a. Pengertian global governance i. Hasil dari nilai, ide, norma, dan prosedur formal maupun informal berbentuk institusi yang membantu seluruh aktor dalam memahami dan menangani permasalahan lintas batas ii. Tindakan kolektif oleh aktor negara maupun non-negara dalam hubungan internasional sebagai respons atas suatu permasalahan internasional b. Global governance vs. global government i. Governance adalah cara aktor memerintah diri mereka sendiri, sedangkan government adalah cara suatu institusi untuk memerintah ii. Global governance didasarkan pada tujuan bersama, sedangkan global government didasarkan pada otoritas iii. Global governance tidak memiliki bentuk yang konkrit dan tidak hierarkis c. Sejarah tahapan global governance (Murphy, 2014) i. Sebelum Perang Dunia I 1. Tatanan global dibentuk oleh kekuatan imperial 2. Terjadi imperialisme dan ekspansionisme untuk mendapatkan sumber daya alam dengan bantuan teknologi 3. Perdagangan internasional telah dilakukan di bawah naungan perserikatan dagang non-pemerintahan yang berfungsi untuk: a. Memudahkan komunikasi antarkerajaan b. Menentukan standar industri dan perdagangan c. Mengatur sistem moneter d. Menjamin persaingan yang sehat e. Melindungi suatu kelompok dengan kepentingan tertentu ii. Era PBB 1. Dibentuk organisasi internasional untuk memfasilitasi negara-negara dalam meuwujudkan perdamaian dunia 2. Didasarkan atas trauma terhadap kegagalan LBB 3. Berorientasi pada pembentukan perdamaian, bukan lagi hanya ekonomi iii. Krisis akhir abad ke-20 1. Empat krisis besar pada akhir abad ke-20 a. Lingkungan ekpolitasi SDA, global warming b. Reformasi negara dunia ketiga menghendaki reformasi sistem dunia yang tidak seimbang c. Stagnasi pendapatan dan ekonomi di Newly-Industrialised Countries pada 1980-an (ct: Eurosclerosis, embargo minyak, kenaikan pengangguran) d. Berakhirnya Perang Dingin yang meruntuhkan Blok Timur 2. Global governance dituntut untuk memberikan solusi jangka panjang yang dapat diandalkan d. Tiga pilar global governance (Karns dan Mingst, 2004) i. Concert of Europe 1. Didirikan pada 1815 2. Lembaga intergovernmental nonformal yang bertugas untuk memfasilitasi negosiasi antarnegara-negara kuat di Eropa 3. Bertujuan untuk menjaga balance of power di Eropa ii. Public International Union 1. Kumpulan agensi komunikasi yang mengatur kebutuhan bersama pada era Revolusi Industri 2. Bertujuan untuk memudahkan perdagangan, komunikasi, dan inovasi teknologi 3. Terdiri atas berbagai agensi a. International Telegraph Union 1865 b. Universal Postal Union 1874 c. International Labour Movement-First International 1864, Second International 1872, Third International 1919 iii. The Hague System 1. Berbentuk pengadilan arbitrasi internasional 2. Bertujuan untuk melakukan arbitrasi dalam sengketa natarnegara, negosiasi, dan membentuk Permanent Court of Arbitration e. Perkembangan teknologi dan perdagangan bebas turut membentuk dinamika global governance pada era modern (Murphy, 2014). f. Tantangan dalam global governance (Rajagopal, 2013) i. Negara tidak lagi menjadi satu-satunya aktor yang berpengaruh dalam hubungan internasional ii. Adanya transformasi agenda untuk mengakomodasi negara-negara berkembang iii. Adanya peluang terjadinya krisis global
2. Pengertian Rezim dan Konsep Dasar
