Anda di halaman 1dari 3

Aditya Otniel Papa (071611233029) / Rezim Internasional / Topik 3 / Bahan 3

Pendekatan Kognitivisme: Basis Ilmu Pengetahuan dalam Pembuatan Keputusan

Perkembangan studi Hubungan Internasional hingga era kontemporer, mulai megkaji rezim-
rezim internasional sebagai salah satu bahasan yang penting untuk dikaji. Dalam memahami
rezim-rezim internasional, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan sebagai cara
untuk memandang rezim internasional dengan isu atau fenomena dalam hubungan internasional.
Tiga pendekatan yang melandasi studi rezim tersebut adalah realisme, neoliberalisme, dan
kognitivisme (Hasenclever et al., 1997: 1-2). Masing-masing dari setiap pendekatan yang ada,
memiliki suatu bahasan yang menjadi fokus utama dalam melihat fenomena terkait rezm
internasional (Hasenclever, 1997:3). Tulisan ini akan membahas terkait pendekatan kogntivisme
yang berfokus pada dinamika ilmu pengetahuan, komunikasi, dan identitas dalam pembentukan
rezim.

Pendekatan kognitivis dalam memahami studi politik internasional menekankan nilai-nilai dan
ilmu pengetahuan sebagai suatu variabel. Secara umum, pendekatan kognitivis merupakan suatu
pendekatan kritis yang berfokus mengkritik teori rasional dalam politik internasional, baik itu
pendekatan liberal atau realis. Para kaum kognitivis percaya bahwa pandagan yang ditawarkan
pendekatan rasionalisme perlu untuk dilengkapi atau digantikan dengan suatu metode analisis
yang berfokus pada cara-cara yang bertujuan untuk distribusi pengetahuan untuk membentuk
suatu identitas dan preferensi tertentu terhadap pilihan suatu negara. Alasan tersebut disebabkan
muncul karena pandangan dari pendekatan rasionalisme dianggap terlalu normatif dalam
membuat pembuatan keputusan (Hasenclever, 1997:136).

Terdapat dua bentuk yang membedakan pemikiran dari pendekatan kognitivis, yaitu lemah dan
kuat (Hasenclever, et al., 1997: 137). Pertama, kehadiran pendekatan kognitivis lemah memiliki
kontribusi sebagai pelengkap atau complement pada eksplanasi umum teori rasionalis. Kognitivis
lemah memiliki pandangan bahwa terdapat kekurangan pada teori rasionalis, tetapi tetap
menerima asumsi dasar teori rasionalis bahwa negara merupakan aktor dalam mencapai
kepentingannya bersifat rasional. Kognitivis lemah dalam studi rezim memiliki kontribusi untuk
mengisi kekosongan yang ada di antara teori yang berbasis kepentingan dan yang berbasis pada
perubahan kepentingan (Hasenclever et al., 1997: 137). Dalam cara pandang kognitivis lemah,
rezim-rezim internasional terbentuk didasarkan pada perspepsi aktor yang berperan pada hal-hal
yang dianggap signifikan oleh mereka. Hal-hal signifikan tersebut merupakan problematika
Aditya Otniel Papa (071611233029) / Rezim Internasional / Topik 3 / Bahan 3

internasional yang merupakan hasil dari kepercayaan aktor-aktor itu sendiri. Dengan demikian,
sebuah pengetahuan konsensual dipandang penting untuk dibentuk melalui komunitas-komunitas
epistemik. Pada implementasinnya, pengetahuan konsensual itu diwujudkan dengan kebijakan-
kebijakan. Namun, terdapat kelemahan pada perspektif kognitivis lemah, yaitu pada penjelasan
komunitas-komunitas epistemik tersebut memengaruhi diambilnya suatu kebijakan. Di sisi lain,
pengetahuan konsensual bukanlah penjamin bagi terbentuknya suatu kerjasama dalam struktur
internasioal (Yong & Osherenko, 1993 dalam Hasenclever et al, 1997: 153).

Jika kognitivis lemah menerima asumsi-asumsi teori rasional, perspektif kognitivis, di sisi lain,
hadir untuk memberi alternatif pada teori-teori yang ada dalam menjelaskan rezim internasional.
Perspektif kognitivis kuat tersebut memiliki perbedaan yang cukup substansial dengan kognitivis
lemah dalam cara pandang terkait dengan pengetahuan sebagai kontributor terbentuknya rezim
internasional. Kognitivis kuat melihat pengetahuan memiliki signifikansi yang lebih dari sekedar
memberi pengaruh aktor dalam pembentukan kebijakan, seperti yang dijelaskan oleh kognitivis
lemah. Selain itu, kognitivis kuat memiliki asumsi bahwa masyarakat internasional yang ada
terdiri dari institusi-institusi sosial. Hal yang perlu digarisbawahi adalah terdapat variabel-
variabel dalam terciptanya institusi-institusi sosial tersebut, yaitu persamaan kepercayaaan dan
nilai-nilai yang menjadi identitas aktor di hubungan internasional. Dengan demikian, analisis
sosiologi dalam melihat rezim-rezim internasional merupakan hal yang signifikan (Hasenclever
et al, 1997: 138). Pengetahuan dalam pendekatan kognitivis berperan dalam melandasi
pembuatan keputusan yang digunakan oleh aktor hubungan internasional. Aktor-aktor hubungan
internasional yang menjadi penentu dalam pembuatan rezim internasional juga dapat
diidentifikasikan sebagai suatu pemahaman umum. Pada hakikatnya, rezim internasional
berfungsi sebagai wadah atau platform yang mengkonstruksikan pengetahuan dan aktor-aktor
hubungan internasional (Hasenclever, 1997: 139).

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memahami rezim internasional terdapat
tiga pendekatan untuk memudahkan dalam melihat fenomena-fenomena yang ada. Tiga
pendekatan tersebut adalah pendekatan realisme, neoliberalisme, dan kognitivisme. Pendekatan
kognitivisme merupakan pandangan yang mengkritisi kedua pandangan yang lain, yang mana
pendekatan kognitivisme lebih berfokus pada upaya pengetahuan dalam membentuk suatu
regulasi internasional. Terdapat dua kelompok dalam pendekatan kognitivisme, yakni lemah dan
Aditya Otniel Papa (071611233029) / Rezim Internasional / Topik 3 / Bahan 3

kuat. Kognitivisme lemah berfokus untuk melengkapi kekurangan kedua pendekatan


rasionalisme yang ada, sedangkan kognitivisme kuat berfokus pada peran pengetahuan dalam
konstruksi identitas aktor pada pembuatan keputusan. Penulis berpendapat bahwa pendekatan
kognitivisme merupakan salah satu pendekatan yang perlu dikaji oleh penstudi Hubungan
Internasional.

Referensi:

Hasenclever, Andreas, Peter Mayer, dan Volker Rittberger. 1997. “Knowledge-based theories:
hegemony, distributional conflict, and relative gains”, dalam Theories of international
regimes. New York: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai