Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 4 Week 3 Kelas A - Strategi sebagai Seni Cipta-Kelola Peluang

Michael Ivander (071611233019)

Aditya Otniel Papa (071611233029)

Vivi Rahmadanty (071611233046)

Dian Damayanti (071611233081)

Strategi: Instrumen Penyelaras antara Peluang dengan Keberuntungan

Berbagai peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan seringkali datang dengan tidak memandang
waktu maupun tempat, bahkan suasana sekitar, dan siapa yang dikenai oleh peristiwa tersebut.
Dinamika kehidupan yang seperti demikian kemudian menjadikan apa yang dikenal sebagai
jalan hidup manusia berbeda-beda di setiap individu. Manusia sebagai makhluk sosial sekaligus
makhluk individu kemudian diharuskan menghadapi setiap perubahan-perubahan yang terjadi
pada dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. Eksistensi dari apa yang dikenal sebagai
keberuntungan maupun kesialan pada seseorang merupakan ihwal yang cenderung berupa
khayalan, atau setidaknya memang tidak dapat diprediksikan secara pasti dan dipikirkan secara
logika (Waldman, 2010). Rond dan Thietart (2007) dalam tulisannya yang berjudul Choice,
Chance, and Inevitability in Strategy menjelaskan bahwa strategi dipercaya sebagai suatu cara
yang digunakan untuk mengatasi suatu peristiwa, yang mana peristiwa tersebut merupakan
penyebab dari munculnya peristiwa lainnya. Mereka menyebutkan bahwa pilihan yang kita
gunakan dalam mengatasi peristiwa tersebut juga memengaruhi peristiwa berikutnya, yang mana
muncul dan dinilai sebagai konsekuensi yang bersifat alamiah. Penggunaan pilihan yang salah
menjadi kunci utama kegagalan strategi dalam mencegah munculnya peristiwa baru yang tidak
sesuai dengan pemikiran kita. Atas dasar hal tersebut, penggunaan strategi yang baik selayaknya
dapat mengaitkan unsur-unsur penting di dalam strategi itu sendiri.Sedangkan Rumelt (2013)
menyatakan bahwa suatu strategi yang baik dapat diamati dari adanya seperangkat tindakan dan
kebijakan koheren yang diambil berdasarkan argumentasi yang logis. Hal tersebut menjadi
justifikasi akan perlunya sebuah sinkronisasi antara tindakan dengan pikiran maupun
pertimbangan yang matang.
Kelompok 4 Week 3 Kelas A - Strategi sebagai Seni Cipta-Kelola Peluang

Menurut Rond dan Thietart (2007) terdapat empat elemen dasar yang perlu diperhatikan dalam
menyusun suatu strategi Pertama adalah causation yang merujuk pada relasi atau koneksi dari
beberapa peristiwa. Kedua yaitu chance yang merujuk pada suatu kondisi yang tidak terencana
sehingga dapat datang secara tiba-tiba walaupun kita tidak menginginkannya. Ketiga adalah
choice yang merujuk pada kebebasan individu dalam menentukan tindakan yang dilakukannya.
Keempat adalah determinism yang merujuk pada suatu penyangkalan pada setiap kemungkinan
yang dapat terjadi, karena merupakan suatu paham yang percaya bahwa setiap aksi yang
dilakukan mendorong pada suatu konsekuensi yang tidak dapat terhindarkan. Determinism
merupakan sifat skeptis yang dimiliki oleh seorang manusia, yang mana akan memengaruhi hasil
atau konsekuensi dari pilihan yang diambil dalam kaitannya dengan penyusunan strategi. Rond
dan Thietart (2007) menekankan adanya causal background untuk keterlibatannya dalam
penyusunan strategis. Causal background merupakan semacam latar belakang yang meliputi
segala aspek dalam suatu peristiwa yang terkait dengan konsekuensi sebagai hasil akhir dari
suatu peristiwa. Cakupan causal background dapat meliputi kemampuan seseorang, kebiasaan
seseorang, kemampuan memahami sebab-akibat, pengalaman, umur, pendidikan, ideologi, dan
rasionalitas sistemik. Dengan kata lain, causal background juga meliputi kondisi struktural yang
terjadi disekeliling orang yang bersangkutan. Itulah mengapa seluruh isi cakupan causal
background memengaruhi pilihan yang digunakan dalam strategi. Disisi lain, Clausewitz sebagai
salah satu filsuf ahil strategi mencoba menekankan kembali arti penting dari sebuah peluang.
Fakta bahwa terdapat banyaknya ketidakpastian dalam kehidupan, mengharuskan manusia untuk
lebih menekankan usahanya pada perolehan peluang di setiap situasi serta penggunaannya secara
tepat guna. Perolehan peluang tersebut tidak datang secara otomatis ketika manusia berada dalam
masa krisis. Peluang akan datang ketika manusia itu sendirilah yang harus menggunakan akal
serta kreatifitas berpikir dalam memahami situasi dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi di masa depan (Waldman, 2010).