a. Definisi rezim i. Prinsip dasar, aturan, norma, dan prosedur pembuatan keputusan oleh aktor yang diyakini mampu menyelesaikan masalah atau suatu isu dengan didasarkan pada fakta dan sebab-akibat (Krasner, 1982) ii. Seperangkat tata kelola pemerintahan yang berkembang untuk memfasilitasi kesepakatan nasional dan membatasi kekuatan hegemon agar tidak mendominasi sistem internasional (Keohane dan Nye, 1989) b. Negara dan keterlibatannya dalam rezim berbanding lurus. Negara juga pasti akan mempertimbangkan dampak dari rezim tersebut (Oran Young) c. Rezim vs. organisasi internasional i. Rezim berbentuk abstrak dan merupakan peraturan yang diterima oleh negara-negara ii. Peraturan tersebut kemudian dilembagakan dalam suatu intitusi agar dapat berjalan dengan efektif iii. Rezim membahas apa yang ada dalam OI, sedangkan OI membahas outputnya iv. Contoh: ASEAN adalah organisasi internasional, yang kemudian menghasilkan AFTA, sebuah rezim; HIMAHI itu organisasinya, AD ART rezimnya d. Perkembangan rezim internasional dipengaruhi oleh beberapa variabel (Krasner, 1982) i. egositic self-interest 1. Bagaimana aktor memengaruhi pihak lain untuk terlibat dalam suatu upaya pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri ii. Political power 1. cosmopolitan dan instrumentalpower adalah media untuk mewujudkan common good 2. Particularistic dan potentially consumators power memudahkan aktor untuk meninggikan posisinya iii. Norms and principles 1. Norma dapat memberikan kritik terhadap aktor dalam rezim iv. Usage and customs 1. Aktor dalam rezim bertindak secara jangka panjang sesuai dengan kebiasaan dan adat yang berlaku v. Variable knowledge 1. Informasi dalam rezim dapat dimanfaatkan untuk menentukan kebijakan publik e. Penyebab terjadinya perubahan dalam rezim (Young, 1982) i. kontradiksi internal dan perbedaan kepentingan dalam rezim (contoh: nonproliferasi) ii. Perubahan struktur kekuatan aktor (ct: Tiongkok yang mulai mendominasi ekonomi) iii. Faktor eksternal seperti perkembangan teknologi f. Linimasa perkembangan rezim i. Rezim berkembang pesat pasca-PD II untuk menyelesaikan kasus transnasional ii. Rezim juga digunakan untuk mempercepat dekolonisasi iii. Transformasi negara dunia ketiga karena beberapa faktor: (Krasner, 1981) 1. Kelemahan negara berkembang dalam politik internasional 2. Pudarnya pengaruh hegemon 3. Ketidakstabilan domestik di Dunia Ketiga iv. Transformasi dilakukan agar rezim lebih akomodatif terhadap dunia ketiga v. Rezim tidak bersifat statis
3. Pendekatan dalam Studi Rezim Internasional
a. Rezim dianggap efektif jika (Hansclever, 1997) i. Negara-negara anggota mematuhi rezim tersebut ii. Rezim tersebut mampu menyelesaikan suat permasalahan isu transnasional iii. Terjalin kooperasi yang baik antarnegara b. Tiga pendekatan rezim internasional (Hansclever, 2000) i. Interest-based 1. Didasarkan pada liberal institusionalis 2. Rezim dapat menjadi media bagi beberapa negara untuk bekerja sama demi memenuhi kepentingan bersama 3. Fokus pada absolute gain yang fokus pada dampak riil kerja sama 4. Negara bukan satu-satunya aktor yang terlibat dalam rezim internasional 5. Dapat menjelaskan bagaimana negara mau mematuhi rezim 6. Contoh: ILO ii. Power-based 1. Didasarkan pada realisme 2. Kekuatan dapat memperkuat dan melemahkan ikatan kerja sama 3. Sebelum melakukan kerja sama, negara harus memiliki kekuatan untuk menjaga posisinya 4. Rezim dapat berjalan dengan baik jika terdapat hegemon 5. Rezim sebenarnya tidak relevan karena stabilitas global sebenarnya tidak ada 6. Kurang dapat menjelaskan relasi rezim dan hegemon 7. Contoh: Bretton-Woods System (peredaran uang dolar, one dollar one vote) iii. Knowledge-based 1. Didasarkan pada kognitivisme 2. Perilaku negara dipengaruhi oleh faktor kausal dan sosial 3. Muncul sebagai bentuk kritik terhadap perspektif lain yang dianggap tidak dapat menjelaskan bagaimana interaksi dapat terbentuk 4. Menolak untuk bekerja sama adalah tindakan irasional 5. Dinilai terlalu utopis 6. Contoh: Conference of Stockholm
