillips, 2002).

Dengan sifat Mercosur yang merupakan organisasi antar-pemerintah, hal tersebut memengaruhi
badan-badan yang terdapat dalam Mercosur. Terdapat dua badan antarpemerintah yang
dibentuk melalui Perjanjian Asuncion, yakni Common Market Council (CMC) dan Common
Market Group (CMG). Kedua badan tersebut berfokus untuk menyelesaikan permasalahan
ekonomi di kawasan Amerika Selatan dalam suatu platform yakni Mercosur, yang mana masing-
masing dari negara anggota Mercosur menghadirkan satu representatif yang mewakili
kementrian luar negeri, kementrian ekonomi, dan bank sentral. Guna dari adanya sistem
perwakilan tersbeut ditujukan agar kebijakan-kebijakan yang dibuat dalam badan Mercosur dapat
diratifikasi oleh setiap negara dalam pengimplementasiannya. Selain dua badan utama tersbeut,
Aditya Otniel Papa (071611233029) / DHIK / Week 9 / Kelas A

terdapat badan-badan lain yang berfokus pada bidang lain selain ekonomi, seperti politik, dan
kepentingan bisnis (Phillips, 2002).

Sebelum terbentuknya Mercosur, terdapat satu upaya dari negara-negara di kawasan Amerika
Selatan untuk membentuk suatu regionalisme dengan tujuan untuk menanggulasi krisis ekonomi
yang melanda negara-negara di dunia dan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi di negara-
negara kawasan. Upaya tersebut adalah membentuk Free Trade Are of the Americas (FTAA),
yang mana kawasan Amerika Selatan juga bekerjasama dengan kawasan Amerika Utara dalam
membentuk suatu kawasan bebas bea cukai. Terbentuknya FTAA dinilai semata-mata adalah
upaya dari Amerika Serikat untuk membendung pengaruh-pengaruh komunis dari Uni Soviet
untuk masuk ke wilayah Amerika, sehingga Amerika Serikat terlihat seperti negara yang
mengayomi negara-negara lain. Namun, FTAA dalam usahanya mencapai tujuan untuk
mengurangi efek dari krisis ekonomi tidak cukup untuk melepaskan negara-negara di kawasan
Amerika Selatan dalam krisis ekonomi (Phillips, 2002).

Dari pemaparan di atas dapat, disimpulkan bahwa proses integrasi di kawasan Amerika Selatan
memiliki perbedaan yang signifikan dengan Uni Eropa. Hal tersbeut tercermin dari sifat kedua
kawasan tersebut, yang mana Eropa bersifat inklusif dan merupakan badan supranasional
sedangkan Amerika Selatan bersifat eksklusif dan merupakan badan antar-pemerintahan atau
intergovernmental. Terbentuknya integrasi di kawasan Amerika Selatan dimulai dari
terbentuknya FTAA di tahun 1960-an, namun gagal sehingga dibentuk Mercosur sebagai usaha
berikutnya untuk mengurangi krisis ekonomi di kawasan tersebut. Penulis beropini bahwa
integrasi di Amerika Selatan juga dipengaruhi adanya kesaaman budaya, yang mana mayoritas
dari penduduknya merupakan orang yang berbahasa Latin atau Spanyol dan Portugis.

Referensi:

Phillips, Nicola. 2002. Governance After Financial Crisis: South American Perspectives on the
Reformulationof Regionalism dalam New Regionalisms in Global Political Economy , by
Shaun Breslin, Chistopher W. Hughes, Nicola Phillips dan Ben Rosamond (eds.) London:
Rooutledge

Anda mungkin juga menyukai