Terdapat pula empat dugaan yang mengaitkan unsur-unsur tersebut menjadi suatu strategi yang
utuh. Dugaan pertama adalah strategic choice atau pilihan strategi sangatlah bergantung pada
hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa tertentu, dan oleh karenanya strategi memercayai
bahwa penyebab dari suatu peristiwa sebanding dengan konsekuensi yang akan dihadapi pada
peristiwa selanjutnya seperti halnya hubungan sebab akibat. Dugaan kedua adalah peluang
selalu dapat muncul secara sewaktu-waktu dan dapat membuka suatu jalan baru dalam kaitannya
Kelompok 4 Week 3 Kelas A - Strategi sebagai Seni Cipta-Kelola Peluang

dengan pilihan selanjutnya. Dugaan ketiga yaitu bahwa pilihan yang tidak diolah, atau berkaitan
dengan peluang maupun beberapa latar belakang dinilai tidak cukup untuk dikatakan menjadi
pilihan strategi (Rond and Thietart, 2007).Dengan kata lain, dalam penyusunan strategi, semua
unsur strategi haruslah saling berkaitan dengan tujuan untuk dapat membentuk suatu strategi.
Dugaan keempat adalah causal background menjadi posisi sentral dalam penyusunan strategi
karena di dalamnya juga terkandung pilihan dan peluang yang muncul di peristiwa masa lalu.
Sehingga, causal background juga dapat memunculkan peluang baru sehingga berfungsi untuk
mengintepretasikan dan memanfaatkan segala sesuatu yang terkandung di dalam latar belakang
atau penyebab dari munculnya suatu peristiwa. Singkat kata, keterkaitan antara dugaan yang satu
dengan yang lainnya menciptakan suatu hasil berupa pilihan strategi yang tidak dapat
dihindarkan (Rond and Thietart, 2007).

Selain itu, Rumelt memformulasikan sebuah mekanisme dasar sebagai acuan manusia dalam
menentukan strategi yang tersusun atas tiga komponen utama: diagnosis, kebijakan, dan tindakan
yang koheren. Ketiga unsur tersebut bekerja secara sistematis dan saling menstimulasi layaknya
sebuah mekanika. Dalam menghadapi setiap problematika dan tantangan, penyusunan strategi
selalu diawali dengan diagnosis untuk menemukan titik permasalahan, menganalisis opsi solusi
yang dapat diambil, dan menemukan peluang. Ketika permasalahan telah teridentifikasi, akan
sangat krusial untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam menentukan tindakan yang harus
diambil demi mewujudkan hasil akhir yang direncanakan (Rumelt, 2013). Kebijakan tersebut
dapat berupa pendekatan, perspektif, maupun sekedar kesimpulan hasil pengamatan. Dari
kebijakan yang ditentukan, manusia dapat merumuskan seperangkat tindakan yang tepat yang
harus dilakukan dalam koordinasi yang baik untuk menyelesaikan masalah dengan strategis.
Analogikan mekanisme tersebut dengan aktivitas seorang dokter. Untuk mengatasi penyakit
pasien, ia perlu mendiagnosis apa penyakit yang diderita, apa penyebabnya, dan dari sanalah ia
dapat menentukan apa metode pengobatan yang tepat sekaligus langkah-langkah yang harus
dilakukan pasien (Rumelt, 2013).

Dalam bahasan strategi, perang seringkali menjadi contoh utama karena strategi cenderung
diterapkan dalam peperangan. Clausewitz menyimpulkan bahwa perang dipenuhi oleh
ketidakpastian dengan beberapa kebetulan yang mungkin saja terjadi di dalamnya dan tidak
dapat dihindari begitu saja. Ketidakpastian inilah yang menjadi kesamaan antara perang dengan
Kelompok 4 Week 3 Kelas A - Strategi sebagai Seni Cipta-Kelola Peluang

kehidupan manusia itu sendiri. Menurut Baron Dietrich von Blow (1757-1807), untuk
mengatasi kemunculan dari kebetulan-kebetulan yang tidak bisa diprediksi tersebut dapat
dilakukan sebuah perencanaan secara sistematis terhadap strategi sebelum kegiatan perang
dioperasikan. Strategi yang telah disusun secara matang tersebut kemudian diharapkan mampu
untuk diterapkan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu tanpa terhalang oleh peristiwa-
peristiwa yang tidak terprediksikan sebelumnya (Waldman, 2010). Sedangkan Marshal Maurice
de Saxe (1696-1750) menjelaskan bahwa peluang tidak dapat begitu saja dijelaskan secara
teoretis. Hal ini disebabkan oleh hasil yang selalu berubah dan secara tidak langsung
menyangkut perihal keberuntungan yang juga bersifat tidak tetap. Baron Henri-Antoine de
Jomini juga menambahkan perihal faktor munculnya ketidakpastian di dalam sebuah perang
yakni peran dari seorang pemimpin perang. Kemenangan di dalam perang tidak lain merupakan
hasil dari peran seorang pemimpin yang mematuhi pedoman pada petunjuk tertentu secara
disiplin. Peran peluang di dalam kesuksesan tidak lain merupakan hasil dari keselarasan antara
peluang dengan pedoman itu sendiri (Waldman, 2010).