4. Transisi Rezim Internasional: From States to IGOs
a. Latar belakang i. Trauma Pasca-Perang Dunia II ii. Motivasi untuk mewujudkan perdamaian dunia dengan peran sebuah institusi internasional. Kemudian, PBB muncul iii. Semakin kompleksnya isu pada abad ke-21 yang tidak lagi hanya menyangkut isu keamanan, namun juga ekonomi iv. Sistem bipolar yang mulai berganti menjadi unipolar/multipolar v. PBB tidak lagi menjadi satu-satunya institusi internasional, namun juga muncul institusi lain seperti Bretton-Woods b. Tren pergeseran peran negara oleh IGO i. Integrasi politik domestik dan internasional yang saling memengaruhi ii. Kemunculan aktor non-negara yang berpengaruh dalam politik internasional iii. Semakin beragamnya model pemerintah dan regulasi di berbagai negara iv. Munculnya IGO yang tidak lagi mengurus perihal umum, namun memiliki spesialisasi tersendiri c. Peralihan rezim dari negara ke IGO (Abbott dan Snidal, 1998) i. Organisasi internasional sebenarnya hanya dimaksudkan untuk membantu negara mencapai kepentingan nasional, sehingga negara tetap memiliki peran yang subtansial ii. Tujuan pembentukan organisasi internasional 1. Mempromosikan dan melindungi kepentingan negara anggota 2. Instrumen dalam menyelesaikan konflik melalui kerja sama 3. Membantu negara dalam menyelesaikan konflik yang tidak dapat diatasi sendiri 4. Memaksimalkan efisiensi penyelesaian isu iii. Negara selalu memanfaatkan organisasi internasional untuk memenuhi kepentingannya karena (Abbott dan Snidal, 1998) 1. Organisasi memiliki spesialisasi tersendiri, sehingga penyelesaian masalah dapat berjalan efisien 2. Organisasi bersifat netral dan otonom tanpa harus dipengaruhi oleh satu pihak tertentu iv. Organisasi internasional vs. institusi internasional 1. IGO adalah bagian dari OI 2. Struktur dalam organisasi internasional mirip dengan pemerintahan 3. Memiliki dua teori a. Decentralised cooperation OI penting untuk menjamin lancarnya kerja sama b. Regime theory Rezim membantu negara dalam mencapai kepentingannya melalui IGO v. Negara dan IGO dalam Rezim 1. Jumlah IGO semakin banyak pasca-berakhirnya PD II dengan dibantu oleh globalisasi dan modernisasi 2. Lima kategori IGO (Cupitt, 2001) a. Kelas A Satu IGO, berbagai INGO (ct: PBB) b. Kelas B Bersifat universal dan melibatkan IGO lain (ct: IAEA) c. Kelas C organisasi intercontinental (ct: APEC, NATO) d. Kelas D organisasi regional (ct: ASEAN, African Postal Union) e. Kelas E eksistensi tergantung pada induk (ct: UNESCO)
f. Kelas F melibatkan finansial (ct: IMF)
g. Kelas G organisasi di satu negara yang kemudian menyebar luas h. Kelas H organisasi yang tidak aktif i. Kelas J organisasi yang baru sebatas usulan j. Kelas R organisasi religius/sekuler k. Kelas S organisasi bentukan konferensi l. Kelas T organisasi yang terbentuk karena kesekpakatan multilateral
5. Rezim Internasional: Regime in the UN System
a. Latar belakang i. PBB didirikan pada 1945 di San Fransisco oleh 50 negara ii. Menghasilkan piagam PBB pada 26 Juni 1945 iii. Bertujuan untuk menghentikan penyebaran senjata pemusnah massal b. PBB terdiri atas enam organ utama i. General Assembly 1. Bertugas mempertimbangkan pelucutan senjata dan masalah keamanan internasional 2. Resolusi 1 (I) pada 24 Januari 1946 bertujuan untuk membentuk komisi untuk menangani masalah dari energi atom 3. Telah meloloskan berbagai resolusi dan membentuk komisi anti-senjata nuklir ii. Security Council 1. Terdiri atas total 15 negara anggota. 5 anggota tetap, 10 anggota tidak tetap 2. Mengidentifikasi ancaman terhadap perdamaian dan tindakan agresif 3. Membuat resolusi untuk mencegah ancaman tersebut 4. Dapat memberikan sanksi, seperti sanksi terhadap Iran, DPRK dan lain-lain 5. Membentuk UNMOVIC iii. Sekretariat iv. ECOSOC v. ICJ vi. Trusteehip Council c. Sistem rezim PBB i. Mengutamakan penggunaan bahasa diplomatik ii. Memanfaatkan teknologi komunikasi untuk mempermudah koordinasi iii. Menghimpun komitmen negara anggota dalam berbagai perjanjian multilateral iv. Menjunjung tinggi kedaularan negara anggota d. Nilai-nilai dalam PBB i. Four Freedoms 1. Bebas dari rasa takut 2. Bebas mengungkapkan pendapat 3. Bebas menuruti kehendak 4. Bebas dari kemiskinan ii. Teori fungsionalisme 1. PBB terbagi menjadi berbagai organisasi turunan yang memiliki fungsi tertentu, misal ILO 2. Organisasi tersebut turut didukung oleh berbagai entitas lain, sehingga mempermudah pencapaian tujuan 3. Organisasi turunan harus bertindak sesuai dengan rekomendasi PBB 4. One country one vote iii. Status keputusan PBB 1. Legally binding wajib dilaksanakan dan disahkan secara hukum 2. Morally binding gak wajib tapi lakuin aja lah demi moral 3. No binding tidak mengikat dan tidak ada kewajiban
6. Beyond UN: Regional Governance and South-South Cooperation
a. Definisi regional governance i. Region kedekatan geografis/kultural dalam suatu wilayah (Mansbach) /contoh: Asia Tenggara/ ii. Regionalisasi dinamika dalam suatu kawasan yang di dalamnya terdapat proses identifikasi bersama (tahapan ketika telah terjadi asosiasi identitas) (Mansbach) /contoh: negosiasi antara negara-negara Asia Tenggara/ iii. Regionalisme hasil dari regionalisasi. Sebuah bentuk entitas baru yang dihasilkan oleh sekumpulan negara dalam satu kawasan yang melakukan proses regionalisasi /contoh: terbentuknya ASEAN/ b. Latar belakang i. Konsep regional governance awalnya dibuat untuk memahami dinamika Perang Dingin, kemudian mengalami spillover ii. Pemerintah regional berbeda dengan integrasi regional. Integrasi membutuhkan bentuk organisasi yang konkrit c. Sifat pemerintah regional i. Multidimensional ii. Mengikis kedaulatan negara anggota iii. Berpengaruh besar terhadap negara-negara dunia ketiga / selatan d. Konsep negara selatan (Taylor, 2014) i. Negara yang mengalami proses ketidakadilan dalam pembangunan ii. Identik dengan negara dunia ketiga iii. Merujuk pada negara-negara eks-kolonial iv. Berkembang menjadi konsep Third Worldism yang merepresentasikan masyarakat dunia ketiga yang independen e. Kendala dan tantangankerja sama selatan-selatan i. Semakin besarnya pengaruh dan campur tangan sektor swasta ii. Kepentingan yang berbeda-beda dalam suatu region f. Contoh bentuk kerja sama selatan-selatan i. BRICS – Brazil Russia India China South Africa ii. CIVETS – Colombia Indonesia Vietnam Egypt Turkey South Africa iii. MIST – Meksiko Indonesia South Korea Turkey iv. Next 11 – Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Filipina,