Clausewitz dalam hal ini tak sependapat sebab apa yang sudah dipaparkan oleh Jomini
sebelumnya merupakan salah satu contoh keadaan ketika segala variabel dalam perang dapat
dikalkulasi secara matematis sedangkan keadaan seperti demikian tidak dapat dijumpai di
kehidupan nyata yang sejatinya dipenuhi dengan ketidakpastian. Clausewitz berpendapat bahwa
sebagai seorang pemimpin perang tidak cukup hanya dengan berbekal wawasan yang luas,
namun juga harus berlandaskan atas keberanian, pemimpin perang harus memiliki sebuah
keselarasan antara wawasan dengan keadaan emosional yang stabil (Waldman, 2010).Keberanian
dalam hal ini bukanlah sesuatu yang mampu digambarkan sebagai tindakan liar, melainkan
keberanian untuk melakukan hal yang benar secara bijaksana termasuk berani mengambil risiko
dan terkadang, mempercayakan keberuntungan pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebagai
makhluk yang berakal, manusia memiliki kebutuhan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut
melalui penyusunan suatu strategi yang mantap dan memanfaatkan, bahkan menciptakan peluang
di dalamnya guna mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan. Peluang sejatinya bersifat netral,
tidak berpihak pada siapapun dan mampu menciptakan suatu kesempatan bagi siapa saja yang
dapat memanfaatkannya. Perlu juga diketahui bahwa di dalam praktik perang, tidak hanya
berasal dari sisi kita, peluang juga memiliki kemugkinan untuk muncul dari sisi lawan secara tak
terduga (Waldman, 2010).
Kelompok 4 Week 3 Kelas A - Strategi sebagai Seni Cipta-Kelola Peluang

Strategi harus disusun dan dilakukan secara sistematis dalam upaya untuk mengatasi
problematika dengan efektif dan efisien. Sebuah strategi tidak akan berhasil mengatasi masalah
apabila sejak awal sang manusia gagal untuk mendiagnosis situasi yang terjadi. Rumelt
menekankan bahwa strategi bukan sekedar upaya untuk menentukan apa yang harus dilakukan,
namun juga memandang apa yang sebenarnya terjadi, memahami situasi secara komprehensif,
serta menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan (Rumelt, 2013).Di sisi lain, kebijakan atau
pendekatan penuntun sebagai hasil dari diagnosis yang telah dijelaskan diatas bukanlah suatu visi
atau proyeksi akan hasil yang ingin dicapai, namun suatu proyeksi mengenai bagaimana suatu
tujuan harus dicapai. Rumelt menyimpulkan bahwa strategi tidak seharusnya digunakan hanya
untuk mendapatkan apa yang seseorang inginkan, namun juga mengapa dan bagaimana
seseorang medapatkannya (Rumelt, 2013).

Berdasarkan penjabaran diatas, penulis menyimpulkan bahwa guna menjadi seseorang yang
strategis, adanya unsur-unsur dalam membentuk strategi sangat perlu untuk diperhatikan.
Ketidakseimbangan antarunsur akan menyebabkan sebuah strategi tidak akan berjalan dengan
baik ketika menghadapi suatu kondisi untuk mencapai tujuan. Bukan hanya bagaimana cara
untuk menjalankan strategi, namun kondisi dan situasi juga sangat memengaruhi tingkat
keberhasilan eksekusi sebuah strategi. Tidak hanya berfokus pada praktik perang, strategi juga
bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Penulis berpendapat bahwa berbagai cara yang
kerap dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi kondisi dan situasi
yang dinamisdemi mencapai suatu tujuan tertentu merupakan sebuah strategi. Oleh karenanya,
pengenalan lebih lanjut dan pembiasaan diri kepada unsur-unsur pembentuk strategi akan
mendorong manusia menjadi seorang yang memiliki dasar pemikiran strategis.

Referensi :

De Rond, Mark dan R.A. Thietart. 2007. Choice, Chance and Inevitability in Strategy,
Strategic Management Journal, Vol. 28, pp. 535-551

Rumelt, Richard. 2013. the Kernel of Good Strategy, dalam Good Strategy Bad Strategy: the
Difference and Why It Matters, London: Profile Books Ltd., pp. 77-94

Waldman, Thomas. 2010. Shadows of Uncertainty: Clausewitzs Timeless Analysis of Chance


in War, Defence Studies, Vol. 10 No. 3, pp. 336-338

Anda mungkin juga menyukai